PENDAHULUAN
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetetif pada masa sekarang ini.
oleh sebab itu salah satu tugas guru yaitu mendorong siswa agar dapat belajar
1
2
oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada
banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Lima alasan perlunya
belajar matemtika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas
dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3)
dalam kehidupan sehari-hari, sains, perdagangan dan industri. Oleh karena itu
mata pelajaran matematika secara formal telah diperkenankan kepada siswa sejak
utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan
cara bernalar induktif. Oleh karena itu kemampuan dalam memahami konsep
sangatlah penting.
pelajaran matematika adalah pemahaman. Lebih baik paham konsep dari pada
tujuan belajar yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan
matematika dan dapat dibedakan dengan masalah rutin dan masalah non rutin.
Berdasarkan hasil observasi awal pada kelas VII di SMP Negeri 15 Kota
kemampuan pemecahan masalah matematis terlihat dari jawaban siswa pada soal
matematika berikut :
Jika kelilingnya 36 cm, tentukanlah panjang dan luas persegi panjang ABCD ?
Dari 107 siswa ternyata ada 30 siswa yang menjawab benar, 38 siswa yang
menjawab kurang tepat dan 39 siswa tidak menjawab. Berikut ini adalah
dengan menerima, mencatat, dan menghapal materi pelajaran. Disini peran dari
guru memang sangat penting sebagai penyampai informasi, guru lebih dapat
mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa. Guru
menjelaskan materi dari awal sampai akhir pelajaran dan disertai dengan contoh
soal, kemudian siswa diberikan beberapa soal untuk latihan. Peran siswa sangat
berpusat pada guru dan komunikasi satu arah sehingga membuat siswa merasa
banyak mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru bahkan
siswa yang bertanya mengenai pelajaran tersebut hanya dilakukan oleh siswa yang
sama.
Negeri 15 Kota jambi dalam belajar matematika tidak bisa dibiarkan begitu saja,
5
karena dapat berpengaruh buruk terhadap siswa itu sendiri. Untuk menyelesaikan
Dengan melihat latar belakang masalah, maka penulis merasa tertarik untuk
pembelajaran langsung ini digunakan dikelas VII pada materi bilangan bulat. Oleh
Agar penelitian ini dapat lebih terarah, maka penulis perlu dilakukan
Bilangan Bulat SMP Negeri 15 Kota Jambi pada semester ganjil tahun ajaran
2016-2017.
pembelajaran langsung pada pokok pembahasan bilangan bulat kelas VII SMP
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
c. Bagi penulis
diberikan penegasan istilah yang berkaitan dengan judul skripsi, sebagai berikut:
kedalam situasi yang baru. Pemecahan masalah juga merupakan aktivitas yang
kemampuan berpikir dan keterampilan yang telah dimiliki siswa untuk digunakan
merupakan suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan belajar siswa sehingga
bisa belajar memahami materi lebih cepat dan menyenangkan sehingga siswa
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Belajar
proses adaptasi atau peyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka
responsya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responsya
menurun. Jadi, belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang
didefinisikan sebagai berikut : “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
lingkungannya”.
Menurut Slameto (2013:2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
change in human disposition or capacity, which persist over a eriod time, and
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-
9
10
mengemukakan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor
2.1.2 Pembelajaran
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam konsisi-kondisi khusus atau
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
Jadi dari menurut beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
sifatnya positif. Menurut Oemar Hamalik (R. Putra, 2013:17) pembelajaran ialah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Salah
studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar
diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan
utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang
belajar dan memahami materi lebih cepat serta mengingat lebih lama. Hal ini
adalah sebuah upaya meningkatkan belajar siswa sehingga siswa bisa belajar dan
memahami materi lebih cepat serta mengingat lebih lama”. Dengan menerapkan
kondisi belajar dengan suasana aman dan nyaman sehingga terjadi interaksi antar
siswa dan guru yang aktif sehingga pembelajaran berjalan efektif dan optimal.
