Regulasi tambang yang berkaitan dengan kelistrikan telah di atur dalam
KEPMEN,PERMEN, maupun UNDANG-UNDANG yang berkaitan dengan kelistrikan. Berikut adalah beberapan regulasi tambang yang berkaitan dengan kelistrikan.
1. Regulasi tambang tentang kelistrikan terdapat dalam KEPUTUSAN
MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Nomor 555.K/26/M.PE/1995. Tentang KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN UMUM. Yang tercantum dalam beberapa bagian yaitu. a) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke empat KESELAMATAN DALAM PENGANKUTAN paragraf I Angkutan Kereta Api, pasal 127 tentang Lokomotif nomor 4 yang berbunyi : Apabila lokomotif ditinggalkan tanpa penjaga atau tidak dipakai dalam waktu yang lama, rem parkir harus dipasang dan semua alat kendali harus dalam kedudukan netral. Mesin diesel atau mesin bensin harus dimatikan, aliran listrik pada lokomotif listrik harus diputuskan dan pantograp atau tangkai penghubung arus harus dilepaskan dari hantaran listrik yang bermuatan. b) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke empat KESELAMATAN DALAM PENGANKUTAN paragraf I Pesawat Angkat, Pasal 154 tentang Konstruksi, Peralatan Dan Pemancangan nomor 3 (a dan b), dan nomor 4 yang berbunyi: (3) Setiap pesawat angkat yang bekerja dengan tenaga listrik harus dilengkapi dengan : a) sarana yang dapat memutuskan secara aman hantaran listrik dengan sumber arus listrik dan b) sebuah sakelar atau pemutus daya yang dapat memutuskan listrik secara aman dari dalam kabin walaupun sedang berada pada tenaga listrik maksimum kecuali kolektor dapat dilepaskan secara aman. (4) Setiap pesawat angkat yang bergerak dengan tenaga listrik mekanis dan digunakan sebagai alat pengangkat di tambang, harus dilengkapi dengan alat pemegang (efficient catch) atau rem yang efisien. c) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke empat KESELAMATAN DALAM PENGANKUTAN paragraf I Pesawat Angkat, Pasal 157 tentang Bekerja Dekat Hantaran Listrik Udara nomor 1,2,3,4,5 yang berbunyi: (1) Tindakan yang sangat hati-hati, harus dilaksanakan apabila menggunakan mobil pesawat dekat hantaran listrik udara dan pekerjaan tersebut harus dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab mengawasi dengan berdiri di tanah dan hanya boleh dilaksanakan pada siang hari atau dalam keadaan cuaca yang baik. (2) Bagian dari pesawat angkat atau muatannya tidak diperbolehkan mendekati hantaran listrik udara yang bertegangan lebih dekat dari jarak 3,0 meter pada tegangan sampai dengan 66 kilovolt, dan jarak 5,0 meter pada tegangan lebih dari 66 kilovolt. (3) Hantaran listrik udara hanya dapat dilewati pada tempat penyeberangan yang telah diizinkan. Tiang pesawat angkat (jib) harus diturunkan terlebih dahulu dan alat pengendali pengangkat harus dikunci atau diikat untuk mencegah tiangnnya dengan tidak disengaja bergerak sewaktu pesawat lewat di bawah hantaran listrik udara tersebut. (4) Apabila pesawat angkat diharuskan lewat di bawah hantaran listrik udara pada suatu tempat selain dari tempat penyeberangan yang diizinkan, pengemudi pesawat angkat harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Kepala Teknik Tambang (5) Apabila tiang pesawat angkat menyentuh hantaran listrik udara pengemudi pesawat angkat harus tetap berada di atas pesawat angkat, sampai tiang pesawat angkat tersebut harus yakin bahwa tidak ada orang di atas tanah yang menyentuh pesawat angkat tersebut dan apabila pengemudinya terpaksa harus keluar dari pesawat angkat harus dengan cara melompat dan jangan dengan cara melangkah. d) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 180 Ketentuan Umum nomor 1,2,3,4 yang berbunyi: (1) Kecuali Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang menetapkan peraturan lain atau standar lain dari yang ditentukan Peraturan ini, semua instalasi listrik harus memenuhi ketentuan dari Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), ketentuan lain yang ada hubungannya dan Standar Nasional Indonesia (SNI) (2) Semua standar dan