Disusun oleh :
Kelompok 5
PENYUSUN
Pengetikan
Noc Editing
Patwey
M. zainal ilmi 16.0461.796.01 Pengetikan
Penyaji materi
patwey
Penyaji materi
Noc Patwey
glosarium
HALAMAN PENGESAHAN MANAJEMEN
DiSusun Oleh :
Kelompok 5
NAMA NIM
Bayu Helga C.B. : 16.0432.767.01
Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep
NIK : 113072.83.11.023 NIK : 113072.83.11.023
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan gangguan sistem Imub yang Mengalami Sepsis”.
Makalah ini kami buat berdasarkan berbagai macam sumber buku-buku refrensi, media
elektronik, dan hasil pemikiran kami sendiri. Kami mengharapkan agar para pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang hak dan kewajiban pasien.
Selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapat masukan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Chrisyen Damanik S.Kep, M.Kep selaku dosen koordinator Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah.
2. Ns. Chrisyen Damanik S.Kep, M.Kep selaku dosen pebimbing Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah.
3. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis
baik bersifat moril maupun maternal.
4. Rekan-rekan yang sama melakukan penyusunan dan penelitian dalam makalah ini.
5. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusunan masih banyak kekurangannya semoga yang
membacanya dapat memberikan kritik ataupun saran untuk memperbaiki makalah ini sehingga
kedepannya lagi dapat lebih sempurna dalam penyusunannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dapat dijadikan acuan
terhadap penyusunan makalah-makalah berikutnya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Manfaat Penulisan 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Sepsis 3
B. Konsep Medik Sepsis 7
C. Manajemen Asuhan Keperawatan 15
D. EBN 29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 44
B. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pathway 48
Lampiran 2 Lembar Konsultasi 49
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis adalah suatu sindroma radang sistemik yang ditandai dengan gejala-gejala: demam
atau hipotermi, menggigil, takipnea, takikardia, hipotensi, nadi cepat dan lemah serta
gangguan mental yang disebabkan oleh infeksi mikrooganisme (Rasional, 2010).
Samapai saat ini, sepsis masih merupakan salah satu penyakit infeksi yang mortalitas dan
morbiditasnya tinggi. Di Amerika Serikat, kurang lebih 750.000 orang menderita sepsis setiap
tahunnya dan lebih dari 210.000 orang diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia, penyakit
ini juga banyak dijumpai pada penderita rawat inap di rumah sakit dan secara keseluruhan lebih
dari 25% penderita sepsis meninggal (Rasional, 2012).
Sepsis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70% (pseudomonas auriginosa,
klebsiella, enterobakter, echoli, proteus, neiseria). Infeksi bakteri gram positif 20-40%
(stafilokokus aureus, stretokokus, pneumokokus), infeksi jamur dan virus 2-3% (dengue
hemorrhagic fever, herpes viruses), protozoa (malaria falciparum). Salah satu bakteri gram
negatif yang dapat menimbulkan sepsis adalah Neisseria meningitides. Bakteri ini dalam
tubuh manusia menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan meningitis (Shulman, 2009).
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
imun yang mengalami Sepsis.
2. Mengetahui peran perawat dalam menjalankan intervensi pada pasien dengan gangguan
sistem imun yang mengalami sepsis.
3. Mengetahui EBN (Evidance Based Nursing) dalam membuktikan Intervensi pada pasien
Sepsis.
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan asuhan keperawatan
dan membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan “Gangguan sistem imun yang
mengalami Sepsis”.
1
2
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN GANGGUAN SISTEM
IMUN YANG MENGALAMI
SEPSIS
KONSEP DASAR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Diagnosis infeksi bakteri pada penderita berpenyakit kritis masih sulit, karena
keadaan non infeksi lain yang dapat menurunkan tanggap inflamasi (contohnya: trauma,
pembedahan besar dan luka bakar. Parameter klinis dan laboratoris lazimnya
(konvensional) untuk diagnosis infeksi kurang sensitive dan spesifik. Selama beberapa
tahun terakhir, beberapa pertanda pemeriksaan telah di uji sebagai suatu
4
tanda yang sesuai dengan infeksi dan sepsis, tetapi tidak satupun petunjuk (indikator)
yang dapat menentukan infeksi bakteri akut atau proses inflamasi bukan karena infeksi.
(Sudoyo Aru, dkk 2009.
