03102 -3/la-IRIGASI/2014
MODEL FISIK
OUTPUT KEGIATAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI UNTUK EFISIENSIIRIGASI
DESEMBER, 2014
K E M E NT E R IAN P E K E R J AA N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
fa~~~~!. ~u~~~~n~u~~~~~~~~~~~~~~~~;~s~~J! ~~
Fax.. 022- 250 0163. PO Box 841 . E-matl. pusat@pusa•r-pu.go.id . Http./twww.pusalr-pu.go.id
DSMJIP.16.03102 -3/La-IRIGASI/2014
MODEL FISIK
OUTPUT KEGIATAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI UNTUK EFISIENSIIRIGASI
DESEMBER, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya kegiatan
Pengembangan Teknologi Untuk Efisiensi lrigasi dilaksanakan Balai lrigasi, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Air, Badan litbang Kementerian Pekerjaan Umum DIPA tahun
anggaran 2014, dapat diselesaikan.
Buku output ini merupakan hasil dari kegiatan Pengembangan Teknologi Untuk Efisiensi lrigasi
yang menyajikan rumusan teknologi terapan bagi sarana dan prasarana irigasi dengan
mengintegrasikan pola operasi irigasi tepat waktu dan instrumentasi yang dapat digunakan
oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam pengelolaan irigasi berbasis modernisasi.
Model fisik ini memuat rancangan model fisik alat ukur debit real time dan akumulasi volume,
prosedur uji coba serta pemantauan dan evaluasi kinerjanya.
Buku Model Fisik Alat Ukur Debit Real Time dan Akumulasi Volume ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk mengetahui data volume air irigasi yang dialirkan selama satuan waktu
tertentu, dan data tersebut dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan irigasi.
y
~/-=:::-
f
Dr. lr. Suprapto, M. Eng
1NIP. 19570507 1983011 001
TIM PENYUSUN
Aditya Prihantoko, ST
lr. Moch. Muqorrobin
Subari, ME
Nur Choiri, ST
Teguh Pamungkas, ST
RINGKASAN
Selama ini pengukuran debit dilakukan melalui bangunan ukur dengan interval tertentu
(umumnya 2 mingguan). Hal ini diduga akan banyak menimbulkan kesalahan pengukuran debit
karena pembacaan dilakukan secara manual dengan pembacaan skala padapeillschaal yang
memiliki skala pembacaan 1 em. Selain itu, alat ukur pun umumnya dalam keadaan tidak
memenuhi syarat ataupun rusak. Kesalahan pengukuran debit akan mempengaruhi kinerja
jaringan irigasi secara langsung karena debit merupakan parameter utama dalam operasi
irigasi. Pengukuran secara realtime dan akumulasi volume dapat meningkatkan ketelitian alat
ukur debit sehingga total penggunaan air dapat diketahui secara lebih teliti.
Alat ukur debit real time dan akumulasi volume adalah alat ukur yang didesain menggunakan
sensor ultrasonic, dan mikrokontroler untuk melakukan pengolahan data. Sumber energi
menggunakan solar cell dikombinasikan dengan baterai sebagai penyimpan daya. Perhitungan
debit dapat dilakukan dengan memasukan parameter bangunan ukur eksisting, maupun
dengan memasukkan data lengkung debit bangunan ukur. Data yang dihasilkan berupa data
level air, data debit sesaat, data volumetrik harian, volumetrik mingguan, dan data volumetrik
bulanan. Data volumetrik tersebut dapat dipakai sebagai acuan dalam menghitung nilai water
productivity (WP).
Sistem monitoring data dilakukan berbasis website yang dapat diakses melalui alamat
qvolbir.pusair-pu.go.id. Sistem monitoring alat ukur debit berbasis website ini dapat digunakan
dalam pemantauan operasi jaringan irigasi.