Dengan kondisi ini diharapkan akan mendorong siswa akan lebih baik.
bukan suatu instan.belajar itu adalah proses. Hanya saja, proses belajar yang baik
yang dilaksanakan secara efektif dan efisien tentu akan membuat proses
penangkapan informasi pembelajaran semakin cepat. Salah satu tujuan dari model
learning adalah suatu model pembelajaran yang kompleks. Banyak hal yang perlu
ada batas kepada peserta didik saja, Para fasilitator (guru) juga harus belajar.
terbantu, akan tetapi justu siswa terbebani oleh rasa bosan. Sehingga ketika guru
keluar dari kelas, maka siswa akan melupakan semua yang disampaikan oleh guru
secepat mungkin.
Karena belajar yang menyenangkan merupakan kunci utama bagi individual untuk
14
memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam proses belajar. Apabila proses
1. Pengaruh Visual.
kejenuhan dan kegelisahan. Otak lebih menyukai masukan yang beragam dan
menarik.
2. Kudapan
Ada sebuah fakta bahwa menjamu pelajaran dengan makanan dan minuman
relaksasi dan kenikmatan yang dapat membuka pemikiran baru. Karena, rasa haus
3. Ritme Pembelajaran
a. Orang perlu tidur untuk belajar dengan baik. Jangan menambah tingkat
b. Tertawa terbukti meningkat aktifitas sel darah putih, yang berguna untuk
permainan sebagai cara untuk menengkan dan membuat pelajaran lebih santai.
15
a. Melibatkan secara aktif otak emosional yang berarti membuat segala sesuatu
diakseskan oleh tiap orang dan sumber daya segenap kemampuan otak
digunakan
Konsep belajar Acclerated memiliki salah satu ciri belajar “gembira dan
menyenangkan“. Ketika kita senang dan menikmati belajar, kita akan lebih baik.
memiliki cara belajar pribadiyang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu
ketika seseorang belajar menggunakan teknik yang sesuai dengan gaya belajar
pribadinya, maka ia telah belajar dengan cara yazng paling alamiah bagi dirinya
sendiri. Sebab, yang dialami menjadi lebih mudah dan lebih mudah akan lebih
cepat.
Langkah ini bertujuan untuk memotivasi pikiran siswa untuk siap belajar.
Menjelaskan bahwa setiap siswa dapat belajar hanya saja siswa memerlukan
Informasi yang diberikan oleh guru hendaknya dibatasi pada informasi yang
benar-benar mendasar. Guru menjelaskan materi secara garis besar atau gagasa
inti dari materi yang diajarkan. Hal ini dilakukan untuk memancing siswa dan
mengevaluasi, dan memecahkan masalah dengan mencari solusi yang tepat dari
pertanyaan tersebut.
Adapun beberapa strategi yang dapat dipakai sangat efektif menurut para ahli
pengingat, peta konsep, dan musik. Menggunakan musik untuk menenangkan para
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya ingat siswa antara lain:
pelarajaran.
17
Untuk mengetahui bahwa seseorang telah paham mengenal apa yang ia pelajari
Berikan siswa soal-soal test mengenai bahan pelajaran yang telah dipelajari
ketahu dan peroleh, sedangkan yang lain diberkan kesempatan untuk betanya
mereka ketahu dan peroleh, sedangkan yang lain diberkan kesempatan untuk
pembelajaran.
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir
kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan
1. Tahap Persiapan
a. Guru menyapai tujuan dan manfaat dari mater yang akan dipelajari (Mind)
(Trigger)
2. Tahap Penyampaian
pembelajaran.
3. Tahap Pelatihan
pembelajaran.
b. Meningkatkan Pembelajaran,
a. Kebebasan yang diberikan kepada siswa dalam belajar tidak menjamin bahwa
siswa belajar dengan baik dalam arti mengerjakan tugas dengan serius, tekun,
menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang ia pelajari
pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih
sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan
lebih memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim
bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai dengan kemauannya.
pikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan
adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang
pengetahuan prosedural yang tersusun dengan baik yang dapat diajarkan dengan
1. Guru lebih dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
rendah sekalipun.
dihasilkan.
6. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil.
13. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengerjakan informasi dan
(2014:67)sebagai berikut :
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap,
3. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model
disampaikan.
membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa semua yang
perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai
dan pemahaman yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Winarni (2015: 116)
masalah matematika adalah adanya penyelesaian yang diperoleh tidak dapat hanya
dikerjakan dengan prosedur rutin, tetapi perlu penalaran yang lebih luas dan rumit.
komponen yang sangat penting dalam matematika. Menurut Winarni (2015: 116)
berbagai masalah matematika dan dapat dibedakan dengan masalah rutin dan
meliputi kepercayaan diri dan kesediaan untuk menyelesaikan masalah baru atau
bagian yang tak terpisahkan dari semua proses belajar matematika. Pemecahan
masalah berawal dari ketika siswa dihadapkan pada suatu situasi yang
siswa akan memperoleh hasil dan manfaat yang optimal dari pemecahan masalah.
diajukan. Guru membimbing siswa secara bertahap agar siswa dapat menemukan
yang dimiliki. Akhirnya, siswa dapat belajar secara mandiri mengenai pemecahan
dan data yang relevan. Dengan adanya kemampuan siswa dalam memahami
sebagai berikut:
matematika
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Nilai (dalam rentang 0 – 100) = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 ×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 × 100%
Keterangan :
Skor total : hasil dari penjumlahan dari skor – jumlah seluruh skor yang
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dilihat dari indikator yaitu: (1)
masalah dan efektivitas belajar matematika pada siswa kelas VII Di MTSN
Yogyakarta II “
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di MTSN
Yogyakarta II. Subjek penelitian ini addalah siswa kelas VII E Semester satu
tahun ajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa 38 orang.penelitian ini terdiri dari 3
siklus. Data prensentasi (kognitif) siswa diperoleh dari hasil soal pretest dan
masalah siswa setelah dilakukan tindakan kelas. Pada sirkus I sebesar 50,00%,
pada siklus II sebesar sebesar 61,11% dan pada siklus III sebesar 72,22%. (2)
tindakan. Pada siklus I sebesar 36,11% pada siklus II sebesar 58,33% dan siklus
III sebesar 75,00%. (3) terjadi peningkatan prestasi belajar siswa (aspek kognitif)
setelah tindakan dilakukan. Pada siklus 1 yang diperoleh sebesar 1,3 meningkat
menjadi 1,6 pada siklus II dan meningkat menjadi 2,0 pada siklus III.
Learning, sedangkan peneliti ini ingin mencari tahu apakah ada perbandingan
Accelereted Learning sangat efektif digunakan dalam proses belajar mengajar dan
Populasi
Sampel
Pretest
Post-Test
Uji Statistik
Kesimpulan
2.7 Hipotesis
adalah:
langsung
H0 : µ1 = µ2
H1 :µ1> µ2
Dimana :
pembelajaran langsung.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan populasi adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri 15 Kota Jambi tahun ajaran 2017/2018 yang terdiri dari
.untuk lebih jelasnya populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini,
sebagai berikut:
32
33
Tabel 3Data Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Kota Jambi
No Kelas Jumlah
1 VIII A 26
2 VIII B 26
3 VIII C 27
4 VIII D 26
5 VIII E 26
6 VIII F 27
7 VIII G 26
8 VIII H 27
Jumlah 237
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 15 Kota Jambi Tahun Ajaran 2016/2016
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila
kontrol. Agar mendapat sampel yang representatif yaitu sampel yang dapat
2. Menghitung rata-rata dan simpangan baku nilai ujian matematika semester II,
masing-masing perhitungan nilai ujian semester genap tiap kelas dapat dilihat
dalam lampiran
34
Kuadrat(Arikunto, 2010:333).
4. Setelah melakukan uji normalitas dan semua data yang berdistribusi normal
𝒙𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 = 12,60 pada taraf nyata 0,05. Jika kriteria uji adalah 𝒙𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 <
Dan berlaku sebaliknya jika 𝒙𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 > 𝒙𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 maka populasi tersebut tidak
memiliki varians yang homogen dan hasil dari analisis yang terdapat dalam
bersifat homogen.
adalah uji kesamaan rata-rata. Untuk melihat apakah kelas sampel dalam
ini digunakan analisis variansi (dapat dilihat pada lampiran…..). dari hasil
mengambil dua kelas sebagai sampel dan diambil secara undian atau secara
acak. Dan yang terambil adalah kelas VIII E dan VIII H. kelas VIII E sebagai
Menurut Sugiyono (2015: 60) variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
1. Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
2. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah materi pembelajaran, guru, waktu, sarana dan prasarana, dan suasana
kelas.
