Dirk Lebe
Zul Fadhli
Daftar Isi
Meg Philips Daftar Isi 3
Daftar Gambar 4
Desain dan Grafik
Roy Prasetyo Daftar Tabel 5
Tammi Suryani Daftar Foto 5
Irfan Sahputra Singkatan 7
Rendy Syahputra Pendahuluan 8
Foto
7
Irfan Saputra
Penerjemah
Rino Sa’danoer
2 Kakao di Indonesia 7.3.
7.4.
7.5.
7.6.
Karakteristik Fisik
Standar Kakao Internasional
Definisi Standar Kakao Internasional
Standar Kakao Indonesia
8
Informasi yang terdapat di dalam modul ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta konteks di wilayah di Indonesia Produksi Kakao
(regional/negara) dimana Anda berada. Mohon untuk menyebutkan Swisscontact dan referensi yang 8.1. Siklus Produksi Tanaman dalam
tepat jika mengutip materi di dalamnya. Seluruh informasi dalam buku ini menjadi properti ekslusif
4
Satu Tahun
Konsep Rantai Nilai
Swisscontact dan tidak dapat direproduksi secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari Swisscontact. 8.2. Kebun Pembibitan
8.3. Menanam Pohon Kakao
Foto serta ilustrasi gambar yang berada di dalam buku modul ini dibuat untuk memberikan pemahaman 8.4. Pertumbuhan Kakao
8.5. Pemeliharaan dan Praktik Pertanian
yang lebih baik kepada pembaca tanpa ada maksud untuk melanggar atau merendahkan ajaran agama
TM
2 3
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Daftar Gambar Daftar Tabel
Gambar 1: Pohon Kakao dan Bagian-bagiannya 14 Tabel 1: Produksi Kakao Indonesia 2010–2013 menurut Provinsi (Metrik Ton) 18
Gambar 2: Produksi Kakao Indonesia 1967–2013 17 Tabel 2: Kriteria Kualitas Uji Potong secara Internasional 49
Gambar 3: Produksi Kakao menurut Provinsi di Indonesia 18 Tabel 3: Persyaratan Umum Kualitas Biji Kakao di Indonesia (SNI) 50
Gambar 4: Komposisi Kebun Kakao 21 Tabel 4: Persyaratan Khusus Kualitas Biji Kakao di Indonesia (SNI) 50
Gambar 5: Usia Kebun Kakao 23 Tabel 5: Jenis Klonal yang ditanam di Indonesia 57
Gambar 6: Rata-rata Usia Kebun di Beberapa Provinsi Terpilih 23 Tabel 6: Contoh Hasil setelah Penanaman Pohon Kakao 74
Gambar 7: Rantai Nilai Kakao 25
Daftar Foto
Gambar 8: Rantai Nilai Kakao Indonesia 26
Gambar 9: Distribusi Usia Petani Kakao 30
Gambar 10: Tingkat Pendidikan Petani 30
Gambar 11: Peserta GAP menurut Jenis Kelamin 30
Gambar 12: Kategorisasi Petani menurut Profesionalisme dan Ukuran Kebun 31 Foto 1: Pohon Kakao 15
Gambar 13: Perbedaan Hasil dan Jumlah Pohon dari berbagai Kategori Petani 31 Foto 2: Pohon Kakao pada Beberapa Tahapan Hidupnya dan Pohon Pelindung 22
Gambar 14: Perbedaan Hasil Panen antara Petani Terbaik dan Terburuk 32 Foto 3: Bahan Input Pertanian 29
Gambar 15: Pengalaman Meminjam Petani Kakao 32 Foto 4: Petani Kakao 29
Gambar 16: Kontribusi Pembiayaan Bank dari Total Pembiayaan 32 Foto 5: Pengumpul Desa 33
Gambar 17: Program Produksi Kakao Berkelanjutan - Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) 38 Foto 6: Pangkalan Pembelian 35
Gambar 18: Bagian-bagian Biji Kakao 48 Foto 7: Pabrik Pengolahan Kakao 36
Gambar 19: Siklus Panen di Aceh 53 Foto 8: Biji Kakao Sertifikasi dalam Gudang Penyimpanan 37
Gambar 20: Siklus Panen di Sulawesi 53 Foto 9: Bak yang Berisi Kakao Cair di Tempat Pengolahan 37
Gambar 21: Distribusi Hasil Pohon Kakao Biasa dan Pohon Kakao Sambung Pucuk 56 Foto 10: Para Petani Kakao yang Terorganisir Sebuah Kelompok 37
Gambar 22: Distribusi Bahan Tanam 57 Foto 11: Penilaian Kualitas Biji Kakao 45
Gambar 23: Ukuran Pohon 63 Foto 12: Biji Fermentasi 46
Gambar 24: Pemangkasan 64 Foto 13: Contoh Sampah 47
Gambar 25: Pupuk Anorganik 66 Foto 14: Alat untuk Pengujian Kadar Air 47
Gambar 26: Distribusi Pupuk 67 Foto 15: Kebun Pembibitan 54
Gambar 27: Pengaruh Pupuk Terhadap Produksi Kakao pada Tingkat Pencahayaan yang Berbeda 72 Foto 16: Persiapan Bibit 55
Gambar 28: Diversifikasi Pohon Pelindung pada Kebun Kakao 72 Foto 17: Kantung Polibag 55
Gambar 29: Bagaimana Buah Seharusnya dipanen 75 Foto 18: Bibit Kakao 55
Gambar 30: Proses Ketertelusuran 86 Foto 19: Sambung Pucuk 55
Gambar 31: Rantai Pengolahan Kakao 96 Foto 20: Menyingkirkan Pohon yang Sudah Tua 58
Gambar 32: Bagaimana Cokelat dibuat 97 Foto 21: Persiapan Menanam 59
Foto 22: Penanaman Pohon 59
Foto 23: Bunga Kakao Tumbuh dari Batang 60
Foto 24: Buah Kakao pada Beberapa Tahap Pertumbuhan 61
Foto 25: Pohon yang Berbuah 61
Foto 26: Pemangkasan 64
4 5
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Daftar Foto Singkatan
Foto 27: Batang Entres/Mata Tunas 65 BI Bank Indonesia
Foto 28: Sambung Samping 65 BPR Bank Perkreditan Rakyat
Foto 29: Sambung Samping yang Gagal 65 BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Foto 30: Aplikasi Pemupukan dan Daerah Penaburan 68 BRI Bank Rakyat Indonesia
Foto 31: Pupuk Non-Organik 68 cm Centimeter
Foto 32: Sanitasi 69 CPB Cocoa Pod Borer
Foto 33: Penggunaan Pestisida 70 CSSV Cocoa Swollen Shoot Virus
Foto 34: Wilayah Bebas Rumput Liar di Sekitar Pohon Kakao 71 FI Financial Institution (Lembaga Keuangan)
Foto 35: Kulit Buah Kakao 73 FOB Free-On-Board
Foto 36: Mesin Pembuatan Kompos 73 g Gram
Foto 37: Penyimpanan Kompos 74 GAP Good Agricultural Practice
Foto 38: Memotong Buah dari Pohon 76 GFP Good Financial Practice
Foto 39: Mengumpulkan Buah 76 GHG Greenhouse Gas Emission (Emisi Gas Rumah Kaca)
Foto 40: Membuka Buah 77 GIS Geographic Information System (Sistem Informasi Geografis)
Foto 41: Buah yang Terbuka dengan Biji dan Daging Buah 77 GNP Good Nutritional Practice
Foto 42: Kotak Fermentasi Kayu 79 ha Hektar (=10,000 m2 = 2.5 acre)
Foto 43: Biji Kakao yang dikeringkan di Solar Dryer 80 IDR Rupiah
Foto 44: Mesin Sortir Sampah 80 JFX Jakarta Future Exchange
Foto 45: Biji Kakao di dalam Karung 81 K Potassium (Kalium)
Foto 46: Produk Cokelat Batangan 89 m Meter
Foto 47: Biji Kakao yang Telah dipanggang Tanpa Kulit (Nibs) 89 MFI Microfinance Institution (Lembaga Keuangan Mikro)
Foto 48: Cokelat Cair 90 mm Millimeter
Foto 49: Mentega Kakao 91 MIS Management Information System (Sistem Manajemen Informasi)
Foto 50 : Tepung Kakao 91 MT Metric Ton (=1,000 kg)
Foto 51 : Buah Hitam 92 N Nitrogen (Nitrogen)
Foto 52 : Penyakit Pembuluh Kayu (VSD) 92 P Phosphorus (Fosfor)
Foto 53 : Pengerek Buah Kakao (PBK) 93 PsPSP Panen sering, Pemangkasan, Sanitasi, Pemupukan
SCPP Sustainable Cocoa Production Program (Program Produksi Kakao Berkelanjutan)
SNI Standard Nasional Indonesia
ToT Training of Trainers (Pelatihan untuk Pelatih)
VC Value Chain (Rantai Nilai)
VSD Vascular-Streak Dieback (Penyakit Pembuluh Kayu)
6 7
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Pendahuluan
Akses-akses pembiayaan yang dimaksud men- bertani kakao secara profesional memerlukan
Section 1: cakup akses terhadap pinjaman, simpanan, keahlian khusus sehingga petani yang berger-
Pendahuluan
mereka sebagai kelompok sasaran yang layak tersebut cukup yakin dan positif untuk mem-
untuk menikmati produk pinjaman. berikan pinjaman kepada petani kakao. Manu-
al ini berupaya memenuhi tujuan tersebut dan
Pada dasarnya, pinjaman itu tidak lain sim- menyediakan informasi yang dibutuhkan guna
Sebagaimana halnya dengan panan di masa depan. Daripada hanya mem- memahami sektor kakao dan memberikan
banyak petani di negara promosikan pinjaman, kegiatanmenabung pemahaman yang mendalam mengenai pem-
berkembang, sebanyak 1,3 juta dianjurkan untuk membantu petani mendapa- biayaan di sektor kakao di Indonesia. Manual
petani kakao di Indonesia juga tkan akses terhadap jasa pembiayaan, teruta- ini menjelaskan mengenai rantai nilai, risiko,
mempunyai masalah akses ma bagi petani yang tidak layak mendapatkan kegiatan berkebun, arus kas, dan sebagainya.
pinjaman. Hal ini memungkinkan petani meng- Manual ini juga memberikan usulan men-
pembiayaan yang menghalangi
himpun kekayaan. genai produk pembiayaan yang layak yang
mereka mencapai potensi dapat menjadi jalan keluar bagi permasalahan
produksi yang maksimal. Bagi lembaga keuangan, ini merupakan seputar akses pembiayaan bagi petani kakao.
alternatif pembiayaan dengan biaya rendah. Dengan pemahaman ini, lembaga keuangan
Hal lainnya, simpanan dan pinjaman tersebut dapat mengelola risiko, menekannya, dan
dapat digunakan untuk membeli bahan input, dapat menawarkan produk yang menarik bagi
pemeliharaan kebun, serta perbaikan produksi kelompok sasaran. Kemudian petani kakao dan
melalui peningkatan investasi. lembaga keuangan dapat memperoleh man-
faat dari kerja sama yang saling menguntung-
Kakao merupakan tanaman yang menarik kan antara kedua belah pihak.
yang bisa dipanen sepanjang tahun. Jadi,
meski saat produksi rendah, petani tetap bisa Banyak petani yang kurang berpengalaman
memperoleh penghasilan. Hal ini membuat ka- dalam berhubungan dengan lembaga keuan-
kao berbeda dengan tanaman lainnya. Namun gan maupun organisasi petani dalam hal
8 9
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Pendahuluan Pendahuluan
Introduction
pinjam meminjam, walaupun banyak dari mereka yang meminjam atau meminjamkan uang
dari/kepada sanak saudara atau teman-teman, dan mendapatkan pinjaman dari para pedagang.
Mereka terbiasa dengan persyaratan pinjaman yang fleksibel, tanpa mensyaratkan jaminan.
Harapan utama lembaga perbankan perlu memberi pemahaman bagi petani, misalnya pentingn-
ya membayar angsuran pinjaman tepat waktu.
Manual ini dibuat berdasarkan persepsi dan sudut pandang perbankan dan digunakan dalam
program pelatihan tiga hari. Program pelatihan perorangan ini diarahkan untuk pegawai bank
dari berbagai posisi, terutama pegawai yang bertanggung jawab memberikan pinjaman (loan
officers), dan digunakan sebagai referensi dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Untuk
menciptakan manual yang singkat dan padat, beberapa topik yang berhubungan dengan istilah
teknis pertanian hanya disinggung secara singkat, tetapi tidak dijelaskan secara ilmiah. Beber-
apa referensi yang berhubungan dengan ilmu ekonomi diikutsertakan dalam manual ini untuk
menjelaskan faktor risiko.
