Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KARAKTERISTIK BAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

"MENGHITUNG DENSITAS KAMBA SERTA DENSITAS NYATA PADA BIJI-BIJIAN


DAN KACANG-KACANGAN"

DOSEN PENGAMPU :Ir. Indriyani, M.P

ASISTEN DOSEN :
1. HESI NOVIALISPITA (J1A115005)
2. SITI ROBIATTUN HASANAH (J1A115027)

OLEH :
NAMA ANGGOTA:
VELY PUTRI (J1A117006)
IKA NUR PATJRIAH (J1A117021)
INDIRA PRINASTITI (J1A117028)
ADE APRILIYANTI (J1A117037)
SILVIA RAMADHANI (J1A117042)
DWI DEVI N. SIHOTANG (J1A117053)
KIKI FATKHU ROZIQIN (J1A117085)
KELAS : R-01
SHIFT / KELOMPOK :2 (DUA)/ 4 (EMPAT)
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pangan pada umumnya mempunyai bentuk padat dan cair, meskipun demikian bahan air tetap
mengandung bahan-bahan padatan (solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat
pula bahancair. Bahan pangan uji fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau
bahan tersebut. Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar gula. Di Antara
sifat fisik tersebut berat dan volume biasanya dipakai untuk pemutuan buah berdasarkan kuantitas.

Kerapatan (Density) adalah masa suatu bahan dibagi dengan isi (volume) bahan tersebut. Kenaikan suhu
biasanya akan menurunkan kerapatan suatu bahan, namun dibidang teknik bahan padat dan cairan
dianggap tidak termampatkan sehingga kerapatannya dianggap tidak terpengaruh suhu dan tekanan
yang tidak begitu besar. Kerapatan curah dipengaruhi oleh kerapatan padat, ukuran, cara pengukuran,
bentukgeomnetri dan sifat permukaan. Bila biji-bijian, butiran atau tepung ditangani dalamjumlah
banyak maka isi curahan sama dengan isi benda padat ditambah dengan isi ruang.

Densitas memiliki peranan penting dalam penanganan komoditas pertanian seperti pengeringan dan
penyimpanan biji-bijian, stabilitas makanan ringan, penentuan kemurnian biji, sortasidan grading,
evaluasi kemasakan buah, tekstur dan kemasakan buah, estimasi ruang udara di dalam jaringan
tanaman, serta evaluasi kualitas produk seperti pada jagung manis, kacang-kacangan, kentang, dan lain-
lain.

Densitas terbagi menjadi dua, yaitu densitas kamba dan densitas nyata. Densitas Kamba (Bulk density)
adalah perbandingan bobot bahan dengan volume yang ditempatinya, termasuk ruang kosong di
antaranya. Densitas Nyata adalah perbandingan bobot bahan dengan volume yang hanya ditempati oleh
butiran bahan tidak termasuk ruang kosong di antaranya.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah:

1. Mengetahui prosedur analisa densitas kamba dan densitas nyata pada biji-bijian dan kacang-kacangan.
2. Mengetahui densitas kamba dan densitas nyata pada biji-bijian dan kacang-kacangan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Densitas (density)

Kerapatan (Density) adalah masa suatu bahan dibagi dengan isi (volume) bahan tersebut. Kenaikan suhu
biasanya akan menurunkan kerapatan suatu bahan, namun dibidang teknik bahan padat dan cairan
dianggap tidak termampatkan sehingga kerapatannya dianggap tidak terpengaruh suhu dan tekanan
yang tidak begitu besar. Kerapatan curah dipengaruhi oleh kerapatan padat, ukuran, cara pengukuran,
bentukgeomnetri dan sifat permukaan. Bila biji-bijian, butiran atau tepung ditangani dalamjumlah
banyak maka isi curahan sama dengan isi benda padat ditambah dengan isi ruang (Maryanto, 2007).

Berbagai tingkat kematangan buah dan sayuran, sifat fisik, dan kimia bahan tersebut berbeda-beda. Pada
pemasakan buah, kandungan zat-zat terlarut dan oleh karena itu berat jenis bertambah. Itulah sebabnya
diusulkan menggunakan berat jenis sebagai metode pengujian kemasakan secara cepat. Buah-buahan
yang mengapung di atas air mempunyai berat jenis lebih kecil, jadi masih belum masak. Buah-buah yang
tenggelam mempunyai berat jenis lebih besar dari 1, total zat terlarut lebih banyak dan oleh karena itu
berarti sudah matang (Khatir, 2006).