3.3.2 Data
yang berupa fakta ataupun angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dari kedua kelas sampel penelitian berupa nilai tes
kemampuan awal dan nilai posttest (nilai akhir). Data ini digunakan untuk
menguji hipotesis.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak sekolah mengenai
jumlah siswa kelas VII dan nilai akhir semester genap kelas VII SMP Negeri
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas dengan satu kelas sebagai kelas
terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk
Secara rinci rancangan Pretest-Posttest only control design dapat dilihat pada
(R) → E O1 X O3
(R) → K O2 _ O4
Keterangan:
E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
Prompting
umum cara pengumpulan data dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
e. Melakukan validasi kepada satu dosen FKIP Matematika dan dua guru SMP
Negeri Matematika
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Akhir
a. Mempersiapkan soal-soal
b. Melakukan uji coba pretest pada kelas IX sebelum diberikan kepada kelas
pretest.
f. Menarik kesimpulan.
40
matematis siswa, instrumen dalam penelitian ini adalah berbentuk tes essay atau
(posttest) terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol Agar tes yang digunakan
berkualitas, maka soal tes diuji coba terlebih dahulu, kemudian dilakukan analisis
reliabilitas.
sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal yang mencakup sub pokok bahasan; kemampuan yang
diukur.
Tes yang telah penulis susun diberikan kepada ahli sebanyak 3 orang untuk
dinilai validitas isinya, yaitu satu dosen FKIP Matematika dan dua guru
Soal tes tersebut dahulu diuji cobakan pada kelas lain yaitu kelas IX Iyang
telah mempelajarinya.
Setelah uji coba dilakukan, dilanjutkan dengan analisa item untuk melihat
baik tidaknya tes. Dengan analisis soal dapat diperoleh infomasi tentang kejelekan
soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Adapun hal-hal yang akan
dianalisa adalah:
a. Validitas Soal
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2009: 167).
Validitas adalah suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi.
yaitu:
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑋𝑌 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
Keterangan:
(Sudjana, 2009:380):
𝑟√𝑛 − 2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√1 − 𝑟 2
Keterangan:
t = nilai thitung
kriteria pengujiannya adalah jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya thitung <
ttabel berarti tidak valid. Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai taraf
nyata α = 0,05 dan dk = (n– 2).Setelah peneliti melakukan uji coba pretest dan
posttest, maka diperoleh6 soal uji coba pretest dan posttest valid semua. Dapat
dilihat pada lampiran . Validitas soal uji coba pretest dan posttest dapat dilihat
Soal 1 2 3 4 5 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2,32 5,85 4,00 4,44 4,68
1,697
Ket valid Valid Valid Valid Valid
b. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar susatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. Indeks ini
43
biasa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya 0,00 sampai dengan 1,00.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran berarti soal semakin mudah (Arifin,
Dalam hal ini, testee dikatakan gagal apabila tingkat kesukarannya dalam
menjawab kurang dari 60% atau dengan ketentuan lain sesuai dengan tingkat
1. Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27%, soal termasuk mudah.
2. Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai dengan 72%, soal
termasuk sedang.
3. Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% ke atas, soal termasuk sukar.
Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba pretest dan
postest maka diperoleh hasil pada lampiran . Tingkat kesukaran soal uji coba
peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai (Arifin,
̅̅̅1 − 𝑋
(𝑋 ̅̅̅2 )
𝑡=
∑ 𝑋12 + ∑ 𝑋22
√( )
𝑛(𝑛 − 1)
Keteraangan:
Daya beda soal uji coba pretest dan postest, dapat dilihat pada lampiran .
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa dari 6 soal yang diujikan, ternyata
d. Reliabilitas
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:221) . untuk soal bentuk
𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = ( ) (1 − 2 )
(𝑘 − 1) 𝜎𝑡
Keterangan:
(∑𝑚
𝑖=1 𝑥𝑖 )
2
∑𝑚 2
𝑖=1 𝑥𝑖 −
𝑆2 = 𝑁
𝑁
Keterangan:
S2 = varians total
xi = skor total
N = jumlah siswa
Dengan koefisien alfa rtabel = 0,5 dengan dk = n – 2. Jika r11 > rtabel berarti
perhitungan reliabilitas untuk soal uji coba pretest dapat dilihat pada lampiran .
diperoleh 𝑟11 = 0,92 hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas soal uji coba pretes
46
tinggi. Dan reliabilitas untuk soal uji coba postest dapat dilihat pada lampiran .
diperoleh 𝑟11 = 0,85 hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas soal uji coba postes
tinggi
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel berasal dari
data yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah
𝑘
𝑓𝑜 − 𝑓𝑒
𝑋2 = ∑
𝑓𝑒
𝑖=1
Keterangan :
= Nilai chi-kuadrat
berdistribusi normal dan jika X 2 hitung ≥ 𝑋 2 tabel , maka data tidak berdistribusi
normal.