DAFTAR lSI
DAFTAR GAMBAR
Gambar1 Gambar Alat Ukur Ambang Lebar ......................................................................... 3
Gambar2 Cv Sebagai Fungsi Perbandingan CdA*/A1. ...........................................................4
Gambar 3 Skema Alat Ukur Debit Long Throat Flume .......................................................... .4
Gambar4 Grafik Hubungan Cd dengan Fungsi H 1 /L. ............................................................S
Gambar 5 Koefisien Kecepatan Datang untuk Berbagai Bentuk Bagian Pengontrolan ........... 6
Gambar 6 Skema Alat Ukur Cipoletti ..................................................................................... 6
Gambar7 Skema Alat Ukur Am bang Tajam ........................................................................... 7
Gambar8 Skema Alat Ukur Cut Throat Flume ....................................................................... 8
Gambar9 Skema Alat Ukur Parshall Flume ........................................................................... 9
Gambar 10 Sensor Ultrasonik dan Mikrokontroller pengolah data ........................................ l l
Gambar 11 Tampilan data sensor ultrasonik ......................................................................... 12
Gambar 12 Rangkaian Mikrokontroller dengan LCD Display .................................................. 14
Gambar 13 Bagan Alir Koneksi AI at Ukur Debit dengan Server .............................................. 15
Gambar 14 Bagan Alir Proses Penampilan Data Alat Ukur Debit ........................................... 16
Gambar 15 Konsep Catu Daya alat ukur debit di Lapangan ................................................... 17
Gambar 16 Catu Daya berupa Solar Cell Battery dan Controller Solar Cell ............................ 18
Gambar 17 Rangkaian Alat Ukur Debit Real time dan Akumulasi Volume ............................. 20
Gambar 18 Uji Coba Alat Ukur Debit di Dl Cihea, Cianjur ...................................................... 21
Gambar 19 Bangunan Ukur Long Throat Flume di BCSK. 1 Dl Cihea, Cianjur, Jawa Barat ....... 22
Gambar 20 Uji Coba Alat Ukur Debit di Dl Bora, Purworejo .................................................. 22
Gambar 21 Tampilan awal website alat ukur debit real time dan akumulasi volume ............ 23
Gambar 22 Grafik Debit di 01 Cihea, Cianjur .......................................................................... 24
Gambar 23 Grafik Debit di Dl Bora, Purworejo ...................................................................... 24
Gambar 24. Input Lengkung Debit di Website ........................................................................ 25
Gambar 25. Tampilan menu website monitoring alat ukur debit real time dan akumulasi
volume ............................................................................................................... 26
Gambar 26. Tampilan data harian pada website monitoring alat ukur debit real time dan
akumulasi volume .............................................................................................. 26
DAFTAR TABEL
Tabell Nilai K, n dan St untuk Berbagai Panjang Cut Throat Flume ............................................ 9
Tabel2. Spesifikasi Sensor Ultrasonik dan Mikrokontroller....................................................... 13
DAFTAR SINGKATAN
AC Alternating Current
BD Blocking Distance
DC Direct Current
Dl Daerah irigasi
KEPMEN Keputusan Menteri
KP Kriteria Perencanaan
BAB 1
PENDAHULUAN
Pemberian air pada lahan irigasi teknis yang ada di Indonesia, dengan luas areal irigasi nasional
sebesar 7,4 juta Ha (KEPMEN PU NO 390/KPTS/M/2007), umumnya menggunakan sistem irigasi
permukaan dan pengendalian pemberian air dilakukan menggunakan pintu air irigasi dan
saluran pembuang (drainase). Pengaturan dan pengukuran debit di jaringan irigasi sangat
diperlukan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjaminan air. Dengan dilakukannya
pengaturan debit yang tepat dan pengukuran debit yang akurat, alokasi air ke setiap bangunan
sadap dapat disesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga terjadi pemerataan
dan konflik antara daerah hulu dan hilir dapat diminimalisir. Untuk dapat menghasilkan
pengaturan air secara baik tentunya kondisi bangunan pembagi yang baik sangat diperlukan.
Dalam Kriteria Perencanaan lrigasi 01 atau KP-Q1 (Direktorat lrigasi, 2010), infrastruktur
bangunan dalam suatu daerah irigasi meliputi bangunan utama, jaringan irigasi, bangunan bagi
dan sadap, bangunan-bangunanpengukur dan pengatur, bangunan pengatur muka air,
bangunan pembawa, bangunan lindung, jalan dan jembatan dan bang••nan pelengkap.
Bangunan pengukur dan pengatur sangat berperan terhadap pemerataan alot<asi air di suatu
jaringan irigasi. Beberapa jenis bangunan pengukur dan pengatur yang dianjurkan dalam KP-Q1
(Direktorat lrigasi, 2010) adalah sebagai berikut:
Pada sa luran primer, blla aliran besar alat ukur ambang Iebar dipakai untuk pengukuran dan
pintu sarong atau radial untuk pengatur.
