Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengujian Bahan dan
Perlakuan Panas
Dengan dosen pengampu
Drs. Wardaya, M.Pd.
Disusun oleh:
Subhan (1705501)
Aryanto Slamet D.K (1705297)
M.Ashari Mahfudz (1705211)
Jihad Zhorif Pangestu (1705011)
Ihsan Muhammad F (1705303)
Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Dialah kami mempunyai kesempatan untuk menyusun Laporan Praktik
Pengujian Bahan dan Perlakuan Panas ini dengan tepat waktu. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada kekasih kita semua Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kehidupan dari zaman antah berantah ke zaman kerlap kerlip
lampu dan rumah mewah.
Laporan Praktikum ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah Pengujian Bahan dan Perlakuan Panas dengan dosen pengampu Drs.
Wardaya, M.Pd. Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang kami kumpulkan
dengan berbagai metode untuk memastikan kevalidan informasi yang telah ada.
Kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyusunan Laporan Praktikum
ini.
Akhir kata, kami sadar betul bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari kata baik, masih ada kekurangan di berbagai sisi sehingga kami sangat
mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan
diri di kesempatan berikutnya.
Demikian kami sampaikan, besar harapan kami laporan ini dapat
bermanfaat dan digunakan dengan sebaik-baiknya.
A. Latar belakang
Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas
sifat fisik, mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari
sifat tersebut adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan,
kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah
satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material,
contohnya untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk
mengetahui sifat mekanik pada suatu logam harus dilakukan pengujian
terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah
pengujian tarik.
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan pengujian
pada sampel yang berbentuk silinder sampai sampel tersebut putus. Dari
hasil pengujian yang diperoleh, mencari berapa besar yield strength,
tensile strength dan persentase elongasinya.
BAB I
PENGUJIAN TARIK
A. Landasan Teori
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang
sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik
sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk
mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan
secara lambat.
B. Benda Uji
Steel 10mm 51,1mm 80,12mm2 6,9mm 57,2 37,37 3,158 3,174 1,9
ton ton
Brass 10,2mm 52,2mm 81,67mm2 5,0mm 52,2 19,63 0,370 0,524 0,524
ton ton
2
Aluminium 10mm 54mm 78,54mm 7,4mm 64,5 42,987 1,723 1,791 1,3
ton ton
E. Analisis Data
- Steel
𝐹𝑚𝑎𝑥
Τmax = kg/mm2
𝐴𝑜
3,174
= 80,12
= 39,6 kg/mm2
𝐹𝑦
Τy = 𝐴𝑜 kg/mm2
3,158
= 80,12
= 39,4 kg/mm2
𝐹𝑝
Τp = 𝐴𝑝 kg/mm2
1,9
= 37,37
= 50,8 kg/mm2
Ʃ (strain) : Regangan
𝐿𝑝−𝐿𝑜
Ʃ= x 100%
𝐿𝑜
57,2 −51,1
= x 100%
51,1
= 11,9%
𝐴𝑜−𝐴𝑝
Ҩ= x 100%
𝐴𝑜
80,12 −37,37
= x 100%
80,12
= 53,3%
Elastisitas
𝚻𝑚𝑎𝑥
E= kg/mm2
Ʃ
39,6 kg/mm2
= 0,119
= 332,8 kg/mm2
- Aluminium
𝐹𝑚𝑎𝑥
Τmax = kg/mm2
𝐴𝑜
1,791
= 78,54
= 22,8 kg/mm2
𝐹𝑦
Τy = 𝐴𝑜 kg/mm2
1,723
= 78,54
= 21,9 kg/mm2
𝐹𝑝
Τp = 𝐴𝑝 kg/mm2
1,3
= 42,987
= 30,24 kg/mm2
Ʃ (strain) : Regangan
𝐿𝑝−𝐿𝑜
Ʃ= x 100%
𝐿𝑜
64,5 −54
= x 100%
54
= 19,4%
𝐴𝑜−𝐴𝑝
Ҩ= x 100%
𝐴𝑜
78,54 −42,987
= x 100%
78,54
= 45,3%
Elastisitas
𝚻𝑚𝑎𝑥
E= kg/mm2
Ʃ
22,8 kg/mm2
= 0,194
= 11,75 kg/mm2
- Brass
𝐹𝑚𝑎𝑥
Τmax = kg/mm2
𝐴𝑜
0,524
= 81,67
= 0,0267 kg/mm2
𝐹𝑦
Τy = 𝐴𝑜 kg/mm2
0,370
= 81,67
= 18,85 kg/mm2
𝐹𝑝
Τp = 𝐴𝑝 kg/mm2
0,524
= 19,63
= 26,67 kg/mm2
Ʃ (strain) : Regangan
𝐿𝑝−𝐿𝑜
Ʃ= x 100%
𝐿𝑜
52,2 −52,2
= x 100%
52,2
= 0%
𝐴𝑜−𝐴𝑝
Ҩ= x 100%
𝐴𝑜
81,67 −19,63
= x 100%
81,67
= 75,96%
Elastisitas
𝚻𝑚𝑎𝑥
E= kg/mm2
Ʃ
0,0267 kg/mm2
= 0
= 0 kg/mm2
F. Kesimpulan
Dari ketiga benda yang telah diuji, benda yang termasuk getas
adalah Brass (kuningan). Kuningan dikatakan getas karena pada saat
pengujian tarik putusnya berhimpit dengan tegangan maksimum.