(keperawatansarahsahera.blogspot.com)
Gambar 1.2 Anatomi dan Fisiologi
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurnya kira-
kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Fungsi dari
eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru
-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan
beredar keseluruh tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna
kuning kemerahan karena didalamnya mangandung suatu zat yang disebut
hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak
mengandung O2.
b. Leukosit (sel darah merah)
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan
bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo
Endotel Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke
pembuluh darah. Sel leukosit didalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena
kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan
meningkat.
5
1. Fisiologi darah
6
a. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
tubuh.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
ke seluruh jaringan /alat tubuh.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
7
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN GANGGUAN SISTEM
IMUN YANG MENGALAMI SEPSI
KONSEP MEDIK
B. KONSEP MEDIK PNEUMONIA
1. Etiologi/ Faktor Resiko
Penyebab dari sepsis adalah bakteri gram (-) dan focus primernya dapat
berasal dari saluran genitourinarium, saluran empedu dan saluran
gastrointestinum yang kemudian menyebar e struktur yang berdekatan,
seperti pada peritonitis setelah perforasi apendikal, atau bias berpindah dari
perineum ke perineum ke urethra atau kandung kemih. Sedangkan gram (+)
timbul dari infeksi kulit, saluran respirasi dan juga biasa berasal dari luka
terbuka, seperti luka bakar. (Sudoyo Aru, 2011)
3. Klasifikasi
Kriteria Gejala
7
SIRS Temperatur > 38°C atau 36°C
Sepsis berat dan SBP < 90mmHg atau MAP < 70 mmHg minimal selama
Sepsis Syok 1 jam walaupun telah dilakukan resusitasi adekut atau
vasopressor Output urin < 0,5 ml/kg/jam untuk 1 jam
walaupun telah diberikan resusitasi yang adekut
4. Manifestasi Klinis
8
a. Sepsis non spesifik: demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah,
malaise, gelisah atau kebingungan.
b. Hipotensi, oliguria atau anuria, takipnea atau hipepnea, hpotermia tanpa
9
sebab jelas, perdarahan.
c. Tempat infeksi paling sering: paru, traktus digestifus, traktus urinaris, kulit,
jaringan lunak dan saraf pusat. Dan akan bertambah berat pada usia lanjut,
penderita diabetes, kanker, gagal organ utama, dan pasien dengan
granulosiopenia.
d. Syok sepsis
e. Tanda-tanda MODS dengan terjadinya komplikasi: sindrom distress
pernapasan pada dewasa, koagulasi intravascular, gagal ginjal akut,
perdarahan usus, gagal hati, disfungsi system saraf pusat , gagal jantung.
(Sudoyo Aru, dkk 2009)
5. Patofisiologi
Imunitas bawaan (imunitas tidak spesifik) di dalam tubuh dipengaruhi oleh infeksi
organisme dan genetik. Sistem imunitas bawaan merupakan respons awal tubuh
terhadap bakteri patogen dengan aktivasi cepat. Imunitas bawaan terdiri dari
leukosit, makrofag, sel natural killer, sel dendrit, sistem komplemen dan sistem
pembekuan darah.
Reaksi tubuh (host) terhadap infeksi pada saat patogen masuk ke dalam tubuh akan
mengikat bakteri yang masuk dengan toll-like receptors (TLRs). Toll-like
receptors (TLRs) adalah protein transmembran yang mengikat protein kinase ketika di
aktifkan dan toll-lik receptors (TLRs) berbeda-beda jenisnya untuk jamur, virus, dan
bakteri. Toll-like receptors (TLRs) banyak terdapat pada leukosit, makrofag, dan sel
endotel. Kemudian, setelah berikatan dengan toll-like receptors (TLRs) tubuh akan
melepaskan mediator kimia sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF-α), interleukin 1
(IL-1) dan interleukin 6, histamine, komplemen, leukotriene, dan radikal bebas, nitric
oksida (NO), protease, dan faktor aktivasi trombosit.
Respons inflamasi yang berlebihan, beberapa mediator kimia yang seharusnya
digunakan untuk membunuh bakteri namun dapat menyebabkan kerusakan pada sel
tubuh sendiri. Sitokin ini menyebabkan produksi molekul adhesi pada sel endotel dan
neutrofil. Interaksi endothelial dan neutrofil menyebabkan kerusakan pada sel
endotel. Kerusakan endotel mengakibatkan terhambatnya fungsi antikoagulan,
meningkatkan antifibrinolisis, terjadi mikrotrombosis pada mikrovaskuler,
kemampuan otot vaskuler menurun sehingga dapat menyebabkan iskemik, hipoksia,
dan penurunan perfusi jaringan. Selain itu, kerusakan endothelial juga melepaskan
nitric oksida (NO) yang merupakan vasodilator kuat dengan demikian memungkinkan
1
0
neutrofil dan cairan mengalami ekstravasasi ke dalam ruang ekstravaskuler sehingga
menyebabkan syok septik dan nitrik oksida (NO) memiliki efek menonaktifkan
sirkulasi epineprin sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pada mitokondria
pada beberapa sel tubuh yang mengakibatkan terjadi disfungsi organ.