47
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
rumus F = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (Sugiyono, 2015: 276), (2) jika telah didapat harga F,
Untuk mengukur pengaruh secara signifikan beda mean (selisih dari dua
rata-rata masing-masing kelas sampel). Salah satu cara untuk menguji beda antara
1. Hipotesis
H0 : 𝜇1 = 𝜇2
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2
2. Rumus Hipotesis
̅̅̅̅
𝑋1 −𝑋̅2 (𝑛1 −1)𝑠12 +(𝑛1 −1)𝑠12
𝑡= , dengan𝑠 2 =
𝑠√
1
+
1 𝑛1 +𝑛2 −2
𝑛1 𝑛2
Keterangan:
t : Uji Hipotesis
𝑠: Simpangan baku
n : Jumlah sampel
b. dk = (𝑛1 + 𝑛2 − 2)
4. Kriteria Pengujian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil - hasil penelitian yang disajikan dalam penelitian ini ada dua bagian,
yaitu hasil penelitian yang diperoleh melalui analisis statistik deskriptif dan
ukuran sampel, nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, simpangan baku, dan
Adapun jumlah siswa pada kelas kontrol adalah sebanyak 26 orang dan
kelas eksperimen 26 orang. Nilai yang diperoleh pun berdasarkan jumlah pengikut
matematis siswa
Analisis ini bertujan untuk melihat nilai matematika siswa antara yang
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk masing-
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
X2tab
Kelas Sampel N X2hit Hasil Uji Ket
A = 5%
Normal
Ekspemen 26 2,78 7,81 X2hit < X2tab
Normal
Kontrol 26 2,96 7,81 X2hit <X2tab
matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Varians
α Fhit Ftab Ket
Eksperimen Kontrol
Homogen
144,48 102,62 5% 1,41 1,96
c. Pengujian Hipotensis
Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotensis adalah teknik t-test
untuk dua sampel related. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thit = 2,21
dengan a = 5% dan dk = 50, dari daftar distribusi t didapat ttab = 1,68. Karena
4.2 Pembahasan
Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh nilai thit = 2.21> ttab =
matematis siswa.
siswa terletak pada penguasaan konsep awal, karena siswa kurang mampu
1. Adanya perubahan paradigma bagi guru dan siswa. Dimana bagi siswa
kesadaran untuk belajar secara mandiri masih sangat rendah, sedangkan bagi
3. Dalam diskusi kelompok besar, ada sebagaian anak yang tidak aktif ambil
jawab.
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa :
1. rata-rata hasil Pemecahan matematis siswa pada kelas eksperimen yang di ajar dengan
2. rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas kontrol yang
diajarkan dengan model pembelajaran langsung memperoleh nilai rata-rata 69,00 dengan
3. Hipotensisnya adalah kriteria pengujian dari uji statistik dengan mengunakan uji-t,
dimana diperoleh thitung = 2,21 dan ttabel = 1,67. Sesuai dengan kriterian pengujian, jika
thitung > ttabel maka H1 diterima, terdapat perbandingan kemampuan pemecahan masalah
Ini berarti kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan
model Langsung pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Kota Jambi.
5.2 Saran
matematika.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini, terutama
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
________________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010).
Jakarta: Rineka Cipta.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran Edisi Revisi. Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Putra, Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press.
Runtukahu, Tombokan dan Kandaou. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak
berkesulitan belajar. Yogyakarta: AR-Ruzz Media
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABETA.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Taufik, Muhammad. 2014. Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Motivasi Belajar dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMAN 5 Mataram. Jurnal AgriSains.
No. 1: Vol.5.
Winarni, Endang Setyo dan Harmini. 2015. Matematika Untuk PGSD. Bandung: Remaja
Rosdakarya