Dengan demikian, diharapkan lembaga perbankan dapat memahami sektor kakao dengan lebih
baik sehingga dapat menciptakan produk sesuai kebutuhan, tanpa menciptakan ketergantungan
petani terhadap utang. Swisscontact percaya bahwa lembaga keuangan akan menggunakan
informasi ini untuk menciptakan jasa keuangan yang sesuai untuk kebutuhan petani kakao.
Umur pohon
kakao tercatat
bisa mencapai
200 tahunan,
tetapi umur
ekonominya
hanya bisa
bertahan sampai
30 tahunan saja
10 11
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Deskripsi Singkat tentang Kakao
Secara genetis, kakao berasal dari wilayah Upper untuk menjadi matang. Buah kakao berbentuk
Section 1: Amazon di Amerika Selatan. Wilayah yang bulat lonjong berjenis kacang-kacangan
1. Deskripsi
dipelihara melalui pengelolaan tanah yang baik untuk menghasilkan sekitar 0,5 kg cokelat.
serta menanam pohon pelindung di antara pohon Pada umumnya, pohon kakao mulai berbuah
kakao. Produktivitas pohon kakao di Indonesia dalam waktu lima tahun setelah ditanam. Namun
singkat tentang umumnya selama 15 tahun. dengan kemajuan teknologi pembudidayaan biji
kakao, pohon kakao dengan jenis biji tersebut
Kakao
Sistem akar pohon kakao yang dewasa terdiri dari sudah dapat menghasilkan buah pada tahun
akar tunggang yang bisa mencapai kedalaman ketiga. Kecepatan penurunan produksi buah
dua meter dan akar samping yang memenuhi 20 setelah terjadinya masa produksi maksimal
cm lapisan atas tanah. Akar ini melebar hingga ditentukan oleh cara menanam, di mana
Pohon kakao (Theobroma 5–6 meter dan membentuk lapisan tebal di biaya produksi meningkat terus sesuai dengan
cacao L.) adalah tanaman permukaan tanah. Bunga pohon kakao tumbuh berjalannya waktu. Musim panen tergantung
berkelompok, langsung dari batang (cauliflory). daerahnya karena setiap daerah mempunyai
tropis yang tumbuh di hutan
Bunga akan tumbuh dari cabang pada saat pohon musim panen yang berbeda-beda.
tropis yang dapat mencapai
berumur dua atau tiga tahun. Bunganya kecil
ketinggian hingga 20 meter. dengan diameter antara 1–2 cm yang dibuahi Pohon kakao dari perkawinan silang lebih
oleh serangga Forcipomyia, berukuran antara 1–4 diminati (jenis hibrida) karena jenis ini lebih
mm yang tergolong dalam keluarga lalat. Pohon tahan terhadap penyakit dan menghasilkan buah
kakao memerlukan lingkungan yang sejuk, gelap, lebih banyak dari setiap hektar-nya. Sebagai
dan lembap untuk hidup. Kakao berkembang contoh, kebun kakao yang ditanam secara
biak pada tetumbuhan yang membusuk. Hanya tradisional dengan pemeliharaan yang minim,
1–5% dari bunga yang berhasil dibuahi. Pohon biasanya menghasilkan biji sebanyak 300
kakao mempunyai mekanisme menjarangkan sampai 500 kg buah kakao per hektar dalam
sendiri untuk menjarangkan jumlah buah, di satu tahun. Sebaliknya, jenis pohon hibrida yang
mana buah yang muda (cherelles) berhenti untuk ditanam secara benar dengan mengikuti kondisi
tumbuh, berubah warna menjadi hitam dan ideal, dapat menghasilkan biji sebanyak 3.000 kg
layu, tetapi tidak jatuh dari pohon. Buah yang buah kakao per hektar setiap tahun.
lainnya memerlukan lima sampai enam bulan
1
Chobachoba.com
12 13
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Deskripsi Singkat tentang Kakao Deskripsi Singkat tentang Kakao
14 15
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Kakao di Indonesia
Kakao di Indonesia
Cocoa in Indonesia
2,000,000 900
2. Kakao di
1,800,000 800
1,600,000
700
Indonesia 1,400,000
1,200,000
600
500
1967
1968
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2003
Wilayah (ha) Produksi (MT) Produktivitas (kg/ha)
(wilayah kebun kakao dalam satuan hektar dan produksi kakao dalam satuan MT berada pada
aksis sebelah kiri, sementara aksis sebelah kanan menunjukkan nilai produktivitas kebun kakao
dalam kg/hektar).
16 17
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Kakao di Indonesia Cocoa
Kakao In
di Indonesia
Provinsi terbanyak yang menghasilkan kakao di Indonesia pada 2013 berada di Pulau Sulawesi
dan Sumatera:
Province 2010 2011 2012 2013
Provinsi 2010 2011 2012 2013 Provinsi 2010 2011 2012 2013
Sulawesi Tengah 138,306 124,777 144,358 149,071
Sulawesi Tengah 138,306 124,777 144,358 149,071 Gorontalo 3,669 2,904 3,705 3,826
Sulawesi Tenggara 141,176 114,578 122,960 120,243
Sulawesi Tenggara 141,176 114,578 122,960 120,243 Riau 3,321 3,586 3,520 3,631
Sulawesi Selatan 173,755 142,829 146,840 117,672
Sulawesi Selatan 173,755 142,829 146,840 117,672 Sumatera Selatan 2,105 2,001 2,551 2,837
Sulawesi Barat 96,011 80,194 76,158 71,823
Sulawesi Barat 96,011 80,194 76,158 71,823 Banten 2,108 1,647 2,911 2,586
Sumatera Barat 49,388 44,613 48,113 58,740
Sumatera Barat 49,388 44,613 48,113 58,740 Jawa Barat 2,062 2,622 2,620 2,427
Sumatera Utara 63,425 54,515 36,188 31,789
Sumatera Utara 63,425 54,515 36,188 31,789 Kalimantan Barat 2,270 1,895 2,274 2,032
Jawa Timur 24,199 24,788 28,575 30,364
Jawa Timur 24,199 24,788 28,575 30,364 Jawa Tengah 2,678 2,383 2,369 2,012
Aceh 27,625 24,596 20,609 28,329
Aceh 27,625 24,596 20,609 28,329 Nusa Tenggara Barat 1,272 975 1,303 1,166
Lampung 26,539 20,721 23,765 25,507
Lampung 26,539 20,721 23,765 25,507 DI Yogyakarta 1,199 845 1,050 853
Nusa Tenggara Timur 12,978 8,815 11,190 11,755
Nusa Tenggara Timur 12,978 8,815 11,190 11,755 Jambi 841 490 467 512
Maluku Utara 12,884 9,846 11,021 10,656
Maluku Utara 12,884 9,846 11,021 10,656 Kalimantan Tengah 287 193 209 205
Papua 12,897 9,539 10,305 9,768
Papua 12,897 9,539 10,305 9,768 Kepulauan Bangka Belitung 66 64 139 151
Maluku 7,819 9,755 11,706 8,555
Maluku 7,819 9,755 11,706 8,555 Kalimantan Selatan 72 51 81 74
Kalimantan Timur 8,063 8,051 7,960 6,927
Kalimantan Timur 8,063 8,051 7,960 6,927 Kepulauan Riau 0 0 1 1
Bengkulu 5,098 4,102 4,546 4,672
Bengkulu 5,098 4,102 4,546 4,672 DKI Jakarta n.a. n.a. n.a. n.a.
Sulawesi Utara 4,963 3,661 4,231 4,434
Sulawesi Utara 4,963 3,661 4,231 4,434 Kalimantan Utara n.a. n.a. n.a. n.a.
Papua Barat 4,665 3,526 4,651 4,277
Papua Barat 4,665 3,526 4,651 4,277 Total 837,918 712,230 740,513 720,862
Bali 6,177 3,668 4,137 3,967
Bali 6,177 3,668 4,137 3,967
1: Produksi Kakao Indonesia 2010–2013 menurut3,669
Gorontalo
Tabel Provinsi (Metrik Ton) 2,904 3,705 3,826
Aceh Sumber:
Riau Kementerian Pertanian Republik Indonesia 3,321 3,586 3,520 3,631
Sumatera Utara Sumatera Selatan 2,105 2,001 2,551 2,837
Banten 2,108 1,647 2,911 2,586
Jawa Barat 2,062 2,622 2,620 2,427
Kalimantan Barat 2,270 1,895 2,274 2,032
Jawa Tengah 2,678 2,383 2,369 2,012
1,272 975 1,303 1,166
SulawesiNusa Tenggara Barat
TengahDI Yogyakarta 1,199 845 1,050 853
Sumatera Lampung
Sulawesi Jambi Papua
841 490 467 512
428,843 ha 287 193 209 205
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
154,578 ton Kepulauan Bangka Belitung 66 64 139 151
35,012 ha
72 51 81 74
8,797 ton Sulawesi
Kalimantan Selatan
Kepulauan Riau 0 0 1 1
984,040 ha
DKI Jakarta n.a. n.a. n.a. n.a.
460,024 ton Papua -n.a.
Papua Barat
Kalimantan Utara n.a. n.a. n.a.
18 19
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Gambaran Kebun Kakao di Indonesia
7,7%
pohon pelindung, pohon
buah-buahan dan pengunaan
lahan kebun lainnya
11,5% 9,9%
3. Gambaran
Pohon yang sudah tua
Pohon muda
(pohon yang belum
menghasilkan)
Kebun Kakao di
Indonesia 70.9%
Pohon yang
menghasilkan
20 21
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Gambaran Kebun Kakao di Indonesia Gambaran Kebun Kakao di Indonesia
1%
9%
18%
Status
25%
produktivitas
pohon kakao
47%
Pohon Muda (<3 yr) Produksi Tinggi (4-7 yr) Berproduksi Baik (8-15 yr)
25
20.4 20.4 20.6
18.8
20
15 12.4
Tahun
10.1
10
0
Aceh Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sumatera
Barat Selatan Tengah Tenggara Barat
22 23
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Mengeluarkan biji
Pertumbuhan Pemanenan
Pertumbuhan dan Pemanenan
dari buah
1
Cocoa In Indonesia
Pohon kakao hanya dapat tumbuh di iklim khatulistiwa. Lebih
dari 5 juta keluarga di Afrika Barat, Asia Tenggara dan Amerika
Latin menghasilkan hampir 4 juta ton biji kakao setiap tahunnya.
Ketika buah sudah matang, mereka memanen dan bijinya
dikeluarkan.
Pengepakan di
3 Pengumpulan dan Pengiriman Penimbangan Pemeriksaan kualitas karung goni Pengiriman
4. Konsep Rantai
lebih lanjut.
Nilai
Secara umum, rantai nilai bisa
4 Dari Biji menjadi Kakao Cair pemecahan menjadi
biji kakao
Sortasi,
pembersihan,
Biji dibersihkan, dikeringkan,dicampur, Kakao Cair Penggilingan Pemanggangan tanpa cangkang dan pengeringan
didefinisikan sebagai suatu proses dan dipecahkan untuk dilepas cang-
kangnya. Nib (biji tanpa cangkang) di
membawa produk, seperti kakao, dalamnya dipanggang dan di-
tumbuk sampai halus. kakao
melalui beberapa tahap produksi cair, dapat digunakan sebagai
tambahan kandungan untuk
dan mengubahnya ke dalam suatu coklat atau diproses lebih Tepung
kakao
Mentega
kakao
bentuk barang yang dikonsumsi lanjut menjadi bubuk kakao
dan mentega kakao.
oleh konsumen akhir. Rantai nilai
+ gula, susu, lainnya
merupakan sistem yang terdiri 5 Pembuatan
dari beberapa sub-sistem yang Cokelat
memerlukan input, transformasi Kakao cair dan
proses, dan output.2 lainnya bahan dicampur dan
ditekan (press) antara bidang
pengilasan menjadi bentuk bubuk halus. Bubuk cokelat ini di-
remas-remas berjam-jam di bagian mesin keong untuk Mengha-
luskan tekstur dan mengembangkan aroma. Mentega kakao dan Bahan pencampur Peremasan untuk
penghalusan
lecthin ditambahkan untuk membuat cairan coklat.
