Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS MULAWARMAN

FAKULTAS TEKNIK
PS S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Augustinus Parulian Simangunsong


NIM : 1209055038
Peminatan : Produksi
Judul Tugas Skripsi : Pengaruh Kondisi Jalan Akses Terhadap Produktivitas
Unit Dump Truck Pada Pengangkutan Overburden Di
CV. Rizky Maha Karya Utama Jobsite PT. Lanaharita
Indonesia, Samarinda, Kalimantan Timur

Pembimbing 1 : Dr. Ir. Harjuni Hasan, M.Si


Pembimbing 2 : Dr. Ir. Sakdillah, M.M

Dilaksanakan : Semester Ganjil 2016/2017

1. Judul

Pengaruh Kondisi Jalan Akses Terhadap Produktivitas Unit Dump Truck Pada
Pengangkutan Overburden Di CV. Rizky Maha Karya Utama Jobsite PT. Lanaharita
Indonesia, Samarinda. Kalimantan Timur.

2. Latar Belakang Masalah

Penambangan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengambil endapan


bahan galian yang terdapat dibawah permukaan bumi, salah satunya adalah batubara.
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami pelapukan baik
melalui proses secara fisika, kimia, maupun biologi selama jutaan tahun lamanya.
Dalam suatu kegiatan penambangan, untuk memperoleh sasaran dan tujuannya
diperlukan suatu perencanaan tambang.

1
Kegiatan awal dari proses penambangan adalah pembersihan lahan dan pengupasan
overburden (OB). Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah pemindahan lapisan tanah
penutup dengan alat-alat mekanis agar dapat dilakukan proses penambangan bijih.
overburden yang telah dikupas kemudian dipindahkan ke tempat penimbunan yang
biasa disebut disposal.

Perusahaan batubara selalu berusaha mencari cara dalam meningkatkan produktivitas


sehingga kegiatan penambangan akan berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu
kegiatan yang dapat mempengaruhi produksi adalah operasi pengangkutan. Adapun
faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan operasi pengangkutan yaitu kondisi jalan
angkut. Jalan angkut merupakan aspek penting dalam perencanaan tambang, karena
menyangkut masalah waktu yang digunakan untuk memprediksi target perencanaan
produksi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dari kondisi jalan itu sendiri yaitu jarak
jalan angkut, lebar jalan angkut, dan kemiringan jalan. Meningkatnya produksi
overburden, maka dapat memperlancar produksi batubara yang diperoleh guna
memenuhi target produksi, karena batubara tidak ditambang sebelum dilakukannya
pengupasan lapisan tanah penutup.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh kondisi jalan terhadap
produktivitas unit dump truck pada perusahaan tersebut guna meningkatkan produksi
material overburden, serta memberikan sarana pengangkutan yang lebih aman dan
nyaman. Karena bila produksi overburden terhambat, maka akan sangat mempengaruhi
biaya (cost) yang akan dikeluarkan pada kegiatan operasi pengangkutan dan
mengganggu jadwal serta kemampuan alat mekanis lainnya.

3. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu :


a) Untuk mengetahui produksi unit dump truck sebelum pemeliharaan jalan.
b) Untuk mengestimasi peningkatan produksi unit dump truck pasca pemeliharaan
jalan.
c) Untuk mengetahui pengaruh kondisi jalan terhadap produktivitas unit dump truck.

2
4. Ruang Lingkup / Batasan Masalah

a) Analisis kondisi jalan hanya sebatas pengamatan dilapangan dan data geometri jalan
berdasarkan data perusahaan.
b) Perhitungan produksi dilakukan dengan menggunakan metode Partanto (1983).
c) Perhitungan geometri jalan dilakukan dengan menggunakan metode Hustrulid dan
Kuctha (1998).
d) Menggunakan perbandingan teori statistika.
e) Tidak membahas desain jalan angkut menggunakan software.
f) Tidak membahas match factor (MF).
g) Tidak membahas masalah biaya operasional.

