Anda di halaman 1dari 7

Kemarau Panjang Akibat Dosa Manusia, Apa Solusinya?

Oleh: Badrul Tamam

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan aturan dan hukum bagi alam raya ini. Ia
tunduk dan patuh pada hukum tersebut. Di antaranya hujan, ia berjalan sesuai dengan aturan Allah
Ta'ala dan kehendak-Nya. Jika Dia menghendaki turun untuk membasahi bumi, maka turunlah ia.
Sebaliknya, jika menahan maka tak satu tetespun yang akan turun.

Sebagai muslim, kita meyakini dengan benar bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi kecuali dengan
perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di antaranya hujan, ia tidak akan turun kecuali dengan perintah
Allah Ta'ala. Jadi, turun dan tidaknya hujan itu dengan kehendak dan perintah Allah 'Azza wa Jalla. Dia
berfirman,

‫ت بأمهأجةة أماَ أكاَأن لأككمم أأمن تكمنبتتكوُاَ أشأجأرأهاَ أأئتلأههَ أمأع س‬


‫ات‬ ‫ض أوأأمنأزأل لأككمم تمأن اَلسسأماَتء أماَءء فأأ أمنبأمتأناَ بتته أحأداَئت أ‬
‫ق أذاَ أ‬ ‫ت أواَملأمر أ‬ ‫أأمم أممن أخلأ أ‬
‫ق اَلسسأماَأواَ ت‬

"Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit,
lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali
tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?" (QS. Al-
Naml: 60)

Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa hanya Dia-lah yang menciptakan langit berikut apa yang
ada di dalamnya berupa matahari, bulan, bintang, dan malaikat; Dia semata juga yang telah menciptakan
bumi dan apa saja yang ada di dalamnya seperti gunung, langit, sungai, pepohonan, binatang,dan
sebagainya. Dia juga menjelaskan, Dia yang menurunkan hujan dari langit untuk manusia, yang dengan
hujan itu Allah menumbuhkan kebun-kebun yang indah karena banyaknya pepohonan dan buah-buahan
yang beraneka ragam. Padahal kalau bukan karena pemberian hujan dari Allah tersebut, pepohonan tak
akan pernah ada. Tidak ada yang melakukan semua itu kecuali Allah SWT. Oleh karenanya, hanya Allah
SWT lah yang berhak disembah, karena Dialah Tuhan sebenarnya. Sedangkan sesembahan kepada
selain-Nya, adalah sesembahan yang batil.
Allah Ta'ala berfirman tentang proses perjalanan hujan, bahwa Dia semata yang melakukannya:

‫ب بتته أممن‬ ‫ف بأمينأهك ثكسم يأمجأعلكهك كرأكاَءماَ فأتأأرىَ اَملأوُمد أ‬


‫ق يأمخكركج تممن تخلِلتته أويكنألزكل تمأن اَلسسأماَتء تممن تجأباَةل تفيأهاَ تممن بأأرةد فأيك ت‬
‫صي ك‬ ‫أألأمم تأأر أأسن س‬
‫اأ يكمزتجيِ أسأحاَءباَ ثكسم يكأؤلل ك‬
‫صترفكهك أعمن أممن يأأشاَكء‬‫يأأشاَكء أويأ م‬

"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)
nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-
celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan
awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Nuur: 43)

Hujan Adalah Nikmat

Hujan merupakan nikmat yang besar dari Allah Ta'ala. Semua makhluk membutuhkannya, tidak
terkecuali manusia. Nikmat ini, -sebagaimana yang diterangkan Allah- menjadi sumber kehidupan semua
makhluk.

‫أوأجأعملأناَ تمأن اَملأماَتء ككسل أشميِةء أحييِ أأفأألِ يكمؤتمكنوُأن‬

"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"
(QS. Al-Anbiya': 30)

Dan sesungguhnya nikmat itu akan langgeng bersama syukur. Bahkan Allah akan menambah nikmat-
nikmat-Nya untuk orang yang bersyukur. Allah Ta'ala berfirman,

‫أوإتمذ تأأ أسذأن أربَبككمم لأئتمن أشأكمرتكمم ألأتزيأدنسككمم‬

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Al-Ibrahim: 7) Perhatikan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya, dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu
'Anhu,

‫ضىَ أعمن اَملأعمبتد أأمن يأأمككأل اَملأمكلأةأ فأيأمحأمأدهك أعلأميأهاَ أأمو يأمشأر أ‬
َ‫ب اَلسشمربأةأ فأيأمحأمأدهك أعلأميأها‬ ‫إتسن س‬
‫اأ لأيأمر أ‬

"Sesungguhnya Allah sangat Ridha kepada seorang hamba yang menikmati satu makanan lalu ia memuji
Allah (bersyukur) atas makanan itu, dan meneguk minuman lalu ia memuji Allah (bersyukur) atasnya."
(HR. Muslim dan al-Tirmidzi)

Dan syukur itu dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk taat dan patuh kepada-Nya. Belum
cukup hanya dengan mumuji-Nya, lalu menelantarkan perintah dan syariat-Nya, menerjang larangan dan
tidak menghindarinya. Maka jika yang terjadi demikian, nikmat itu akan diangkat dan berganti dengan
siksa.

