Anda di halaman 1dari 4

Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.

php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 3 (2), September 2016, 62-65

MODIFIKASI TINDAKAN : PIJAT TUINA DAN COACHING PADA


KELUARGA MENURUNKAN STATUS RESIKO GIZI KURANG
ANAK USIA SEKOLAH
Dely Maria*), Agus Setiawan
Akademi Keperawatan Rumah Sakit Jakarta
Jl. Jend Sudirman Kav. 49 Jakarta Selatan 12510 Telp. : +62-21 574.1401

Abstrak
Nutrisi merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh keluarga terhadap anak usia
sekolah, dengan tujuan mempertahankan berat badan dan meningkatkan status kognitif melalui
berbagai macam cara. Tujuan studi kasus ini untuk menurunkan status resiko gizi kurang pada anak
usia sekolah dengan pendekatan tingkat keluarga. Desain penelitian menggunakan metode quasi
eksperimen, responden sebesar 10 keluarga. Hasil studi kasus ini didapatkan 7 keluarga mengalami
peningkatan tingkat kemandirian keluarga (KM II menjadi KM III), dan dua keluarga tetap berada di
KM II dikarenakan faktor risk yang belum terselesaikan yaitu faktor ekonomi. Hasil dari therapy pijat
TUINA terjadi peningkatan nafsu makan, namun secara pemenuhan porsi makan dan jenis makanan
belum terpenuhi.

Kata kunci : TUINA, kemandirian, gizi kurang

Abstract
[Behavior Modification: TUINA Massage And Coaching On Families Reduce The Risk Of Less
Nutrition Status Of School Age Children] Nutrition is a basic need that must be met by the family of
the children of school age, with the goal of maintaining weight loss and improve cognitive status in
various ways. The purpose of these case studies to lower the risk status of malnutrition among school-
age children with family -level approach. The study design using quasi-experimental method, the
respondent amounted to 10 families. The results of this case study found seven families have increased
the level of independence of the family (KM II became KM III), and the two families remain in KM II
due to risk factors that have not been resolved is the economic factor. Results of TUINA massage
therapy increased appetite, but in fulfillment of food portions and types of food have not been met .

Keywords : TUINA, independence, malnutrition

1. Pendahuluan keluarga pada hubungan antar anggota keluarga),


Keluarga memiliki peran penting dalam keluarga sebagai klien (seluruh anggota keluarga
menentukan status gizi anak usia sekolah, demikian dipandang sebagai klien), keluarga sebagai
juga kemampuan keluarga dalam memenuhi tugas komponen masyarakat (keluarga dipandang sebagai
kesehatan keluarga dalam pemenuhan nutrisi anak subsistem dalam sebuah system yang lebih luas yaitu
usia sekolah. Keluarga adalah terdiri dari dua orang masyarakat) (Friedman, 2003).
atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama Status gizi anak usia sekolah dapat dikaitkan
lain dalam segi emosional, fisik dan ekonomi dengan fungsi keluarga. Friedman, Bowden (2003),
(Hanson, dalam Kaakinen, 2010). fungsi keluarga terdiri dari 5 fungsi yaitu fungsi
Pelayanan keperawatan keluarga memiliki afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
lima tingkat keperawatan keluarga yaitu keluarga ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan. Fungsi –
dipandang sebagai konteks (individu sebagai focus fungsi tersebut akan dikaitkan dengan status gizi anak
keperawatan), keluarga dipandang sebagai kumpulan usia sekolah. Fungsi afektif merupakan fungsi
individu (sasaran asuhan keperawatan pada anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan.
keluarga), keluarga sebagai sistem (fokus asuhan Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan
pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai
------------------------------------------------------------- dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
*) Penulis Korespondensi perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
Email: clara_laalaa@yahoo.com meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bila
dihubungkan dengan nutrisi, keluarga berperan dalam
Copyright ©2016, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, ISSN: 2088-8872
62
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 3 (2), September 2016, 62-65