1
1
6. Pemeriksaan Diagnostik
pasien sepsis juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang dalam
menegakkan diagnosis. Hitung darah lengkap, dengan hitung diferensial, urinalisis,
gambaran koagulasi, urea darah, nitrogen, kreatinin, elektrolit, uji fungsi hati, kadar asam
laktat, gas darah arteri, elektrokardiogram, dan rontgen dada. Biakan darah, sputum, urin, dan
tempat lain yang terinfeksi harus dilakukan. Temuan awal lain: leukositosis dengan shift
kiri, trombositopenia, hiperbilirubinemia, dan proteinuria. Dapat terjadi leukopenia. Adanya
hiperventilasi menimbulkan alkalosis respiratorik. Penderita diabetes dapat mengalami
hiperglikemia, Lipida serum Meningkat. Selanjutnya, trombositopenia memburuk
disertai perpanjangan waktu thrombin, penurunan fibrinogen, dan
keberadaan D-dimer yang menunjukkan DIC. Azotemia dan hiperbilirubinemia lebih
dominan. Aminotransferase meningkat. Bila otot pernapasan lelah, terjadi akumulasi
laktat serum. Asdosis metabolik terjadi setelah alkalosis respiratorik
7. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada keadaan sepsis antara lain:
c. Gagal Hati
Disfungsi hati menggambarkan sebuah manifestasi umum selama proses sepsis,
dari kisaran peningkatan ringan dari bilirubin serum dan atau enzim-enzim hati
sampai gagal hati berat. Hati diduga banyak sekali mempengaruhi metabolisme dan
mekanisme pertahanan tubuh selama sepsis. Hati dengan aktif memodulasi proses
inflamasi melalui penyaringan, inaktifasi dan pembersihan bakteri, produk bakteri
11
(seperti endotoksin), substansi vasoaktif, dan mediator inflamasi.
Disfungsi hati awal terjadi pada jam pertama sepsis dan berhubungan dengan
hipoperfusi hepatosplanikus. Ini menyebabkan peningkatan akut penanda biologi dari
kerusakan hati (transminase, laktat dehidrogenase, bilirubin). meskipun hal ini
12
kembali secara cepat denga penanganan pendukung yang adekuat. Sangat berbeda,
disfungsi hati lanjut prosesnya lebih berbahaya dan tidak menyenangkan. Ini ditandai
dengan perlukaan struktural dan fungsi yang menjelaskan kelebihan bakteri,
endotoksin dan molekul inflamasi yang dapat memicu kegagalan multi organ.
d. Disseminated Intravascular Coagulation
Walaupun trombositopenia terjadi pada 20-30% pasien sepsis, mekanisme
penyebabnya tidak diketahui. Hitung jumlah platelet biasanya rendah (<50.000µL)
pada pasien dengan DIC. Ini mungkin menggambarkan kerusakan endotelial difus atau
trombosis mikrovaskular.
DIC merupakan sindroma yang ditandai dengan aktivasi koagulasi intravaskular
yang memuncak di dalam pembentukan fibrin intravaskular dan endapan di dalam
mikrovaskular yang menghasilkan disfung multi organ yang progeresif, seperti
infusiensi ginjal dan ARDS, hipotensi dan kegagalan sirkulasi.
e. Komplikasi Kardiovaskular
Hipotensi yang diinduksi sepsis biasanya dihasilkan dari maldistribusi menyeluruh
dari aliran darah dan volume darah dan hipovolume yang terjadi, akhirnya,
kebocoran kapiler difus dari cairan intravascular. Faktor lain yang mungkin
menyebabkan penurunan volume intravaskular efektif termasuk dehidrasi dari
penyakit sebelumnya atau dari kehilangan cairan yang tidak terlihat, muntah atau
diare, dan poliuria. Pada awal syok septik, tahanan vaskuler sistemik biasanya
meningkat dan cardiac output kemungkinan rendah. Setelah pemenuhan ulang cairan,
cardiac output meningkat dan tahanan vaskuler sistemik menurun. Depresi dan
fungsi miokardial, bermanifestasi sebagai peningkatan volume end-diastolic and
systolic ventrikular dengan penurunan fungsi pompa terjadi dalam 24 jam pada
sebagian besar pasien sepsis berat. Jika pasien dapat bertahan hidup fungsi
miokardial akan kembali dalam beberapa hari. Distress jaringan regional disebabkan
oleh disfungsi mikrosirkulasi dan penekanan mitokondria mendasari kondisi dalam
sepsis syok berada, walaupun koreksi variabel pengiriman oksigen sistemik, hipoksia
regional dan defisit ekstraksi oksigen tetap ada.