Densitas digunakan untuk mengetahui kekompakan dan tekstur pangan. Tekstur pangan yang kompak
mempunyai ketahanan terhadap proses penekanan sehingga ikatan suatu partikel penyusun pangan
menjadi kuat dan ruang antara partikel bahan pangan tidak terisi rongga udara. Densitas terbagi menjadi
2, yaitu densitas kamba dan densitas nyata (Winarno, 2004).

2.2 Densitas Kamba (bulk density)

Bulk density atau densitas kamba merupakan perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang
yang ditempatinya dan dinyatakan dalam satuan g/ml (Agustina, 2008). Menurut Wirakartakusumah, dkk
(1992), densitas kamba dari berbagai makanan bubuk umumnya berkisar antara 0,30-0,80 g/ml. Densitas
kamba yang kecil akan membutuhkan volume yang lebih besar untuk sejumlah kecil bahan sehingga hal
ini dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai densitas kamba akan semakin sedikit pula kandungan gizi
yang diterima.
Bulk density produk pasir tergantung baik pada bahan baku (kepadatan, komposisi ukuran partikel),
konsentrasi partikel dalam bentuk butiran (granula porositas), dan distribusi ukuran partikel dalam
volume ruang intraparticle (Obraniak, 2012).

Densitas kamba merupakan ukuran jumlah massa bahan per volume yang ditempatinya termasuk ruang
kosong di antara bahan. Untuk pengukuran volume pada densitas kamba dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pengukur volume, misalnya wadah literan atau gelas ukur. Bahan dengan densitas
kamba yang kecil akan membutuhkan tempat yang lebih luas dibandingkan dengan bahan yang densitas
kambanya besar (untuk berat yang sama sehingga tidak efisien dari segi tempat penyimpanan dan
kemasan (Sandira, 2015).

2.3 Densitas Nyata

Densitas nyata adalah ukuran jumlah massa bahan per satuan volume yang nyata-nyata ditempati oleh
bahan jadi, tidak termasuk ruang kosong di antaranya. Untuk pengukuran densitas nyata, volume yang
sebenarnya ditempati oleh bahan diperoleh dengan cara pengukuran volume cairan yang dipindahkan
oleh massa bahan, umumnya digunakan cairan dengan pengukuran volume dilakukan menggunakan
gelas ukur (Sandira, 2015).

2.4 Kedelai

Kedelai merupakan jenis biji-bijian yang berperan sebagai sumber protein nabati utama bagi masyarakat
Indonesia. Kedelai meeupakan tanaman asli daerah Asia Subtropik seperti Tiongkok dan Jepang Selatan.
Zat yang terkandung dalam kedelai adalah genistein, daidzein, dan glycitein yang termasuk isoflavon,
yaitu senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor (Silalahi, 2006)

2.5 Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang berumur pendek dan tumbuh di daerah yang curah
hujannya rendah. Kacang hijau merupakan sumber protein nabati yang mengandung 8 asam amino
essensial, yaitu valin, leusin, isoleusin, metionin, venylalanine , dan triptofan (Winarno, 2004).

2.6 Kacang Merah

Kacang merah (Phaseolus vulgaris) tergolong tanaman kelompok kacang polong (legume); satu keluarga
dengan kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo dan kacang uci. Kacang merah mudah didapatkan
karena sudah ditanam di seluruh provinsi di Indonesia. Tinggi tanaman kacang merah sekitar 3,5 – 4,5
meter, warna biji bertotol-totol merah tua dan buahnya berbentuk polong memanjang, sedikit lebih
panjang dibandingkan buncis. Jumlah biji kacang merah sekitar 2-3 biji dalam satu polongnya (Zebua,
2009).

2.7 Beras Merah

Beras merah (Oryza nivara) merupakan jenis beras yang berwarna merah karena adanya pigmen
antosianin yang terdapat pada lapisan luar beras. Beras merah banyak terdapat di Asia termasuk
Indonesia, dan juga di benua Amerika, namun di Amerika beras merah dianggap sebagai gulma tanaman
padi yang dapat menurunkan nilai jual beras putih yang diproduksi (Ahuja, dkk., 2007).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Densitas Kamba (bulk density)

Bulk density atau densitas kamba merupakan perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang
yang ditempatinya dan dinyatakan dalam satuan g/ml (Agustina, 2008). Densitas kamba yang kecil akan
membutuhkan volume yang lebih besar untuk sejumlah kecil bahan sehingga hal ini dapat diartikan
bahwa semakin kecil nilai densitas kamba, akan semakin sedikit pula kandungan gizi yang diterima.