mengajarkan anak tentang nutrisi yang sehat, perilaku perilaku, modifikasi lingkungan, modifikasi gaya
jajan. hidup, advokasi keluarga, manajemen kasus,
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konseling, pemberdayaan.
keluarga seperti sandang, pangan, papan dan Klasifikasi intervensi keperawatan keluarga
kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana meliputi supplemental (perawatan langsung/direct
keluarga, mencari sumber penghasilan guna care), fasilitatif (pemanfaatan fasilitas kesehatan) dan
memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan developmental (terapi keluarga). Penggolongan
penghasilan keluarga, dan menabung untuk intervensi menurut Wright and Leahey berupa
memenuhi kebutuhan keluarga. kognitif, psikomotor dan afektif.
Fungsi ekonomi merupakan faktor risiko Pengelolaan studi kasus ini melalui model
terhadap masalah nutrisi (Hitchock, 1999). Family Centered Nursing (FCN). FCN disini meliputi
Kemampuan keluarga menjalankan fungsinya secara tahap perkembangan dan riwayat keluarga dengan
ekonomi berarti keluarga tersebut memiliki anak usia sekolah resiko gizi kurang, struktur
kemampuan dalam memenuhi nutrisi anak usia keluarga, fungsi keluarga khususnya fungsi
sekolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif. perawatan kesehatan yaitu keyakinan; nilai; perilaku
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kesehatan; tingkat pengetahuan; status kesehatan
prevalensi nasional anak usia sekolah (6 - 12 tahun), keluarga; tindakan pencegahan terhadap resiko gizi
kategori gizi kurang sebesar 11.2%. Hasil dari kurang, stress koping dan adaptasi keluarga.
penyebaran kuesioner ditemukan faktor risiko dari Selain menggunakan model Family Centered
keluarga yang mempengaruhi masalah gizi yaitu Nursing (FCN), dilakukan modifikasi tindakan
keluarga masih belum menyediakan sayur tiap hari melalui cara pengukuran tingkat kemandirian
(27,9%), belum menyediakan buah tiap hari (25,6%), keluarga dan therapy modalitas yaitu Therapi Pijat
menganggap berat badan kurang merupakan hal yang TUINA.
biasa (24.3%), keluarga tidak menyediakan sarapan
tiap hari (45,3%). 2. Bahan dan Metode
Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga di Desain penelitian menggunakan desain quasi
bidang kesehatan melalui tingkat kemandirian eksperimen. Sampel yang diambil adalah keluarga
keluarga berdasarkan keputusan menteri kesehatan yang memiliki anak usia sekolah dengan resiko gizi
no. 279 tahun 2006. Tingkat kemandirian tersebut kurang. Jumlah keluarga yang diambil adalah 10
meliputi menerima petugas kesehatan, menerima keluarga. Bahan yang digunakan dalam pendekatan
pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan, pada keluarga menggunakan diri sendiri dan minyak
tahu dan dapat mengungkapkan masalah telon/kayu putih sebagai media dalam melakukan
kesehatannya secara benar, memanfaatkan fasilitas therapy pijat TUINA.
pelayanan kesehatan sesuai anjuran, melakukan
tindakan pencegahan secara aktif, melakukan 3. Hasil dan Pembahasan
tindakan pencegahan secara aktif. Hasil wawancara pada 10 keluarga, sebagian
Tingkat kemandirian I meliputi menerima besar keluarga menganggap bahwa anak kurus
petugas kesehatan, menerima pelayanan kesehatan merupakan hal yang biasa, dan yang penting anak
sesuai rencana keperawatan. Tingkat kemandirian mereka lincah. Keluarga mengatakan tidak tau kalo
II yaitu menerima petugas kesehatan, menerima berat badan kurang merupakan hal yang bermasalah,
pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan, porsi makan dalam sehari belum diketahui oleh ibu.
tahu dan dapat mengungkapkan masalah Pola makan keluarga rata rata dengan frekuensi
kesehatannya secara benar dan memanfaatkan makan anak-anak 3-4 kali sehari, namun Ibu. P 1-2
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran. Tingkat kali sehari karena tidak nafsu makan. Sebagian besar
kemandirian III terdiri dari menerima petugas keluaarga binaan pada tingkat kemandirian keluarga
kesehatan, menerima pelayanan kesehatan sesuai KM II-III.
rencana keperawatan, tahu dan dapat Anak dengan risiko gizi kurang memiliki
mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar perilaku makan yang kurang sehat (makan
dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan karbohidrat dengan kaarbohidrat, protein seadanya,
sesuai anjuran, melakukan tindakan keperwatan sukar makan sayur dan buah) dan kemampuan secara
sederhana sesuai dengan anjuran, dan melakukan ekonomi yang mendukung tidak terpenuhinya gizi
tindakan pencegahan secara aktif. Tingkat seimbang sehingga terjadi risiko gizi kurang bahkan
kemandirian IV terdiri dari kemampuan klg gizi kurang.
kemandirian III dan melakukan tindakan promotif Faktor yang mendukung terjadinya risiko gizi
secara aktif. kurang yaitu pendidikan keluarga, status ekonomi,
Implementasi keperawatan keluarga dilakukan pengetahuan keluarga mengenai gizi, daya beli
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi keluarga rendah, keterbatasan sumber daya keluarga,
yang dilakukan oleh seorang perawat kepada dan pola pengasuhan praktik gizi yang kurang
keluarga yaitu coaching dan guidance, modifikasi Analisis situasi pada satu keluarga yang dijelaskan
Copyright ©2016, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, ISSN: 2088-8872
63
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 3 (2), September 2016, 62-65