8. Pentalaksanaan
Pedoman penatalaksanaan (Reeves, 2001) syok septik berbasis bukti yaitu Early
Goal Directed Therapy (EGDT) yang dapat dilakukan sejak awal sepsis ditemukan dan
sebelum pasien masuk ruang terapi intensif, karena jika resusitasi tertunda sampai
terjadi disfungsi organ, maka segala hal yang dilakukan untuk menongkatkan kadar
13
oksigen sel akan menjadi tidak ada gunanya. EGDT adalah suatu strategi komprehensif
manajemen pasien syok septik terdiri dari beberapa tahapan yang harus dimulai sejak
awal dengan cepat, dan harus lengkap dalam 6 jam pertama setelah timbulnya sepsis
erat ataupun syok septik.
Inti EGDT pada syok septik adalah memantapkan penghantaran oksigen pada
pasien yang mengalami hipoksia jaringa global yang dilakukan pada tahap awal CVP
14
adekuat untuk memperbaiki keadaan hemodinamik, dan memaksimalkan saturasi
oksigen vena sentral.
a. Resusitasi cairan
Pasien dengan sepsis berat dan syok septik mengalami sirkulsi arteri yang tidak
efektif sehingga perfusi jaringan menjadi tidak baik. Hal ini disebabkan oleh
vasodilatasi yang berhubungan dengan infeksi maupun cardiac output yang
terganggu. Perfusi yang buruk menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan global, yang
berhubungan dengan meningkatnya kadar laktat serum. Resusitasi sepsis tahap awal
adalah pemberian cairan kristaloid 20 ml/kg secepatnya sebagai boluspada kasus
hipovolemia. Tanda-tanda kelebihan cairan saat resusitasi harus diperhatikan seperti
edema periorbita, ekstremitas, dan kesulitan bernapas. Monitoring yang paling
obyektif adalah dengan memperhatikan CVP. Nilai normal CVP dalah 8-12 mmHg.
b. Pemberian antibiotik
Saat sepsis berat telah teridentifikasi, antibiotik harus diberikan sedini mungkin
untuk mengobati infeksi yang mendasari. Antibiotik yang diberikan adalah kombinasi
antara antibiotik untuk gram positif dan negatif, serta didasari oleh pola kuman di
rumah sakit maupun di masyarakat. Sebelum ada hasil biakan darah dan resistensi,
pasien diberikan antibiotik spektrum luas, tetapi jika telah ada hasil biakan darah,
maka antibiotik harus disesuaikan sesegera mungkin, untuk mencegah terjadinya
resistensi dan pemborosan. Pemberian antibiotik harus selalu dinilai dalam waktu 48- 72
jam.
c. Pemberian Vasopressor
Jika pemberian bolus cairan gagal untuk mempertahankan perfusi organ dan
tekanan arteri yang adekuat, maka agen vasopressor harus segera diberikan.
Dopamin ataupun norepinefrin yang diberikan melalui kateter vena sentral segera
mungkin adalah pilihan utama agen vasopressor untuk mengkoreksi hipotensi pada
syok septik. Dopamin merupakan precursor alami norepinefrin dan epinefrin serta
memiliki beberapa efek farmakologi yang tergantung dosis, dopamin meningkatkan
MAP dengan cara meningkatkan cardiac index dengan efek resistensi vaskuler
sistemik yang minimal. Peningkatan cardiac index akibat meningkatnya isi sekuncup
dan meningkatnya detak jantung. Meskipun demikian dopamin dapat mengurangi pH,
hal ini dihubungkan dengan berkurangnya aliran darah mukosa gaster, sehingga pCO2
gaster meningkat. Norepinefrin adalah agonis adrenergik yang poten. Norepinefrin
dapat meningkatkan resistensi vaskuler sistemik karena memiliki efek vasokonstriksi,
dengan perubahan minimal pada detak jantung dan cardiac output. Norepinefrin
merupakan vasopressor ideal pada syok hangat, dimana cardiac output normal atau
meningkat, tapi disertai hipotensi dan takikardi, dan ektremitas hangat. Epinefrin atau
fenilefrin sebaiknya tidak diberikan sebagai pilihan utama karena mengurangi aliran
darah splanchic, meningkatnya produksi CO2 mukosa gaster, dan menurunkan pH.