5. Tinjauan Pustaka

5.1 Pemindahan Tanah Mekanis

Menurut Partanto (1983), Pemindahan tanah mekanis adalah segala macam pekerjaan
yang berhubungan dengan penggalian, pemuatan, pengangkutan, penimbunan, perataan,
dan pemadatan tanah atau batuan dengan alat-alat mekanis (alat-alat besar). Pekerjaan-
pekerjaan itu banyak terlihat di bidang pekerjaan/bangunan sipil, seperti pembuatan
jalan raya, dam-dam, tanggul, saluran irigasi, kanal, lapangan terbang, dll. Disamping
itu juga dilakukan pada tambang-tambang terbuka, terutama pada pengupasan lapisan
tanah atas (stripping of overburden) dan pembuatan jalan-jalan lainnya yang menuju ke
tambang tersebut.

Untuk Pemindahan Tanah Mekanis ini biasa dipakai alat-alat mekanis yang akan
dibahas cara bekerjanya dan kemampuan kerjanya. Tetapi akan dititik-beratkan kepada
penggunaannya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan Tambang
Terbuka (Surface Mining), terutama open pit mining.

Meskipun diberi nama Pemindahan Tanah Mekanis tetapi sebenarnya tidak hanya
terbatas pada tanah (soil) saja, tetapi kadang-kadang juga berhubungan dengan batuan

3
(rock). Dan memang alat-alat mekanis yang akan dibicarakan juga tidak saja sanggup
untuk “melayani” tanah, tetapi juga dapat dipakai untuk “melayani” batuan. Yang
dimaksud tanah disini adalah bagian teratas dari kulit bumi yang relatif lunak dan tidak
begitu kompak, terdiri dari material-material lepas. Sedangkan batuan adalah bagian
kulit bumi yang lebih keras dan terdiri dari kumpulan mineral-mineral. Menurut skala
kekuatan batuan utuh, tanah biasanya dikatagorikan sebagai material yang mempunyai
nilai kuat tekan (UCS) lebih kecil dari 1 MPa. Secara umum kegiatan pemindahan tanah
mekanis dikontrol oleh karakteristik batuan utuh dan massa batuan (Partanto 1983)

5.1.1 Alat Angkut

Menurut Yanto (2005), Truck dipakai untuk menangani/mengangkut tanah, aggregate


(bongkahan-bongkahan), batuan (rock), bijih (ore), batubara (coal), dan material-
material lain. Alat angkut ini dibuat untuk mengangkut material dengan keuntungan
sebagai berikut :
a. Capacity yang cukup besar
b. Kecepatan yang cukup tinggi
c. Ongkos angkut rendah
d. Memiliki fleksibelitas yang baik (high degree of flexibility)

Hampir semua jenis truck membutuhkan kondisi jalan yang keras (firm) dan halus
(smooth) dengan tanjakan (grade) yang tidak terlalu curam agar dapat beroperasi
dengan baik. Ada beberapa jenis truck dengan ukuran sedemikian rupa sehingga tidak
boleh berjalan pada jalan raya (off highway truck). Biasanya truck dengan ukuran
demikian digunakan untuk mengangkut material dengan tonase yang besar sehingga
dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan.

Menurut Yanto (2005), klasifikasi atau macam-macam truck didasarkan pada :


a. Ukuran dan tipe mesinnya : gasoline, diesel, butane, propane
b. Jumlah gear yang dimiliki
c. Jumlah roda yang langsung digerakan oleh mesin antara lain ; two wheel drive
(2WD), four wheel drive (4WD), dan six wheel drive (6WD)

4
d. Jumlah susunan sumbu dan roda penggeraknya
e. Metode penumpahan muatan (rear dump, side dump, bottom dump truck)
f. Macam material yang diangkut (earth, rock, coal, ore)
g. Kapasitas truck (dinyatakan dalam ton atau cu yd)
h. Sumber tenaga gerak (macam mekanisme) untuk penumpahan muatan pada
rear/side/bottom dump truck.

Pemilihan tergantung dari tempat kerja, artinya tergantung dari keadaan dan letak
tempat pembuangan material (dump site). Dumptruck yang ada terdiri dari berbagai
ukuran dengan kapasitas angkut yang bervariasi, yang pemilihannya dapat disuaikan
dengan kondisi pekerjaan. Truck yang digunakan sebagai alat angkut tambang yang
biasanya dapat mengangkut material berupa lapisan tanah penutup atau bahan galian
yang ada di tambang.

