Air bersifat tidak berwarna , tidak berasa, tidak berbau pada kondisi standar,yaitu pada tekanan
100 kPA (1 bar) dan suhu 273,15 K (0 °C). Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
Penentuan kadar air tergantung dari sifat bahan. Pada umumnya mengeringkan pada suhu
105 – 110 °C selama 3 jam atau sampai didapat berat konstan dalm oven. Selisih berat sebelum
dilakukan pada kondisi vacuum dengan suhu lebih rendah. Kadang – kadang peringatan di
lakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukan kedalam ksikator dengan H2SO4 pekat sebagai
Bahan dengan kadar air tinggi dan mengandung senyawa yang mudah menguap (seperti
susu, sayuran) penentuannya dengan cara destilasi dengan pelarut tertentu misalnya toluene, xilol
dan heptana yang berat jenisnya rendah. Contoh dimasukkan kedalam tabung bola kemudian
dipanaskan. Air dan pelarut menguap, di embunkan dan jatuh pada tabung Aufhuser yang
berskala. Air yang mempunyai berat jenis tinggi berada dibawah sehingga dapat dibaca pada
Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan
refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya pula. Dalam hal ini air dan gula
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dalam cara pemanasan. Bahan di timbang
hingga berat konstan yang dapat diartikan semua air sudah teruapkan. Cara ini relativ mudah dan
murah.
Penguapan dapat dipercepat dan reaksi yang menyebabkan terbentuknya air atau reaksi lain
dapat di cegah dengan melakukan pemanasan pada suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan –
bahan yang mempunyai kadar gula tinggi akan mengalami pengerakan pada permukaan bahan
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan akan bersifat lebih higroskopis dari pada bahan
asalnya. Selama pendinginan sebelum penimbangan,bahan harus slalu di tempatkan dalam ruang
tertutup kering misalnya eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerap air. Penyerap air
atau uap air yang dapat digunakan antara lain kapur aktif, silika gel, asam sulfat, aluminium
oksida, kalium klorida, kalium hidroksida, kalium sulfat atau barium sulfat. Silika gel lebih
sering digunakan karena memberikan perubahan warna saat jenuh dengan air / uap air.
Prinsip penentuan kadar air dengan cara destilasi adalah menguapkan air dengan „pembawa‟
cairan kimia yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari pada air tetapi tidak bercampur
dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari pada air. Zat kimia yang sering
Cara ini baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang mempunyai kadar air kecil sehingga
sulit ditentukan secara termogravimetri. Oksidasi senyawa lipid atau dekomposisi senyawaan
iodin dalam methanol, cara kalsium karbid yang didasarkan pada reaksi antara kalsium karbid
Penentuan kadar air dengan cara ini ditentukan dengan nerdasarkan tetapan dielektrikum,
konduktifitas listrik ( daya hantar listrik ) dan resonansi nuklir magnetic ( NMR )
LEMBAR KERJA I
A. ANALISIS KADAR AIR DENGAN METODE OVEN
Metode : Metode Oven. SNI 01 – 2891 – 1992 butir 5.1, cara uji makanan
dan
Minuman
Prinsip : Kehilangan bobot pada pemanasan 105°C dianggap sebagai
kadar
Air yang terdapat pada sampel
Alat : 1. Neraca analitik
2. Botol timbang
3. Spatula
4. Oven
5. Desikator
6. krustang
Bahan : 1. Sampel bakso daging
Cara Kerja :
1. Panaskan botol timbang pada oven pada suhu 105°C selama 1 jam
2. Dinginkan dalam desikator selama ½ jam
3. Timbang dan catat bobotnya
4. Ulangi sampai diperoleh bobot konstan
5. Timbang contoh sampel bakso daging sebanyak 1 – 2 gram pada botol timbang tertutup yang
telah didapat bobot konstannya
6. Panaskan dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam
7. Dinginkan dalam desikator selama ½ jam
8. Timbang botol timbang yang berisi contoh tersebut
9. Ulangi pemanasan dan penimbangan hingga diperoleh bobot konstan
Perhitungan :
( Wo + Ws) - Wi
% Air = X 100
Ws
Table data
Kode Wo Ws Wi % Air Rata-Rata
Cara Kerja :
Timbang dengan seksama 5 – 10 gram sampel, masukkan kedalam labu didih dan tambahkan
300 mL xylol serta batu didih
Sambungkan dengan alat aufhauser dan panaskan diatas pemanas listrik selama 1 jam dihitung
sejak mulai mendidih. Setelah 1 jam matikan pemanas listrik dan biarkan alat aufhauser
mendingin
Bilas alat pendingin dengan xylol murni atau toluene
Baca volume air
Perhitungan
V
% Air = X 100
W
W = berat contoh (gram)
V = volume air yang dibaca pada alat aufhauser (mL)
Table data
Kode W V % Air Rata-rata
biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan
yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yamg digunakan untuk menentukan kadar
serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25 %) dan Natrium Hidroksida (NaOH 3.25%).sedangkan
serat makanan adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim
pencernaan.