Pada bangunan bagi bangunan sadap sekunder, pintu Romijn dan pir.tu Crump-de Gruyter
dipakai untuk mengukur dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur
ambang Iebar dengan pintu sarong atau radial bisa dipakai sepertl untuk sa luran primer.
Pada bangunan sadap tersier, untuk mengatur dan mengukur a'!ran dipakai alat ukur
Romijn atau jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter. Di
petak-petak tersier kecil di sepanjang sa luran primer dengan tinggi muka air yang bervariasi
dapat dipertimbangkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana, Di lokasi yang
petani tidak bisa menerima bentuk ambang sebaiknya dipasang alat ukur Parshall atau Cut
Throat Flume.
Selama ini pengukuran debit dilakukan melalui bangunan ukur dengan interval tertentu
(umumnya 2 mingguan). Hal ini diduga akan banyak menimbulkan kesalahan pengukuran debit
karena pembacaan dilakukan secara manual dengan menggunakan peillschaal yang memiliki
skala pembacaan 1 em. Selain itu, alat ukur pun umumnya dalam keadaan tidak memenuhi
syarat ataupun rusak. Alat ukur yang banyak terpasang di lapangan adalah ambang Iebar,
romijn, long throat flume dan cipoletti. Alat-alat ukur tersebut memiliki ambang yang sering
dirusak oleh petani karena dianggap menghambat aliran terutama pada saat debit dan muka
air di saluran rendah. Selain itu, dalam penerapannya sering terjadi ketidaktepatan alat ukur
debit karena kesalahan penempatan, kesalahan konstruksi dan pemeliharaan yang kurang baik
sehingga persyaratan teknis tidak terpenuhi (Pusposutarjo, 2001). Kesalahan pengukuran debit
akan mempengaruhi kinerja jaringan irigasi secara langsung karena debit merupakan
parameter utama dalam operasi irigasi. Pengukuran secara realtime dan akumulasi volume
dapat meningkatkan ketelitian alat ukur debit sehingga total penggunaan air dapat diketahui
secara lebih teliti.
Buku ini menyajikan teknologi terapan bagi sarana/prasarana irigasi dengan mengintegrasikan
alat ukur debit realtime dan akumulasi volume yang dapat digunakan oleh Direktorat lrigasi
dan Rawa dalam melakukanrehabilitasi dan peningkatan fungsi jaringan irigasi.
Manfaat model fisik ini adalah dapat mengetahui data volume air irigasi yang di alirkan selama
satuan waktu tertentu, dan data tersebut dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan
pengelolaan irigasi. Ruang lingkup pembuatan/rancangan model fisik ini adalah review desain
alat ukur debit, pengembangan desain alat ukur debit, penerapan atat ukur debit di lapangan,
dan pengkajian kinerja alat ukur debit.
BAB2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Kriteria Perencanaan lrigasi 01 atau KP-{)1 (Direktorat lrigasi dan Rawa, 2010),
infrastruktur bangunan dalam suatu daerah irigasi meliputi bangvnan utama, jaringan irigasi,
bangunan bagi dan sadap, bangunan-bangunanpengukur dan pengatur, bangunan pengatur
muka air, bangunan pembawa, bangunan lindung, jalan dan jembatan dan bangunan
pelengkap. Bangunan pengukur dan pengatur sangat berperan terhadap pemerataan alokasi
air di suatu jaringan irigasi.
Alat ukur di lapangan umumnya banyak mengalami kerusakan sehingga pengukuran debit tidak
akurat, terutama alat ukur di jaringan tersier. Alat ukur yang banyak terpasang di tersier adalah
ambang Iebar, Romijn, Long Throat Flume dan Cipoletti.
Parameter teknis dalam bangunan uku.r jenis ambang Iebar, Long Throat Flume, ambang tajam,
Cipoletti, Cut Throat Flume dan Parshall Flume adalah sebagai berikut :
H1•a.eQ~~e...,..lu.llu
Q =C d Cv 2/3 v~tJg
f2i3=b c h1 u o
11 /1/
keterangan:
Q = debit m 3 /s
Cct = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,10 HifL, for 0,1 < HJL < 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu, m
L adalah panjang mercu, m
C, =Koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt (~ 9,8)
2
be = Iebar mercu, m
- - - J"lltOIIb'ol Mjlltlga
>
(.)
c
........,..,,,."