dikarenakan keluarga ini memiliki masalah yang hidup sehat serta dampak yang ditimbulkan tidak
kompleks. dirasakan langsung secara cepat.
Kesulitan dalam meningkatkan status nutrisi
Tabel 1. Gambaran singkat tingkat kemandirian 10 pada keluarga atau meningkatkan kemandirian
keluarga binaan dibawah ini : keluarga dikarenakan salah satu faktornya yaitu
Tingkat Tingkat social ekonomi. Penghasilan yang tidak memadai
Keluarga kemandirian kemandirian dalam pemenuhan nutrisi menjadi kendala dalam
binaan keluarga keluarga peningkatan status nutrisi.
Pre – intervensi Post - intervensi Penguatan tindakan keperawatan pada
I II III IV I II III IV keluarga terhadap penanganan gizi kurang adalah
Bpk. R √ √ praktik diet keluarga yang dioptimalkan. Sebagian
Bpk. K √ √ besar (90%) keluarga berada pada status sosial
Bpk. W √ √ ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan hasil
Bpk. D √ √ wawancara dan observasi, sebagian besar keluarga
Bpk. S(1) √ √ tidak memperhatikan menu seimbang bagi anak usia
Bpk. S(2) √ √ sekolah dengan resiko gizi kurang.
Bpk. A √ √ Gizi seimbang yang diajarkan mengacu pada
Bpk. P √ √ Tumpeng Gizi Seimbang. Keluarga diberi pendidikan
Bpk. F √ √ kesehatan terlebih dahulu untuk meningkatkan
Bpk. O √ √ pengetahuan tentang gizi agar dari internalisasi
pengetahuan dapat diaplikasikan menjadi perilaku
Tabel tingkat kemandirian keluarga (10 sehari-hari (Pender&Murdaugh, 2006).
keluarga) menggambarkan sebelum dilakukan Fokus bimbingan (coaching) pada keluarga
intervensi didapatkan tingkat kemandirian II. Setelah adalah menyusun menu seimbang sesuai jenis dan
dilakukan intervensi pada tiap keluarga berupa porsi. Keluarga diperkenalkan nilai gizi yang
pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang dan gizi terkandung dalam setiap makanan, cara pengolahan
kurang, penjadualan makan dan porsi makan tiap hari yang baik, frekuensi makan serta ukuran porsi.
berdasarkan umur, therapi pijat TUINA, dilanjutkan Keluarga dibimbing dalam membuat menu seimbang
dengan dilakukan evaluasi tingkat kemandirian berdasarkan kemampuan keluarga. Ukuran porsi
keluarga. karbohidrat khusus nasi dikonversi ke dalam gelas
Hasil evaluasi tersebut 7 keluarga mengalami yang dimiliki keluarga. Pengetahuan dan
peningkatan tingkat kemandirian keluarga (KM II- keterampilan yang dimiliki diterapkan pada AUS
KM III), dan dua keluarga tetap berada di KM II dengan gizi kurang, keluarga dapat menyusun menu
dikarenakan faktor risk yang belum terselesaikan seimbang dan dipraktekkan sesuai keadaan ekonomi
yaitu faktor ekonomi. Faktor ekonomi mempengaruhi namun belum sesuai porsi.
kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan Setiap keluarga juga diajarkan cara menilai
nutrisi anak usia sekolah. status gizi AUS. Tujuan yang diharapkan agar dapat
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada menilai anggota keluarga sehingga dapat mengatur
10 keluarga binaan. Keluarga binaan diawali dari pola makan anak. Keluarga belum mengetahui porsi
kemandirian keluarga (KM-II). Terdapat tujuh dan ukuran makan untuk anak usia sekolah.
keluarga menjadi KM-III dan 3 keluarga tetap Pendidikan keluarga rata-rata SMA.
menjadi KM II. Sebagian besar keluarga belum Pengetahuan selalu dihubungkan dengan tingkat
melakukan tindakan promosi secara aktif, karena pendidikan seseorang. Hal ini dimungkinkan karena
akibat gizi kurang belum dirasakan atau terlihat seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung
dampak negative dari anak gizi kurang. memiliki wawasan yang lebih baik dibanding yang
Seluruh keluarga dilakukan tindakan therapy pendidikan rendah, dan diharapkan informasi
pijat TUINA dengan frekuensi yang sama setiap kesehatan yang diberikan lebih mudah dicerna dan
keluarga sebanyak dua kali dalam seminggu diterima.
(dilakukan oleh penulis) dan 2 kali oleh keluarga. Praktik diet keluarga terkait protein, buah dan
Hasil dari therapy tersebut terjadi peningkatan nafsu sayur bagi keluarga belum konsisten dikarenakan
makan, namun secara pemenuhan makan sesuai porsi beberapa anggota keluarga tidak suka mengkonsumsi
dan jenis makanan belum terpenuhi. buah dan sayur. Notoatmojo (2010) menjeiaskan
Dari 10 keluarga yang dilakukan asuhan bahwa faktor nilai dan budaya dapat menjadi
keperawatan keluarga ada tiga keluarga yang belum penghambat berperilaku kesehatan, oleh karena itu
terjadi peningkatan kemandirian dikarenakan budaya yang terkait perilaku sehat perlu diajarkan
berbagai faktor. Notoatmojo (2010) mengatakan sejak awal termasuk budaya makan protein, sayur
bahwa ada tiga hal yang membuat seseorang lambat dan buah.
melakukan perilaku kesehatan yaitu pengetahuan Motivasi orangtua juga menentukan terhadap
yang terbatas, motivasi kurang dan keterampilan perbaikan praktik diet keluarga. Lindsay et al (2006)
Copyright ©2016, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, ISSN: 2088-8872
64
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 3 (2), September 2016, 62-65