Serat yang tidak larut dalam air ada 3 macam yaitu sellulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Sedangkan serat yang larut dalam air antara lain pectin, musilase, dan lignin. Ada beberapa
2. Metode deterjen
3. Metode enzimatis
Metode analisis dengan menggunakan deterjen (acid deterjen fiber,ADF,atau neutral deterjen
fiber, NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya dapat mengukur komponen serat yang
tidak larut .
asam encer atau basa encer dengan kondisi tertentu. Langkah-langkah dalam analisa :
Deffating yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel menggunakan pelarut
lemak
Digestion terdiri dari dua tahap yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa. Kedua
macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan
sedapat mungkin dihilangkan dari pengaruh luar.penyaringan harus segera dilakukan setelah
karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai. Untuk bahan yang
banyak mengandung protein sering mengalami kesulitan dalam penyaringan , maka sebaiknya
dilakukan digesti pendahuluan dengan menggunakan enzim proteolitik. Residu yang diperoleh
dalam pelarutan menggunakan asam dan basa merupakanserat kasar yang mengandung ± 97 %
selulosa dan lignin. Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena
angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi bahan makanan. Selain itu kandungan
serta kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan,misalnya proses
penggilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon dengan demikian persentase serat
kasar dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan atau efisiensi suatu proses.
LEMBAR KERJA II
PENENTUAN SERAT KASAR
Metode : SNI 01-2891 – 1992 butir 7.1, Cara uji makanan dan minuman
Prinsip : Ekstraksi contoh dengan asam dan basa untuk memisahkan serat
Kasar dan bahan lainnya
Alat : 1. Neraca analitik
2. spatula
3. Labu ukur 100 mL
4. Corong Buchner
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Erlenmeyer
8. Kondensor
9. Oven
10. Hotplate
11. Pompa vakum
12. Desikator
Bahan : 1. H2SO4 1,25 %
2. NaOH 3,25 %
3. kertas saring Whatman
4. Aquadest
5. Etanol 96 %
Cara Kerja :
1. Timbang dengan seksama 2-4 gram cuplikan, bebaskan lemaknya dengan cara ekstraksi dengan
cara soxlet atau dengan cara mengaduk,mengenaptuangkan contoh dalam pelarut organic
sebanyak 3 kali. Keringkan contoh dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 500 mL.
4. Dalam keadaan panas saring dengan corong Buchner yang berisi kertas saring tak berabu
Whatman 54, 41, atau 541 yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya.
5. Cuci endapan yang terdapat pada kertas saring berturut-turut dengan H2SO4 1,25 % panas, air
6. Angkat kertas saring beserta isinya, masukkan kedalam kotak timbang yang telah diketahui
bobotnya, keringkan pada suhu 105°C dinginkan dan timbang sampai bobot tetap.
7. Bila ternyata serat kasar lebih besar 1 % , abukan kertas saring beserta isinya, timbang sampai
bobot tetap.
Table pengamatan
Kode Wo Ws Wi % protein Rata-rata
yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut organic
Analisa lemak dan minyak lebih mudah dianalisa karena molekul lemak dan lemak relative lebih
kecil dan kurang kompleks dibandingkan dengan molekul karbohidrat dan protein.
Analisa lemak dan minyak umum yang dilakukan pada bahan makanan digolongkan
1. Penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat pada bahan makanan atau pertanian.
2. Penentuan kualitas minyak murni sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses
ekstraksinya atau ada tidaknya pemurnian lanjutan seperti penjernihan (refining), penghilangan
Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu bahan. Sebagai
senyawa hidrokarbon lemak dan minyak pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organic.pelarut yang umum digunakan untuk ekstraksi lemak adalah heksan, ether dan
klroroform
Berikut ini contoh beberapa jenis bahan pelarut yang sesuai untuk ekstraksi lemak yaitu :
a. Senyawa trigliserida yang bersifat nonpolar akan mudah diekstraksi dengan pelarut nonpolar
b. Glikolipida yang polar akan mudah diekstraksi dengan alcohol yang polar.
c. Lesitin akan mudah larut dalam pelarut yang sedikit asam misalnya alcohol.
d. Fospolipida yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam kloroform yang sedikit polar
Petoleum ether atau heksan adalah bahan pelarut lemak nonpolar yang paling banyak digunakan
karena harganya relative murah, kurang berbahaya terhadap kebakaran dan ledakan serta lebih
Ada 2 cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan yang akan ditentukan :
1. Bahan Kering
Untuk penentuan lemak dari bahan kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble lalu
dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan dilakukan secepatnya dan
dihindari suhu yang terlalu tinggi. Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan secara
terputus-putus atau berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet atau
alat ekstraksi ASTM (American society testing material ). Sedangkan secara berkesinambungan
2. Bahan Cair
Penentuan lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau dengan Mojonnier
Cara Kerja :
1. Timbang dengan seksama 1-2 gram sampel masukkan kedalam selongsong kertas yang dilapisi
kapas
3. Keringkan pada oven pada suhu 80°C selama kurang lebih 1 jam, kemudian masukkan kedalam
alat soxlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang telah dikeringkan dan diketahui
4. Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam
5. Suling heksana (1 ½ kali dari isi tabung soxlet) dan keringkan ekstrak lemak dalam oven
Table data
NO Wo Ws Wi % lemak Rata-rata
Perhitungan :
Wi – Wo
Kadar lemak = X 100 %
Ws
Bahan : 1. n-heksana
2. HCl 25%
Cara Kerja :
1. Timbang dengan seksama 1-2 gram contoh kedalam gelass piala.
2. Tambahkan 30 mL HCl 25%dan 20 mL air serta beberapa batu didih.
3. Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit.
4. Saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas hingga tidak bereaksi asam lagi,cek
dengan lakmus,bila asam kertas saring berwarna hitam, maka terus tambah air panas.