- - - - peneontrol parabollk
- - - pongonlrol . . ,, n1pat
! 1,ts+---+---,------.--....-----..--.----fff---i
~
Ct
"U
c
Ct
G.
c:
! 1,to+---+--+---+---t----t----?S-r--'----'
G.
Ct
u
Ct
~
c:
Ct
-
;::
~-+---~--+---+--+-~~--~
Ct
0
~
"--- peralihan
penyempitan
1/2
Q =: cd cv ~3 ( ~3 g) b h 3/ 2
1
/2/
keterangan :
Q = debit m /s
3
<:.t =
koefisien debit, Cd adalah fungsi dari ratio HifL
H1 = tinggi energi, m
L =
panjang mercu, m
Cv = Koefisien kecepatan datang
2
g = percepatan gravitasi, m/dt ("" 9,8)
b = Iebar, m
hl =
kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m
Discharge Coefficient Cd
1.05
1.00 I!
. _A _1,_
I
11M I~ D ..:.I 6;::_
I ~ B II
111 1 •
~I
~
B
.. I e
I I
• ~rv 8<!> I ~
.... I I
~~
I 1I I I ••• ~~~
B (l)AI ~ G>
~~I e,!l
e ..II I
1 I BA
I
1.... j
L" •
v.
~ .~ 1 ....
0.95
... I Ci) I II .P] l
a
ll~
I -
• a. a.•
--......
til
I I
/- ®
.,
o,oo
I
w
r~
I' r;=::~<
I~~~::J.
fnino. <
..
t& GoCaal
!""""·"~·-
t=l= ,., ,.....
~Rot;
...,.no. 3
f\mi;R) ,
1Utaro.4
::;:no. a
no.1
7
-~~, •
.1
l1a
88ldllll
~
~-no.
~:=.:.ra
A
regC.-1(1-A
t .........
EMu
..... 1
& .......... WI
0.85 I' "'"""·•
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
!latlo Hl/l
Gambar4Grafik Hubungan Cddengan Fungsi Htfl
Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari gambar berikut, yang memberikan harga-
harga Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol.
1.10
1.05
1.00
0 0.1 0.5 0.8 0.7 0.8
area ratio Crf'* I A i
2.3. Cipoletti
keterangan:
Q =debit, m 3/s
Cd = koefisien debit {I'll 0,63)
at = koefisien kecepatan datang
g = koefisien gravitasi m/dt2 {~ 9,8)
b = Iebar mercu, m
h 1 = tinggi energi hulu, m
/4/
Keterangan:
Q = debit (m 3/s);
Cw = koefisien debit aliran ambang Iebar;
B = Iebar ambang {m);
H = tinggi muka air dari ambang (m).
/5/
Keterangan=
H = tinggi muka air dari ambang (m);
Hd = tinggi ambang (m);
e = angka koreksi, dimana e = 0 bila Hd ~ 1,00 m dane= 0,5S(Hd-1) bila Hd 2: 1,00 m.
Persamaan berlaku bila B 2: 0,50 m; 0,3 ~ Hd ~ 2,5; 0,3 ~ H ~ Hd; H ~ 0,8; H ~ B/4.
~-------------------- L ------------------------~
/6/
dimana:
3
Q = debit m /s
c = koefisien aliran bebas (free flow coefficient)
Ha = kedalaman aliran sebelah hulu (upstream flow depth) (m)
c =K w1.o2s /7/
dimana:
K = koefisien panjang.flume (flume length coefficient)
W = Iebar tenggorokan/throat (m)
NilaiK dan n (flow exponent) didapat dari Error I Reference source not found.untuk panjang
flume (l) tertentu. Untuk pengukuran debit yang teliti nisbah H8 /l harus >= 0,4.