Pemangku Kepentingan
Rantai Pasokan
Eksportir yang
MENGEKSPOR
berafiliasi ke
Eksportir Lokal
perusahaan
internasional
PENGOLAHAN LOKAL
Kira-kira 80% Pengolahan lokal Pengolahan regional
Harga pembelian
PENGUMPULAN Pedagang Lokal
80-90 % dari harga NY Unit Pembelian
Harga pembelian
Pedagang lokal
65-80 % dari harga NY
PRODUKSI Petani Pemilik Lahan Kecil (0.5-1.5 Ha) (93%) Badan Usaha Negara (4%) Perkebunan swasta (3%)
Biaya Produksi
Rp.6,500/Kg
PENYEDIA INPUT
26 27
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Deskripsi Rantai Nilai Kakao
Bibit
Rantai Nilai
Kakao
Pestisida
28 29
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Deskripsi Rantai Nilai Kakao Deskripsi Rantai Nilai Kakao
Beberapa statistik Petani:3 keseluruhan petani, 22,99 % perempuan petani Mayoritas petani kakao memiliki kebun dengan ukuran sedang (44,59%) atau ukuran kecil
kakao digolongkan ke dalam petani muda.5 (41,79%). Hanya 13,62% petani yang memiliki kebun dengan ukuran besar. Ukuran rata-
Umur rata-rata para petani kakao yang bergabung rata kebun kakao yang dimiliki rumah tangga petani adalah 0,99 hektar. Petani sertifikasi
dalam program SCPP adalah 44,7 tahun. Harapan Sebanyak 38,46% petani kakao adalah lulusan yang berpartisipasi dalam program SCPP memiliki luas kebun 1,13 hektar atau 13% lebih luas
hidup di Indonesia adalah 69 tahun untuk laki- sekolah dasar, sedangkan 2,70% petani kakao daripada kebun petani yang tidak mengikuti program sertifikasi.
laki dan 73 tahun untuk perempuan.4 Dari total tidak menikmati pendidikan.6
Distribusi Umur Petani Kakao Pendidikan Petani Hanya 12,29% petani kakao yang digolongkan ke dalam petani profesional, sementara 31,43%
Sekolah Dasar
digolongkan ke dalam petani progresif. Petani tidak profesional (yang belum tergolong
35%
(tamat)/SD profesional) besar potensinya untuk menjadi petani yang progresif.
38,46%
31.20% 35%
30% Tidak Profesional Progresif Profesional Total
25.39% 30%
25% Sekolah Kecil 22.96% 13.85% 4.97% 41.79%
Menengah Sekolah
25% Atas/SMA Menengah
20.42% 23,07% Pertama/SMP Sedang 26.94% 14.40% 3.25% 44.59%
20% 18.91% 22,28%
20% Besar 6.38% 3.17% 4.06% 13.62%
15%
15% Sekolah Dasar Total 56.28% 31.43% 12.29% 100.00%
(Tidak Tamat)/
10% SD
10% 8,35% Gambar 12: Kategorisasi Petani Menurut Profesionalisme dan Menurut Ukuran Kebun
5% 4.08% Perguruan
Tinggi
5% 3,29% Tidak sekolah
2,70%
Petani profesional adalah petani yang memiliki hasil panen per hektar lebih tinggi dibandingkan
15 - 24 25 -34 35 - 44 45 - 54 55+
petani yang tidak profesional. Hal ini mengakibatkan pendapatan per hektar petani profesional
Gambar 9: Distribusi Usia Petani Kakao Gambar 10: Tingkat Pendidikan Petani
lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak profesional sehingga lebih mudah bagi mer-
eka mendapatkan pinjaman.7
Sebanyak 81,3% petani kakao yang mengikuti program pelatihan Good Agriculture Practices
(GAP) SCPP adalah laki-laki dan 18,7% adalah
GAP perempuan.
Participants by Gender 1,400 1,293 1.60
Peserta GAP menurut Jenis Kelamin 1.50
100 1.40
1,200
1.20
1,000 860
58.7% 830
76.6% 729 1.00
83.9% 83.4% 84.4%
91.5% 800 680 Rata-rata
Hasil
50
0.80 Hasil/Ha
0.82
600 Pohon/Ha
0.60
41.3% Rata-rata
23.4%
400 267 Hasil/Pohon
16.1% 16.6% 15.6% 0.40
8.5%
0
Aceh Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sumatera 0.37
Barat Selatan Tengah Tenggara Barat 200 0.20
Laki-laki Perempuan
3
Tambahan informasi bisa diperoleh dari SCPP AFF Baseline Report (2016) Gambar 13: Perbedaan Hasil Panen dan Jumlah Pohon dari berbagai Kategori Petani
4
WHO, 2012. Harapan hidup sewaktu lahir
5
Distribusi umur menurut definisi ILO yang digolongkan ke dalam orang muda adalah mereka yang berada di bawah
umur 35 tahun.
6
Sebanyak 1,85% petani yang mengikuti pelatihan tidak diketahui riwayat pendidikannya. SCPP umumnya bekerja 7
Keterbatasan dalam penggolongan disebabkan penetapan kriteria penggolongan. Selain digunakan hasil panen per
sama dengan petani yang bisa baca tulis sehingga bisa dipastikan bahwa materi yang diberikan dapat dipahami
hektar, bisa juga digunakan hasil panen per pohon.
dengan benar.
30 31
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Deskripsi Rantai Nilai Kakao Deskripsi Rantai Nilai Kakao
Petani kakao yang profesional memiliki 17,97% lebih banyak pohon dalam setiap hektar kebun 5.3. Pengumpul
dibandingkan petani yang tidak profesional (860 pohon dibandingkan 729 pohon dalam setiap Jaringan pedagang lokal pada sektor komoditas memberikan perbedaan harga kepada petani.
hektar kebun). Mereka juga memiliki hasil 4,05 kali lebih besar untuk setiap pohon (1,50 kg/ kakao di Indonesia cukup kuat. Hampir 90% Dari total 213 pedagang yang bergabung
pohon dibandingkan 0,37 kg/pohon). Hal ini menunjukkan jumlah produksi 4,8 kali lebih tinggi petani kakao menjual hasil panen mereka ke- dalam SCPP 7 diantaranya adalah pedagang
per hektar-nya (1.293 kg/hektar dibandingkan 267 kg/hektar). Secara rata-rata, petani yang pada pedagang lokal, baik yang dijual di kebun perempuan.9
berada dalam kelompok 10% teratas mempunyai hasil panen yang tinggi, yaitu 1.177 kg/ mereka ataupun dijual ke gudang-gudang di
hektar dibandingkan petani yang masuk golongan 10% terendah, yaitu dengan hasil panen wilayah mereka.8 Ada kalanya pengumpul atau pedagang mem-
hanya sebesar 205 kg/hektar. berikan pinjaman kepada petani. Jika petani
Hasil (Kg/Ha)
Hasil (Kg/Ha) Pengumpul tidak memerlukan izin untuk berop- berutang kepada pedagang atau pengumpul
erasi. Persaingannya cukup ketat dan ham- tertentu, ada kesan bahwa petani tersebut
1,800 batan untuk memasuki bisnis pengumpul cukup harus menjual bijinya kepada pedagang itu.
1,583 rendah Biasanya pinjaman seperti itu cukup fleksibel
1,600 dan tidak memerlukan jaminan.
1,400 Pengumpul lokal biasanya juga petani,
1,177 kelompok tani, atau pedagang lokal yang Biasanya petani menjual biji kakao langsung ke
1,200 membeli biji langsung dari petani. Mereka pengumpul lokal atau pedagang lokal dan tran-
mengumpulkan biji kakao berkeliling saksinya terjadi di kebun mereka sendiri. Hanya
1,000 menggunakan sepeda motor atau kendaraan ada sedikit contoh di mana petani menjual
721 kecil jenis bak terbuka. Pembelian dari bijinya melalui kelompok atau koperasi. Keban-
800
pengumpul kepada petani biasanya dalam yakan petani lebih suka berdagang langsung
600 451 skala kecil, perputaran dan keuntungannya juga dengan pedagang atau pengumpul. Dari 87.616
kecil sehingga peluang berspekulasi juga kecil. petani yang bergabung dalam SCPP 19,3 %
400 205 Biasanya pengumpul dan pedagang kecil tidak adalah perempuan.10
memberikan premium atas kualitas ataupun
200
0
10% Terbawah Baseline Post-line 10% Teratas 1% Teratas
Gambar 14: Perbedaan Hasil Panen antara Petani Terbaik dan Terburuk
Data menunjukkan sebanyak 42,66% petani Dari semua petani yang pernah menerima
kakao sudah pernah menerima pinjaman dari pinjaman, 13,10% mendapat pinjaman
berbagai sumber, sementara 57,34% tidak dari bank.
pernah menerima pinjaman.
86.90% 13.10%
22.99%
Pengalaman
57.34%
Meminjam Pembiayaan
19.67%
dari bank
8
Gambar 15: Pengalaman Meminjam Petani Kakao Gambar 16: Kontribusi Pembiayaan Bank dari Total Pembiayaan Istilah “pedagang” dan “pengumpul” biasanya tidak dibedakan.
9
CocoaTrace (Akses, 18 Mei 2017)
10
CocoaTrace (Akses, 18 Mei 2017)
32 33
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Deskripsi Rantai Nilai Kakao Deskripsi Rantai Nilai Kakao
sedang Pedagang menjual sebagian besar biji kakao kepada pengekspor lokal dan ada sebagian kecil
yang disalurkan kepada pengolah lokal. Sementara itu, pedagang memerlukan izin usaha dari
menimbang pemerintah setempat. Para pedagang ini biasanya memperdagangkan berbagai jenis komoditas
yang tumbuh di berbagai wilayah, seperti cengkih, kacang-kacangan, kopi, dan sebaiknya.
Mempertahankan hubungan baik dengan petani merupakan kunci keberhasilan pedagang.
biji di sebuah Namun hal ini tidak mudah dilakukan, mengingat tingginya kompetisi di antara pedagang
untuk mendapatkan biji kakao. Hal ini menyebabkan para petani menjual biji kakaonya kepada
pangkalan pedagang yang menawarkan harga tertinggi. Walaupun loyalitas tetap tinggi, petani mempunyai
pilihan untuk menjual kepada beberapa pedagang.
pembelian Di pangkalan pembelian dan gudang, biji kakao dikemas, dibersihkan, dan ditimbang sebelum
dijual kepada pedagang maupun kepada pengolah internasional. Perusahaan internasional
biasanya mempunyai pangkalan pembelian di lokasi petani, supaya dapat langsung memasok
biji kakao dari petani. Data yang ada menunjukkan 86% petani yang sudah disertifikasi memilih
menjual langsung biji kakao ke pangkalan pembelian daripada menjualnya melalui perantara.
Hal ini merupakan syarat dalam aturan sertifikasi yang berlaku.
34 35
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Deskripsi Rantai Nilai Kakao Deskripsi Rantai Nilai Kakao
5.5. Pengolahan 5.6. Pengekspor/Pedagang 5.7. Pengolah Kakao 5.8. Organisasi Petani
Pengolahan biji kakao merupakan kegiatan mengubah biji kakao kering menjadi jenis produk Pengekspor lokal membeli Internasional Secara tradisional, petani
olahan lainnya, misalnya bentuk pasta, kue, bubuk, dan bentuk mentega. Para pengolah biji dari pengumpul dan Dalam waktu yang singkat, kakao di Indonesia diorganisasi
mempunyai kualitas standar yang ketat dan mengharapkan para pemasok mereka untuk pedagang lokal serta para pengolah kakao melalui kelompok tani di tingkat
memenuhi standar ini. menyalurkan biji tersebut menjadi pemain yang kuat desa, di mana satu kelompok
ke gudang mereka. Banyak pada rantai nilai komoditas tani terdiri dari 25–30 orang.
pengekspor lokal kesulitan kakao. Hal ini disebabkan Kelompok tani binaan SCPP
bersaing dengan pengekspor oleh integrasi horizontal memiliki anggota perempuan
internasional berskala besar. dan vertikal, di mana telah lebih kurang 19%. Keberadaan
Pada akhirnya, mereka terjadi konsentrasi dalam kelompok tani bertujuan
menjual biji kakao kepada pemrosesan segmentasi memudahkan petani untuk
pengekspor internasional— pengolahan dan outsourcing mengakses jasa penyuluhan
biasanya mereka sendiri produksi kakao cair. lapangan dan memungkinkan
yang mengekspor biji petani (melalui kelompoknya)
tersebut. Pengolah kakao memiliki untuk bekerjasama melakukan
struktur pasar yang sangat kegiatan pemeliharaan
Sejak diberlakukannya pajak terkonsentrasi. Proses kebun, seperti pemangkasan,
ekspor beberapa tahun konsentrasi pada segmentasi pembibitan, dan pemeliharaan
yang lalu, biji kakao banyak pengolahan sangat dinamis. kebersihan kebun . Organisasi
diproses di Indonesia. Hasil Perusahaan pengolah besar formal petani, seperti koperasi,
produknya berupa bubuk yang beroperasi di Indonesia sangat terbatas jumlahnya.
atau jenis mentega yang adalah Barry Callebaut dan Hanya kurang dari 10% petani
umumnya diekspor. Cargill (kedua perusahaan yang menjadi anggota koperasi.
ini juga aktif di komoditas Organisasi petani akan menjadi
Perusahaan multinasional lain dan bertindak sebagai semakin penting di masa depan
yang beroperasi di Indonesia pedagang). karena mewakili kepentingan
adalah Barry Callebaut, petani dan menjadi penyedia
Cargill, Ecom, dan Olam. jasa bagi petani, seperti jasa
pelatihan, perdagangan,
penyediaan pupuk, pendaftaran
sertifikat tanah, dan sebagainya.