5. Keringkan kertas saring beserta isinya pada suhu 100-105°C.
6. Masukkan kedalam selongsong kertas yang dialasi kapas.
7. Masukkan kedalam alat soxlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang telah dikeringkan dan
diketahui bobotnya.
8. Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak dalam oven pengering pada suhu 105°C
9. Dinginkan dalam eksikator dan timbang
10. Ulangi hingga tercapai konstan
Table Data
NO Wo Ws Wi % lemak Rata-rata
Perhitungan :
Wi – Wo
Kadar lemak = X 100%
Ws
Ws = Bobot contoh (gram)
Wi = Bobot labu + lemak setelah ekstraksi (gram)
Wo = Bobot labu lemak sebelum ekstraksi (gram)
komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Beberapa sampel kadar
Kadar abu berhubungan erat dengan mineral suatu bahan. Mineral dalam suatu bahan ada ada
dua macam garam yaiti garam organic dan garam anorganik. Garam organic seperti garam-
garam asam malat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik yaitu garam fosfat,
Komponen mineral suatu bahan sangat bervariasi baik macam dan jumlahnya. Sebagi
a. Kalsium (CA)
Kalsium relative tinggi pada susu dan hasil olahannya, serellia,kacang-kacangan, telur, ikan, dan
buah-buahan. Sebaliknya bahan yang kandungan kalsiumnya sedikit adalh gula, pati dan minyak.
b. Fosfor (P)
Bahan yang paling banyak mengandung fosfor adalah susu dan olahannya, daging, ikan, daging
unggas, telur dan kacang-kacangan.
c. Besi (Fe)
Bahan yang kaya mineral besi adalah tepung gandum, daging unggas, ikan, seafood, telur.
Sedangkan makanan yang mengandung besi adalah susu dan olahannya, buah-buahan dan sayur-
sayuran.
d. Natrium (Na)
Bahan yang banyak mengandung natrium adalah garam yang banyak digunakan sebagai
ingredient (bumbu), salted food.
e. Kalium (K)
Bahan yang banyak mengandung mineral kalium ialah susu dan hasil olahannya, buah-buahan,
serelia, daging, ikan, unggas, telur, dan sayur-sayuran.
f. Magnesium (Mg)
Bahan yang mengandung Magnesium adalah kacang-kacangan, serelia, sayuran, buah-buahan
dan daging.
g. Belerang (S)
Belerang banyak terdapat dalam bahan yang kaya akan protein seperti susu, daging, kacang-
kacangan, telur.
h. Kobalt (Co)
Bahan yang kaya mineral kobalt adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.
i. Seng (Zn)
Bahan makanan hasil laut (seafood), merupakan bahan yang banyak mengandung unsure seng.
organic pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500 – 600 °C dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Sampel yang akan
diabukan ditimbang sejumlah tertentu tergantung macam bahannya. Beberapa sampel bahan dan
Pengabuan basah terutama digunakan untuk digesti sampel dalam usaha penentuan elemen runut
(trace elemen) dan logam-logam beracun. berbagai cara yang ditempuh untuk memperbaiki cara
kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama serta adanya kehilangan karena pemakaian
suhu tinggi yaitu antara lain dengan pengabuan cara basah. Pengabuan cara basah ini prinsipnya
adalah memberikan pereaksi kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan.
Berbagai bahan kimia yang sering digunakan untuk pengabuan basah ini dapat disebutkan
sebagai berikut :
b. Campuran asam sulfat dan kalium sulfat dapat digunakan untuk mempercepatb dekomposisi
sampel. Kalium sulfat dapat menaikkan titik didih asam sulfat sehingga suhu pengabuan menjadi
c. Campuran asam sulfat dan asam nitrat dapat mempercepat pengabuan, kedua asam merupakan
oksidator kuat yang dapat menurunkan suhu digesti bahan pada kisaran 350°Csehingga
komponen yang menguap dan terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu.
d. Asam perklorat dan asam nitrat dapat digunakan untuk bahan yang sangat sulit mengalami
Sebagaimana cara kering, setelah pengabuan selesai, bahan diambil dari muffle (tanur) lalu
dimasukkan dalam oven bersuhu 105°C sekitar 15 – 30 menit selanjutnya masukkan kedalam
eksikator sampai dingin kemudian dilakukan penimbangan. Apengabuan diulangi lagi sampai
diperoleh berat abu yang konstan. Perbedaan pengabuan cara kering dan basah
Cara kering digunakan untuk penentuan total abu dalam suatu bahan makanan dan hasil
Cara kering untuk penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air serta abu yang tidak larut
dalam air serta abu yang tidak larut dalam asam memerlukan waktu yang relative lama
Cara kering memerlukan waktu yang relative tinggi, sedangkan cara basah dengan suhu relative
rendah.
Cara kering digunakan untuk sampel yang relative banyak, sedangkan cara basah sebaiknya
dan
2. Cawan porselen
3. Spatula
4. Kawat kasa
5. Kaki tiga
6. Lampu spiritus
7. Krustang
8. Muffle/tanur
9. Eksikator
Bahan : 1. Sampel
Langkah Kerja
Timbang dengan seksama 2 -3 gram sampel kedalam sebuah cawan porselen atau (platina) yang
telah diketahui bobotnya. Untuk sampel cairan, uapkan terlebih dahulu diatas penangas air
sampai kering.