13
Nama obat Dosis Efek
Dopamine <5 µg/kg/min Menstimulasi reseptor DAI di renal,
mensentric, dan koroner
mengakibatkan vasodilatasi,
meningkatkan laju filtrasi glomerulus
dan ekskresi natrium.
5-10 µg/kg/min Dopamin efek α adrenergic,
mengakibatkan peningkatan
kontraktilitas jantung dan detak jantung.
15
jantung dengan resusitasi cairan sering merupakan pertanda membaiknya pengisian
intravaskuler.
f. Pemberian Introponik
Pada EGDT, dubomin direkomendasikan jika didapatkan adanya hipoperfusi jaringan
(ScvO2 <70%), dengan syarat CVP, hematokrit dan MAP telah dikoreksi terlebih dahulu
dan mencapai nilai normal. Pada beberapa kasus, cardiac output sendiri dapat
berkurang karena sepsis yang menginduksi disfungsi kardia. Pada kasus ini diberikan
dobutamin (dosis dapat dinaikkan sampai maksimum 20 µg/kg/menit) untuk
meningkatkan penghantaran oksigen ke perifer dan mencegah disfungsi organ lebih
jauh disebabkan hipoperfusi dan iskemia. Jika pemberian dobutamin menyebabkan
terjadinya hipotensi, disarankan penggunaan norepinefrin untuk melawan efek
vasodilatasi dobutamin.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ptokol EGDT dimulai dengan bolus 20
mL/kg bb kristaloid atau koloid diberikan dalam kurun waktu 30 menit untuk mencapai
CVP 8-12 mmHg jika MAP kurang dari 65 mmHg, diberikan vasolidator sampai
mencapai 90 mmHg atau kurang. Jika satuasi oksigen vena sentral (ScvO2) kurang
dari 70% dan kadar hematokrit <30%, diberikan sel darah merah yang
dimampatkan (Packed Red Cell; PRC). Apabila setelah diberikan transfusi PRC kadar
ScvO2 masih <70% atau lebih atau sampai dosis maksimal 20 µg/kgbb per menit. Dosis
dobutamin diturunkan ataupun dihentikan jika MAP kurang dari 65 mmHg atau jika
denyut jantung di atas 120 kali per menit. Untuk mengurangi konsumsi oksigen, pasien
dengan kondisi hemodinamik yang belum optimal diberikan ventilasi mekanik dan
sedatif.
17
b. kaji saturasi oksigen
c. periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
d. berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
e. auskultasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
f. periksa foto thorak
3. Circulation
a. kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
b. monitoring tekanan darah, tekanan darah
c. periksa waktu pengisian kapiler
d. pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
e. berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
f. pasang kateter
g. lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. siapkan untuk pemeriksaan kultur
i. catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
36Oc
j. siapkan pemeriksaan urin dan sputum
k. berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
4. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
5. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan
tempat sumber infeksi lainnya.
a. PengkajianFisik
Laboratorium
Hitungan darah lengkap, dengan hitungan diferensial, urinalisis, gambaran
koagulasi, urea darah, nitrogen, kreatinin, elektrolit, uji fungsi hati, kadar asam laktat, gas
darah arteri, elektrokardiogram, dan rontgen dada. Biakan darah, sputum, urin, dan
tempat lain terinfeksi harus dilakukan.
Temuan awal lain: leukositosis dengan shift kiri, trombositopena,
hiperbilirubinemia, dan proteinuria. Dapat terjadi leukopenia. Adanya hiperventilasi
menimbulkan alkalosis respiratorik. Penderita diabetes dapat mengalami
hiperglikemia. Lipida serum meningkat.
18
Selanjutnya, trombositopenia memburuk disertai perpanjangan waktu thrombin,
penurunan fibrinogen, dan keberadaan D-dimer yang menunjukkan DIC. Azotemia dan
hiperbilirubinemia lebih dominan. Aminotransferase meningkat. Bila otot pernapasan
lelah, terjadi akumulasi laktat serum. Asidosis metaboli terjadi setelah alkalosis
19
respiratorik. Hiperglikemia diabetik dapat menimbulkan ketoasidosis yang
memperburuk hipotensi.
b. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang kami angkat adalah sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan pola napas b/d Hiperventilasi
Definisi: inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
Domain 4: Aktivitas/istirahat
Kelas 4: Respon kardiovaskular/Pulmonal
Batasan karakteristik:
a. Bradipnea
b. Dispnea
c. Penurunan tekanan ekspirasi
d. Penurunan tekanan inspirasi
e. Pola napas abnormal (mis.,irama,frekuensi,kedalaman)
f. Takipnea
Faktor yang berhubungan:
Hiperventilasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Domain 2: Nutrisi
Kelas 1: Makan Batasan
karakteristik:
a. Diare
b. Kurang minat pada makanan
c. Membrane mukosa pucat
d. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Faktor yangberhubungan:
Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
3. Resiko infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
menganggu kesehatan.