Pada umumnya, dalam proses penambangan pada metode tambang terbuka, alat angkut
yang digunakan untuk mengangkut material penutup batuan adalah alat angkut jenis
truck. Adapun cara untuk menghitung produksi dari alat angkut dapat dihitung dengan
persamaan (Partanto, 1983) :

𝐸 𝐼 𝐻
𝑃= .............................................................................................. (5.1)
𝐶𝑇

Dimana :
P = Produksi per satuan waktu
E = Efisiensi kerja
I = Swell Factor
H = Kapasitas bak
CT = Cycle time per satuan waktu

5.2 Kesediaan Alat (Availability)

Menurut Yanto (2005), faktor yang sangat penting dalam melakukan penjadwalan suatu
alat ialah faktor kesediaan alat (availability) dari setiap unit. Kesediaan alat merupakan
faktor yang menunjukkan kondisi alat-alat mekanis yang digunakan dalam melakukan

5
pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama waktu kerja dari alat yang
tersedia. Secara umum ada 2 cara untuk menghitung equipment availability, yaitu :

1. Mechanical Availability (Kesediaan Mekanis)


Mechanical availability (MA) adalah faktor availability yang menunjukan kesiapan
suatu alay dari waktu yang hilang dikarenakan kerusakan atau gangguan alat
(mechanical reason). Persamaan yang digunakan untuk menghitung mechanical
availability ;

𝑊
𝑀𝐴 = × 100% ................................................................................. (5.2)
𝑊 +𝑅

Dimana :
W = Working hours atau jumlah jam kerja efektif
R = Repair hours atau jumlah jam perawatan maupun keadaan rusaknya alat

2. Physical Availability (Kesediaan Fisik)


Kesediaan fisik (PA) adalah faktor availability yang menunjukan berapa jam
(waktu) suatu alat dipakai selama jam total kerjanya (schedule hours). Persamaan
yang digunakan untuk menghitung physical availability adalah :

𝑊+𝑆
𝑃𝐴 = × 100% ............................................................................. (5.3)
𝑊+𝑅+𝑆

Dimana :
W = Working hours atau jumlah jam kerja efektif
S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan
padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi
R = Repair hours atau jumlah jam perawatan maupun keadaan rusaknya alat

Selain dua faktor diatas (mechanical availability dan physical availability), terdapat dua
faktor untuk mengkoreksi jam kerja alat yang sesungguhnya, yaitu ;

1. Use of Availability
Use of Availability (UA) adalah faktor yang menunjukkan efisiensi kerja alat selama
waktu kerja yang tersedia dimana kondisi alat tidak rusak. Hal ini dimaksudkan

6
untuk mengetahui seberapa efektif alat yang tidak rusak dapat dimanfaatkan dan
menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan peralatan yang digunakan.

𝑊
𝑈𝐴 = × 100% .................................................................................... (5.4)
𝑊+𝑆

Dimana :
W = Working hours atau jumlah jam kerja efektif
S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan
padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi

2. Effective Utilization (Penggunaan Efektif)


Effective Utilization (EU) adalah banyaknya persentase dari seluruh waktu kerja
yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif (effective utilization).
Penggunaan efektif untuk mengetahui seberapa efektif waktu yang digunakan
untuk berproduksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi kerja, sehingga
sebagai acuan pula terhadap produktivitas alat yang sedang bekerja.
dengan persamaan :

𝑊
𝐸𝑈 = × 100% ............................................................................... (5.5)
𝑊+𝑅+𝑆

Dimana :
W = Working hours atau jumlah jam kerja efektif
S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan
padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi
R = Repair hours atau jumlah jam perawatan maupun keadaan rusaknya alat

5.3 Geometri Jalan Tambang

Pada pengertiannya, geometri jalan tambang yang memenuhi syarat adalah bentuk dan
ukuran-ukuran dari jalan tambang tersebut sesuai dengan tipe (bentuk, ukuran dan
spesifikasi) alat angkut yang digunakan dan kondisi medan yang ada sehingga dapat
menjamin serta menunjang segi keamanan dan keselamatan operasi pengangkutan.
Geometri jalan tersebut merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan (Yanto, 2005).

Adapun faktor-faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhi


keadaan jalan angkut, yaitu lebar jalan, jari-jari tikungan dan kemiringan jalan.