BAB II
A. Landasan Teori
Konsep umum tentang kekerasan sebagai penentu kualitas suatu
bahan mempunyai kaitan erat dengan kekakuan dan kekompakan
permukaan suatu meterial. Ada banyak metode yang dikembangkan
dalam menentukan harga kekerasan ini. Sehingga arti fisik dari
kekerasan tidak mudah dipahami bersama. Pengertian tentang
kekerasan ini bergantung pada pengalaman dan profesi setiap orang.
Metode umum pengujian kekerasan ada tiga jenis yaitu ; Scracht,
Indentor dan Dynamic.
Konsep yang dipakai pada pengujian ini adalah metode indenter, yaitu
pengujian kekerasan dengan menggunakan Indentor, pengujian pada
percoibaan ini dibagi tiga jenis; Brinell, Vicker dan Rockwell.
Brinell Hardness
Pengujian kekerasan Brinell menggunakan bola baja dengan
diameter 10 mm dan beban 3000 Kg. sesuai dengan ASTM E 10.
Beban diberikan kepada spesimen selama 30 detik kemudian diameter
jejak yang ditinggalkan diukur dan dihitung dengan persamaan BHN
(Brinell Hardness Number). Prinsip perhitungan adalah dengan
menghitung beban dibagi dengan luas daerah yang ditinggalkan.
Rockwell Hardness
Metode pengujian kekerasan yang palng banyak dipakai adalah
metode Rockwell. Terdapat dua macam pembebanan yaitu mayor dan
minor. Beban minor diberikan sebesar 10 Kg dan beban mayor
besarnya bervariasi antara 60, 100 dan 150 Kg. Beban Minor berfungsi
untuk meminimalisasi pengaruh bentuk permukaan dan sebagai setting
awal untuk posisi beban mayor. Indentor yang digunakan juga
bervariasi. Pengujian ini distandarkan pada ASTM E 18.
Vickers Hardness
Pengujian kekerasan ini menggunakan Indentor berupa Pyramid
Intan yang membentuk sudut 1360 (ASTM E 92). Masa indentor
bervariasi antara 1 – 120 Kg. uji keras Vicker diterima secara luas
untuk keperluan riset karena mempunyai rentang yang luas. Sehingga
dapat digunakan pada material yang keras dan lunak sekaligus.
Perhitungan menggunakan persamaan VHN dengan prinsip
pengukuran sama dengan Brinell hanya saja luas yang dihitung
berbeda persamaannya.
B. Benda Uji
C. Pelaksanaan
1. Alat – alat yang digunakan :
a. Masin uji keras
b. Jangka sorong
c. Meteran
2. Bahan yang digunakan :
a. Logam Baja
b. Logam Kuningan
c. Logam Aluminium
3. Prosedur Percobaan
E. Kesimpulan
Dari data yang didapat baja heat treatment memiliki kekerasan
yang paling tinggi diantara ketiga spesimen tersebut. Hal ini terjadi
karena baja heat treatment memiliki struktur BCT, dimana struktur ini
memiliki kekerasan yang paling tinggi material. Baja karbon sedang
memiliki struktur BCC, sedangkan aluminium memiliki struktur FCC
sehingga baja kerbon sedang memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari
aluminium.
A. Landasan Teori
Untuk menentukan sifat perpatahan suatu logam, keuletan maupun
kegetasannya, dapat dilakukan suatu pengujian yang dinamakan dengan
uji impak. Umumnya pengujian impak menggunakan batang bertakik.