Domain 11: Keamanan/Perlindungan
Kelas 1: Infeksi
Faktor Risiko:
a. Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen
20
b. Malnutrisi
c. Pertahanan Tubuh Sekunder Tidak adekuat
d. Penurunan hemoglobin
21
4. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar-kapiler
Definisi : kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada
membran alveolar-kapiler.
Domain 3: Eliminasi dan Pertukaran Kelas 4:
Fungsi Respirasi
Batasan karakteristik :
a. Dispnea
b. Hipoksia
c. Pola pernapasan abnormal (mis.,kecepatan, irama, kedalaman)
d. Takikardia
Faktor yang berhubungan :
Perubahan membran alveolar-kapiler
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d Kurang pengetahuan tentang faktor
22
6. Nursing Care Plan
No. NAND NO NIC
A C
1. Ketidakefektifan pola napas b/d Status pernafasan Manajemen jalan nafas
Hiperventilasi
Definisi :
Definisi : Aktivitas-aktivitas:
inspirasi dan/atau ekspirasi
Proses keluar masuknya udara 1. Posisikan pasien untuk
yang tidak memberi ventilasi
ke paru-paru serta pertukaran memaksimalkan ventilasi
yang adekuat
karbondioksida dan oksigen di 2. Identifikasi kebutuhan aktual
alveoli. pasien untuk memasukan alat
batasan karakteristik: membuka jalan nafas
3. Lakukan fisioterapi dada,
d. Bradipnea Setelah dilakukannya tindakan
sebagaimana mestinya
e. Dispnea asuhan keperawatan klien
4. Motivasi pasien untuk
f. Penurunan tekanan diharapkan:
bernafas pelan, dalam,
ekspirasi
a. Frekuensi pernafasan (4) berputar dan batuk
g. Penurunan tekanan
b. Irama pernafasan (4) 5. Instruksikan bagaimana agar
inspirasi
c. Kedalaman inspirasi (4) bisa melakukan batuk efektif
h. Pola napas abnormal
d. Suara auskultasi nafas (4) 6. Auskultasi suara nafas, catat
(mis.,irama, frekuensi,
e. Kepatenan jalan nafas (4) area yang ventilasinya
kedalaman) Takipnea
menurun atau tidak ada dan
adanya suara tambahan
Keterangan:
7. Monitor status pernafasan
1. Berat dan oksigenasi, sebagaimana
2. Cukup berat mestinya.
3. Sedang
4. Ringan Monitor pernafasan
5. Tidak ada
19
2. Ketidakseimbangan nutrisi Status Nutrisi : Asupan Nutrisi 2. Cukup berat
kurang dari kebutuhan tubuh 3. Sedang
b/d ketidakmampuan 4. Ringan
mengabsorpsi nutrien 5. Tidak ada
Definisi:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Definisi :
Keterangan:
1. Berat
20
Manajemen Nutrisi
Definisi :
Aktivitas-aktivitas:
Monitor nutrisi
21
Aktivitas-aktivitas:
f. Identifikasi abnormalitas
eliminasi bowel (mis.,diare,
darah, mukus, dan eliminasi
yang nyeri dan tidak teratur)
22
6. Anjurkan pasien untuk
meminum antibiotik seperti
Definisi : yang diresepkan
Tindakan individu untuk
23
mengerti, mencegah, 7. Ajarkan pasien dan keluarga
mengeliminasi, atau mengurangi mengenai tanda dan gejala
ancaman terkena infeksi infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada
penyedia perawatan
Setelah dilakukannya tindakan kesehatan.