7
5.3.1 Lebar jalan angkut
a. Lebar pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule of thumb
yang dikemukakan Aasho Manual Rural Highway Design, adalah :

L = n. Wt + (n + 1)(1/2 Wt) ........................................................................ (5.6)

Dimana :
L = Lebar jalan angkut minimum
n = jumlah jalur
W = lebar alat angkut

Perumusan diatas hanya digunakan untuk lebar jalan dua jalur (n), nilai 0.5 disini
artinya yaitu lebar terbesar dari truck yang digunakan dan ukuran aman masing-masing
kendaraan ditepi kanan kiri jalan.

Gambar 5.1 Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus
(Sumber : Hustrulid & Kuchta, 1998)

b. Lebar pada jalan tikungan


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari lebar pada jalan lurus. Untuk
jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada :
1. Lebar jejak ban
2. Lebar juntai atau tonjolan alat angkut bagian depan dan belakang pada saat
membelok
3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan
4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.

8
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat dihitung
menggunakan rumus :

W = n (U + Fa + Fb + Z) + C ................................................................... (5.8)
1
C = Z = (U + Fa + Fb) ............................................................................ (5.9)
2

Dimana :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan (m)
Fa = Lebar juntai depan (m)
Fb = Lebar juntai belakang (m)
C = Jarak antara dua alat angkut yang akan bersimpangan (m)
Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan (m)

Gambar 5.2 Lebar Jalan Tikungan


(Sumber : Hustrulid & Kuchta, 1998)

5.3.2 Kemiringan jalan


a. Kemiringan jalan angkut
Menurut Yanto (2005), Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan satu faktor
penting yang harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan
tambang tersebut. Secara umum, kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan
baik oleh alat angkut besarnya berkisar antara 8% sampai dengan 10%. Akan tetapi
untuk jalan naik maupun turun pada bukit, kemiringan jalan maksimum sebesar 8% atau
4.5º. Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam
pengertiannya, kemiringan (α) 1% berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter atau 1 ft

9
untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau 100 ft (Yanto, 2005). Kemiringan
(grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

∆ℎ
Grade (α) = x 100% ................................................................................. (5.7)
∆𝑥

Dimana :
∆ℎ = Beda tinggi antara dua titik yang diukur
∆𝑥 = Jarak antara dua titik yang diukur

5.4 Faktor yang mempengaruhi produktivitas alat angkut


5.4.1 Rolling Resistance (Tahanan gelinding)

Menurut Partanto (1983), tahanan gelinding adalah jumlah segala gaya-gaya luar
(external force) yang berlawanan dengan arah gerak kendaraan yang berjalan diatas
jalan atau permukaan tanah, dan dengan sendirinya mengalami rolling resistance (RR)
secara langsung, adalah bagian luar ban-bannya.

Gambar 5.3 Arah Rolling Resistance


(Sumber : Partanto, 1983)

Nilai RR dapat ditinjau dari banyak hal, diantaranya :


a. Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kehalusan permukaannya. Semakin keras dan
halus jalan tersebut maka semakin kecil RR nya.
b. Keadaan bagian kendaraan yang bersentuhan dengan jalan.
i. Bila ban karet, yang akan berpengaruh adalah ukuran ban, tekanan dan keadaan
permukaan bannya (masih baru atau mudah gundul, macam kembangan ban
tersebut)

10
ii. Jika memakai crawler track maka track tidak banyak berpengaruh, yang
terutama berpengaruh hanya keadaan jalan.

5.4.2 Coefficient of traction atau tractive coefficient

Menurut Partanto (1983), Coefficient of traction (CT) adalah suatu faktor yang
menunjukan berapa bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang
dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Atau suatu faktor dimana jumlah berat
kendaraan pada ban atau track penggerak (driving tires or track) itu harus dikalikan
untuk menunjukan tractive force maximum antara ban atau track dengan permukaan
jalan tepat sebelum roda selip.

Coefficient of traction (CT) tergantung dari :


a. Keadaan ban, yaitu macamnya, bentuk kembangan ban tersebut, untuk crawler track
tergantung dari bentuk track nya.
b. Keadaan permukaan jalan, basah atau kering, keras atau halus.
c. Berat kendaraan yang diterima roda penggerak.