Menurut Sandira (2015), bahan dengan densitas kamba yang kecil akan membutuhkan tempat yang
lebih luas dibandingkan dengan bahan yang densitas kambanya besar (untuk berat yang sama sehingga
tidak efisien dari segi tempat penyimpanan dan kemasan.

Dalam praktikum ini, untuk menghitung densitas kamba terlebih dahulu sampel dimasukkan ke gelas
ukur, lalu diukur hingga mencapai 20 ml. Lalu dikeluarkan dari gelas ukur kemudian ditimbang dan
dihitung densitas kambanya. Dari hasil praktikum, diketahui densitas kamba kacang kedelai yaitu 0,75,
pada kacang hijau 0,84, pada beras ketan/merah 0,76, dan kacang merah 0,77. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Pramesta, dkk (2012), yang menyatakan bahwa bulk density atau densitas kamba pada
kacang-kacangan dan biji-bijian antara 0,224-0,737 gram/cm 3.

Hal-hal yang mempengaruhi besarnya bulk density pada biji-bijian yaitu ukuran bahan, bentuk bahan,
sifat-sifat permukaan bahan, dan cara pengukuran. Semakin kecil ukuran dan teraturnya bentuk biji-
bijian maka sampel yang dapat ditampung dalam wadah akan semakin besar. Hal ini mengakibatkan
massa yang dapat ditampung juga semakin besar karena berkurangnya ruang kosong (Pramesta, dkk,
2012). Ketidaksesuaian ini juga disebabkan bentuk wadah, bentuk bahan pangan, geometri bahan, cara
pengukuran, ukuran bahan, dan sifat permukaan bahan masing-masing berbeda sehingga densitas serta
bobot jenisnya berbeda.
Dari data hasil densitas kamba, dapat diketahui densitas kamba tertinggi pada kacang hijau yaitu 0,84
dan yang terendah pada kacang kedelai yaitu 0,75. Menurut Pramesta, dkk (2012), hal yang
mempengaruhi perbedaan densitas kamba yaitu ukuran bahan, semakin besar serealia maka densitas
kambanya semakin kecil akibat banyaknya ruang kosong di dalam bahan. Sesuai dengan literatur
tersebut, dimana ukuran kacang hijau memang merupakan serealia dengan ukuran yang lebih kecil
dibandingkan kedelai sehingga menyebabkan densitas kamba pada kacang hijau lwbih besar daripada
kedelai. Sedangkan kacang merah dengan densitas kamba lwbih besar daripada beras merah dan kedelai
karena ukuran yang lebih besar.

4.2.2 Densitas Nyata

Densitas nyata adalah ukuran jumlah massa bahan per satuan volume yang nyata-nyata ditempati oleh
bahan jadi, tidak termasuk ruang kosong di antaranya. Untuk pengukuran densitas nyata, volume yang
sebenarnya ditempati oleh bahan diperoleh dengan cara pengukuran volume cairan yang dipindahkan
oleh massa bahan, umumnya digunakan cairan dengan pengukuran volume dilakukan menggunakan
gelas ukur (Sandira, 2015). Dalam praktikum ini, perhitungan densitas nyata dilakukan dengan
memasukkan bahan ke dalam gelas ukur, lalu volume awal dicatat. Bahan ditimbang lalu dimasukkan ke
dalam gelas ukur dan ditambahkan aquades hingga tanda tera. Kemudian dihitung densitas nyatanya.

Dalam praktikum ini, diketahui rata-rata densitas nyata pada kacang kedelai yaitu 0,54 g/cm 3, pada
kacang hijau 0,67 g/cm3, pada beras merah/ketan yaitu 0,69g/cm3 dan kacang merah yaitu 0,64g/cm3.
Dari data tersebut dapat diketahui beras merah/ketan memiliki densitas nyata tertinggi dsngan densitas
nyatanya 0,69 g/cm3dan densitas nyata terendah pada kacang kedelai yaitu 0,54 g/cm3..