juga mendukung keterlibatan dan upaya langsung terhadap kebutuhan fisik, emosional dan
dari orangtua perlu dimulai sejak dini pada tahap pembentukan kepribadian.
tumbuh kembang anak dalam melaksanakan praktek
hidup sehat baik di dalam maupun di luar rumah.
Pendapatan memiliki dampak terhadap status
gizi, khususnya status gizi tidak baik (kekurusan dan 4. Kesimpulan
gemuk). Hal ini dikemukakan oleh Peningkatan kemandirian keluarga terhadap
Taylor;Evers;Kenna (2005), bahwa pendapatan penananganan resiko gizi kurang yaitu sebagian besar
identik dengan keterbatasan dalam pemilihan keluarga yang memiliki tingkat KM-II meningkat
makanan yang diartikan kecenderungan seorang menjadi KM-III
individu dalam memilih bahan makanan yang tinggi
gula dan lemak dikarenakan dari segi biaya lebih 5. Daftar Pustaka
murah. Friedman,. M,. Bowden, V.R,. Jones, E.G. (2003). Fa
Hal yang demikian berdampak pada malnutrisi mily nursing : Research
dan meningkatnya resiko dan terpaparnya penyakit theory& Practice. Fifth edition. New Jersey.
(Kanao;Osama;Abu-nada;Zabut, 2009). Diperkuat di Person Education Inc.
dalam penelitian bahwa keluarga dengan status Hittchock, J.E et al. (1999). Community health nursin
ekonomi rendah jarang sarapan pagi, terbatas dalam g.Caring in action.New York.Delmar Publis
mengkonsumsi buah dan sayur, makan snack ringan her
dan permen. Kanao.,Osama.,Abu-Nada.,Baker.(2009).Nutritional
Tehnik modifikasi perilaku dengan sistem status correlated with sosiodemographic
reward dan punishment membantu anak untuk and economic factors among preparatory
mengurangi perilaku yang kurang baik. Modifikasi school-aged children in the Gaza strip. 113-
perilaku tidak bertahan lama jika keluarga kurang 119. Journal Pubic Health
peduli sehingga kembali ke perilaku awal. Kaakinen Laporan nasional Riskesdas tahun 2013.
et al (2010) sependapat bahwa keberhasilan atau www.depkes.go.id. Diakses tanggal 25 Mare
kegagalan pada anggota keluarga karena pengaruh t 2014
dukungan emosional, fisik dan ekonomi yang adekuat Notoatmodjo, S. (2010). Kesehatan masyarakat Ilmu
atau tidak adekuat. Friedman, Bowden dan Jones dan seni. Jakarta:Rineka Cipta
(2003) menambahkan bahwa keluarga berfungsi Pender. (2002).Health promotion in nursing
practice.Fifth edition

Copyright ©2016, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, ISSN: 2088-8872


65

Anda mungkin juga menyukai