Variasi dari keadaan-keadaan ban dan permukaan jalan itu sedemikian besar sehingga
sukar untuk memberikan angka yang pasti untuk CT pada masing-masing kendaraan.
Nilai CT dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Coefficient of traction untuk bermacam-macam jalan (Partanto, 1983)


Ban Karet Crawler track
Macam Jalan
nilai CT % nilai CT %
dry, rough concrete 0.80 - 1.00 80 - 100 0.45 45
dry, clay loam (tanah liat) 0.50 - 0.70 50 - 70 0.9 90
wet, clay loam 0.40 - 0.50 40 - 50 0.7 70
wet sand and gravel 0.30 - 0.40 30 - 40 0.35 35
loose, dry sand 0.20 - 0.30 20 - 30 0.3 30

5.4.3 Rimpull / Tractive pull / tractive effort

Rimpull adalah besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin
kepada permukaan roda atau ban yang menyentuk permukaan jalan. Bila CT cukup

11
tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka rimpull (RP) maksimum adalah fungsi
dari kekuatan mesin (HP) dan gear ratios (persneling) antara mesin dengan roda-
rodanya. Tetapi jika selip, maka RP max akan sama dengan besarnya tekanan pada roda
penggerak dikalikan CT (Partanto, 1983). RP biasanya dinyatakan dalam satuan pounds
(lbs) dan dihitung dengan persamaan:

𝐻𝑃 𝑥 375 𝑥 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 (𝑀𝐴)


RP = ..........................................................(5.10)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑝ℎ)

5.4.4 Operator Effeciency

Merupakan faktor manusia yang menggerakan alat-alat, dan sangat sukar untuk
menentukanan efisiensinya karena selalu berubah-ubah dari hari ke hari tergantung dari
keadaan cuaca, keadaan alat yang dikemudikan, suasana kerja, dll. Terkadang,
perusahaan memberikan suatu perangsang dalam bentuk upah tambahan yang akan
mempertinggi efisiensi. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan efisiensi operator
pada kondisi-kondisi tertentu.

Tabel 5.2 Operator Effesiency (Partanto, 1983)

Eff kurang baik atau


Macam alat Eff. Baik Sekali Eff Sedang
eff. Pada malam hari

Crawler tractor 92% = 55 min/jam 83% = 50 min/jam 75% = 45 min/jam


ber-ban karet 83% = 50 min/jam 75% = 45 min/jam 67% = 40 min/jam

Faktor pada operator tersebut yang sering membuat terhambatnya produktivitas. Dari
banyak kasus yang terjadi, banyak operator yang berargumen bahwa terdapat kerusakan
pada unit, sehingga unit standby. Dan membuat terhambatnya produktivitas. Dalam hal
ini, efisiensi dari operatorlah yang harus ditingkatkan agar tidak menghambat produksi.

5.5 Sweel Factor (Faktor Pengembangan Tanah)

Menurut Yanto (2005), Swell Factor adalah pengembangan volume suatu material
setelah digali dari tempatnya. Material di alam itu didapat dalam keadaan padat dan
12
terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong atau yang
terisi udara diantaranya butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali.
Tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya maka akan terjadi pengembangan
volume (swell). Jadi 1 cuyd tanah liat di alam bila telah digali akan memiliki volume
kira-kira 1.25 cuyd. Ini berarti penambahan volume sebesar 25% dan dikatakan material
tersebut mempunyai sweel factor (SF) sebesar 0.8 atau 80%.

Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan volume itu, dikenal dengan 2 istilah
yaitu percent swell dan swell factor. Persamaan yang digunakan untuk perhitungannya
adalah (Partanto, 1983) :

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒
Percent swell = ( − 1) x 100% ......................................... (5.11)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏𝑒𝑑

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏𝑒𝑑
Swell Factor = ( ) x 100% ................................................... (5.12)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒

Dimana :
Volume loose = persentase volume material yang mengembang
Volume undisturbed = nilai volume material yang diasumsikan 1