asuhan keperawatan klien
diharapkan:
Perlindungan infeksi
a. Mengidentifikasi faktor risiko
infeksi (4)
b. Mengenali faktor risiko
individu terkait infeksi (4) Definisi :
c. Mengetahui konsekuensi Pencegahan dan deteksi dini
terkait infeksi (4) infeksi pada pasien berisiko
d. Mengidentifikasi tanda dan
gejala infeksi (4)
e. Memonitor masa inkubasi
Aktivitas-aktivitas:
penyakit infeksi (4)
f. Memonitor perubahan status a. Monitor adanya tanda dan
kesehatan (4) gejala infeksi sistemik dan lokal
g. Melakukan tindakan segera
untuk mengurangi risiko (4)
b. Monitor kerentanan terhadap
Keterangan: infeksi
1. Berat c. Hindari kontak dengan hewan
2. Cukup berat peliharaan hewan dan
3. Sedang penjamu dengan imunitas
4. Ringan yang membahayakan
5. Tidak ada (immuno compromised)
d. Skrining semua pengunjung
terkait penyakit menular
e. Pertahankan asepsis untuk
pasien berisiko
f. Tingkatakan asupan nutrisi
yang cukup
g. Berikan agen imunisasi,
dengan tepat.
Definisi:
Analisis faktor risiko potensial,
pertimbangan risiko-risiko
kesehatan dan memprioritaskan
strategi pengurangan risiko bagi
individu maupun kelompok
24
Aktivitas-aktivitas:
25
1. Kaji ulang data yang
didapatkandari pengkajian
risiko secara rutin
5.
Rencankan monitor
kesehatan dalam jangka
panjang.
4. Gangguan pertukaran gas erfusi jaringan: pulmonari Manajemen Asam Basa
b/d Perubahan membran
Definisi: Definisi:
alveolar-kapiler
keecukupan aliran darah melalui Peningkatan keseimbangan
pembuluh darah pulmonary asam basa dan
pencegahan
Definisi: untuk perfusi unit komplikasi akibat
kelebihan atau defisit alveolar/kapiler ketidakseimbangan asam basa
oksigenasi dan/atau
Aktivitas-aktivitas:
eliminasi karbondioksida
Setelah dilakukannya tindakan
pada membran alveolar- a. Pertahankan kepatenan jalan
asuhan keperawatan klien
nafas
kapiler. diharapkan:
b. Monitor kecenderungan pH
a. Pindaian perfusi ventilasi
Batasan karakteristik : arteri, PaCO2 dan HCO3 dalam
b. Tekanan arteri pulmonalis rangka mempertimbangkan
1. Dispnea
jenis ketidakseimbangan yang
2. Hipoksia c. Tekanan parsial oksigen dalam terjadi (misalnya, respiratorik
3. Pola pernapasan darah arteri (PaO2) atau metabolik) dan
kompensasi mekanisme
abnormal (mis.,kecepatan,
d. Tekanan parsial karbon fisiologis yang terjadi
irama, kedalaman) dioksida dalam darah arteri (misalnya kompensasi paru
4. Takikardia (PaCO2) atau ginjal dan penyangga
Faktor yang berhubungan : fisiologis/physiological
e. Saturasi oksigen buffers)
Perubahan membran c. Ambil spesimen yang
alveolar-kapiler diinstruksikan untuk
Respon Ventilasi Mekanik: mendapatkan analisa
Dewasa keseimbangan asam basa (
23
a. Tingkat pernafasan (4) a. Bersikan mulut, hidung, dan
sekresi trakea dengan tepat
b. Kapasitas inspirator (4)
b. Monitor aliran oksigen
c. FiO2 (fraksi inspirasi oksigen)
memenuhi kebutuhan oksigen c. Monitor posisi perangkat
[alat] pemberian oksigen
24
4. Ringan atau perubahan sensasi yang
terjadi
5. Tidak ada
g. Instruksikan pasien untuk
selalu mengamati posisi tubuh
jika propriosepsi terganggu.
keparahan penyakit arteri perifer
definisi:
Manajemen syok definisi:
keparahan tanda dan gejala dari
penurunan aliran darah perifer Memfasilitasi pemberian okisgen
sehubungan dengan dan zat-zat nutrisi pada jaringan
arterosklorosis arteri di ektremitas sistemik membuang produk
limbah seluler yang terdapat pada
Setelah dilakukannya tindakan
pasien yang mengalami
asuhan keperawatan klien
perubahan perfusi jaringan yang
diharapkan:
berat
3. Sedang
4. Ringan
Tidak ada
25
D. EBN
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepsis adalah tanggap tubuh terhadap infeksi. Infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme atau germs. umumnya bakteri
masuk dalam tubuh dan terbatas di bagian tubuh atau menyebar keseluruh peredaran darah
disebut septikemia atau keracunan darah. Semua orang dapat beresiko sepsis karena
infeksi ringan misal influenza, infeksi saluran kencing, gastroenteritis . Sepsis dapat terjadi
pula pada orang termuda yaitu bayi premature atau orang tua, sistem kekebalan system
immune lemah compromised, pengobatan kemoterapi, steroid untuk keadaan
keradangan inflamasi, mempunyai kebiasaan peminum alcohol atau obat, pendapat/drain
luka, kateter kemih , kemudahan
menderita sepsis karena faktor genetik.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa pentingnya
mengetahui ilmu tentang penyakit dan penyebab sepsis. Maka kita harus mempelajari dan
mampu menerapkannya. Bagi para pembanca jangalah malas untuk membaca, karena
dengan membaca kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat di dalam kehidupan sehari-hari.