Selain itu, organisasi petani
mempunyai potensi untuk
menjadi lembaga perantara
dalam kegiatan simpan pinjam.
Foto 8: Biji Kakao sertifikasi dalam Foto 9: Bak yang berisi kakao cair di Foto 10: Para Petani Kakao yang
gudang penyimpanan tempat pengolahan terorganisir sebuah kelompok
Foto 7: Pabrik Pengolahan Kakao
36 37
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Deskripsi Rantai Nilai Kakao Description of Rantai
Deskripsi Value Chain Stake
Nilai Kakao
Di Indonesia, ada beberapa penyedia layanan yang cukup aktif, seperti : Koltiva dan PANSU. Penerapan
program melalui penyedia layanan tersebut pun cukup dinamis. Perbankan bisa bekerja sama dengan
penyedia layanan untuk menciptakan akses pendanaan bagi petani kakao (misalnya simpanan) dan
membantu untuk mengidentifikasi calon nasabah yang layak.
Sumatera
Barat
Sulawesi
Selatan Sulawesi
Tenggara
Lampung
Bali Nusa Tenggara
Timur
Karung-karung
Target SCPP
Berkontribusi
dalam Tujuan
berisi kakao
119,000 Pembangunan
130,000
Patani Kakao
Petani Kakao
telah terlatih dalam melek keuangan dan
Berkelanjutan -
PBB melalui
Program
Produksi Kakao
siap untuk
diangkut
terlatih dalam tata kelola pertanian dihubungkan dengan lembaga keuangan Berkelanjutan
dan bisnis yang baik untuk akses keuangan dan produk tabungan
www.swisscontact.org/indonesia
Gambar 17: Program Produksi Kakao Berkelanjutan - Sustainable Cocoa Production Program (SCPP)
38 39
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Hambatan Utama dan Peluang di Sektor Kakao Indonesia
Berdasarkan hal ini, melalui kerja sama dengan beberapa pemain utama di sektor kakao,
hambatan utama dan peluang sudah dapat dikenali, guna mengembangkan program strategis.
Beberapa solusi menggambarkan aspek yang perlu ditingkatkan dikenali guna menjamin
peningkatan produksi dan peningkatan kemampuan bersaing para pemain dalam rantai nilai
kakao.
Hambatan utama dan peluang dalam rantai nilai sektor kakao di Indonesia ditunjukkan pada
tabel berikut ini. Tabel ini memberikan gambaran kepada lembaga keuangan mengenai
hambatan dalam sektor kakao sekaligus solusinya.
6. Hambatan
Hanya bertumpu pada perbedaan harga saja, (farmer field days) sebagai wadah bagi petani
tidak memberikan insentif kepada petani untuk berbagi kesuksesan maupun hambatan
untuk memperbaiki produktivitas ataupun mereka dalam membangun kebun kakao.
Utama dan
kualitas biji kakao.
Produktivitas kebun
Kakao Indonesia
memberikan pelatihan kepada kelompok tani
• Lemahnya adopsi terhadap Tata Kelola sasaran.
Kebun yang Baik (GAP)
Kembangkan manual standar mengenai budi
• Merebaknya hama penyakit (terutama daya kebun yang baik dan ramah lingkungan.
Industri kakao percaya bahwa pasar jenis Penggerek Buah Kakao (Cocoa Pod
Borer)-, busuk buah (Black Pod)
global dapat menyerap peningkatan
produksi kakao dalam jangka • Umur dan berbagai jenis batang Buat dan kembangkan kebun percontohan untuk
pembelajaran alih teknologi.
menengah. • Buruknya pengelolaan tanah
Adakan lokakarya kakao untuk transfer ilmu serta
• Kondisi iklim yang tidak stabil (kemarau menyediakan pendampingan untuk penerapan
dan banjir) keterampilan dan memberikan informasi guna
meningkatkan produktivitas kakao.
40 41
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Hambatan Utama dan Peluang di Sektor Kakao Indonesia Hambatan Utama dan Peluang di Sektor Kakao Indonesia
42 43
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Biji Kakao – Kualitas, Kategori, dan Harga
7.1. Kualitas
Section 1: Kualitas diukur berdasarkan beberapa aspek, yakni rasa, kemurnian, dan karakteristik fisik yang
Ada beberapa aspek kualitas yang tidak dapat dipengaruhi oleh penanam, di mana kualitas ini
tergantung kepada kualitas bahan tanam. Pada dasarnya, hal ini tergantung kandungan lemak
Indonesia is home to 1.3 million cocoa farmers who are primarily clas- biji kakao serta variasi rasa. Kualitas bahan tanam dipengaruhi jenis dan kondisi iklim (curah
sified as smallholders. As is the case with many smallholders in devel- hujan berpengaruh terhadap perkembangan bibit). Karakteristik rasa dipengaruhi jenis bibit,
oping countries, the Indonesian cocoa farmers’ lack of Access to Finance tetapi petani juga dapat sedikit memengaruhi rasa tersebut, tergantung pengolahan dalam fase
(A2F) is inhibiting them from reaching their full production potential. pasca panen.
Penilaian yang benar terhadap kualitas kakao bisa dilakukan dalam waktu satu jam.
7. Biji Kakao
– Kualitas,
Kategori, dan
Harga
Foto 11: Penilaian Kualitas Biji Kakao
Untuk biji kakao Indonesia, rasa merupakan hal yang kurang penting. Hal itu karena kakao
yang berasal dari Indonesia—karena kandungan lemaknya—hanya digunakan sebagai pengisi,
dicampurkan dengan biji kakao yang memiliki rasa yang diproduksi di negara lain.
44 45
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Biji Kakao – Kualitas, Kategori, dan Harga Biji Kakao – Kualitas, Kategori, dan Harga
Jamur adalah penyebab utama mengapa biji kakao tidak memiliki rasa. Walaupun hanya 7.3. Karakteristik Fisik
4% biji kakao yang mengandung jamur, itu cukup untuk menghilangkan rasa dari seluruh Uji potong merupakan prosedur standar dalam menilai kualitas biji kakao. Uji ini tidak hanya
biji kakao yang ada. Jamur bisa dihindari dengan menyimpan biji kakao dalam tempat yang dapat mengenali jamur atau biji yang tidak difermentasi, tapi juga dapat mengenali cacat lainnya
kering. Biji kakao yang berwarna abu kebiru-biruan dan tidak difermentasi, tidak memiliki rasa pada biji kakao. Biasanya akan diambil sampel biji (100–300 biji) dan dipotong memanjang.
cokelat. Jika cokelat dibuat dari biji ini maka berasa pahit, kecut, dan tidak sedap. Faktor lain Setiap biji diperiksa di bawah cahaya matahari atau di bawah lampu yang terangnya menyamai
yang menghilangkan rasa adalah asap, di mana asap merupakan kontaminan yang terjadi saat cahaya matahari. Setiap biji yang memiliki lebih dari satu cacat digolongkan hanya ke dalam
pengeringan atau penyimpanan. satu kategori cacat. Berat biji, persentase kulit, dan kandungan lemak merupakan karakteristik
utama biji kakao yang dapat diukur secara objektif. Jika sifat utama ini tidak dipenuhi, sulit untuk
7.2.2. Penilaian terhadap Fermentasi menjual biji tersebut—walaupun bisa dijual, harganya akan turun.
Tingkat fermentasi dapat dibagi ke dalam empat kategori:
• fermentasi penuh,
• sebagian warna cokelat dan sebagian ungu,
• sepenuhnya ungu, dan
• pipih.
7.3.1. Sampah
Sampah Batu kerikil, sisa-sisa plasenta, ranting,
atau dahan tidak memiliki nilai bagi pembeli.
Sampah-sampah seperti itu bisa saja masuk
ke dalam karung kakao secara tidak sengaja
dan akan menaikkan beratnya. Jika ditemukan
Foto 12: Biji Fermentasi
banyak sampah pemotongan harga akan
diberlakukan.
7.2.3. Kemurnian
Kemurnian berhubungan dengan pencemaran. Sumber utama pencemaran adalah penggunaan
pestisida. Produsen khawatir bahwa pestisida dapat memengaruhi rasa, sementara pemerintah
Foto 14: Alat untuk Pengujian Kadar Air
khawatir pestisida bisa menghasilkan racun. Kontaminasi akan diperiksa selama prosedur impor
dan biji kakao yang terkontaminasi dilarang diimpor oleh beberapa negara, misalnya Jepang.
46 47
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Biji Kakao – Kualitas, Kategori, dan Harga Biji Kakao – Kualitas, Kategori, dan Harga
Biji kakao berkecambah: biji kakao yang kulitnya telah ditembus, dipotong, atau pecah karena
titik
permulaan pertumbuhan kotiledon. Biji ini dianggap rusak karena lubangnya memungkinkan jalan
tumbuh masuknya serangga atau jamur.
kulit biji
Biji kakao pipih: biji yang mengandung kotelidon (bakal kecambah) sehingga terlalu tipis untuk
dipotong.
Mutu I 3% 3% 3%
7.3.4. Persentase Kulit
Kulit dibuang selama proses pengolahan, di mana kulit ini tidak memiliki nilai sama sekali. Tapi, Mutu II 4% 8% 6%
berat kulit termasuk yang dihargai dalam proses jual beli biji kakao.
Tabel 2: Kriteria Kualitas Uji Potong Internasional
Persentase berat kulit dibandingkan berat biji secara keseluruhan tergantung ukuran biji. Biji 7.5. Definisi Standar Kakao Internasional
dengan ukuran yang lebih kecil memiliki persentase kulit yang lebih besar dibandingkan dengan Biji kering menyeluruh: biji kakao yang sudah dikeringkan secara merata. Kandungan airnya tidak
kulit biji yang lebih besar. Ketebalan kulit biji kakao antara 10% (untuk biji yang besar) dan 14% lebih dari 7,5%, sebagaimana diukur di tempat tujuan yang pertama atau tempat penerimaan.
(untuk biji yang kecil). Ada kalanya berat kulit bisa sampai 17% atau lebih dari berat biji secara
keseluruhan. Biji bau asap: biji kakao yang bau asap atau rasa asap yang menunjukkan biji tersebut sudah tercemar
oleh asap.
7.3.5. Kandungan Lemak
Kandungan lemak kakao biasanya ditunjukkan oleh persentase dari pucuk bunga (atau Biji memiliki ukuran seragam: sebagai panduan, hanya sedikit (kurang dari 12%) biji kakao berada di
kotiledon). Kandungan lemak umumnya berkisar antara 40–60%, tergantung daerah tumbuhnya, luar +/- 1/3 berat rata-rata.
genetika dari bahan tumbuhan, dan musim panen.
Semua biji kakao kering yang gagal mencapai standar Grade II akan dicatat sebagai biji kakao di
bawah standar dan harus diperdagangkan melalui kontrak khusus.
48 49
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Biji Kakao – Kualitas, Kategori, dan Harga Biji Kakao – Kualitas, Kategori, dan Harga
Klasifikasi
Menurut golongan pohon, biji kakao digolongkan ke dalam:
1) Kakao Mulia / F) (Criollo dan Trinitario spesies, atau kawin silangnya)
2) Kakao Asalan / B) (biji kakao dari jenis pohon Forastero)
Berdasarkan beratnya (jumlah biji per 100g), biji kakao diklasifikasikan menjadi:
AA : jumlah maksimum biji 85 per 100 g.
A : 86–100 biji per seratus g.
B : 101–110 biji per seratus g.
C : 111–120 biji per seratus g.
S : di atas 120 biji per seratus g.
Persyaratan Kualitas
Persyaratan Umum
Pengukuran
3. Bau asap, atau jenis bau asing lainnya - Tidak Ada
Tabel 3: Persyaratan Umum Kualitas Biji Kakao Indonesia (SNI) kadar air biji
Persyaratan Khusus
Kakao Kakao Kadar biji Kadar biji pipih Kadar biji Kadar Kadar biji
kakao dalam
Mulia Asalan berjamur (%) (%) berserangga
(%)
sampah
(%)
berkecam-
bah (%) sebuah karung
I–F I–B Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 1.5 Maks. 2
50 51
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao
Januari
Februari
Maret
April
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Mei
Juni
Juli
Siklus Panen Sumatera Pemberian Kredit dan Pemupukan Panen dan Pembayaran
8. Produksi Musim Biasa Rendah Rendah Biasa Tinggi Tinggi Biasa Rendah Rendah Biasa Tinggi Biasa
Kakao
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
Januari
Februari
Maret
April
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Mei
Juni
Juli
Sulawesi
Siklus Crop
Panen Cycle
Sulawesi Credit
Pemberian and Fertilizing
Kredit dan Pemupukan Harvest
Panen danand Payment
Pembayaran
52 53
Cocoa Sector
Pelatihan Training
Sektor Kakao for Financial
Untuk LembagaInstitutions
Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Foto 16: Persiapan Bibit Foto 17: Kantung Polibag Foto 18: Bibit Kakao
Jika tumbuhnya pohon kakao berasal dari bibit maka investasi membutuhkan waktu. Untuk itu,
risiko gagal perlu diperkecil. Namun tidak semua pohon akan produktif, bahkan beberapa pohon
produktivitasnya rendah. Untuk mengurangi risiko tersebut, sambung pucuk dilakukan. Caranya
dengan menyambungkan bahan tanam yang unggul pada pucuk bibit yang digunakan untuk
menghasilkan pohon dengan produktivitas tinggi. Hal ini dilakukan dengan mengiris bagian atas
bibit dan menyambungkan sebagian kecil dari mata tunas ke bagian atas bibit tersebut. Batang
tunas tersebut direkatkan pada bagian atas bibit, kemudian ditutupi kantong plastik. Bibit yang
sudah disambung dengan batang tunas tadi merupakan klon dari pohon asal batang tunas,
Foto 15: Kebun Pembibitan tetapi memiliki sifat unggul yang sama dengan induknya. Hal ini biasanya dilakukan di kebun
bibit oleh petani kakao yang sudah berpengalaman. Batang tunas tersebut harus disertifikasi.