Arangkan diatas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrikpada suhu maksimum 550°C
sampai pengabuan sempurna (sekali-kali pintu tanur dibuka sedikit,agar oksigen bisa masuk)
Perhitngan
W1 – W2
% Abu = X 100 %
W
Table Pengamatan
Metode : SNI 01- 2891 – 1992 butir 6.2 cara uji makanan dan minuman
2. Cawan porselen
3. Spatula
4. Kawat kasa
5. Kaki tiga
6. Lampu spiritus
7. Krustang
8. Muffle/tanur
9. Eksikator
Bahan : 1. Sampel
2. H2SO4 pekat
Langkah Kerja
Saring larutan dengan menggunakan kertas saring bebas abu dan cuci dengan aquadest sampai
Bebas klorida
Masukkan kedalam cawan porselen (platina) yang telah diketahui bobotnya dan abukan.
Perhitungan :
W1- W2
% Abu = X 100 %
Table Pengamatan
Kode W W1 W2 % Abu Rata-rata
5. ANALISIS KADAR PROTEIN
Protein dalam bahan biologi biasanya terdapat dalam bentuk ikatan fisis yang
renggang atau dengan ikatan kimia yang lebih erat dengan karbohidrat atau lemak. Dengan
adanya pemanasan protein dalam bahan makanan akan mengalami perubahan dan membentuk
persenyawaan dengan bahan lain. Pemanasan atau perlakuan yang lebih dapat merusak protein
sehingga mengubah nilai gizi. Analisa protein bertujuan menera jumlah kandungan protein
dalam bahan makanan secara empiris (tidak langsung) yaitu melalui kandungan N yang ada
dalam bahan, serta penentuan secara absolut (langsung) dengan pemisahan,pemurnian atau
penimbangan protein. Namun penentuan secara langsung sangat sukar serta membutuhkan waktu
yang lama,ketrampilan tinggi dan biaya yang mahal namun dapat memberikan hasil yang lebih
tepat.
Penentuan jumlah protein secara empiris yang umum dilakukan adalah dengan
menentukan jumlah Nitrogen (N) yang dikandung bahan makanan,cara ini dikembangkan oleh
Kjeldahl ilmuwan Denmark tahun 1883.
Dalam penentuan protein,seharusnya hanya nitrogen yang berasal dari protein saja
yang ditentukan. Tetapi secara teknis sulit dilakukan karena jumlah kandungan senyawa lain
selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit,sehinggapenentuan jumlah N total tetap
dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Penentuan secara Kjeldahl ini sering disebut
kadar protein kasar (crude protein).
Dasar perhitungan protein menurut Kjedahladalah hasil penelitian dan
16 % (dalam protein murni). Apabila jumlah unsure N diketahui dengan berbagai cara maka
Untuk campuran senyawa-senyawa protein yang belum diketahui komposisi unsure penyusunnya
secara pasti, maka factor perkalian 6,25 inilah yang dipakai. Sedangkan untuk protein tertentu
yang telah diketahui komposisinya dengan tepat maka perkalian factor yang lebih tepat yang
dipakai . contoh
Penentuan protein berdasarkan jumlah N menunjukkan protein kasar karena selain protein juga
terikut senyawa N yang bukan protein misalnya urea, nitrit, asam amino, amida, purin dan
pirimidin.
Analisa protein cara Kjeldahl dibagi menjadi 3 tahap yaitu Destruksi, Destilasi, dan
Titrasi :
Sampel didestruksi dengan adanya asam kuat dengan bantuan katalis yang akan mengubah
Ion ammonium diubah menjadi gas ammonium yang selanjutnya dipanaskan dan didestilasi.Gas
ammonium yang telah ditampung dalam larutan penampung yang larut kembali menjadi ion
ammonium.
Sejumlah ammonia yang telah ditampung ditentuka melalui titrasi dengan larutan baku dan
Sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsure-unsurnya.
Elemen karbon dan hydrogen teroksidasi menjadi CO, CO2, dan HgO. sedangkan nitrogen (N)
dalam sampel akan diubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mendestruksi 1 gram protein diperlukan 9
gram asam sulfat, sedangkan untuk 1 gram lemak diperlukan 17,8 gram asam sulfat. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan H2O
(20 :1). Gunning menganjurkan penggunaan K2SO4 atau CuSO4 dapat mempercepat proses
destruksi. Tiap 1 gram K2SO4 dapat menaikkan titik didih 3°C. suhu destruksi 370 - 410°.
2. Tahaap Destilasi
Dalam tahap destilasi , ammonium sulfat yang larut dalam air diubah menjadi ammonia
(NH3)yang berbentuk gas dengan penambahan NaOH sampai alkalis (pH dinaikkan) dan
dipanaskan.
Asam standar yang dapat dipakai adalah asam klorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang
berlebihan.
Apabila asam klorida sebagai penangkap ammonia maka reaksi yang terjadi selama destilasi
adalah sebagai berikut
NH3 + HCl NH4Cl
Apabila asam borat sebagai penangkap ammonia maka reaksi yang terjadi selama destilasi
adalah sebagai berikut :
NH3 + HBO2 NH4BO2
3. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam klorida maka sisa asam klorida yang tidak
bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1). Akhir titrasi ditandai dengan
tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila
menggunakan indicator fenolftalein. Selisih jumlah titrasi blanko dan sampel merupakan jumlah
ekivalen nitrogen.