A
t c
altematif
dinding sayap 45'
rmukaan air FF
.QQ!Qngan A- A
W=9 inchi:
Q=3.07 H a t.s3
/9/
W= 6 inchi:
Q=2.06 H a us
/10/
dimana:
Q = debit, cfs
W = Lebar tenggorokan, ft
Ha = kedalaman ali ran sebelah hulu (upstream flow depth), ft
BAB3
RANCANGAN MODEL FISIK
Sensor ultrasonik akan dikembangkan dengan terkoneksi pada alat pengolah data berupa
mikrokontroller yang dapat menyimpan dan mengirim data debit dan data volumetrik ke server
dan masuk ke dalam aplikasi Sistem Manajemen Operasi lrigasi (SMOI) untuk menjadi input
data pada blangko 06-0 dan 08-0. Bentuk sensor dan mikrokontroller pengolah data dapat
dilihat pada gambar 10.
Konsep koneksi dari sensor ultrasonik sehingga dapat digunakan sebagai parameter dalam
mengukur level muka air adalah dengan menggunakan mikrokontroller. Tampilan data hasil
pembacaan pada sensor ultrasonik dapat dilihat pada gambar 11. Data yang ditampilkan dari
sensor ultrasonik ini adalah data jarak I distance, data tersebut akan dianalisis menggunakan
mikrokontroller sehingga dapat menghasilkan besaran nilai debit sesaat yang mengalir.
Sensor ultrasonik dipilih karena mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi, sampai dengan
milimeter (mm), dan pemasangannya tidak membutuhkan tempat yang luas atau harus
merubah lay out alat ukur debit eksisting.
Hasil diskusi dengan narasumber terkait pengembangan alat ukur debit mendapatkan
rancangan alat ukur debit nantinya tidak menggunakan alat ukur debit yang sudah produk dari
salah satu merk tertentu, melainkan rangkaian dari beberapa produk, sehingga dapat
mempermudah pengembangan jika dibutuhkan.
Konsep alat ukur debit yang akan dikembangkan menggunakan tipe sensor ultrasonik, dan
mikrokontroller sebagai alat pengolah datanya. Sensor ultrasonik dipilih karena mempunyai
ketelitian cukup tinggi, mudah dalam pemasangan dilapangan, dan tidak membutuhkan tempat
yang cukup luas. Mikrokontroller dipakai sebagai pengolah data karena dapat diprogram sesuai
rencana dan jika memang diperlukan pengembangan juga dapat dilakukan dengan mudah
tanpa harus tergantung pada satu merk tertentu. Spesifikasi dari sensor ultrasonik dan
mikrokontroller dapat dilihat pada tabel 2.
Alat pengolah data dalam alat ukur debit ini tidak hanya berupa mikrok' ntroller, namun juga
terdiri dari beberapa bagian lain yang mempunyai fungsi antara lain menyimpan, mengirim,
serta menampilkan data. Komponen dalam alat penggolah data tersebut adalah sebagai
berikut:
• RaspberryPiModeiB512M
• Rasberry Pi Case ModMyPi
• USB Adaptor
• Kamera (Raspberry Pi Cam 5 MP)
• Paket SDHC 16GB
• Robopeak 2.8" USB TFT
• Display
• Heatsink
Rangkaianmicrocontroller dengan Liquid Crystal Display (LCD) display dapat dilihat pada gambar
12. Rangkaian ini akan digunakan untuk menampilkan data di alat ukur debit. Data yang akan
ditampilkan berupa data level air, data debit sesaat, data Volumetrik harian, volumetrik
mingguan, dan data volumetrik bulanan. Data volumetrik tersebut dapat dipakai sebagai acuan
dalam menghitung nilai water productivity (WP).
Gambar 13 merupakan bagan alir koneksi alat ukur debit dengan SMOI melalui internet,
gambar tersebut menunjukkan data dari alat ukur debit yang sudah diambil lewat
mikrokontroller dikirimkan kepada server SMOI melalui Hybrid VPN Cloud. Hybrid VPN Cloud ini
merupakan jalur komunikasi internetkhusus yang berada pada jaringan internet, namun
mempunyai keistimewaan dalam hal kecepatan akses datanya, karena tidak terganggu dengan
layanan data yang dipakai user umum lainnya.
Gambar 14 menunjukkan bagan alir proses penampilan data alat ukur debit sehingga dari data
mentah yang berasal dari sensor ultrasonik dapat diambil dan diolah sehingga tampilan data
akhirnya dapat berupa grafik, stastistik, serta laporan berbasis website. Fitur ini memungkinkan
dapat melihat trend data dari alat ukur debit terse but.