pengertian yang terdapat dalam peraturan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberlakukan. (3) Bagan sistem kelistrikan teganan tinggi dan rencana pengembangan lengkap dengan keterangan terinci untuk setiap usaha pertambangan dan setiap perubahan dan penambahan yang dilakukan harus dilaporkan sesuai dengan keadaannya. (4) Setiap peralatan listrik di permukaan tanah yang dikendalikan atau berada dalam sirkit yang sama dengan peralatan yang ada di bawah tanah, harus mematuhi persyaratan dalam peraturan kelistrikan di bawah tanah. e) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 181 Orang Yang Bertugas Dan Bertanggung Jawab nomor 1 dan 2 yang berbunyi: (1) Semua pekerjaan listrik, harus diawasi oleh seorang ahli listrik yang namanya harus dicatat dalam Buku Tambang. (2) Pekerjaan listrik hanya boleh dilakukan oleh orang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang listrik. f) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 182 dan 183 Sistem Kerja Dan Alat Yang Aman nomor 1, 2,3 dan pasal 183 yang berbunyi: (1) Semua sistem kelistrikan harus dengan konstruksi yang memenuhi persyaratan, sehingga dapat mencegah bahaya yang timbul ketika menggunakannya dan harus selalu dirawat sehingga kondisinya tetap aman. (2) Setiap kegiatan, termasuk pemeliharaan dari sistem atau pekerjaan yang dekat dengan sistem harus dilakukan dengan baik untuk menghindarkan bahaya (3) Setiap alat pengaman yang disediakan untuk memenuhi peraturan ini harus sesuai dengan penggunaannya, dirawat tetap dalam kondisi yang aman dan digunakan dengan benar. Pada pasal 183 yang dimaksud alat aman adalah Alat listrik yang tidak terlindungi terhadap : kerusakan mekanis, pengaruh cuaca, bahaya alam, suhu atau tekanan pengaruh basah, kotor, debu atau kondisi yang korosif; atau , zat yang mudah menyala atau meledak termasuk debu, uap yang mengandung gas. g) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 184 Isolasi Dan Pengamanan Penghantar Listrik nomor 1 (a dan b) dan 2 yang berbunyi: (1) Semua penghantar listrik dalam instalasi listrik yang dapat menimbulkan bahaya, harus : a. terbalut dengan bahan isolasi dan terlindung sepenuhnya, atau b. ditempatkan atau dilindungi dengan baik untuk mencegah bahaya. (2) Apabila penghantar listrik sukar untuk dipasang pelindung secara sendiri-sendiri misalnya bangku resistans (resistance banks), maka harus dibuatkan pagar pengaman gabungan yang terbuat dari logam dan pagar tersebut dihubungkan dengan sistem pembumian dengan baik sehingga kemungkinan bersentuhan dengan bagian yang bertegangan dapat dicegah. h) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 185 Pembumian Atau Tindakan Pencegahan Lainnya nomor 1,2,dan 3 yang berbunyi: (1) Tindakan pencegahan harus dilakukan, baik dengan cara pembumian maupun dengan cara lain untuk mencegah bahaya yang timbul apabila bagian konduktif terbuka dari sistem menjadi bertegangan akibat kesalahan penggunaannya sistem atau kegagalan isolasi. (2) Bagian konduktif dari suatu sirkit dibumikan atau dihubungkan ke suatu titik pembumian yang kemungkinan dapat menimbulkan bahaya karena terjadi gangguan dan atau terputusnya hubungan ke titik tumpu pembumian, maka dilarang menempatkan apapun pada bagian konduktif tersebut. (3) Hubungan pembumian utama dari sistem pembumian harus dirancang oleh Ahli Listrik dan harus mempunyai kapasitas yang cukup serta dengan resistan yang rendah. Apabila menggunakan hubungan pembumian berganda harus dihubungkan satu sama lain dengan potensial yang sama. i) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 186 Sambungan yang berbunyi: Setiap sambungan dalam sistem harus dibuat dengan baik agar penggunaannya mudah, baik secara mekanis maupun elektris dan tidak akan menimbulkan bahaya dalam kondisi normal. j) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 187 Pengaman Arus Lebih nomor 1,dan 2 yang berbunyi: (1) Setiap instalasi listrik harus dilengkapi dengan peralatan pengaman yang efisien yang tepat penempatannya. (2) Kabel treli yang menyalurkan arus listrik ke peralatan yang bergerak harus dilengkapi dengan pengaman tersendiri terhadap muatan berlebihan atau hubungan pendek. k) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 188 Sarana Pemutus Arus Dan Pemisah Pengaman nomor 1,2,3,4,5dan 6 yang berbunyi: (1) Alat yang sesuai harus tersedia, untuk pemutus arus listrik ke dan dari setiap sumber tenaga listrik, dan termasuk cara kerja yang sesuai untuk mengidentifikasi sirkit tersebut. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak berlaku untuk peralatan listrik yang juga menjadi sumber tenaga listrik, namun harus diambil tindakan pengamanan yang sesuai untuk mencegah bahaya. (3) Selain sakelar pemutus arus, setiap peralatan listrik harus dilengkapi dengan alat pemisah arus sendiri yang lokasinya dekat dengan peralatan tersebut. Pada sisi tegangan tinggi maupun tegangan dari transformator harus mempunyai alat pemisah arus tersendiri. (4) Lampu atau peralatan listrik kecil lainnya yang menggunakan sikring tunggal yang kapasitasnya tidak lebih dari 10 ampere dapat dilindungi keseluruhannya dengan sebuah sakelar. (5) Gardu utama dan semua gardu penting yang ada di permukaan atau gardu yang mengendalikan sirkit di bawah tanah harus dihubungkan satu sama lain dengan telepon. (6) Disetiap pencabangan adalah sistem kelistrikan, sakelar pemisah harus dipasang sehingga bagian cabang dapat dipisahkan tersendiri dari sistem utama. l) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 189 Alat Pemutus Arus Listrik Ke Sirkit Bawah Tanah nomor 1,dan 2 yang berbunyi: (1) Pada tambang bawah tanah yang mendapat arus listrik dari sumber di permukaan, maka sakelar utama untuk memutuskan arus ke bawah tanah harus tersedia di permukaan. (2) Ketentuan yang memadai harus ditetapkan dalam menangani sakelar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), termasuk alat komunikasi sehingga sakelar utama dapat digunakan dalam keadaan bahaya m) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 190 Tindakan Pencegahan Sebelum Mengerjakan Peralatan Listrik Yang Telah Dimatikan berbunyi: Sebelum mengerjakan atau bekerja di dekat peralatan listrik yang sudah dimatikan, tindakan pencegahan harus dilakukan dengan menguci gagang sakelar utama dan memperhatikan ketentuan yang ditetapkan oleh teknisi listrik. n) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 191 Bekerja Pada Atau Dekat Hantaran Listrik Bertegangan nomor 1,dan 2 yang berbunyi: (1) Dilarang bekerja pada atau dekat dengan hantaran listrik telanjang yang bertegangan, kecuali dalam hal yang khusus harus mengikuti pedoman cara kerja yang aman dibuat oleh Kepala Teknik Tambang. (2) Peraturan khusus untuk keselamatan dalam melakukan pekerjaan dengan las listrik harus dibuat oleh teknisi dan disetujui oleh Kepala Teknik Tambang. o) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan , Pasal 192 Ruang Kerja, Jalan Masuk Dan Lampu Penerangan nomor 1,2,3,4 dan 5 yang berbunyi: (1) Ruang kerja dan jalan masuk harus disediakan penerangan yang cukup termasuk pada daerah sekitar alat listrik yang sedang dikerjakan. (2) Setiap peralatan listrik yang permanen harus ditempatkan dalam ruangan tertutup atau ruangan yang memadai, kecuali ada pengecualian yang ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang. (3) Peralatan listrik harus dilindungi dari tetesan atau rembesan air. (4) Peralatan listrik harus selalu bersih dan kering. (5) Dalam ruangan yang terdapat debu batubara, semua mesin listrik dan peralatan dilindungi dengan tutup kedap debu. p) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan, Pasal 193 Wewenang Mengoperasikan Peralatan Listrik nomor 1,dan 2 yang berbunyi: (1) Kepala Teknik Tambang atau penanggung jawab bagian listrik harus menunjuk pekerja tambang untuk mengoperasikan dan mengawasi mesin-mesin listrik. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku untuk peralatan/mesin-mesin listrik yang dilengkapi dengan pengaman otomatis. q) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan, Pasal 194 Pemberian Tanda Pada Alat Listrik nomor 1,dan 2 yang berbunyi: (1) Semua pesawat dan peralatan listrik harus dilengkapi dengan keterangan yang ditulis pada label yang terbuat dari plat logam anti karat yang menunjukkan daya, tegangan arus, dan arusnya, nama pabrik pembuat, jenis dan nomor seri. (2) Untuk motor listrik selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus juga menunjukkan kecepatan putar per menit (rpm) r) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan, Pasal 195 Diagram Sirkit nomor 1,2 dan 3 yang berbunyi: (1) Skema diagram dari sirkit pada semua sistem yang dioperasikan di pertambangan dengan tegangan listrik lebih dari 300 volt (250 volt untuk di bawah tanah), harus dibuat dan skema tersebut dapat menunjukkan setiap tempat alat pengaman yang dipasang. (2) Seluruh skema harus disimpan di kantor tambang dan setiap saat dapat dilihat oleh Pelaksana Inspeksi Tambang. (3) Salinan dari skema diagram yang ada hubungannya dengan pemakaian saklar induk yang lebih dari 300 volt (250 volt untuk di bawah tanah) harus ditempelkan di tempat sakelar induk. s) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan, Pasal 196 Lokomotip Listrik nomor 1,2,3 dan 4 yang berbunyi: (1) Pengaman lebur atau alat pengaman lainnya pada setiap lokomotip listrik dan pemberi arus, harus dalam keadaan baik dan diperiksa secara berkala oleh petugas yang namanya didaftarkan dalam buku tambang. (2) Dilarang menyetel alat pemutus arus otomatis yang melebihi beban yang ditentukan pabrik pembuatnya. (3) Lokomotip hanya dapat ditinggalkan tanpa pengawas, apabila kunci sakelar dan tangkai kendali diambil dari penghubung arus dan dilepas. Apabila menggunakan tusuk kontak, maka alat tersebut harus dilepaskan dari kotak kontaknya. (4) Sirkit yang arusnya bersumber dari kawat troli harus dihubungkan dengan aman ke sirkit pembumian. t) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan, Pasal 198 Pengaman Terhadap Petir nomor 1,2,3,4 dan 5 yang berbunyi: (1) Alat peredam arus petir harus dipasang pada bagian ujung dari semua hantaran listrik yang masuk ke tambang bawah tanah. (2) Apabila diperlukan instalasi listrik harus dilengkapi dengan penangkal petir dengan kapasitas yang cukup untuk keselamatan. (3) Instalasi penangkal petir harus diperiksa setiap 6 bulan atau setiap setelah terjadi petir yang hebat. (4) Pada sistem sirkit listrik dan telepon dipermukaan yang dihubungkan dengan sistem bawah tanah penangkal petir harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari 80 meter dari jalan masuk ke tambang bawah tanah. (5) Hubungan dari setiap penghantar pembumian penangkal petir supaya dipisahkan dari setiap sistem pembumian lainnya di tambang dengan jarak sekurang-kurangnya 3 meter di udara dan 15 meter di dalam tanah. u) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan,Pasal 201 nomor 1,dan 2 yang berbunyi: (1) Teknisi listrik harus memastikan bahwa alat sinar laser yang digunakan di tambang harus dari jenis yang sudah diakui oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang. (2) Teknisi listrik harus menetapkan cara yang aman untuk penggunaan alat sinar laser v) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan, Pasal 202 Perkakas Tegangan yang berbunyi: Dilarang menggunakan perkakas tangan listrik yang mempunyai tegangan lebih dari 125 volt arus searah dan 220 volt arus bolak-balik di tambang. w) BAB I KETENTUAN UMUM Bagian ke Keenam Peralatan Listrik Dan Permesinan, Pasal 204 Pemeriksaan, Pengujian Dan Perawatan nomor 1,2,dan 3 yang berbunyi: (1) Kepala Teknik Tambang harus yakin bahwa rencana pemeriksaan, pengujian, dan perawatan instalasi listrik yang dibuat oleh ahli listrik akan menjamin semua instalasi listrik selalu beroperasi dengan aman. (2) Instalasi listrik harus diuji oleh orang yang berkemampuan secara berkala dengan selang waktu tidak lebih dari 6 bulan. Hasil pengujiannya dicatat dalam Buku Listrik. (3) Setiap perubahan pada instalasi harus juga dicatat dalam Buku tersebut dan pada bagan instalasi listrik.