Bibit dijual dengan harga antara Rp 5.000 Tingkat bertahan hidup bibit yang
sampai Rp10.000 per-batang. Produksi dikembangkan di kebun bibit berkisar antara Sambung Pucuk:
tergantung kepada ukuran kebun bibit. Biaya 80–90%. Petani dapat menyambungkan entres pada
input untuk kebun bibit yang berkapasitas bibit yang telah dibesarkan di pembibitan.
5.000 bibit per siklus produksi berkisar antara Kebun bibit juga perlu menjual bibit yang Bibit yang disambung akan mempunyai
Rp3.000–Rp4.000 per bibit. Dengan harga jual diproduksi sebagai bagian dari model sifat sama dari pohon induk dimana entres
Rp 7.500 dan 80% dari produksi pertama laku usahanya. Artinya, kebun bibit memerlukan diambil. Bibit yang telah disambung pucuk
terjual, maka keuntungan sudah di tangan, pelanggan dan persaingannya bisa sangat bisa digunakan untuk mengantikan pohon
walaupun biaya investasinya Rp10 juta. ketat. Biasanya, biaya input-nya cukup rendah kakao yang rusak atau terkena penyakit di
sehingga risiko finansialnya juga rendah, Kebun kakao petani. Sebagian besar varietas
Kebun bibit memerlukan keteduhan, air, terutama jika sebagian bibit juga digunakan kakao merupakan hasil Penyerbukan silang,
yang berarti bibit kakao tidak memiliki sifat
dan perlindungan dari angin. Kebutuhan air di kebun pemilik kebun bibit tersebut. Jika
genetik yang sama dengan Pohon induk
berkisar antara 90 sampai 115 liter untuk bibit terserang hama, diperlukan lebih kurang
mereka. Oleh karena itu penting untuk
1.000 bibit. Penyiraman direkomendasikan 2 jam per hari untuk meluangkan waktu
mengembangkan bibit kakao dalam dua
setiap 2–3 hari sekali, bahkan bisa setiap hari. guna memelihara kebun bibit. Ada kalanya
tahap, awalnya dengan menanam bibit yang
Namun terlalu banyak air akan mengundang petani tidak hanya memproduksi bibit kakao, akan dikembangkan menjadi bibit dengan
serangan jamur. Setiap meter persegi dapat tetapi juga bibit tanaman jenis lain, termasuk sistem akar yang kuat dan setelah tiga bulan
menumbuhkan lebih kurang 25 sampai 30 sayuran. Pilihan lain adalah memproduksi bibit di pembibitan, entres dari kakao unggul
bibit. Bibit memerlukan perhatian setiap hari berdasarkan pesanan. disambungkan ke bibit tersebut.
karena mereka peka terhadap kerusakan yang
dapat menyebar, jika tidak dikenali secara dini. Foto 19: Sambung Pucuk
54 55
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
8.3. Menanam Pohon Kakao Bahan tanam digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu hibrida dan klonal. Golongan hibrida adalah
pohon yang tumbuh dari benih sebagai hasil perkawinan silang dari beberapa jenis varietas
8.3.1. Bahan Tanam yang dikembangkan dalam lingkungan terkendali. Genetika awal pohon tersebut tidak diketahui
Input yang paling penting dalam semua sistem pertanian adalah bahan tanam. Bahan tanam asalnya dan setiap pohon berbeda-beda. Jenis klonal adalah bahan tanam yang identik karena
akan memberikan hasil produksi yang tinggi dan berkualitas bila ditanam dalam kondisi tumbuh pohon asalnya direproduksi secara vegetatif dan biasanya melalui sambung pucuk. Sebagaimana
yang tepat. Penjelasan yang luas tersebut dapat digolongkan ke dalam beberapa aspek, yaitu telah disampaikan, sambung pucuk lebih diutamakan karena asal dan kualitasnya bisa ditelusuri.
aspek pertanian, aspek komersial, dan aspek kondisi lokal.
Tanaman kakao di Indonesia umumnya berjenis klonal lokal, juga ditanam jenis S2 dan S1.
Karakteristik aspek pertanian Aspek komersial adalah: Aspek kondisi lokal yang
Keuntungan dan kerugian menanam jenis klonal ini adalah:
yang diinginkan adalah: 1. Adanya nilai yang tinggi diinginkan adalah:
1. Pertumbuhan yang sehat. terhadap berat biji, kulit, 1. Tingginya daya tahan
Klonal % Sifat Baik Sifat Buruk
2. Menunjukkan hasil yang dan kandungan lemak. terhadap hama penyakit
cepat, yang merupakan Dalam setiap 100 gram lokal
Lokal 69.17% Beradaptasi dengan baik terhadap Produksi rendah
fungsi dari pertumbuhan terdapat 93 biji yang 2. Penyesuaian terhadap tekanan iklim
yang sehat. menunjukkan berat biji kondisi lokal, seperti
3. Musim yang pendek— yang sama, mengandung musim kering yang cukup S2 16.91% Produktivitas tinggi, toleran ter- Ukuran biji kecil, memerlukan input
pohon menghasilkan buah 10–12% kulit dan parah, banjir, angin hadap hama (CPB) dan penyakit besar untuk menghasilkan produksi
sepanjang tahun. tidak kurang dari 55% kencang dan keasaman (busuk buah) yang tinggi
4. Hasil produksi yang tinggi. kandungan lemak. tanah
2. Berat biji dalam setiap S1 10.13% Produktivitas tinggi Tidak toleran terhadap Penyakit
(busuk buah)
buah
Selain mengembangbiakkan bibit kakao yang unggul melalui sambung pucuk di kebun bibit, 45/MCC 2.26% Produktivitas tinggi, dan toleran Sangat rimbun dan perlu upaya
dimungkinkan juga untuk mengembangbiakkan pohon kakao menggunakan bibit di mana pohon 02 terhadap hama dan penyakit pemangkasan
itu tumbuh (tetapi tidak direkomendasikan).
Lainnya 1.53%
Dengan menerapkan sambung pucuk, kemungkinan untuk memberikan hasil produksi yang lebih Tabel 5: Jenis Klonal Kakao yang ditanam di Indonesia
Yield Distribution
besar akan meningkat; nilai produksiofyang
Normal and Top-grafted
diharapkan Cacao Trees
akan lebih tinggi.
Petani bisa memiliki kebun bibit sendiri atau membeli bibit kakao dari kebun bibit setempat.
Hasil
Pembibitan
Swasta Menurut mayoritas pemangku
Rendah Menengah Tinggi kepentingan utama dalam hal
kontrol kualitas perlu dipertahankan
dan lebih efektif diberlakukan, untuk
Pohon tanpa disambung Pohon sambung pucuk Nilai hasil yang diharapkan bergeser ke hasil rata-rata yang lebih tinggi
tingkat penyebaran bahan tanam
Organisasi Petani Petani Petani yang tinggi (luas).
Gambar 21: Distribusi Hasil Pohon Kakao Biasa dan Pohon Kakao Sambung Pucuk
Figure 21: Yield Distribution of Normal and Top-grafted Cacao Trees
56 57
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
58 59
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Tentunya akan lebih cepat mempersiapkan “lahan baru” untuk kebun kakao dengan cara
membakar hutan. Petani yang melakukan ini harus dikeluarkan dari daftar penerima pinjaman
karena membakar hutan untuk membuka lahan dapat merusak lingkungan dan merusak reputasi
lembaga keuangan yang memberikan pinjaman.
Sebagai penjelasan:
Selama pembakaran berlangsung, sejumlah besar karbon dilepas ke udara sehingga menciptakan
emisi gas rumah kaca (GHG emission). Hal ini berakibat pada perubahan iklim dan kesehatan
Buah Kakao Usia 2 Minggu Buah Kakao Usia 1 Bulan
manusia. Abu yang diakibatkan oleh pembakaran akan meningkatkan jumlah karbon dalam tanah
dan nutrisi mikro tanah, yang merupakan unsur yang bernilai tinggi bagi pertumbuhan tanaman.
Itu sebabnya lahan yang dibuka berdasarkan metode pembakaran hutan sangat kaya dan subur.
Kerugiannya adalah:
• Kesuburan tanah akan cepat dimanfaatkan tanaman dan akan terbawa oleh erosi tanah
sehingga kesuburan tidak berlangsung lebih dari 3 tahun. Hal ini bukan menjadi kondisi
yang mendukung bagi lahan kebun yang seharusnya bertahan lebih dari 30 tahun.
• Jumlah polusi yang dihasilkan tidak sebanding dengan manfaat yang dihasilkan. Cara ini
merusak lingkungan dan kesehatan manusia.
• Hanya dapat bertahan jika cukup waktu bagi ekosistem (organisme makro dan mikro)
Buah Kakao Usia 3 Bulan Buah Kakao Usia 5-6 Bulan
untuk pulih kembali. Pada kondisi iklim tropis, proses ini akan terjadi dalam kurun waktu 30
Foto 24: Buah Kakao pada Beberapa Tahap Pertumbuhan
tahun. Hal ini berarti bahwa ekosistem setempat akan terganggu setelah hutan dibakar.
60 61
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Suatu kebun layak secara ekonomi atau tidak mengakui telah menerapkan PsPSP, walaupun
tergantung beberapa faktor, yaitu pengelolaan tidak selalu berdasarkan petunjuk pelaksanaan.
kebun, umur kebun, kondisi iklim, dan
sebagainya. Dari semuanya itu, agar dapat Praktik pertanian yang baik yang lebih maju
sukses bertani kakao, diperlukan keahlian yang meliputi:
tinggi sehingga bisa menghasilkan produksi • Pengelolaan kebun bibit,
yang layak jual. Dengan kondisi menurunnya • penanaman kembali dan rehabilitasi,
produksi kakao setiap tahunnya karena penyakit • pengendalian hama dan penyakit yang
dan hama, praktik pertanian yang baik petani terintegrasi,
Indonesia umumnya terkonsentrasi pada • pengelolaan pohon pelindung dan
kegiatan mengendalikan hama. Berdasarkan hal tanaman sela,
itu, umumnya para pihak dalam sektor kakao • pengelolaan demplot, dan
Indonesia mempromosikan kegiatan pertanian • integrasi ternak.
yang dikenal sebagai PsPSP:
• Panen sering; Pemilihan modul berdasarkan evaluasi kebun dan
• Pemangkasan; preferensi mitra kerja.
• Sanitasi;
• Pemupukan serta kesehatan tanah dan Penerapan praktik pertanian yang baik serta
tanaman; dan penggunaan input pertanian cenderung lebih
• Pengendalian hama dan penyakit. tinggi bagi petani yang menggantungkan
hidupnya kepada kakao sebagai sumber
Kenaikan hasil panen akan terlihat setelah penghasilan utama. Sementara petani yang
dilakukannya pengelolaan kebun yang benar menjadikan kakao sebagai tanaman pendukung
selama satu tahun. Kebanyakan dari petani (93%) memiliki penerapan yang lebih rendah.
Gambar 23: Ukuran Pohon
62 63
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
reproduksi mereka.
8.5.3. Sambung Samping setelah sembilan bulan), petani harus memotong
Teknik penyambungan adalah satu cara yang di- bagian yang rindang dari batang kakao untuk
gunakan untuk meregenerasi sekaligus mening- membiarkan nutrisi masuk ke dalam cabang
katkan produksi pohon yang sudah tua. Juga yang baru tadi. Sambung samping bisa mem-
untuk memastikan petani mengetahui klon apa perbaiki hasil produksi kakao dalam waktu dua
yang digunakan. Mata tunas atau entris adalah tahun.
dahan yang berasal dari pohon kakao. Oleh kare-
Pemangkasan tunas air na itu, mata tunas atau entris memiliki sifat ge- Biaya sambung samping setiap pohonnya
Peralatan Pangkas
dan membuang cabang netis dan ciri yang sama dengan pohon asalnya. diperkirakan sekitar Rp2.000,00 jika petani
Mata tunas digunakan untuk mengembangbiak- melakukannya sendiri. Jika sambung samp-
kan klonal kakao dengan sifat yang diinginkan, ing dikerjakan oleh tenaga yang disewa maka
dengan cara disambungkan ke bibit atau pohon biayanya menjadi Rp5.000,00 per pohon. Be-
yang sudah dewasa. Apabila kambium (jaringan berapa pohon juga terlalu tua untuk dilakukan
tanaman) mata tunas dipadukan dengan kambi- sambung samping sehingga perlu diganti.
um suatu pohon atau bibit, maka akan tumbuh Penyambung yang berpengalaman biasanya
bersama menjadi satu tanaman. bisa melakukan sambung samping sebanyak 150
pohon per hari. Tingkat keberhasilan beragam,
Mata tunas dapat disambungkan ke samping tergantung pengalaman penyambung. Biasanya
Pemangkasan yang Benar Pemangkasan yang Salah
batang pohon kakao yang sudah tua atau pohon tingkat keberhasilan bisa mencapai hampir
Gambar 24: Pemangkasan dengan produksi kakao rendah, tetapi masih 100%, tetapi di beberapa tempat keberhasilan di
sehat dan kuat. Jika sambungan tersebut sudah bawah 50%. Percobaan menyambung yang tidak
Pemangkasan dan pembersihan tanaman mem- menumbuhkan cabang yang pertama (biasanya berhasil bisa dilihat di kebun kakao.
bantu untuk mengurangi berkembangbiaknya
hama pada pohon kakao dan buahnya. Sejauh
ini, tidak ada cara yang efektif untuk menyingkir-
kan hama dari tanaman, tetapi kedua tindakan
itu dapat mengurangi berkembangbiaknya hama.
Pemangkasan harus dilakukan secara vertikal
dan bersih untuk menghindari masuknya air,
serangga, dan jamur ke dalam luka di batang
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
batang pohon. Infeksi juga bisa terjadi, tetapi bisa
dihindari dengan memberikan obat luka serta Foto 27: Batang Entres/Mata Tunas Foto 28: Sambung Samping
alat sanitasi.
64 65
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
8.5.4. Pemupukan & Kondisi Tanah kotoran hewan, sampah tumbuhan, selongsong kulit buah kakao, dan kompos). Penting untuk
Dengan digunakannya tanah untuk menghasilkan menambahkan bahan alami ke dalam tanah sebelum memberikan pupuk kimia karena pupuk kimia
produksi pertanian, mineral yang ada di tanah Pupuk Anorganik tidak dapat menggantikan bahan alami yang hilang ataupun memperbaiki struktur tanah. Prinsip
akan terpakai. Umur ekonomi tanaman kakao Mengandung satu atau campuran dari macronutirients utama
dasarnya, gunakan sebanyak mungkin bahan alami dan seimbangkan output-nya (biji kakao, sekam
sangat dipengaruhi kondisi tanah. Kurang baiknya (terkadang diperkaya sesuai dengan yang ada dibawah) buah kakao, sanitasi) dan input (sekam buah kakao bekas, daun, dahan yang di pangkas, kotoran dan
pengelolaan tanah serta kurangnya pemupukan kompos). Jumlah bahan alami dalam tanah sangat penting, terutama di daerah kering sebab tanah
membuat nilai struktur dan gizi tanah menurun. Nitrogen Fosfor Kalium yang sehat dapat menahan air hujan lebih banyak untuk jangka waktu yang lebih lama.
Pupuk diartikan sebagai bahan organik dan (N) (P) (K)
anorganik yang ditambahkan ke tanah untuk Bayangkan jika Anda memiliki kadar gula yang rendah dalam darah, maka Anda akan merasa tidak
memberikan gizi yang diperlukan tanah. nyaman. Anda secepatnya memerlukan gula. Apa yang akan Anda lakukan? Anda akan minum Coca
Cola untuk mengembalikan kadar gula dalam darah Anda secepatnya. Itu sama halnya dengan pupuk
Urea/
Untuk meningkatkan produktivitas kebun Ammonium SP-36 KCL anorganik. Tanah memerlukan secepatnya mineral dengan cara memberikan pupuk sehingga kadar
kakao agar berada di atas produksi rata-rata, Sulfate (ZA) mineral dalam tanah bisa kembali normal. Sebagaimana yang Anda ketahui, terlalu banyak gula
penambahan pupuk pada tanah perlu dilakukan. dalam darah tidak baik untuk kesehatan (misalnya bisa mengakibatkan diabetes). Dalam kondisi
Pupuk memberikan gizi yang tepat dan cukup Pupuk tunggal demikian, gula tidak membantu, terutama jika yang diperlukan adalah vitamin. Sama halnya dengan
untuk tanah sehingga akan memperbaiki struktur pupuk anorganik, terlalu banyak tidak baik untuk tanah.
tanah dan memberikan kemampuan menyerap
dan menahan air. Hal ini juga membantu Macam-macam jenis campuran NPK
Bayangkan Anda memiliki tingkat gula yang sangat rendah dan karena itu anda merasa tidak
mengurangi serangan hama sehingga tanaman sehat. Anda sangat membutuhkan sedikit gula. Apa yang kamu lakukan? Anda mungkin minum
akan sehat dan produksi meningkat. Pupuk Majemuk Coca Cola agar kadar gula Anda normal kembali. Itu adalah prinsip pupuk anorganik (mineral)
yang sama. Tanah sangat membutuhkan beberapa Mineral dan dengan menggunakan pupuk
Jika pupuk tidak diaplikasikan dengan benar Anda bisa cepat mendapatkan tingkat mineral kembali normal. Seperti yang Anda tahu
Gambar 25: Pupuk Anorganik
serta kualitasnya kurang baik, dampaknya untuk Sumber: CSP Roadmap
juga banyak gula tidak baik untuk tubuh Anda (misalnya menyebabkan diabetes) dan gula
meningkatkan produksi akan terbatas. Hal ini bisa tidak membantu dalam hal apapun (misalnya jika Anda Butuh vitamin). Sama untuk pupuk
terjadi karena pupuk tersebut terbawa arus air di wilayah tumbuhnya pohon kakao (lihat bagian anorganik (kimia): Terlalu banyak yang tidak baik untuk tanah dan bisa merugikan.
atau tersingkir oleh angin. Alang-Alang). Campuran NPK mengandung tiga
elemen makro utama yang dibutuhkan untuk Setelah diberi pupuk, peningkatan produksi tidak terjadi segera. Dampaknya muncul jangka menengah
Untuk tanaman kakao yang masih muda, pertumbuhan pohon kakao, terutama kandungan dan jangka panjang. Jenis pupuk organik dan anorganik dibutuhkan untuk produksi tanaman. Pupuk
pemberian pupuk harus dilakukan secara berkala fosfor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan buah organik akan meninggalkan lebih sedikit jejak dampak lingkungan.
dengan takaran kecil. Pada masa pertumbuhan kakao.
(dua tahun pertama), pemberian pupuk cukup Sebanyak 59,5% petani di SCPP menggunakan pupuk kimia, 7,4% menggunakan pupuk alami.
diberikan sebanyak tiga atau empat kali per Bila menginginkan kebun dengan produksi tinggi,
tahun. Untuk tanaman kakao dewasa, pupuk pupuk sangat diperlukan dan dikombinasikan Distribusi Pupuk
cukup diberikan sebanyak dua sampai tiga kali dengan praktik pertanian yang baik (GAP). Indonesia memiliki pasar pupuk bersubsidi yang besar, menerima alokasi 28% belanja pertanian nasional. Ikhtisar skematik
dari pasar pupuk bersubsidi ditunjukkan di bawah ini:
setahun. Sebaiknya pupuk diberikan pada awal Jika menggunakan NPK, 250–500 gram pupuk • Kelangkaan pupuk berkualitas (terjangkau) di tingkat petani kakao
• Petani menggunakan pupuk bersubsidi (terutama anorganik tunggal) secara tidak benar karena kurangnya pengetahuan.
musim hujan, kemudian diberikan kembali 4–5 harus diberikan pada setiap pohon. Selain Nilai tambah kakao Hasilnya sangat terbatas
bulan kemudian, yaitu pada saat tanaman paling itu, perlu ditambahkan sekitar 5 kg kompos
Perbedaan harga
memerlukan gizi, dimana buah kakao sedang untuk melengkapi hara mikro sehingga bisa tidak bersubsidi (35%), 7% mendorong sisi penjualan
Eksport
berkembang untuk siap dipanen. memperbaiki unsur kimia dan kualitas tanah. [IDR 7,500/Kg]
28%
Jumlah pupuk yang diperlukan per hektar lahan Industri Perkebunan
besar
Pupuk organik dan pupuk anorganik dapat tergantung jenis dan kondisi tanah. Untuk
dibedakan, dengan cara tampilan fisik pupuk atau tanaman kakao, 35 kg nitrogen (N), 6 kg fosfor Urea/Pupuk
(Produser adalah badan
dengan menguji jumlah dan jenis kandungan (P) dan 60 kg potassium (K) diperlukan untuk usaha negara) R1 R2
unsur di dalamnya. menghasilkan satu ton biji kakao kering/ha/ Pergudangan/ Pengecer
tahun. Berdasarkan produksi rata-rata 1.000 kg/ Subsidi (65%), distribusi (line IV) Petani
[IDR 2,500/Kg]
Semua tumbuhan memerlukan Nitrogen (N). ha/tahun selama 35 tahun, mineral yang diambil
Terorganisir lebih baik
Nitrogen umumnya diperlukan untuk bagian hijau dari tanah per hektar-nya 1.230 kg nitrogen petani padi mendapat-
Pasar didominasi kan porsi lebih besar
tanaman dan untuk memicu pertumbuhan. Untuk (=2.700 kg urea), 210 kg fosfor (=1.000 kg TSP) pupuk bersubsidi
rumput dan tanaman muda, nitrogen sangatlah dan 2.100 kg potassium (K) (=4.200 kg KCl). > 10 % Petani kakao
Gambar 26: Distribusi Pupuk Petani Kakao di dapat menjangkau
penting. Bagaimanapun, rumput tidak diinginkan Pupuk organik terbuat dari bahan alami (misalnya Sumber: CSP Roadmap based on Susila (2010)
Indonesia pupuk bersubsidi
66 67
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Pupuk tidak bisa diberikan langsung di samping batang. Pupuk perlu diberikan pada area 8.5.5. Sanitasi Kebun
tertentu di sekeliling pohon. Letak pemberian pupuk adalah area di mana jatuhnya air hujan Kebun kakao harus dipelihara guna memberikan hasil yang optimal. Bagian dari kegiatan
ke tanah yang mengalir dari daun pohon pada bagian atas. Akar akan menyerap air dan pupuk pemeliharaan itu adalah dengan melakukan sanitasi kebun misalnya membuat parit
paling baik pada daerah ini. (Itu sebabnya rumput liar juga harus disingkirkan dari daerah supaya air dapat mengalir dengan baik, juga menyingkirkan tumbuhan yang sudah mati
serta menyingkirkan buah yang diserang hama penyakit.
tersebut. Rumput liar akan mengambil nutrisi dan air dari pohon kakao).
Adakalanya kebun kakao terletak di wilayah pegunungan, tanpa infrastruktur dan jalan yang me- Foto 32: Sanitasi
madai untuk mencapainya. Untuk membawa pupuk ke daerah ini cukup mahal bagi petani. Mereka
harus membayar orang untuk membawa kantong pupuk yang beratnya bisa mencapai 20–50 kg.
68 69
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Sudah terbukti bahwa dengan melakukan berb- Sebanyak 76,6% petani SCPP menggunakan
agai tindakan pemeliharaan kebun dapat men- herbisida, 68,8% menggunakan insektisida dan
gurangi serangan hama. Tindakan ini termasuk 26,7% menggunakan fungisida.
kegiatan memanen tepat waktu, mengurangi Pengendalian hama di kebun sangat penting,
pembudidayaan tanaman yang peka penyakit, tapi adakalanya penggunaannya berlebihan se-
melakukan sanitasi dan pemangkasan, mengelo- hingga tidak membawa dampak positif, bahkan
la pohon pelindung menggunakan musuh alami bisa merusak.
8.5.7. Penyiangan
Rumput liar dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis, misalnya rumput yang tumbuh
sepanjang tahun, rumput daun lebar, dan tumbuhan kayu merambat. Rumput liar bersaing
dengan pohon kakao untuk mendapatkan nutrisi, matahari, dan air.
Pengendalian rumput liar (melalui penyiangan atau dengan menggunakan herbisida) akan
memperbaiki pertumbuhan pohon kakao. Penggunaan pupuk dan sinar matahari (fotosintesis)
akan menstimulasi pertumbuhan rumput liar.