‫أوإتمذ تأأ أسذأن أربَبككمم لأئتمن أشأكمرتكمم ألأتزيأدنسككمم أولأئتمن أكفأمرتكمم إتسن أعأذاَتبيِ لأأشتديهَد‬

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih"." (QS. Al-Ibrahim: 7)

Menurut imam Ibnu Katsir rahimahullah, "Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku kepadamu, pasti Aku akan
tambah dari nikmat itu untukmu." {dan jika kalian kufur},

maksudnya: kalian mengufuri nikmat-nikmat, menyembunyikan dan mengingkarinya { maka


sesungguhnya azab-Ku sangat pedih } dan itu dengan diangkatnya nikmat itu dari mereka dan menyiksa
mereka atas kekufuran terhadap nikmat-nikmat tadi."

Sesungguhnya hujan itu nikmat dari Allah dan termasuk rizki bagi hamba-hamba-Nya. Nikmat Allah tidak
akan diangkat kecuali disebabkan dosa. Nikmat itu tidak akan kembali kecuali dengan taubat dan taat.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

‫صيبكهك‬
‫ب يك ت‬ ‫إتسن اَملأعمبأد لأيكمحأركم اَللرمز أ‬
‫ق تباَلسذمن ت‬
"Sesungguhnya seorang hamba dihalangi rizkinya disebabkan dosa yang menimpanya." (HR. Ahmad dari
hadits Tsauban Radhiyallahu 'Anhu; dihassankan al-Iraqi sebagaimana yang terdapat dalam Al-Zawaid
milik al-Bushiri (1/161) dan dishahihkan oleh al-Arnauth)

Jadi sangat jelas, kemarau yang panjang di negeri kita ini disebabkan dosa-dosa penduduknya. Sehingga
ditahannya hujan menyebabkan banyak masyarakat menderita, kesulitan dapat air bersih, bahkan
sebagiannya dengan terpaksa menggunakan air kotor untuk mencuci, mandi, masak, dan minum. Gagal
panen juga menghantui di beberapa daerah, sehingga kemiskinan dan kelaparan mengancam. Bahkan di
beberapa tempat dikabarkan sudah banyak yang terpaksa mengonsumsi nasi aking (bekas), dan itupun
dengan susah payah didapatkan.

Dosa Penyebab Kemarau

Dari penjelasan di atas, dosa menyebabkan diangkatnya nikmat, di antaranya hujan. Karena itu, kita
harus sadar bahwa kemarau, kekeringan, gagal panen, kesulitan air bersih – semua ini- akibat dari dosa-
dosa kita, penduduk Indonesia. Di antara dosa-dosa tersebut, ditunjukkan oleh hadits yang dari Ibnu
Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berdiri di
hadapan kami lalu bersabda:

‫طاَكعوُكن‬ ‫ط أحستىَ يكمعلتنكوُاَ بتأهاَ إتسل فأأشاَ تفيتهمم اَل س‬


َ‫ظهأمر اَملأفاَتحأشةك تفيِ قأموُةم قأ ب‬ ‫س إتأذاَ اَمبتكتليتكمم بتتهسن أوأأكعوُكذ تباَسلت أأمن تكمدترككوُهكسن لأمم تأ م‬ َ‫أياَ أممعأشأر اَملكمأهاَتجتريأن أخمم ه‬
‫أ‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫س‬ ‫م‬
‫صوُاَ اَلتمكأياَأل أواَلتميأزاَأن إتل أتخذواَ تباَللستنيأن أوتشسدتة اَلأمكئوُنأتة أوأجموُتر اَلبَسلطاَتن أعلأميتهمم‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫م‬
‫ضموُاَ أولأمم يأنق ك‬ ‫س‬ ‫أ‬
‫ت تفيِ أمسألِفتتهمم اَلتذيأن أم أ‬ ‫ع اَلستتيِ لأمم تأككمن أم أ‬
‫ض م‬ ‫أواَملأموأجاَ ك‬
‫اك أعلأميتهمم أعكد وءواَ تممن‬‫ط س‬ ‫ات أوأعمهأد أركسوُلتته إتسل أسلس أ‬ ‫ضوُاَ أعمهأد س‬ ‫طكرواَ أولأمم يأمنقك ك‬ ‫أولأمم يأممنأكعوُاَ أزأكاَةأ أأممأوُاَلتتهمم إتسل كمنتكعوُاَ اَملقأ م‬
‫طأر تممن اَلسسأماَتء أولأموُأل اَملبأأهاَئتكم لأمم يكمم أ‬
‫م‬
‫اك بأأأسهكمم بأمينأهكمم‬ ‫اك إتسل أجأعأل س‬ ‫أ‬
‫ات أويأتأأخيسكرواَ تمسماَ أمنأزأل س‬ ‫ب س‬ ‫أ‬ ‫أ‬
‫ض أماَ تفيِ أميتديتهمم أوأماَ لأمم تأمحككمم أئتسمتكهكمم بتتكأتاَ ت‬ ‫أغميترتهمم فأأ أأخكذواَ بأمع أ‬