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang bereaksi
dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N dengan
indicator campuran (brom kresol hijau dan metal merah). Akhir dari titrasi ditandai dengan
perubahan warna biru menjadi merah muda. Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan
factor. Besa r perkalian N menjadi protein tergantung pada persentase N yang menyusun
proteindalam suatu bahan. Besarnya factor perkalian untuk beberapa bahan disajikan dalam table
berikut :
LEMBAR KERJA V
PENENTUAN N TOTAL DENGAN METODE SEMIMIKRO KJELDAHL
Metode : Semimikro Kjeldahl. SNI 01- 2891- 1992 butir 7 Cara uji makanan
dan
Minuman
Prinsip : Senyawa Nitrogen diubah menjadi ammonium sulfat oleh H2SO4
pekat
Amonium su;fat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang
Dibebaskan diikat dengan asam borat kemudian dititer dengan larutan baku
Asam.
Perhitungan :
( V1 – V2) x N HCl x 0,014 x fk x fp x 100
Kadar Protein =
W
Table Pengamatan
Kode W V1 V2 N HCl fk fp % Protein Rata-rata
LEMBAR KERJA VI
Penentuan N Total dengan Metode Gunning
Metode : Gunning
Prinsip : Senyawa Nitrogen diubah menjadi Amonium Sulfat oleh H2SO4 pekat.
Ammonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang
Dibebaskan diikat dengan asam klorida dan kemudian dititer dengan larutan baku
NaOH.
Bahan : 1. K2S
2. Na2SO4 anhidrat
3. Asam sulfat pekat
4. CuSO4
5. Fenolftalein
6. NaOH 45 %
7. Zn
8. NaOH 0,1 N
9. HCl 0,1 N
10. Aquadest
Langkah Kerja
Timbang 0,7 – 3,5 gram cuplikan, masukkan kedalam labu Kjeldahl 100 mL.
Tambahkan 10 gram K2S atau Na2SO4 anhidrat dan 15 – 25 mL H2SO4 pekat. Bila destruksi
Panaskan diatas penangas listrik atau api pembakar mula-mula dengan api kecil dan setelah asap
hilang, api dibesarkan sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijauan (± 2 jam)
Biarkan dingin , kemudian encerkan dan tambahkan 200 mL aquadest dan 1 gram Zn serta larutan
Destilasi sampai semua amoniak menguap. Destilat ditampung dalam Erlenmeyer yang berisi 100
mL HCl 0,1 N yang telah diberi beberapa tetes indicator fenolftalein 1 %. Destialsi berakhir
Kelebihan HCl 0,1 N dalam destilat dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N.
Perhitungan :
Table Pengamatan
kode W V1 V2 N NaOH fk % Protein Rata-rata
A. KARBOHIDRAT
B. Analisa Karbohidrat
Ada berbagai cara untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan antara lain
dengan
Cara kimia
Cara fisik
Cara enzimatik (biokimia)
Cara kromatografi
Berbagai cara diatas dilakukan untuk mengetahui jumlah kuantitatif dalam rangka
menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis, atau kimiawinya yang
berkaitan dengan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya.
Penentuan karbohidrat yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (proximat
analysis) atau disebut juga Carbohydrate by Difference. Yang dimaksud dengan proximate
analysis adalah suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui
bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan sebagai berikut :
% karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + abu + air)
Perhitungan Carbohydrate by Difference adalah penentuan karbohidrat dalam makanan
secara kasar, hasilnya biasanya dicantumkan dalam daftar komposisi bahan makanan.
1. Cara Kimiawi
a. Metode oksidasi dengan Cupri
Metode ini berdasarkan reduksi cupri oksida menjadi kupro oksida dengan adanya gula reduksi.
Pereaksi metode ini terdiri atas campuran kupri sulfat, Na-karbonat dan asam sitrat (pereaksi
Luff) atau campuran cupri sulfat danapan kupri oksid K-Na-tartrat (pereaksi soxhlet) K-Na-
tartrat berfungsi mencegahpengendapan cupri oksida dalam larutan pereaksi. Kupri sulfat
berfungsi sebagai oksidator. Kupri sulfat dengan gula reduksi akan mengalami reduksi yang
menghasilkan endapan berwarna merah bata. Jumlah endapan kupro oksida ekivale dengan
banyaknya jumlah gula reduksi dalam sampel.kupro oksida yang terbentuk dapat diketahui
dengan cara peninbangan setelah pengeringan atau melarutkan kembali kupro oksida dan
selanjutnya dititrasi. Penentuan gula reduksi dalam larutan yang sering dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Cara Luff Schoorl
2. Cara Munson Walker
3. Cara Lane-Eynon
b. Metode Oksidasi dengan larutan ferisiannida alkalis
c. Metode Iodometri
2. Cara Enzimatis
a. Cara Kromatografi
3. Cara Fisis
3. Cara Lane-Eynon
Penetuan gula dengan menitrasi pereaksi Soxhlet (larutan CuSO4, K-Na-tartrat) dengan gula
yang akan dianalisis. Banyaknya larutan sampel yang dibutuhkan untuk menitrasi pereaksi
soxhlet menunjukkan banyaknya gula dalam sampel dengan melihat table Lane-Eynon.