Kebun dengan pohon kakao yang rindang dan pengelolaan sistem pohon pelindung yang baik,
umumnya hanya memerlukan perhatian berkala. Kebun kakao dengan pohon yang tidak terlalu
rindang memerlukan perhatian yang lebih teratur dan memerlukan pengendalian hama yang
bisa memerlukan biaya yang lebih tinggi.
70 71
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Pelindung sifatnya wajib untuk keberhasilan pohon kakao. Pohon kakao yang lebih tua
memerlukan 25% perlindungan tambahan dari pohon pelindung.
33.2%
Tanaman
Perkebunan
Bukan Kakao
Hasil kg/ha
500 43.6%
Tidak dipupuk Kacang-
kacangan
3.3%
Kayu Keras
0 25 50 70 100
Tingkat naungan, persentase intensitas cahaya matahari diterima kebun
19.7%
Pengaruh aplikasi pupuk terhadap hasil kakao yang tumbuh pada tingkat intensitas cahaya yang berbeda
Pohon Buah-buahan
Gambar 27: Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Kakao Gambar 28: Diversifikasi Pohon Pelindung pada Kebun
pada Tingkat Pencahayaan yang Berbeda Kakao
Sumber: Murray (1975) Foto 35: Kulit Buah Kakao Foto 36: Mesin Pembuatan Kompos
72 73
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
menghasilkan banyak buah akan bertahan lama. serangan hama rendah dan kecilnya kerugian
74 75
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Foto 38: Memotong Buah dari Pohon Foto 40: Proses Membuka Buah
Foto 39: Mengumpulkan Buah Foto 41: Buah yang Terbuka dengan Biji dan Daging Buah
76 77
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Rasa cokelat dibentuk dalam dua tahap, yakni tahap perawatan oleh petani dan tahap
pembakaran oleh produsen. Rasa cokelat tidak diperoleh hanya dari satu tahap. Tahap
perawatan dibagi ke dalam dua kegiatan, yaitu tahap fermentasi dan tahap pengeringan.
8.6.2. Fermentasi
Fermentasi biji kakao merupakan suatu proses fermentasi, yaitu metode kotak dan metode
untuk melepaskan rasa cokelat yang sudah tumpuk. Metode kotak menggunakan kotak
dikenal di seluruh dunia. Fermentasi adalah kayu yang diberi lubang untuk pembuangan
proses biologis yang perlu dilakukan untuk dan udara. Dalam metode tumpuk, biji kakao
membentuk aroma kakao. Proses ini memakan diletakkan di atas daun pisang dan ditutupi
Foto 42: Kotak Fermentasi Kayu
waktu lima hari dan akan mengurangi berat biji berlapis-lapis daun pisang di atasnya. Idealnya,
kakao sebanyak 7–8%. Proses fermentasi akan kegiatan fermentasi dimulai 4–6 jam (atau paling 8.6.3. Pengeringan Biji
meningkatkan rasa, di mana proses ini akan lama 2 hari) setelah biji kakao dipanen. Tujuan utama proses pengeringan yang Pengeringan dilakukan di sekitar tempat
menurunkan kadar tannin yang bertanggung
lamanya antara 3–5 hari adalah untuk produksi. Biji bisa ditumpuk di atas daun, di
jawab atas pahitnya rasa biji mentah. Jika petani Biji kakao yang difermentasi dengan sempurna
menurunkan kadar air biji dari 60%–7,5%. dalam kotak atau keranjang, atau ditabur di
melakukan proses fermentasi terhadap biji akan berwarna cokelat atau merah tua,
Kelembapan biji yang mencapai 7,5% atas nampan atau tikar. Setelah dikeringkan,
kakao, mereka akan menerima harga premium sementara biji yang tidak sempurna akan
merupakan syarat supaya biji aman untuk biji dimasukkan ke tas dan dikirim untuk dijual.
hingga Rp2.000/kg. berwarna ungu. Biji kakao yang berlebih dalam
proses fermentasinya (over-fermented) akan disimpan dan diangkut. Biji basah merupakan
Fermentasi merupakan tahapan dari pemrosesan berwarna sangat kelam. Biji kakao yang kurang biji kakao yang kandungan airnya 3 kali lebih Berat biji kering sekitar 37%–40% dari berat
biji kakao yang terjadi di kebun atau di desa terfermentasi (under-fermentation) akan berat daripada biji kering. Jika kandungan biji basah.
petani. Dalam sistem petani yang beragam, sulit menghasilkan biji dengan rasa pahit dan zat air biji kakao di atas 8% maka ada risiko
mengharapkan hasil yang beragam pula, seperti kecut merupakan hasil akhir dari prosesnya. Biji terbentuknya jamur pada biji. Kandungan 8.6.4. Pengeringan tanpa Fermentasi
hasil fermentasi dengan aroma buah tertentu kakao yang over-fermentasi akan menghasilkan air di bawah 5% akan membuat biji rapuh. Biji yang dikeringkan tanpa fermentasi akan
Dalam proses fermentasi, biji basah memanas biji dengan sedikit rasa cokelat. Tujuan untuk Tujuan lain dari proses pengeringan adalah mati dengan sendirinya—bukan oleh panas
sebagai akibat dari reaksi kimia eksotermis membalikkan biji selama proses fermentasi supaya oksidasi berlangsung terus pada proses atau asam yang ditimbulkan dalam proses
di dalam daging buah kakao. Kebanyakan adalah untuk mendapatkan keseragaman. fermentasi. Hal ini penting untuk menurunkan fermentasi. Jadi, tidak ada proses perubahan
dari daging tersebut men, sepert, galir keluar Kotak yang digunakan untuk fermentasi rasa pahit dan kecut sehingga bisa terbentuk struktur internal yang terjadi. Rasa dan baunya
sebagai keringat. Setelah 36 sampai 72 jam dari berukuran 1,2 x 1,2 m, tinggi 0,9 m yang dapat warna cokelat dari biji—menunjukkan tidak berubah sehingga biji yang dihasilkan
dimulainya proses fermentasi, biji akan mati menampung 1 ton biji basah jika diisi hingga
kesempurnaan proses fermentasinya. berkualitas rendah.
dan terjadi reaksi kimia dalam biji. Yang penting kedalaman 0,75 m. Minimum seberat 50 kg
Pengeringan yang cepat dan cacat perlu
dalam proses ini adalah tahap oksidasi yang biji kakao basah diperlukan guna melakukan
dihindari karena bisa mematikan rasa, dan rasa
berlangsung terus selama proses pengeringan. fermentasi secara memuaskan. Satu kotak
asam akan terasa pada produk akhir kakao.
Ada dua metode yang digunakan dalam proses fermentasi berharga Rp750.000–Rp1.000.000.
78 79
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
8.6.6. Penyimpanan
Biji kakao dikemas dalam karung goni yang bisa menyimpan hingga 62,5 kg biji.
Penyimpanan biji di iklim tropis menyisakan dua masalah, yaitu terbentuknya jamur dan
menyebarnya penyakit. Biji cukup aman disimpan untuk waktu 2–3 bulan, tetapi jika
disimpan lebih lama, tindakan harus diambil supaya kualitasnya tidak turun karena kedua
masalah tadi.
Karung goni lebih bagus daripada karung plastik karena biji bisa memperoleh udara yang
cukup dan tidak lembab.
Bangunan penyimpanan biji kakao harus memiliki lantai beton. Pintu dan jendela harus
memiliki ventilasi yang baik, dan perubahan suhu ruangan yang berfluktuasiperlu
dihindari. Kelembapan dalam ruangan penyimpanan tidak boleh lebih dari 80% karena
biji kakao bisa menyerap kelembapan di atas 80%. Kebanyakan petani menyimpan biji di
rumah mereka. Sementara itu, pedagang menyimpan biji di toko dan di gudang sebelum
dikirim ke pembeli.
8.6.5. Sortir/Penggolongan
Seperti yang diuraikan pada bagian kualitas, ada pemotongan harga atau penambahan
harga jika persyaratan tertentu terpenuhi. Terlalu banyak sampah, seperti batu dan
ranting, bisa mengakibatkan harga dipotong. Menyingkirkan sampah secara benar bisa
menyebabkan harga lebih tinggi. Beberapa organisasi petani memiliki mesin sortir, di mana
sampah diasingkan melalui cara mekanis.
80 81
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Produksi Kakao Produksi Kakao
Kira-kira 80% petani menjual biji kakao menjual biji kakao kepada pedagang di desa,
kepada pedagang lokal yang telah menjalin di kecamatan, maupun di tingkat kabupaten.
hubungan yang panjang dengan mereka. Kemudian pedagang di tingkat yang lebih
Lebih kurang sepertiga jumlah transaksi tinggi ini menjual kepada pedagang besar
berlangsung di rumah petani, sedangkan lainnya.
setengahnya terjadi di tempat pengumpul.
Jumlah transaksi petani per tahun bervariasi Kekurangan modal kerja membuat pedagang
antara 13 sampai 24 kali dengan nilai rata-rata dan pengumpul membeli dan menjual biji
per transaksi Rp500.000,00. Lebih kurang 20% sebanyak mungkin dan secepat mungkin,
transaksi yang dilakukan petani adalah dengan bukan menjual untuk memaksimalkan
eksportir atau produsen, terutama penjualan keuntungan mereka. Hal ini menyebabkan
biji fermentasi atau biji sertifikasi. Hanya kompetisi yang cukup ketat dan harga jual di
seperempat dari petani yang melakukan kebun 70–80% dari harga FOB (free-on-board),
negosiasi langsung dengan pembeli. Hal ini bahkan kadang-kadang lebih tinggi. Penjualan
disebabkan transparansi harga yang mereka yang tergesa-gesa serta tekanan waktu dalam
peroleh setiap harinya lewat pesan singkat menjual saat panen puncak, serta mesin
yang diterima dari pengumpul lokal maupun pemroses yang sudah tua menyebabkan
pedagang besar. Keuntungan yang diperoleh kualitas produk menjadi rendah.
pengumpul dan pedagang tidak terlalu besar
(berkisar antara Rp800–Rp1.200,00 per kg) Pengujian terhadap kualitas dilakukan saat
karena nilai tukar harian yang berfluktuasi. penjualan, seperti perhitungan biji, pengujian
terhadap biji yang rusak, atau pengujian
Pada kenyataannya, pengumpul adalah terhadap rasa. Ketertelusuran (traceability)
petani yang lebih baik kondisinya dan mampu harus dapat dilakukan supaya seluruh proses
membeli sepeda motor serta memiliki akses dapat ditelusuri.
untuk mendapatkan modal kerja. Pengumpul
82 83
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Sertifikasi dan Ketertelurusan
Section 1:
Two Column Design Layout
Indonesia is home to 1.3 million cocoa farmers who are primarily clas-
sified as smallholders. As is the case with many smallholders in devel-
oping countries, the Indonesian cocoa farmers’ lack of Access to Finance
Permintaan biji sertifikasi datang dari Pembeli biji sertifikasi harus bisa menelusuri
(A2F) is inhibiting them from reaching their full production potential.
negara pengimpor, bukan dari negara kembali produk tersebut mulai dari tingkat
produsen. Sertifikasi mengharuskan petani petani hingga ke pabrik pengolahan melalui
mendokumentasikan kegiatan mereka pencatatan yang sudah dilakukan (nama,
dan mengubah praktik pengelolaan kebun tanggal, volume, dan harga). Auditor akan
mereka jika diperlukan. Beberapa pembeli mengevaluasi jika suatu organisasi menjual
KETERTELUSURAN
bisa mencapai USD200 per metrik ton. dan kesinambungan dalam rantai suplai,
tetapi akan membebani petani dengan biaya
Persyaratan sertifikasi mencakup pelaksanaan tambahan.
GAP, menetapkan sistem pengawasan
Sertifikasi adalah suatu proses
internal kelompok tani, menghormati hak Lembaga sertifikasi yang dikenal di Indonesia
di mana petani dievaluasi dan azasi manusia termasuk kesetaraan gender, adalah UTZ, Rainforest Alliance, dan Fairtrade
diakreditasi berdasarkan praktik melarang pekerja anak, memperhatikan International.
GAP, perlindungan terhadap aspek lingkungan, mencatat input kebun
ekosistem, dan lingkungan dan penghasilan petani, memiliki rencana Salah satu keuntungan bagi lembaga
kerja yang aman. Sertifikasi pengelolaan kebun, dan melaksanakan keuangan, sertifikasi memerlukan
tersebut harus diperbarui setiap pelatihan. Aspek lingkungan mencakup dokumentasi. Dokumen tersebut bisa dianalisis
tahun. pengawasan terhadap hama, pembatasan saat proses pengajuan pinjaman. Bukan berarti
penggunaan jenis pestisida, mempertahankan petani yang disertifikasi otomatis menjadi
kesuburan tanah, melindungi keanekaragaman calon nasabah yang baik untuk menerima
hayati, pengelolaan air yang aman, melakukan pinjaman, tetapi lembaga keuangan bisa
kegiatan untuk mengurangi efek gas rumah mendapatkan gambaran mengenai kondisi
kaca, dan meningkatkan penyerapan karbon. petani.