HYBRID Vfltl
CLOUD
IU:I' U J:LUl
- D~T~R~c;;F
. PI:X~lDIP~'\: .~'\: D.l.TA
SER\"IR
• ~PUK~SI
• PROSES
P.E'-"'lU.LP.-\..'\:.-\..._. DAY."-
. D.lT.UI.LS£ LOK.U..
~- . ··...
·:.
...... .. ~.
I
,------
ULTRASOf,l( ~
F
KONE K SI SER IAL ~.o..:o.:•II':!»'<W-na.o ... -,~----u.¥•. ;
"l......_,:::....
P ROSE~ ANALI~A
OAT.t.ALAT
UKU!\ 0[01T C:l OliO
VPN
l __.......I
GRAF IK
'-----·
-i LAPORAN WEBSITE
SOlAR CEll
,. I __ _
ALATUKUR DEBIT 5V
oc 1 5alllar
COIIITROUEII
12'J
Catu daya yang digunakan untuk sumber tenaga adalah panel surya yang dilengkapi dengan
power inverter, solar charge controller, dan battery. Sensor ultrasonic dipasang sejajar dengan
posisi peilschaal pada bangunan ukur eksisting. Penggunaan charge controller berfungsi untuk
mengendalikan agar pengisian daya baterai tidak melebihi kapasitas yang dibutuhkan. Power
inverter di pasang karena alat ukur membutuhkan arus AC, sedangkan solar cell menggunakan
arus DC, sehingga arus tersebut perlu di ubah untuk mendapatkan daya sesuai yang
dibutuhkan. Baterai yang digunakan mempunyai daya 12v 114Ah. Konfigurasi catu daya yang
dirangkai di dalam boks panel ditunjukkan seperti pada Gambar 16.
BAB4
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UKUR DEBIT REAL TIME DAN
AKUMULASI VOLUME
Metode Penelitian ini dilakukan melalui pembuatan model fisik, dan uji kinerja model fisik.
Review alat ukur debit dilakukan terhadap beberapa alternatif alat ukur debit yang dapat
menyimpan dan mengirim data agar terkoneksi dengan Sistem Manajemen Operasi lrigasi
(SMOI). Alternatif alat yang paling mungkin diterapkan kemudian dipilih dan dibuat model
fisiknya. Model fisik diuji kinerja pengukuran debltnya secara volumetrik.Data primer yang
digunakan adalah hasil pengukuran debit yang didapatkan dengan pengamatan langsung di
lapangan maupun monitoring hasil pengiriman data. Pengujian kinerja alat ukur debit dilakukan
untuk mendapatkan kalibrasi alat ukur debit dan nilai penyimpangan pengukuran.
Perangkaian atau pembuatan alat ukur dilakukan sesuai dengan konfigurasi yang direncanakan.
Rangkaian alat ukur terdiri rangkaian alat ukur debit dan rangkaian sistem catu daya sebagai
sumber energi pada alat ukur tersebut. Catu daya yang dipakai adalah solar cell, yang
dikombinasikan dengan baterai dan inverter, karena alat ukur debit menggunakan arus DC.
Hasil rangkaian alat ukur debit real time dan akumulasi volume dapat dilihat pada gambar 17.
Pengujian model fisik akan dilaksanakan di dua lokasi, yaitu 01. Boro dan 01. Cihea. Pemantauan
data dan evaluasi kinerja dilakukan terhadap koneksi jaringan serta akurasi pembacaan debit
dibandingkan dengan grafik lengkung debit yang ada di bangunan tersebut. Pemantauan akan
melibatkan pengelola irigasi setempat agar sekaligus memberikan pelatihan terhadap
pengelola irigasi setempat dalam mengoperasikan alat ukur debit real time dan akumulasi
volume ini.