Menurut Silalahi (2006), besarnya densitas nyata pada bahan disebabkan kerapatan bahan tersebut.
Semakin besar kerapatan bahan maka semakin besar densitas nyata bahan. Sesuai dengan litaratur, dari
data hasil praktikum diketahui besarnya densitas nyata pada beras merah/ketan yatu 0,69 g/cm3
disebabkan kerapatan beras ketan tersebut. Semakin besar kerapatan beras merah/ketan menyebabkan
densitas nyata pada beras ketan semakin besar. Dan rendahnya densitas densitas nyata pada kacang
kedelai yaitu 0,54 g/cm3 karena kacang kedelai lebih renggang, banyak ruang kosong dan tidak memiliki
kerapatan seperti pada beras ketan. Sehingga mengakibatkan densitas nyata kedelai menjadi paling kecil
(Pramesta, dkk. 2012).

Faktor yang mempengaruhi densitas nyata bahan yaitu massa, volume, ukuran bahan, bentuk bahan,
sifat permukaan bahan, dna cara pengukuran. Semakin besar ukuran bahan, kerapatan semakin besar
yang mengakibatkan densitas nyata bahan semakin kecil. Begitu juga sebaliknya.

Densitas nyata pada kacang merah mwmiliki rata-rata densitas nyata yaitu 0,64 g/cm3 lebih besar
daripada kacang kedelai karena kerapatan yang lebih besar. Semakin rapat kacang merah, densitas
nyatanya semakin besar.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulam

Dari hasil dan pembahasan praktikum, dapat disimpulkan bahwa:

1. prosedur analisa densitas kamba dapat dilakukan dengan memasukkan sampel ke gelas ukur hingga
mencapai 20 ml. Lalu dikeluarkan dari gelas ukur dan bahannya ditimbang. Kemudian densitas kamba
dihitung. Sedangkan prosedur densitas nyata dapat dilakukan dengan memasukkan bahan ke dalam
gelas ukur dan volume awalnya dicatat. Bahan ditimbang lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan
ditambahkan aquades hingga tanda tera. Lalu densitas nyata dihitung.

2. Densitas kamba kacang kedelai sebesar 0,75 g/cm3, kacang hijau 0,84 g/cm3 , beras merah/ketan 0,76
g/cm3, dan kacang merah 0,77 g/cm3. Densitas kamba tertinggi pada kacang hijau yaitu 0,84 g/cm3 dan
terendah pada kacang kedelai yaitu 0 75 g/cm3 . Densitas nyata pada kacang kedelai yaitu 0,54 , kacang
hijau 0,67 g/cm3 , beras ketan 0,69g/cm3 , dan kacang merah 0,64 g/cm3 . Densitas nyata tertinggi pada
beras ketan yaitu 0,69 g/cm3 dan densitas nyata terendah pada kacang kedelai yaitu 0,54g/cm3 .

5.2 Saran

Dalam melaksanakan praktikum ini, ada baiknya praktikan dapat lebih teliti dalam melakukan analisis
densitas kamba dan densitas nyata seperti dalam pembacaan nilai pengukuran pada timbangan digital.

Daftar Pustaka

Agustina, 2008. Tanaman Hortikultura. Penebar Swadaya : Jakarta

Ahuja, Uma, et al, (2007), Red Rices: past, present, and future, Asian Agri-History 11, 4, Hal. 291-304
Khatir, R. 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan Pasca Panen. Faperta Unsyiah :
Banda Aceh

Maryanto, 2007. Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran Segar. Universitas Sebelas Maret :
Surakarta.

Obraniak, 2012. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. UGM : Yogyakarta

Pramesta, dkk. 2012. Karakteristik Bubur Bayi Instan Berbahan Dasar Tepung Millet (Penicum Sp) dan
Tepung Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L) dengan Flavour Alami Pisang Ambon (Musa Paradisiacal var.
Sapientrum L). Jurnal Teknosains Pangan. Vol. 1 No.1 Oktober 2012.

Sandira, 2015. Syarat-syarat Hasil Pertanian. Sastra Hudayah : Bogor

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Penerbit Kasinius : Yogyakarta

Winarno, 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Wirakartakusumah, dkk. 1992. Karakteristik Sifat Fisika Kimia Tepung dan Pati Pisang Kapas (Musa
comiculata). Jurnal Teknologi Pangan. 8 (1) : 20-24

Zebua, A.M. 2009. Pemanfaatan Nata Pati Kacang Merah (Vignea sinensis) Hasil Isolasi Sebagai Matriks
Teofilin. Skripsi, Program Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai