Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PARASETAMOL TERHADAP KERUSAKAN HATI

RISKA DITIANA
118260096
TPB 27

PROGRAM STUDI FARMASI


JURUSAN SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2018 / 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Parasetamol Terhadap Kerusakan Hati


2. Rumpun Ilmu : Sains
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Riska Ditiana
b. NIM : 118260096
c. Pangkat / Golongan :-
d. Jabatan Fungsional :-
e. Program Studi : Farmasi
f. Telp / HP / Fax : 082278742744
g. Alamat Email : riska@student.itera.ac.id
4. Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap : Bunga Luthfia
b. NIM :-
c. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sumatera
5. Anggota Peneliti 2
a. Nama Lengkap : Dwi Wijayanti
b. NIM : -
c. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sumatera
6. Anggota Peneliti 3
a. Nama Lengkap : Islamey Rahmasari
b. NIM :-
c. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sumatera
7. Biaya penelitian
a. Dana pribadi Rp. -
b. Sumber lain (sebutkan jika ada) Rp. -
Jumlah Rp. -

Lampung Selatan, 07 November 2018


Mengetahui, Ketua Peneliti
Ketua Jurusan Sains

Riska Ditiana

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan
sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan karya ilmiah ini
dengan tepat waktu, yang saya beri Judul “Pengaruh Parasetamol Terhadap Kerusakan
Hati”.
Tujuan dari penyusunan laporan karya ilmiah ini guna memenuhi salah satu tugas Pengantar
Komputer dan Software (PKS) di Institut Teknologi Sumatera (ITERA).

Didalam pengerjaan laporan karya ilmiah ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat
membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih
sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Wahyu Sasongko Putro selaku dosen Pengantar Komputer dan Software TPBD
27.
2. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada penulis
secara moril maupun materil hingga laporan karya ilmiah ini dapat selesai.
3. Kakak dan adik tercinta juga anggota keluarga dan kerabat yang senatiasa
memberikan doa dan dukungan semangat kepada penulis.
4. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta yang tiada henti memberi dukungan dan
motivasi kepada penulis.
5. Jihad Abdurrahman Fauzi sebagai mantan yang selalu mendukung saya tetapi saat ini
telah berpaling ke wanita lain.

Lampung Selatan, 07 November 2018

Penulis

Riska Ditiana

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................................. ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................................... 1
C. Pembatasan Masalah .................................................................................................................... 1
D. Perumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................................................... 2
F. Kegunaan Penelitian ..................................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................... 3
A. Parasetamol ................................................................................................................................... 3
B. Dosis Parasetamol ............................................................................................................................ 4
BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................................................... 6
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................................................... 6
B. Pengumpulan Data........................................................................................................................ 6
C. Bahan dan Alat .............................................................................................................................. 6
D. Langkah-langkah penelitian ........................................................................................................ 6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 8
A. HASIL ............................................................................................................................................ 8
B. PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 9
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 11
A. SIMPULAN ................................................................................................................................. 11
B. SARAN ......................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 1

iv
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tanggung jawab profesi seorang farmasis adalah memberikan layanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien, yang disebut dengan pharmaceutical care
(asuhan kefarmasian). Dalam terapi obat pasien, seorang farmasis diharapkan dapat
mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (Drug
Related Problems) baik yang telah terjadi atau yang berpotensi untuk terjadi,
kemudian mengupayakan penanganannya dan pencegahan terhadap masalah yang
teridentifikasi (Trisna, 2003).
Salah satu masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat adalah reaksi obat yang
tidak dikehendaki (ROTD / adverse drug reaction) . ROTD adalah respons terhadap
obat yang membahayakan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis lazim dan
dipakai oleh manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi (G Onder,
2002).

Parasetamol merupakan obat penurun panas dan pereda nyeri yang telah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Metabolit Fenasetin ini diklaim sebagai zat antinyeri yang
paling aman sebagai swamedikasi1.Parasetamol cenderung aman ketika digunakan
sesuai dengan takarannya dan dapat menimbulkan hepatotoksik pada pemakaian lebih
dari 4 gram atau seseorang yang beresiko terkena hepatotoksik. Parasetamol dikaitkan
pula dengan penyebab utama terjadinya Acute Liver Failure (ALF) di Amerika
Serikat (AM Larson, 2005).

Di Amerika, lembaga Food and Drug Administration (FDA) mencatat sebanyak 307
kasus hepatotoksik yang berkaitan dengan penggunaan Parasetamol dari Januari 1998
hingga 2001. Sebanyak 60% penderita hepatotoksik dikategorikan sebagai pasien
gagal hati parah, sedangkan 40% penderita meninggal dunia. Reaksi pada kulit dan
hipersensitivitas lain dilaporkan pernah terjadi meski jarang terjadi (WHO, 1972).

B. Identifikasi Masalah
1. Masyarakat minim pengetahuan tentang obat-obatan.
2. Obat-obat yang dipakai kadang tidak sesuai dengan penyakit yang diderita.

C. Pembatasan Masalah
Mengingat pembahasan mengenai penyakit kerusakan hati sangatlah luas, maka pada
pembahasan kali ini akan dibatasi permasalahan seputar kerusakan hati yang
disebabkan oleh obat parasetamol serta dosis dan penggunaan parasetamol yang tepat
agar tidak menyebabkan kerusakan hati.

1
Sumber asli: https://hellosehat.com/obat/paracetamol-acetaminophen/

1
D. Perumusan Masalah
1. Apakah penggunaan parasetamol dapat membuat kerusakan hati?
2. Bagaimanakah penggunaan serta dosis parasetamol yang tepat?

E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui faktor yang dapat membuat parasetamol menyebabkan kerusakan
hati.
2. Mengetahui penggunaan serta dosis parasetamol yang tepat.

F. Kegunaan Penelitian
1. Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang faktor yang membuat
parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati.
2. Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang penggunaan serta dosis
parasetamol yang tepat.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen telah ditemukan sebagai obat analgesik yang efektif
lebih dari satu abad yang lalu tepatnya pada tahun 1893, tetapi hingga sekarang para
ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat tersebut. Parasetamol
adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer di masyarakat luas, bahkan
mungkin dapat dikategorikan sangat terkenal. Parasetamol sangat mudah didapatkan
secara bebas di warung-warung, apotek, rumah sakit dan semua sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Obat ini terkenal dimasyarakat sebagai pelega sakit kepala, sakit
ringan, serta demam (Louis S. Goodman, 2003).

Parasetamol merupakan sintesis dari derivat para aminofenol non-opiat yang


ditujukan untuk penggunaan analgesik dan antipiretik. Mekanisme kerja dari
Parasetamol ini mirip dengan salisilat. Pada dosis lazim, daya analgesik dan
antipiretik Parasetamol mirip dengan aspirin. Efek analgesik dari Parasetamol
diperkuat oleh kodein dan kofein dengan kira-kira 50% (Louis S. Goodman, 2003).

Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung,


mempengaruhi koagulasi darah, atau memengaruhi fungsi ginjal. Namun dari semua
kelebihan parasetamol obat ini juga memiliki beberapa kekurangan dan efek samping.
Pada dosis yang besar (lebih dari 2000 mg per hari) dapat meningkatkan risiko
gangguan pencernaan bagian atas. Selain itu, penggunaan parasetamol diatas rentang
dosis terapi dapat menyebabkan gangguan hati (AM Larson, 2005).

Parasetamol merupakan penyebab utama dari penyakit gagal hati akut di Amerika
Serikat, dan hampir setengah dari kasus tersebut disebabkan oleh overdosis yang tidak
sengaja. Obat ini umumnya dianggap aman, tetapi dosis tinggi dapat mematikan. Pada
tahun 2006, American Association of Poison Control Centers mencatat hampir
140.000 keracunan dikaitkan dengan parasetamol dimana lebih dari 100 pasien
meninggal. Menurut pernyataan dari American Association for the Study of Liver
Diseases (AASLD), kejadian parasetamol terkait dengan toksisitas hati menjadi
penyebab paling umum dari gagal hati akut (Corey R, 2010).

Kasus yang sama juga dilaporkan terjadi di Inggris. Tercatat keracunan akibat
parasetamol terus meningkat dari tahun 1950 hingga pertengahan 1970-an, sehingga
parasetamol telah menjadi zat yang paling sering untuk percobaan bunuh diri. Di
Oxford, Inggris, proporsi overdosis dengan parasetamol meningkat dari 14,3% pada
tahun 1976 menjadi 42% pada tahun 1990. Pada tahun 1993, 47,8% dari semua yang
terlibat overdosis adalah kasus parasetamol. Hal ini juga semakin umum di Negara
Denmark dan Australia. Di skotlandia, tingkat overdosis parasetamol meningkat
hampir 400% antara tahun 1981-1983 dan 1991-1993 (Sheen CL, 2010).

3
Pada penelitian sebelumnya, telah dibuktikan bahwa penggunaannya parasetamol
dalam dosis besar dan jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko hepatotoksik.
Penggunaan parasetamol dalam dosis besar dan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan pada hati, untuk itu parasetamol dikontraindikasikan untuk
pasien dengan gangguan fungsi hati berat. Wanita hamil dapat menggunakan
parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai susu ibu. Interaksi
dengan dosis tinggi memperkuat efek antikoagulansia dan pada dosis biasa tidak
interaktif (Trisna, 2003).
Cara kerja parasetamol sebagai analgetik dengan meningkatkan ambang rangsang rasa
sakit pada prostalglandin. Cara kerja parasetamol sebagai antipiretik diduga bekerja
langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus.
Parasetamol merupakan obat yang sangat aman, tetapi bukan berarti tidak berbahaya.
Sejumlah besar parasetamol akan melebihi kapasitas kerja hati, sehingga hati tidak
dapat menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Akibatnya, terbentuk
suatu zat racun yang dapat merusak hati. Keracunan parasetamol pada anak-anak yang
belum mencapai masa puber jarang berakibat fatal. Pada anak-anak yang berumur
lebih dari 12 tahun overdosis acetaminophen dapat menyebabkan kerusakan hati
(Ahmad M. Zaffer, 2009).

B. Dosis Parasetamol

Dosis parasetamol yang tepat untuk orang dewasa yang menderita demam adalah
sebanyak 500mg dan diminum setiap 4-6 jam sekali. Dosisi parasetamol untuk orang
dewasa yang menderita nyeri adalah sebanyak 500mg dan diminum setiap 4-6 jam
sekali. Sedangkan dosis parasetamol untuk anak-anak berbeda.

Dosis paracetamol untuk demam pada bayi prematur usia 28-32 minggu:

 Dosis infus: 20 mg/kg diikuti dengan 10 mg/kg/dosis tiap 12 jam


 Oral: 10-12 mg/kg/dosis tiap 6-8 jam. Dosis oral maksimal harian: 40 mg/kg/hari
 Rektal: 20 mg/kg/dosis tiap 12 jam. Dosis rektal maksimal harian: 40 mg/kg/hari

Dosis paracetamol untuk demam pada bayi prematur usia 32-37 minggu dan
bayi baru lahir yang berumur kurang dari 10 hari:

 Dosis infus: 20 mg/kg diikuti dengan 10 mg/kg/dosis tiap 6 jam


 Oral: 10-15 mg/kg/dosis tiap 6 jam. Dosis oral maksimal harian: 60 mg/kg/hari
 Rektal: dosis awal: 30 mg/kg; lalu 15 mg/kg/dosis tiap 8 jam. Dosis rektal
maksimal harian: 60 mg/kg/hari

Dosis paracetamol untuk demam pada bayi baru lahir yang berumur lebih dari
atau sama dengan 10 hari:

 Dosis infus: 20 mg/kg diikuti dengan 10 mg/kg/dosis tiap 6 jam


 Oral: 10-15 mg/kg/dosis tiap 6 jam. Dosis oral maksimal harian: 90 mg/kg/hari
 Rektal: dosis awal: 30 mg/kg; lalu 20 mg/kg/dosis tiap 6-8 jam. Dosis rektal
maksimal harian: 90 mg/kg/hari

4
Dosis paracetamol untuk demam pada balita dan anak-anak:

 Infus, di bawah 2 tahun: 7.5-15 mg/kg/dosis tiap 6 jam. Dosis maksimal harian: 60
mg/kg/hari
 Infus, 2-12 tahun: 15 mg/kg tiap 6 jam atau 12.5 mg/kg tiap 4 jam. Dosis
maksimal harian: 15 mg/kg
 Oral, 10-15 mg/kg/ dosis tiap 4-6 jam saat diperlukan; jangan melebihi 5 dosis
dalam 24 jam. Total dosis maksimal harian: 75 mg/kg/hari tidak melebihi 3750
mg/hari

Alternatif lain, produsen memberikan saran dosis sebagai berikut:

 2.7-5.3 kg, 0-3 bulan: 40 mg


 5.4-8.1 kg, 4-11 bulan: 80 mg
 8.2-10.8 kg, 1-2 tahun: 120 mg
 10.9-16.3 kg, 2-3 tahun: 160 mg
 16.4-21.7 kg, 4-5 tahun: 240 mg
 21.8-27.2 kg, 6-8 tahun: 320 mg
 27.3-32.6 kg, 9-10 tahun: 400 mg
 32.7-43.2 kg, 11 tahun: 480 mg

Produsen menyarankan penggunaan berat badan untuk memilih dosis. Apabila berat
badan tidak tersedia, usia dapat digunakan.

Jika dosis terlewati, maka minum sesegera mungkin. Namun bila sudah mendekati
waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis
yang biasa. Jangan menggandakan dosis (Ajibola, 2005).

5
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang dan
Laboratorium Balai Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

B. Pengumpulan Data

a. Metodi Studi Pustaka


Metode ini berupa pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi-
informasi penting pada buku-buku literatur yang berhubungan dengan obat
parasetamol serta dosis pemakaiannya.

b. Metode Observasi
Metode ini berupa pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan
eksperimen parasetamol pada tikus selama 7 hari.

C. Bahan dan Alat

1. Bahan
Bahan yang digunakan penelitian ini antara lain :
-Lima ekor tikus wistar jantan usia 2-3 bulan dengan berat badan 200-250 gram
- Parasetamol 18mg

2. Alat
Alat yang diunakan dalam penelitian ini antara lain :
- Jarum sonde
- Pipa kecil
- Akuarium

D. Langkah-langkah penelitian
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Suntikkan parasetamol ke tikus menggunakan jarum sonde atau pipa kecil. Lalu
letakkan tikus wistar di dalam aquarium.
3. Untuk kelompok perlakuan satu, berikan parasetamol dosis 18mg 4x sehari
selama 2 hari
4. Untuk kelompok perlakuan dua, berikan parasetamol dengan dosis 18mg 4x sehari
selama 4 hari
5. Analisislah kadar SGOT pada kelompok perlakuan menggunakan uji independen
t-test.

6
6. Ujikanlah tikus menggunakan one way Anova terhadap delta kadar kolesterol
LDL, kolersterol HDL, dan rasio LDL/HDL. Lalu catatlah hasilnya.
7. Catatlah proses yang terjadi selama 7 hari.

7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Jumlah tikus yang digunakan sebanyak 21 ekor dimana 15 ekor tikus sebagai hewan
percobaan dan 6 tikus sebagai cadangan. Pada tanggal 20 maret 2013, 1 sampel pada
kelompok kontrol mati. Pada tanggal 21 maret 2013, 1 sampel pada kelompok perlakuan 2
mati. Akan tetapi, hingga akhir penelitian jumlah sampel minimal masih tercukupi sehingga
analisis data masih dapat dilaksanakan sesuai proposal.
Analisis perbandingan kadar SGOT kelompok kontrol dan kedua kelompok perlakuan yang
diberikan parasetamol selama 2 dan 4 hari adalah sebagai berikut:

(Zulizar, 2013)

(Zulizar, 2013)

8
(Zulizar, 2013)

Keterangan
P1 : perbandingan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan
parasetamol dosis analgesik setelah 2 hari
P2 : perbandingan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan
parasetamol dosis analgesik setelah 4 hari
P3 : perbandingan kelompok perlakuan yang diberikan parasetamol dosis analgesik setelah 2
hari dan 4 hari

B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian parasetamol dosis analgesik menyebabkan
meningkatnya kadar SGOT. Kadar SGOT pada kelompok perlakuan yang diberikan
parasetamol dosis analgesik setalah 2 hari terlihat meningkat secara bermakna apabila
dibandingkan dengan kadar SGOT pada kelompok kontrol yang tidak diberikan parasetamol.
Hal serupa juga didapatkan pada kelompok perlakuan yang diberikan parasetamol dosis
analgesik setelah 4 hari terlihat meningkat secara bermakna apabila dibandingkan dengan
kadar SGOT pada kelompok kontrol. Peningkatan ini disebabkan karena pada keadaan
overdosis parasetamol, kadar GSH yang mengkonjugasi senyawa N-asetil
parabenzoquinonimin dalam sel hati menjadi sangat rendah. GSH merupakan faktor penting
dalam pertahanan terhadap anti oksidan. Apabila GSH berkurang, sel-sel hati cenderung
rentan mengalami kerusakan. Berkurangnya GSH juga memungkinkan senyawa N-asetil-
para-benzoquinonimin berikatan secara kovalen pada makromolekul sel sehingga terjadi
disfungsi berbagai sistem enzim. Mekanisme metabolit yang mengikat makromolekul-