Gambar 17Rangkaian Alat Ukur Debit Real time dan Akumulasi Volume
BABS
EVALUASI KINERJA DAN PENERAPAN
Gambar 18 menunjukkan lokasi pemasangan alat ukur debit real time dan akumulasi volume di
Dl. Cihea, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Pemilihan lokasi mempertimbangkan parameter fungsi strategis alat ukur mengingat investasi
yang dikeluarkan untuk membuat alat ukur cukup besar. Lokasi Dl. Cihea dipilih karena pda
tahun 2013 sudah dilaksanakan penelitian alat ukur debit real time dan akumulasi volume,
seh ingga dilanjutkan penelitian disana . Survei lokasi yang dilaksanakan di Dl. Cihea, Kabupaten
Cianjur menunjukkan lokasi alat ukur di Dl. Cihea kebanyakan mengalami kerusakan, mulai dari
kerusakan ringan hingga kerusakan berat. Bangunan ukur utama di Dl Cihea , yaitu BCSK.1
dipilih karena kondisi bangunan cukup bagus, dan memiliki fungsi strategis. Data dari alat ukur
tersebut digunakan sebagai acuan dalam penentuan faktor K, dan metode operasi jaringan
irigasinya. Gambar 19 menunjukkan gambaran bangunan ukur BCSK. 1. Secara umum kondisi
bangunan cukup baik, , di sekitar lokasi bangunan ukur yang direncanakan untuk digunakan
sebaga i tempat memasang sensor ultrasonic.
Gambar 19Bangunan Ukur Long Throat Flume di BCSK. 1 Dl Cihea, Cianjur, Jawa Barat
Pemasangan alat ukur debit real time dan akumulasi volume pada Dl. Bora dipilih karena
berdasarkan terpenuhinya parameter konsistensi pelaksanaan pelaporan operasi, ketersediaan
dan kompetensi SDM dalam melaksanakan pemantauan, kondisi jaringan irigasi dengan pintu
air yang masih berfungsi serta bersedia dijadikan sebagai lokasi uji coba . Hasil pemasangan alat
ukur debit real time dan akumulasi volume pada Dl. Bora dapat dilihat pada gam bar 20.
Gambar 20 menunjukkan lokasi pemasangan pada Dl. Bora ditempatkan di bangunan ukur
pertama pada saluran primer. Lokasi pemasangan sensor diletakkan tepat di posisi peilscall
yang ada pada bangunan ukur terse but.
Pengujian ketelitian alat ukur debit dilakukan dengan kalibrasi dilapangan menggunakan
current meter. Hasil kalibrasi menunjukkan alat ukur debit dapat mengukur dengan akurat
sesuai data lengkung debit yang di inputkan pada menu input lengkung debit di website .
Gambar 21 menunjukkan tampilan webs ite untuk yang digunakan untuk monitoring data pada
alat ukur debit yang terpasang dilapangan . Untuk mel ihat tampilan data grafik antara debit dan
t inggi muka air pada Dl yang te lah dipasang alat ukur debit Real Time dapat diakses di website
awlr.pusair-pu.go .id . Berikut tampilan awal dari webs ite tersebut.
~· . ,. .. ~. = . , !: • .
Gambar 21Tampilan awal website alat ukur debit real time dan akumulasi volume
Data yang diperlukan sebagai data dasar dalam proses perhitungan debit dan volumetrik
adalah data lengkung debit. Proses input lengkung debit ke alat ukur dilakukan dari website,
dengan memasukkan beberapa titik tinggi muka air. Gambar 22 dan gambar 23 menunjukkan
grafik lengkung debit yang diinputkan ke website yang merupakan data lengkung debit 01.
Ciheadan 01. Boro.
2.5 -
Debit Dl. Cihea
2
!
i
l
1.5
-e 1 -
0.5
100 ..
I
80 -
I
I
60 '
I
I
I
4o I
2
i : _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ____ _____ __ __ __ __ __ I
I o.oo 1ooo.oo 2ooo.oo 3ooo.oo 4ooo.oo sooo.oo 6ooo.oo 1ooo.oo sooo.oojl
L _ ___ _____·_ Q_(_
l t/_d_t)_ _ _ _ _ ______ _
Gambar 23 Grafik Debit di Dl Boro, Purworejo
Data lengkung debit tersebut dimasukkan dalam website pada menu input lengkung debit
seperti terlihat pada gambar 24 berikut.
...
c r • ·o
,,, ,,
'
~-
,.. • c
~ 1!:'
.., ··-=--
t·. .> ....,
~
..,.
,.