Kepatuhan ditentukan oleh lembaga audit
independen yang melakukan pengawasan
secara reguler.
84 85
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Sertifikasi dan Ketertelurusan Sertifikasi dan Ketertelurusan
Transparansi dan
ketertelusuran
Petani/
dalam rantai
Unit
Kelompok tani Pembelian
Catat Penjualan Petani
Buat daftar batch/daftar karung
pasokan kakao
Menjual Biji yang Berkualitas
menjadi makin
Tanda Terima Tanda Terima
penting bagi
para konsumen
(Faktur) (Faktur)
dan Pembayaran dan Pembayaran
Petani
- Manage farmer certification Pedagang
Profesional
Tanda
Terima
(Faktur) Pengiriman
dan Pengarungan Membuat faktur
pengiriman
Pembayaran
86 87
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Gambar, Definisi dan Pengolahan
Indonesia is home to 1.3 million cocoa farmers who are primarily clas-
sified as smallholders. As is the case with many smallholders in devel-
oping countries, the Indonesian cocoa farmers’ lack of Access to Finance
(A2F) is inhibiting them from reaching their full production potential.
10. Gambar,
Definisi dan
Pengolahan Foto 46: Produk Cokelat Batangan
Foto 47: Biji Kakao yang Telah Dipanggang tanpa Kulit (Nibs)
88 89
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Gambar, Definisi dan Pengolahan Gambar, Definisi dan Pengolahan
Mentega kakao merupakan bahan paling mahal untuk membuat cokelat hitam dan cokelat susu. Foto 50: Tepung Kakao
90 91
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Gambar, Definisi dan Pengolahan Gambar, Definisi dan Pengolahan
Pohon pelindung yang tinggi (seperti karet, pohon hutan atau pohon kelapa) dikenal sebagai
pohon dengan rendah hama penyakit.
Foto 52: Penyakit Pembuluh Kayu (VSD) Tikus, monyet, dan tupai merupakan binatang yang dapat merusak pohon dan buah kakao,
terutama jika kebun berada di wilayah hutan.
92 93
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Gambar, Definisi dan Pengolahan Gambar, Definisi dan Pengolahan
kakao ke kulit selama proses pemanggangan. Perpindahan tersebut merupakan faktor penting
Daur hidup kapsid (kepik) umumnya sama. Telurnya ditanam pada lapisan epidermal
dalam hasilnya.
buah kakao, tangkai, atau dahan. Setelah 10–17 hari telur tersebut menetas. Ujung fila-
men dari telurnya menonjol di permukaan tumbuhan. Ada lima tahap pendewasan yang 10.4.2. Pengolahan Kakao
memakan waktu antara 18–30 hari. Pada tahap akhir, serangga bertumbuh jadi dewasa. • Setelah pemanggangan, biji ditumbuk untuk melepas cangkang dari kulitnya dan kemudian
Ukuran panjang serangga dewasa antara 7–12 mm. ditiupkan ke dalam terowongan untuk memisahkan cangkang dari kulitnya.
• Cangkang yang sudah dipanggang digiling untuk menghasilkan lemak kakao dan massa
kakao (partikel kakao yang dipisahkan dari lemak kakao) yang dihasilkan dari suhu tinggi
10.4. Pengolahan selama penggilingan. Proses penggilingan menghasilkan kira-kira 80 kg lemak kakao
Industri membedakan antara pengolahan kakao dan produksi cokelat. Pengolahan kakao biasanya dan massa dari setiap 100 kg biji kakao. Umumnya, produsen menggunakan lebih dari
mencakup kegiatan mengubah biji menjadi cangkang, lemak, mentega, kue, dan tepung. satu macam biji di dalam produk mereka sehingga berbagai jenis biji dicampurkan guna
Produksi cokelat mencakup kegiatan mencampur dan menyuling lemak kakao, mentega kakao, mendapatkan formula yang diperlukan.
dan berbagai jenis bahan seperti gula dan susu. Semua produk kakao bermula dari lemak kakao. • Untuk 80 kg lemak akan menghasilkan kira-kira 40 kg mentega dan 40 kg tepung, tetapi
tepung kakao akan menahan 10–12% lemak.
Lemak kakao diperlukan dalam produksi cokelat, tetapi teksturnya berbeda dengan lemak yang
• Lemak kakao kemudian dimasukkan ke alat pemeras hidrolik yang menyingkirkan
diperlukan untuk membuat mentega kakao, kue, dan tepung. beberapa persen mentega kakao sehingga menghasilkan benda padat yang disebut kue
kakao. Kue ini masih mengandung sekitar 6%–24% mentega kakao. Kue kakao tersebut
10.4.1. Pemanggangan kemudian dipecah menjadi potongan-potongan kecil yang dijual ke pasar kue kakao
Biji harus dipanggang dalam beberapa bulan setelah difermentasi dan dikeringkan untuk umumnya atau digiling untuk menjadi tepung.
mengurangi risiko menjadi lembab; hal ini berarti jangka waktu antara panen dan pengolahan • Hasil penyulingan mentega kakao kemudian disaring dan disimpan dalam bentuk cairan
kurang dari 13 minggu. Stok bagi industri adalah hasil produk olahan: lemak kakao dan tepung sampai siap untuk diproses menjadi cokelat. Jika tempat pengolahan cokelat berada di
tempat lain, mentega kakao yang sudah disaring dibawa ke tujuan akhir dalam bentuk cair
kakao. Setelah biji kakao diterima di tempat pengolahan, biji tersebut diperiksa dan dipisahkan dari
menggunakan mobil tangki atau dicetak dan dimasukkan ke dalam kotak. Mentega kakao
benda asing, seperti kerikil, ranting, potongan logam, dan biji yang pecah. Proses ini melibatkan ini dijual dengan istilah “murni, diperas, dan alami”.
orang yang memisahkan benda-benda yang lebih besar atau kecil dari biji kakao. Penyaring juga
digunakan dalam proses ini. Pada hakikatnya, semua mentega kakao yang diproduksi oleh industri pengolah kakao
internasional digunakan untuk memproduksi cokelat. Mentega kakap ini harus ditambahkan ke
• Pemanggangan merupakan proses dengan tujuan mengeluarkan aroma dan rasa biji dan dalam lemak coklat supaya mendapatkan hasil yang diharapkan. Industri farmasi dan kosmetik
yang juga menggunakan mentega kakao, mendapatkan bahan yang dibutuhkan dengan
mengurangi kadar kelembapan hingga1,5%–2,0%.
menggunakan bahan pelarut atau metode lain selain memeras mentega kakao dari kulit kakao.
• Pemanggangan bisa dilakukan pada biji utuh sebelum dikuliti atau yang sudah menjadi Beberapa juga menggunakan biji kakao yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
cangkang setelah kulitnya dibuang. bahan makanan.
• Proses pemanggangan akan memudahkan untuk membuang bungkus biji.
• Lamanya pemanggangan dan suhu merupakan faktor penting yang memengaruhi rasa: 10.4.3. Produksi Cokelat
pemanggangan rendah menghasilkan rasa asam beraroma, sementara pemanggangan Dalam proses produksi cokelat, lemak kakao dicampur dengan mentega kakao dan gula. Dalam
tinggi akan menghasilkan rasa cokelat yang pahit. produksi cokelat susu, susu murni yang manis dan padatlah yang ditambahkan. Jenis produk
susu yang digunakan tergantung formula dan metode masing-masing produsen. Dalam proses
• Dalam proses ini, asam dan zat lainnya menghasilkan rasa pahit pada biji kakao sehingga
potongan, lemak dicampurkan dengan gula dan susu manis padat. Kemudian dikeringkan di
harus disingkirkan, termasuk jenis pathogen lainnya yang akan menurunkan kualitas biji. atas rol panas untuk memproduksi rasa karamel yang cocok dengan selera Eropa. Bisa juga
• Pemanggangan terjadi di dalam oven yang berputar pada temperatur antara 100°C dan dicampurkan dengan rasa asam susu untuk mendapatkan rasa keju yang sesuai dengan selera
140°C (210–280°F) dan harus mengikuti kurva secara tepat. Amerika.
• Jika temperaturnya terlalu tinggi, tepung menjadi beku dan biji kehilangan kadar lemak.
Hal ini berakibat pada hilangnya rasa yang diinginkan. Pembedaan ini lebih banyak hubungannya dengan rasa, bukan kualitas. Setelah dilakukan
pencampuran, campuran tersebut disempurnakan guna memperhalus partikel gula dan susu
• Pemanggangan bisa berlangsung antara 20 menit sampai 2 jam, tergantung karakteristik
sesuai dengan kehalusan yang diinginkan. Campuran itu dimasukkan ke wadah (conch) dan diaduk
unik biji tersebut (varietas, ukuran biji, kelembapan, kebulatan, dan sebagainya). sambil dipanaskan. Biasanya mentega kakao ditambahkan pada tahap ini—walaupun beberapa
produsen menambahkannya pada saat pencampuran awal. Pengadukan ini menghilangkan
Secara umum, produsen cokelat lebih menyukai kakao dipanggang terlebih dahulu sebelum bau yang tidak sedap dan memperhalus partikel. Secara umum, makin lama cokelat diaduk,
digiling, sementara pengolah kakao lebih mengutamakan proses memanggang cangkang. makin halus jadinya. Prosesnya bisa berlangsung beberapa jam sampai tiga hari penuh, dan jika
Memanggang biji dapat menghasilkan berbagai jenis rasa, tapi memerlukan ukuran biji yang pelapisnya mahal, prosesnya bisa lebih lama. Setelah proses pengadukan, cokelat cair disimpan di
seragam. Pemanggangan cangkang lebih merata dan tidak memerlukan ukuran biji yang seragam. pabrik atau dimasukkan ke tangki untuk dikirim ke industri makanan. Di pabrik pengolahan, cokelat
cair dipadatkan dan dimasukkan ke pencetak untuk dijual ke industri makanan, pembuat kue, atau
Mengupas kulit sebelum dilakukan pemanggangan dapat menghindari berpindahnya mentega
ke pabrik susu. Cokelat cair juga bisa diubah menjadi potongan cokelat untuk dijual ke konsumen
akhir.
94 95
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Gambar, Definisi dan Pengolahan Gambar, Definisi dan Pengolahan
Proses Penambahan
COKELAT BATANGAN LEMAK COKELAT Penghalusan Bahan Lain:
Milk
Pengilingan
batangan cokelat Penyimpanan Gula, vanila &
cokelat cair dan COKELAT CAIR ATAU LAPISAN Susu lesitin kedelai
pencetakan (COUVERTER)
(pilihan)
1 2 3
Pengarungan
Cokelat Cokelat Cokelat
Lapisan Produk Produk Murni Susu Putih
untuk batangan
dijual Cokelat*
Susu, kembang gula
dan industri kue
Pasar cokelat untuk dikonsumsi secara
*yang telah ditambahkan dengan lainnya (Eg : kacang,dll) perseorangan dan bukan untuk usaha
96 97
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Gambar 32: Bagaimana Cokelat dibuat Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Source: www.wickedgoodies.net (didesain Ulang)
Gambar, Definisi dan Pengolahan Gambar, Definisi dan Pengolahan
Biji Asap
Biji kakao yang memiliki bau asap atau
rasa atau yang menunjukkan tanda-tanda
9
Sementara ADM Cocoa sudah dibeli oleh Olam, tautan internetnya tidak berfungsi.
100 101
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan
Swisscontact Indonesia Country Office
Gedung The VIDA Lantai 5 Kav. 01-04 Jl. Raya Perjuangan, No. 8
Kebon Jeruk 11530 Jakarta Barat | Indonesia
Telp. +62-21-2951-0200 | Faks. +62-21-2951-0210
www.swisscontact.org/indonesia
Cover : Pohon kakao yang terawat baik menghasilkan biji kakao hijau berukuran besar.
Foto : Swisscontact Indonesia
Layout : Swisscontact Indonesia
Swiss NPO-Code: The structure and management of Swisscontact conforms to the Corporate
Governance Regulations for Non-Profit Organisations in Switzerland (Swiss NPO-Code) issued by the
presidents of large relief organisations. An audit conducted on behalf of this organisation showed that the
principles of the Swiss NPO-Code are adhered to.
ZEWO-Gütesiegel: Swisscontact was awarded the Seal of Approval from ZEWO. It is awarded to nonprofit
organisations for the conscientious handling of money entrusted to them, proves appropriate,
economical and effective allocation of donations and stands for transparent and trustworthy organisations
with functioning control structures that uphold ethics in the procurement of funds and communication.
February 2017
102
Pelatihan Sektor Kakao Untuk Lembaga Keuangan