Tabel 5.3 Density dan nilai swell factor dari berbagai material (Partanto, 1983)
Density
Macam Material Sweel Factor
(lb/cuyd)
Bauksit 2700 - 4325 0.75
Tanah liat, kering 2300 0.85
Tanah liat, basah 2800-3000 0.82 - 0.80
Anthracite 2200 0.74
Bituminous 1900 0.74
Bijih Tembaga (cop or ore) 3800 0.74
Tanah biasa, kering 2800 0.85
Tanah biasa, basah 3370 0.85
Tanah biasa, bercampur pasir kerikil 3100 0.90
Kerikil (gravel), kering 3250 0.89
Kerikil (gravel), basah 3600 0.88
Granit, pecah-pecah 4500 0.67 - 0.56
Hematite, pecah-pecah 6500 - 8700 0.45

13
Bijih besi (iron ore), pecah-pecah 3600 - 5500 0.45
Batu kapur, pecah-pecah 2500 - 4200 0.60 - 0.57
Lumpur 2160 - 2970 0.83
Lumpur, sudah ditekan 2970 - 3510 0.83
Pasir, kering 2200 - 3250 0.89
Pasir, Basah 3300 - 3600 0.88
Shale 3000 0.75
Slate 4590 - 4860 0.77

5.6 Metode ANOVA (Analysis Of Variance)

Menurut Riduwan (2003), anava atau anova adalah anonim dari analisis varians
terjemahan dari analysis of variance, sehingga banyak orang yang menyebutnya dengan
anova. Anova merupakan bagian dari metoda analisis statistika yang tergolong analisis
komparatif (perbandingan) lebih dari dua rata-rata.

Menurut Sudjana (2002), metode varians telah banyak digunakan untuk membuat
kesimpulan mengenai populasi, baik secara deskriptif maupun secara induktif melalui
penaksiran dan pengujian hipotesis mengenai parameter.

Tujuan dari uji anova satu jalur adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata.
Sedangkan gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi. Maksudnya dari
signifikansi hasil penelitian (anova satu jalur). Jika terbukti berbeda berarti kedua
sampel tersebut dapat digeneralisasikan artinya (data sampel dianggap dapat mewakili
populasi).

Anova dikenal dengan uji-F (Fisher test), sedangkan arti variasi atau varians itu asal
usulnya dari pengertian konsep Mean Square atau kuadrat rerata (KR), dengan rumus
sistematisnya (Riduwan, 2003) :

𝐽𝐾
KR = .................................................................................................................. (5.13)
𝑑𝑏

Dimana :
JK = Jumlah kuadrat
14
db = derajat bebas

Menghitung nilai anova atau F dengan rumus :

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑡𝑎𝑟 𝐺𝑟𝑜𝑢𝑝


F= ....................................................................................... (5.14)
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐺𝑟𝑜𝑢𝑝

Varian antar dan dalam group dapat juga disebut Varian kesalahan (varian galat). Lebih
lanjut dapat dirumuskan :

(Σ𝑋𝐴𝑖 )² (Σ𝑋𝑟 )²
JKA = Σ - untuk dbA = A – I ............................................................ (5.15)
𝑛𝐴𝑖 𝑁

(Σ𝑋𝐴𝑖 )²
JKA = Σ𝑋𝑟 ² - Σ untuk dbD = N – A ............................................................. (5.16)
𝑛𝐴𝑖

Dimana :
(Σ𝑋𝑟 )²
= sebagai faktor koreksi
𝑁
N = jumlah keseluruhan sampel (jumlah kasus dalam penelitian)
A = jumlah keseluruhan group sampel

6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang meliputi tahap pendahuluan,
tahap pengumpulan data, serta tahap pengolahan dan analisis data.

6.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi :

a) Studi Literatur
Kegiatan studi literatur ini dimaksudkan untuk mencari literatur yang berhubungan
dengan penelitian sehingga dapat membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
Literatur dapat berupa buku-buku maupun jurnal ilmiah seperti pemindahan tanah
mekanis, perencanaan tambang serta referensi yang berkaitan dengan penelitian ini.

15
b) Perumusan Masalah
Dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Adapun maksud
dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis produksi yang dihasilkan
unit dump truck terhadap kondisi jalan lokasi penelitian dan merencanakan potensi
produksi yang dihasilkan bila jalan diperbaiki. Serta mengevaluasi geometri jalan
yang meliputi lebar jalan angkut, kemiringan jalan, dan jarak jalan angkut.

c) Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap lokasi
perencanaan yang akan ditambang, kondisi jalan (kemiringan, lebar, bentuk, jarak),
kondisi unit, cycle time aktual serta availability yang didapat dilapangan.