·- '
I l
Pihak pihak yang dapat mengakses website monitoring alat ukur debit ini Menu yang tersedia
di website awlr.pusair-pu.go.id terdiri dari dua tingkatan user. User pertama merupakan
pengelola irigasi yang tidak berhak melakukan akses terhadap pengaturan yang terkait dengan
alat ukur debit, untuk user ini akan dilengkapi dengan username dan pasword . User kedua
merupakan user yang dapat mengakses data data dari website, namun tidak dapat melakukan
akses terhadap pengaturan di website.
Menu dalam website monitoring alat ukur debit terdiri dari menu debit sesaat, volume harian,
volume mingguan, volume bulanan, dan volume tahunan. Fitur pelengkap lainnya adalah
informasi lokasi penempatan alat ukur serta tampilan grafik. Gambaran tampilan dari sistem
monitoring alat ukur debit dapat dilihat pada gambar 25 dan gambar 26 dibawah ini.
Gambar 25 menunjukkan menu menu yang disediakan di website monitoring alat ukur, yang
terdiri dari menu debit, volume harian, mingguan sampai tahunan serta menu penlengkap
lainnya . Gambar 26 menunjukkan hasil pembacaan menu harian pada tanggal 23 Oktober
2014.
~ , . A • •- , ~ , • -..-t..• .
l . •
. , '" :l<.
•r L•v•t ~' - •~
~: -
' .
~·.
Gambar 25. Tampilan menu website monitoring alat ukur debit real time dan akumulasi
volume
. otdc- ..-.t....... M ~.tn.a..c ,.....,.
• it -
-,
Gambar 26. Tampilan data harian pada website monitoring alat ukur debit real time dan
akumulasi volume
BAB6
PENUTUP
Model fisik alat ukur debit real time dan akumulasi volume adalah alat ukur yang didesain
menggunakan sensor ultrasonic, dan mikrokontroler untuk melakukan pengolahan data.
Sumber energi menggunakan solar cell dikombinasikan dengan baterai sebagai penyimpan
daya. Perhitungan debit dapat dilakukan dengan memasukan parameter bangunan ukur
eksisting, maupun dengan memasukkan data lengkung debit bangunan ukur. Lokasi penerapan
teknologi ini ada di Daerah lrigasi Cihea, Cianjur dan Daerah lrigasi Boro, Purworejo.
Manfaat model fisik ini adalah dapat mengetahui data volume air irigasi yang di alirkan selama
satuan waktu tertentu, dan data tersebut dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan
pengelolaan irigasi. Ruang lingkup pembuatan/rancangan model fisik ini adalah review desain
alat ukur debit, pengembangan desain alat ukur debit, penerapan alat •1kur debit di lapangan,
dan pengkajian kinerja alat ukur debit.
Data yang dihasilkan berupa data tinggi muka air, data debit sesaat, data volumetrik harian,
volumetrik mingguan, dan data volumetrik bulanan. Data volumetrik tersebut dapat dipakai
sebagai acuan dalam menghitung nilai water productivity (WP). Kelebihan dari alat ukur
manual ya1tu data yang dihasilkan nilainya lebih rinci dan data dapat dimonitoring langsung
melalui website qvolbir.pusair-pu.go.id. Sistem monitoring alat ukur debit berbasis website ini
dapat digunakan dalam pemantauan operasi jaringan irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Balai lrigasi. 2012. Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan lnstrumentasi dan Prasarana lrigasi.
Balai lrigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PU
Balai lrigasi. 2012. Laporan Akhir KegiatanPengembangan Modernisasi lrigasi. Balai lrigasi,
Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PU
Balai lrigasi. 2013. Output Kegiatan Model Fisik Penerapan A/at Ukur Debit Real Time dan
Akumulasi Volume. Balai lrigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementrian PU
Direktorat lrigasi. 2010. Standar Perencanaan lrigasi - Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan
lrigasi (KP-01). Direktorat lrigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum.
Direktorat lrigasi. 2010. Standar Perencanaan lrigasi- Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan
(KP-04). Direktorat lrigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum.
Direktorat lrigasi. 2011. Pokok-pokok Pikiran Modernisasi lrigasi di Indonesia: Sebuah Kajian
Akademik. Direktorat lrigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum.
Kraatz, D.B., I.K. Mahajan. 1975. Small Hydraulic Structures - Volume I. Food and Agriculture
Organization of The United Nations, Rome.