9
makromolekul selular, parasetamol akan membunuh sel-sel hati dan menyebabkan kerusakan
hati. (M., 2002).
Kemungkinan terjadinya kerusakan hati akan semakin meningkat pada keadaan seseorang
pecandu alkohol. Seorang pecandu alkohol lebih disarankan menggunakan analgesik lain
seperti ibuprofen atau aspirin yang tidak menyebabkan toksisitas pada hati (Friedmen LS,
2004).
Rusaknya sel hati akan memicu enzim SGOT dikeluarkan ke sirkulasi. Tingginya kadar
enzim ini berhubungan langsung dengan jumlah kerusakan sel. 13 Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri Paramita S dalam “Kadar Serum Aspartat
Aminotransferase dan Alanin Aminotransferase Pada Tikus Wistar Setelah Pemberian
Asetaaminofen Per Oral Dalam Berbagai Dosis” ditemukan bahwa pemberian asetaminofen
bervariasi yaitu 1200mg, 2400mg, dan 4800 mg per oral menyebabkan perbedaan kadar
serum AST dan ALT (Paramita, 2007).
SGOT bermanfaat untuk mendiagnosa penyakit pada hati. SGOT terdistribusi pada
sitoplasma dan mitokondria. Pada keadaan normal, SGOT berasal dari fraksi sitoplasma di
hepatosit. Cedera sel hati ringan akan melepaskan SGOT dari sitoplasma, sedangkan cedera
hati berat akan menyebabkan pelepasan SGOT dari sitoplasma dan mitokondria (AM Larson,
2005). Pada beberapa studi telah dilaporkan bahwa disfungsi mitokondria merupakan salah
satu proses pada toksisitas parasetamol. Seperti yang dikemukakan oleh Jollow et al, bahwa
mitokondria merupakan target metabolit reaktif dari parasetamol (Berkow R, 1999). Hal itu
dapat menjelaskan bahwa dengan SGOT yang terletak pada mitokondria dapat digunakan
sebagai indikator awal untuk kerusakan hati akibat parasetamol.

10
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh Alif Adlan Zulizar dari Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro dapat diketahui bahwa parasetamol merupakan salah satu penyebab
kerusakan hati terlebih jika digunakan dalam dosis yang tak sesuai.

B. SARAN
Masyarakat harusnya lebih meningkatkan lagi wawasannya tentang obat-obatan khususnya
obat-obatan yang sering di jumpai dan dikonsumsi yaitu salah satunya adalah parasetamol.
Selain itu, penelitian ini akan lebih baik jika dapat diteliti lebih lanjut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M. Zaffer, d. M. (2009). Analisis Obat Edisi Pertama Farmasi. Jakarta: 1-7.
Ajibola, O. A. (2005). Kimia Obat Esensial Edisi Ketiga. Jakarta: Harapan .
AM Larson, P. J. (2005). Acetaminophen induced acute liver failure results of a United States
multicenter, prospective study. Hepatology, 42.
Berkow R, A. J. (1999). The merck manual Ed 16 volume 2. Jakarta: 78-90.
Corey R, L. M. (2010). Acetaminophen : old drug, new warnings. Cleveland clinic journal of
medicine, 19-27.
Friedmen LS, K. E. (2004). Handbook of liver disease second edition . Philadelphia, USA:
Churcill livingstone.
G Onder, C. P. (2002). Adverse drug reactions as cause of hospital admissions : Result from
the Italian Group of Pharmacoepidermiology. Journal of American Getriatrics, 50.
Louis S. Goodman, A. G. (2003). Terapi obat untuk inflamasi. Jakarta: EGC.
M., P. (2002). Sign and Symptoms of Acetaminophen-RElated Liver Damage. USA: Geneva.
Paramita, P. (2007). Kadar Serum Aspartata Aminotransferase dan Alanin Aminotransferase
Pada Tikus Wistar Setelah Pemberian Asetaminofen Per Oral Dalam Berbagai Dosis.
Semarang: Undip.
Sheen CL, D. J. (2010). Paracetamol toxicity: epidemiology, prevention, and cots to the
health-care system. Oxford journals medicine, 609-619.
Trisna, Y. (2003). Peran Farmasis di rumah sakit. Yogyakarta: UGM.
WHO. (1972). Internationaldrug monitoring : the role of national centres. Swiss: Teach Rep
Ser.
Zulizar, A. A. (2013). Pengaruh Parasetamol Dosis Analgesik Terhadap Kadar Serum
Glutamat Oksaloasetat Transminase Tikus Wistar Jantan. Jurnal Media Medika
Muda, 6-9.

Anda mungkin juga menyukai