6.2 Tahap Pengumpulan Data

Data-data yang akan diambil pada penelitian ini yaitu :


a) Data Primer
 Pengamatan cycle time dump truck baik saat bermuatan maupun kosong.
 Pengamatan perubahan kondisi jalan angkut selama penelitian dari front/loading
point menuju disposal (tempat penimbunan material overburden).

b) Data Sekunder
 Literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
 Data spesifikasi peralatan.
 Target produksi overburden berdasarkan data perusahaan.

6.3 Tahap Pengolahan Data

Pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pada analisa terhadap data yang diperoleh
dilapangan dengan berpegang pada literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah
tersebut. Adapun rencana pengolahan data apabila telah dilaksanakannya penelitian
yaitu ;
a) Perhitungan produktivitas dump truck aktual dan estimasi

16
Perhitungan cycle time dump truck dari front penggalian menuju disposal dan
kembali dalam keadaan kosong secara aktual. Kemudian dilakukan perhitungan
produktivitas untuk mengetahui produksi aktualnya. Untuk perhitungan produksi
secara teoritis sebelum dan sesudah perbaikan, cycle time ditentukan berdasarkan
penetapan-penetapan asumsi dari perusahaan yang disesuaikan dengan kondisi
jalan.

b) Mengevaluasi Hasil Perhitungan Geometri Jalan Angkut


Setelah dilakukannya perhitungan produksi alat angkut, maka dilakukan evaluasi
terhadap geometri jalan (jarak, lebar dan kemiringan jalan) guna tetap dapat bekerja
secara aman dan efisien. Perhitungan yang digunakan untuk mengevaluasi jalan
adalah perhitungan teoritis yang telah dijabarkan pada literatur penuntun jalannya
penelitian ini.

c) Analisis hasil penelitian


Menganalisis hasil produksi pada kondisi jalan awal dan kondisi jalan yang sudah
diperbaiki, serta mempersentasekan peningkatan produksi yang terjadi melalui
perhitungan aktual dan teoritis.

6.4 Kesimpulan

Pada bagian ini berisi tentang kesimpulan yang didapatkan setelah menyelesaikan tahap
pengolahan data. Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan perhitungan produktivitas alat
angkut pada kondisi jalan sebelum dan sesudah diperbaiki. Lalu dilakukan nya evaluasi
terkait kondisi jalan yang diteliti. Setelah itu didapat hasil dari semua kesimpulan yang
akan dibahas nantinya.

6.5 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 6.1 berikut :

17
Pengaruh Kondisi Jalan Akses Terhadap Produktivitas
Unit Dump Truck Pada Pengangkutan Overburden

Data primer Data Sekunder

- Target produksi
- Cycle time dump truck
- Spesifikasi peralatan
- Geometri Jalan
- Kapasitas unit Dump Truck

Produksi

Evaluasi

Target Produksi Tidak Tercapai

Evaluasi Jalan
Angkut

Target Produksi
Tercapai

Kesimpulan

Gambar 6.1 Diagram Alir Penellitian

18
7. Jadwal Kegiatan

Kegiatan penelitian direncanakan akan dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat)


minggu dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 7.1 Jadwal Usulan Kegiatan Penelitian


Minggu ke- Keterangan
Kegiatan
1 2 3 4
Studi Literatur Pelaksanaan di lapangan
Pengumpulan Data disesuaikan dengan tempat
Pengamatan Lapangan penelitian dan mengikuti
Pengolahan Data kebijakan dari perusahaan.
Analisis Data
Penyerahan Laporan Skripsi

Dengan demikian, maka waktu pelaksanaan akan dilakukan pada tanggal 6 Desember
2016 sampai dengan 30 Deesember 2016.

8. Daftar Pustaka

1. Hustrulid, W dan Kuchta, M. 1998. Open Pit Mine Planning & Design Volume
1. Rotterdam ; A.A. Balkema.

2. Indonesianto, Yanto. 2005. Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta:


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

3. Prodjosumarto, Partanto. 1983. Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung: Institut


Teknologi Bandung.

4. Riduwan. 2003. Dasar-dasar Statistika. Bandung ; Alfabeta Bandung.

5. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung ; Tarsito.

19

Anda mungkin juga menyukai