"Wahai sekalian Muhajirin, lima perkara apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah dari
kalian menjumpainya:

Tidaklah merebak perbuatan keji (seperti zina, homo seksual, pembunuhan, perampokan, judi, mabok,
konsumsi obat-obatan terlarang dan lainnya) di suatu kaum sehingga mereka melakukannya dengan
terang-terangan kecuali akan merebak di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un (semacam
kolera) dan kelaparan yang tidak pernah ada ada pada generasi sebelumnya.
Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan disiksa dengan paceklik panjang,
susahnya penghidupan, dan kezaliman penguasa atas mereka.

Tidaklah mereka menahan membayar zakat kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka. Dan
sekiranya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan.

Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan janji Rasul-Nya, kecuali akan Allah jadikan musuh mereka
(dari kalangan kuffar) menguasai mereka, lalu ia merampas sebagian kekayaan yang mereka miliki.

Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) berhukum dengan selain Kitabullah dan
menyeleksi apa-apa yang Allah turunkan (syariat Islam), kecuali Allah timpakan permusuhan di antara
mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih)." (HR Ibnu Majah dan Dishahihkan oleh
Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106)

Negeri kita memang kaya alamnya, tapi juga kaya kemaksiatannya. Kalau kita jujur, kemaksiatan-
kemaksiatan dalam hadits di atas, semuanya ada di sini. Misalnya zina dan homoseksual sudah dilakukan
secara terang-terangan.

Mengurangi timbangan dan takaran yang menjadi sebab peceklik panjang juga begitu. Hampir di setiap
pasar ditemukan. Alasan yang sering dilontarkan, "kalau tidak begini kita tak dapat untung." Seolah ini
menjadi pembenar perbuatan yang Allah haramkan.

Penyakit bakhil dengan menahan zakat dan tidak mengeluarkannya menjadi satu problem yang belum
terselesaikan. Bahkan menurut Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), potensi zakat secara nasional yang
diperkirakan mencapai Rp100 triliun per tahun. Namun zakat yang terkumpul oleh Baznas masih sangat
kecil, kurang dari 2 persennya, (antaranews.com, 11 Agustus 2010). Padahal zakat adalah rukun ketiga
dari rukun Islam yang lima, sesudah syahdatain dan shalat. Merupakan kewajiban yang jelas perintahnya
dalam Al-Qur'an, Sunnah, dan ijma'. Sedangkan siapa yang mengingkari hukum wajibnya ia menjadi kafir,
keluar dari Islam.
Melanggar janji Allah berupa menegakkan tauhid juga diingkari. Padahal bagi setiap insan, itu sudah
diikrarkan saat dia berada di alam ruh, ketika berada dalam rahim ibu yang mengandungnya.

Apa Solusinya?

Solusi dari musibah dan bencana di atas adalah

kembali kepada Allah dengan tunduk dan patuh pada hukum-hukum-Nya,

melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang dilarang oleh-Nya.

Menghalalkan yang telah Allah halalkan dan mengharamkan apa yang diharamkannya.

Menegakkan syariat-Nya di bumi yang telah diciptakan oleh-Nya dan diamanahkan kepada kita untuk
mengelolanya.

Lalu bertaubat dari berbagai dosa dan kesalahan, dan memperbanyak istighfar.

‫ت أويأمجأعمل لأككمم أأمنأهاَءراَ أماَ لأككمم أل‬


‫ت اَمستأمغفتكرواَ أربسككمم إتنسهك أكاَأن أغسفاَءراَ يكمرتستل اَلسسأماَأء أعلأميككمم تممدأراَءراَ أويكممتدمدككمم بتأ أممأوُاَةل أوبأتنيأن أويأمجأعمل لأككمم أجسناَ ة‬
‫فأقكمل ك‬
َ‫تأمركجوُأن تسلت أوأقاَءرا‬

"Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?" (QS. Nuuh: 10-13)

Dengan memperbanyak istighfar Allah akan menurunkan hujan, menganugerahkan keturunan yang baik,
anak shalih, rizki halal dan banyak. Sesungguhnya taubat dan istighfar itu menjadi cara terbaik untuk
mendapatkan curahan nikmat dan hujan, serta menghindarkan dari bencana dan musibah.

Anda mungkin juga menyukai