Bahan
HCl 3 %
NaOH 30 %
CH3COOH 3 %
KIO3
Kertas lakmus
Larutan KI 20%
Larutan H2SO4 25%
Larutan H2SO4 4N
Larutan tiosulfat 0,1 N
Indicator kanji / amilum 0,5 %
Table Luff Schroorl
4. Pembuatan Larutan
6. Penentuan Karbohidrat
a. Timbang dengan seksama lebih kurang 5 gr cuplikan kedalam Erlenmeyer 500ml
b. Tambahkan 200 ml larutan HCl 3% didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak.
c. Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan kertas lakmus atau fenolftalein)
dan tambahkan sedikit CH3COOH 3% agar suasana sedikit asam.
d. Pindahkan isinya kedalam labu ukur 500 mL dan impitkan hingga tanda batas , kemudian saring.
e. Pipet 10 mL saringan kedalam Erlenmeyer 500 mL, tambahkan 25 mL larutan Luff (dengan
pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 mL air suling.
f. Panaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat mendidih
dalam waktu 3 menit (gunakan stop watch). Didihkan terus selama 10 menit dihitung dari saat
mulai mendidih dan gunakan stop watch) kemudian dinginkan dalam bak yang berisi es.
g. Setelah dingin tambahkan 15 mL larutan KI 20%, dan 25 mL H2SO4 25% perlahan-lahan.
h. Titer secepatnya dengan larutan tio 0,1 N (gunakan larutan indicator amilum0,5%)
i. Kerjakan juga Blanko.
7. Table data
a. Standarisasi larutan tiosulfat 0,1 N
NO W KIO3 V Na2S2O3 (mL) N NA2S2O3 N Rata-
rata
b. Analisa sampel
% rata-
Ws V Na2S2O3 (mL) Mg gula tabel % KH
rata
8. Perhitungan
Mg gula x N tio/0,1 x fp
Kadar karbohidrat = x 100% x 0,9
Ws x 1000
I.STERILISASI
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala
macam bentuk kehidupan, terutama mikroba.
Dalam praktek sterilisasi alat-alat atau media dapat dikerjakan secara mekanik (misalnya dengan
cara penyaringan), secara kimia (menggunakan desinfektan), atau secara fisik (dengan
pemanasan, sinar Ultra violet, sinar X dan lain-lain).
Cara sterilisasi yang digunakan tergantung kepada macam dan sifat bahan yang disterilkan
(misalnya ketahanan terhadap panas, bentuk bahan yang disterilkan : Padat, cair, atau gas).
1. Sterilisasi Secara Fisik
Sterilisasi secara Fisik merupakan sterilisasi yang sering dipakai.Sterilisasi dengan cara ini ada 5
cara :
a. Pemijaran
b. Udara panas
c. Uap air bertekanan
d. Uap air panas
e. Sinar Radio aktif
a. Pemijaran
Cara ini dipakai untuk sterilisasi jarum platina/Ose yang terbuat dari Platina atau Nikrom.
Caranya dengan membakar alat-alat etrsebut diatas lampu spirtus/Bunsen sampai pijar.
b. Udara Panas/Kering
Alat yang dipakai adalah hot air sterilizer/ovin dipakai untuk sterilisasi alat-alat dari gelas seperti
Erlenmeyer, petridish, tabung reaksi,pipet dan lain-lain. Bahan-bahan seperti kapas, kertas, kain
juga dapat disterilkan dengan alat ini. Suhu yang digunakan berkisar 170 - 180° C selama 2 – 3
jam. Lamanya sterilisasi dengan cara ini tergantung pada jumlah alat-alat yang disterilkan dan
ketahanannya terhadap panas.
c. Uap Panas
Bahan-bahan yang disterilkan dengan cara ini umumnya adalah “ Media” yang tidak tahan
terhadap “suhu tinggi” : alatnya disebut alat sterilisasi Arnold.
Caranya : Sterilkan bahan pada suhu 100° C selama 80 menit untuk mematikan sel vegetative
mikroorganisme kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar untuk menumbuhkan
spora-spora. Ulangi cara tersebut untuk ke 3 kalinya pada bahan dengan suhu dan waktu yang
sama. Dengan cara ini diharapkan akan benar-benar menjadi steril.
a. Penyaring Bekefeld
Alat penyaringanya terbuat dari tanah diatomac dengan 3 porositas V ( Viet = Kasar ) ,N (
Normal ) , W ( Weing = halus ) yang biasa dipakai yang mempunyai porositas N dan W.
b. Penyaring Chamberland
Alat saringannya terbuat dari porselen yang dilapisi email. Porositasnya filter L1,L2,L3…,L13.
Dimana : L1 paling kasar
L2 paling halus
Yang biasanya dipakai L3
c. Penyaring Seitz (penyaring asbes)
Alat penyaring terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan saringan asbes selulosa yang
dapat diganti.
d. Penyaring Mendler
Penyaring ini terbuat dari 60-80 % diatomae, 10-15 % plaster of paris
(CaSO4).H2O.Perbandingan ini tergantung dari besar kecilnya pori yang diinginkan.
e. Penyaring Fritted Glass
Penyaring ini terbuat dari serbik gelas (fritted glass) yang halus didalam cetakan yang berbentuk
cakram (disk) kemudian dipanaskan sampai suhu tinggi sehingga cakram berpori. Porositasnya
ada 5 tingkat yaitu
EC (ekstra kasar), C (kasar), M (medium), UF (ekstra halus), F (halus).
e. Penyaring Asbes
Asbes ditekan menjadi bentuk cakram tipis dengan dijepit melalui logam yang rata.
f. Penyaring Jenkin
Penyaring ini menggunakan lapisan logam karet penghubung dan balok penyaring yang terbuat
dari porselen.
g. Penyaring Ultra
Digunakan untuk memisahkan koloid-koloid. Penyaring Ultra menggunakan koloidon dan
digunakan untuk memisahkan virus.
c. Halogen
Jenis halogen yang sering digunakan untuk sterilisasi adalah Yodium, dan klor serta senyawanya
contoh kaporit (NaOCl).
Keaktifan
NO Bahan Konsentrasi
Tinggi
1. Formalin + Alkohol 8 % + (60-70%)
Sedang tinggi
2. Formalin 3-8 %
Sedang
3. Yodium tinklor 0,6 – 70 %
Sedang
4. Alkohol 70 – 90 %
Sedang
5. Kaporit 4–5%
Rendah sedang
6. Fenol 0,5 – 3 %
II. MEDIA
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna
untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan berbagai media dapat dilakukan isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mokroba.
Supaya mikroba dapt tumbuh dengan baik dalam suatu media maka suatu media harus
memenuhi syarat-syarat antara lain :
1. Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba
2. Harus mempunyai tekanan osmose, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan.
3. Tidsk mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
4. Harus dalam keadaan steril sebelum digunakkan, agar mikroba yang diinginkan dapat tumbuh
baik.
Media Difrensial yang digunakan untuk membedakan beberapa bakteri pathogen, dan bakteri
hemolitik.
2. Endo Agar
Media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang hidup diusus.
Media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang termasuk golongan Entero
Digunakan untuk seleksi dan penumbuhan bakteri Entero bakteri dan bakteri gram.
6. GLBB
13. Deoxycholate Citrat Agar (DCA) untuk mengisolasi spesies dari kelompok Enterobakteriaceae
salmonella
5. Sterilisasi Media
Sterilisasi tergantung pada jenis media yang digunakan.
makanan. Indikator yang digunakan adalah fenol yang berwarna merah dalam suasana basa dan
Sifat Pertumbuhan
NO Jenis Bakteri Koloni
1. Koloni berwarna
merah muda
Proteus penyebaran
3. Koloni berwarna
merah dengan
Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium
diantaranya adalah (Lay, 1994) :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari
pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali
dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk
digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjafi kurang lanjut dan cenderung untuk
menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel
yang digores.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk mempeeroleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah
dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan
yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel- sel mikroba di dalam eksperimen pada
umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap
sehingga sekurang- kurangnyya satu di antara cawan – cawan tersebut mengandung koloni-
koloni terpisah baik di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu
dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi. Proses
pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan
mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi
yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan
Isolasai Mikroba.
Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, menurut (Admin, 2008) :
1) Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang
terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat
Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium
agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap
perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di
cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar
yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat
dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara
aseptis.
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, bunsen, enkas, ikubator, ose dan
mikropipet.
2. Bahan
Bahan yang dipergunakan pada percobaan ini adalah Biakan Escherichia coli, Biakan
Staphylococcus aureus, biakan Lactobacillus, Larutan tanah, medium nutrient agar padat,
aquadest, spiritus, alkohol, swab dan korek api
Cara Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
o Cawan petri yang berisi medium NA diberi label masing- masing sesuai perlakuan. Lalu
o Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
o Mengambil masing- masing biakan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 0,1 mL,
o Melidahapikan mulut/ pinggir cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat mati.
o Cawan petri steril, masing- masing diberi label sesuai perlakuan lalu meletakkan di dalam enkas
o Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
o Mengambil masing- masing biakaan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL.
o Melidahapikan cawan petri terlebih dahulu kemudian memasukkan biakan bakteri ke dalam
merata.
o Medium setelah padat lalu menginkubasi sdelama 24- 28 jam dengan posisi terbalik pada suhu
37°C.
o Cawan petri yang berisi medium NA masing- masing diberi label sesuai perlakuan,lalu
o Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
o Dengan menggunakan ose lurus, mengambil biakan bakteri lalu menaburkannya di atas medium
o Menutup cawan petri lalu melidahapikan dan membungkus dengan kertas, menginkubasi selama
o Memasukkan cawa petri steril ke dalam enkas, kemudian sebelum melakukan pengerjaan dalam
o Mengambil larutan tanah yang telah homogen dengan menggunakan mikropipet lalu
o Menutup cawan petri lalu melidahapikan dan membungkus dengan kertas, menginkubasi selama
o 4 buah tabung reaksi yang masinng- masing berisi 2 medium agar tegak dan 2 medium agar mirig
o Dengan menggunakan ose lurus, mengambil biakan bakteri lalu menusukkan ke dalam medium
lalu di tutup.
o Dengan mengunakan ose bulat, mengambil biakan bakteri dan masing- masing digoreskan secara
o Membungku tabung reaksi dengan kertas dan menginkubasinya selama 24- 72 jam dan
1. UJI KOLIFORM
Bakteri koliform digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi
terhadap air,susu dan makanan dan minuman lainnya. Adanya bakteri koliform dalam makanan
Untuk mengetahui koliform dalam suatu contoh biasanya digunakanmetode MPN (Most
Probable Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik disbandingkan
dengan metode hitung cawan TPC (Total Plate Count) karena lebih sensitive dan dapat
mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah dalam contoh. Uji kualitattif koliform
a. Uji Penduga
b. Uji Penguat
c. Uji Lengkap
Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN
yaiyu metode 7 tabung dan 15 tabung. Pengambilan contoh pada metode ini sebanyak 10 mL
untuk tabung seri pertama, terutama untuk contoh-contoh yang diduga kandungan koliformnya
kecil, sehingga apabila contoh yang diambil terlalu ktode ini sebanyak 10 mL untuk tabung seri
pertama, terutama untuk contoh-contoh yang diduga kandungan koliformnya kecil, sehingga
apabila contoh yang diambil terlalu kecil mungkin koliformnya tidak dapat terdeteksi.