44
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, Asuhan Keperawatan Praktis Edisi revisi Jilid 4;2016
Diagnosis Keperawatan edisi 10 ; 2015-2017
Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi kelima , oleh moorhead, Marion Johnson, Meridean
L. Maas, Elizabeth Swanson, CV. Mecomedia dan diterbitkan dengan pengawasan Elsevier
Inc.
Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi ke-6, oleh bulechek, Howard Butcher, Joanne
Dochterman dan Cheryl Wagner, CV. Mecomedia dan diterbitkan dengan pengawasan
Elsevier Inc.
JoyceM.Black, Jane Hokanson Hawks. Edisi ke-8 jilid 3 : 2014, keperawatan medikal bedah
manajemen klinis yang diharapkan. Penerbit elvervier (Singapore) PT Ltd
45
Kata kunci sepsis
Antibiotic: Substansi kimiawi yang dihasilkan Diplococcus : Kondisi keadaan dari luar yang
oleh suatu mikroorganisme, membunuh menuntut respon penderita atau kengerian.
mikroorganisme.
Anoreksia : Tidak ada selera makan,
keadaan fisiologik.
Abdomen : Lambung, bagian tubuh yang
terletak di antar toraks dan pelevis.
Abeses : Kumpulan nanah setempat dalam
suatu rongga terbentuk akibat kerusakan
jaringan.
Aeruglnosa : Semisintetik, resisten asam di
gunakan sebagai anti bakteri.
Ampisilin : Segolongan molekul, baik alami
maupun sintetik, suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri.
Antibiotika : Kegiatan menghirup,
pengeluaran dengan pengisapan.
Aspirasi : Pemeriksaan tanda meningeal terdiri
dari kaku kuduk, kernig.
Brudzinski : Gangguan pada saluran
bronkial dengan ciri bronkospasme periodic,
kontraksi spasme pada saluran napas.
Bronchial : Pengambilan jaringan tubuh
untuk pemeriksaan laboratorium.
mencocokkan jaringan organ sebelum
melakukan transplantasi organ.
Biopsy : Tindakan medis yang bertujuan
untuk melakukan visualisasi trakea dan
bronkus, prosedur diagnostic, dan terapi
penyakit paru.
Bronkostapi : Genus bakteri gram positif
berbentuk batang (basilus).
Bacillus feriendlander : Jamur dimorfik,
tumbuh sebagai mold dalam biakan.
Blastomyces dermatitides : Infeksi dengan
jamur dari genus sering menyerang saluran
pernafasan sering menyerang kulit , vagina.
Candida albicans : Geneus jamur patogenik,
termasuk c,mimitis penyebab koksidio-
domikosis.
Coccidodies : Jamur yang dapat hidup pada
tanaman dan binatang, organisme yang
disebut “klub jamur”.
46
Distress : Penderitaan atau kengerian. atau mengontrol ventilasi paru.
Eritrosit : Sel darah merah atau Toksik : Racun.
Ventilator : Agen infeksi yang sangat kecil.
korpuskel; salah satu unsure yang
hospes yang hidup.
dibentuk dalam darah tepi.
Eksudasi : Proses inflamasi dalam
rongga. Euphoria : Perasaan senang yang berlebihan pada beberapa kelainan jiwa.
Edema : Pengumpulan cairan secara
abnormal dalam ruang jaringan
intersclular. Feeding : Infeksi
hymenolepis.
Himophilus : Penerimaan atau
pemberian makanan dari infuse.
: Pigmen pembawa oksigen Hemoglobin
eritrosit.
Infeksi kuman
Sepsis
Kontraksi
jantung Suplai O2
tergangg Kerja sel Nafsu makan
u menurun menurun
Curah jantung
menurun
Sesak Penurunan Ketidakseimbanga
respon imun n nutrisi kurang
dari kebutuhan
Suplai O2 tubuh
menurun Resiko infeksi
Gangguan
pertukaran gas
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
Dispneu ,takeneu,
apneu, tarikan otot
pernafasan, sianosis