Untuk analisa air, dalam uji penduga digunakan medium lactose broth (kaldu laktosa). Inkubasi
dilakukan pada suhu 35 derajat. Celcius selama 24 jam, dan tabung dinyatakan positif jika
terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham. Tabung yang tidak
menunjukkan pembentukan gas diperpanjang lagi inkubasinya selama 48 jam. Jika tetap tidak
terbentuk gas , dihitung sebagai tabung nrgatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada
masing-masing seri.
mikroba lainnya juga ada yang memfermentasi lactose dengan membentuk gas, seperti bakteri
asam lactate dan beberapa khamir tertentu. Oleh karena itu perlu dilakukan uji penguat pada agar
EMBA (eosin methylene blue agar) dengan menggunakan jarum ose contoh dari tabung MPN
yang menunjukkan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing diinokulasikan pada agar
cawan EMBA dengan cara goresan kuadran. Semua cawan diinkubasikan pada suhu 35oC
selama 24 jam. Jumlah cawan EMBA pada masing-masing pengenceran yang menunjukkan
Dari pertumbuhan koloni pada agar cawan EMBA dipilih masing-masing koloni yang mewakili
koloni fekal (mempunyai diameter 0.5 – 1,0 mm dan berwarna gelap dengan sinar hijau metalik /
keemasan), dan satu koloni yang mewkili koliform non fekal (diameter 1,0 – 3, 0 mm, berwarna
merah muda dan bagian tengah berwarna gelap seperti mata ikan).
Uji lengkap dilakukan untuk melihat apakah isolate diambil benar merupakan bakteri koliform.
Dari masing-masing koloni dibuat pewarnaan gram dan sisanya masing-masing dilarutkan
kedalam 3 mL larutan pengencer steril. Dari suspense bakteri tersebut diinokulasikan dengan
menggunakan jarum ose kedalam tabung berisi lactose broth dan tabung durham dan digoreskan
pada agar miring Nutrien Agar (NA). tabung diinkubasikan pada suhu 35oC selama 24 jam dan
48 jam, dan diamati adanya pertumbuhan dan pembentukan gas didalam lactose broth. Koloni
yang menunjukkan reaksi pewarnaan gram negative berbentuk batang dan membentuk
disini, akan tetapi jika akan dideteksi jenis koliform yang ada dalam contoh bisa dilakukan uji
LEMBAR KERJA IX
praktek karena bekerja dengan menggunakan bakteri yang bersifat pathogen dan jagalah selalu
alat-alat dan area kerja dalam keadaan bersih dan setelah selesai maka, alat-alat kerja dan area
kerja,serta tangan harus dibersihkan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Buang
semua bahan / media yang tidak digunakan lagi pada tempat yang disediakan.
CARA KERJA
Uji Penduga Koliform (MPN Koliform)
1. Ambilah 7 buah tabung reaksi berisi media lactose cair + tabung durham
2. 5 buah tabung ditambah 10 mL contoh air. air, 1 tabung ditambah 0,1 mL.
3. Inkubasikan pada suhu 35oC selama 24 jam. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas dalam
tabung durham. Tabung yang tidak menunjukkan pembentukan gas diperpanjang lagi
inkubasinnya sampai 48 jam, jika tetap tidak terbentuk gas dihitung sebagai tabung negative.
1. Dengan jarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukkan uji penduga positif (terbentuk
gas) masing-masing diinikulasikan pada cawan yang berisi media EMBA dengan goresan
kuadran.
3. Dari suspense bakteri tersebut masing-masing diinokulasikan dengan menggunakan jarum ose
4. Tabung diinkubasikan pada suhu 35oC selama 24 jam dan 48 jam, dan diamati adanya
5. Koloni yang menunjukkan reaksi pewarnaan gram negative berbentuk batang dan membentuk
gas didalam lactose cair merupakan uji lengkap adanya koloni koliform.
d. Penambah Gizi
Zat-zat yang ditambahkan disini bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dari bahan makanan.
Hal ini dapat terjadi karena mungkin dalam proses pengolahan mineral-mineral dari vitamin
yang ada pada makanan tersebut terbuang atau terurai karena pencucian dan sebagainya. Zat
aditif yang ditambahkan untuk meningkatkan nilai gizi bahan makanan antara lain :
Vitamin A, B, D, misalnya pada susu
Vitamin C pada sari buah
Mineral-mineral tertentu seperti Ca2+, Mg2+, Fe3+ pada berbagai jenis minuman atau makanan
kaleng
Yodium pada garam
e. Pewarna
Zat pewarna ditambahkan pada makanan / minuman dengan tujuan menambah daya tarik pada
konsumen. Zat pewarna yang sering digunakan pada makanan hasil industry dibedakan menjadi :
f. Pengatur pH
Salah satu factor yang menentukan stabil atau tidaknya komponen zat-zat dalam makanan adalah
pH dari cairan dalam makanan tersebut. Zat biasa yang digunakan untuk menstabilkan pH
larutan pada makanan adalah Natrium Karbonat.
Mengenai Saya
hartini srikui
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2013 (5)
o ▼ Februari (5)
Analisis Proksimat
Hamabatan dalam Komunikasi
Membuat Hidup Menjadi Lebih Indah
Template Picture Window. Gambar template oleh Juxtagirl. Diberdayakan oleh Blogger.