Berbagai jenis pengujian impak batang bertakik telah digunakan untuk
menentukan kecenderungan benda untuk bersifat getas. Dengan jenis uji
ini dapat diketahui perbedaan sifat benda yang tidak teramati dalam uji
tarik. Hasil yang diperoleh dari uji batang bertakik tidak dengan sekaligus
memberikan besaran rancangan yang dibutuhkan, karena tidak mungkin
mengukur komponen tegangan tiga sumbu pada takik.
1. Metoda Charpy
Batang impak biasa, banyak di gunakan di Amerika Serikat. Benda
uji Charpy mempunyai luas penampang lintang bujursangkar (10 x 10
mm) dan mengandung takik V-45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan
kedalaman 2 mm. Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi
mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban impak dengan ayunan
bandul (kecepatan impak sekitar 16 ft/detik). Benda uji akan melengkung
dan patah pada laju regangan yang tinggi, kia-kira 103 detik.
2. Metoda Izod
C. Pelaksanaan
1. Alat – alat yang digunakan :
a. Masin uji impak
b. Jangka sorong
c. Meteran
2. Bahan yang digunakan :
d. Silinder logam Baja
e. Silinder logam Kuningan
f. Silinder logam Aluminium
3. Prosedur Percobaan
5. Kesimpulan
A. Landasan Teori
Hardening adalah perlakuan panas terhadap baja dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami baja. Perlakuan panas menuntut pemanasan
benda kerja menuju suhu pengerasan dan pendinginan secara cepat dengan
kecepatan pendinginan kritis.
B. Pelaksanaan
Benda awalnya memiliki kekerasan 56 HRC dan di hardening
dengan cara benda dimasukan ke dalam ruangan yang bersuhu 950o
dengan holding time 30 menit dan di quenching di dalam air bersuhu
ruangan.
Hasil dari hardening dari benda-benda tersebut adalah 63.5 HRC,
62.5 HRC, dan 62 HRC. Proses hardening ini dinyatakan berhasil karena
nilai kekerasan dari awal benda sebelum dan sesudah dipanaskan berbeda.
Benda yang telah melalui proses hardening meningkat bilai kekerasannya.
BAB V
A. Landasan Teori
Annealing merupakan perlakuan panas yang biasanya dilakukan
pada logam hasil pengerjaan dingin atau cold working. Perlakuan panas ini
bertujuan untuk mendapatkan kembali atau merecoveri sifat-sifat fisik
yang berubah selama proses deformasi dingin dan mendapatkan sifat-sifat
mekanik yang lebih sesuai dengan aplikasinya.
Proses ini akan menurunkan sifat mekanik seperti kuat tarik dan
kekerasan, namun logam akan menjadi lunak dan ulet, sehingga dapat
diproses lebih lanjut.
B. Pelaksanaan
Benda awalnya memiliki kekerasan 56 HRC dan di annealing
dengan cara benda dimasukan ke dalam ruangan yang bersuhu 900o
dengan holding time 30 menit dan di quenching di dalam tungku.
Hasil dari proses annealing dari benda tersebut adalah 36 HRC.
Proses annealing ini dinyatakan berhasil karena nilai kekerasan dari awal
benda sebelum dan sesudah proses annealing berbeda. Benda yang telah
melalui proses annealing menurun nilai kekerasannya.
BAB VI
A. Landasan Teori
Proses carburizing pada dasarnya adalah proses pemasukan karbon
ke dalam permukaan baja. Tujuan dari proses ini adalah meningkatkan
kekerasan dari material, namun material tersebut masih memiliki
ketangguhan yang baik. Karena kekerasan yang didapat sangat tinggi di
permukaan namun berkurang di dalam.
Untuk memberikan nilai kekerasan dan kekuatan yang cukup tinggi
pada komponen agar komponen tersebut dapat mengurangi kerusakan
keausan akibat gesekan yang terjadi dengan komponen lainnya.
Keuntungan dari proses Carburizing adalah:
Mudah mengontrol kedalaman (Depth Control) dengan mengatur
lamanya waktu tunggu/holding time.
Baik untuk bentuk kompleks
Struktur lebih tangguh daripada baja medium atau high carbon steel
B. Pelaksanaan
Pada proses carburizing benda ditimbun oleh karbon aktif.
Prinsipnya itu ditimbun arang. Setting mesin pada suhu 920o dengan
holding time 60 menit. Dan di quenching dalam minyak.
Berhasil atau tidaknya proses carburizing diperoleh dengan
menghitung kekerasan material dari permukaan hingga ke inti material.
Jika dilihat secara potongan melintang, akan terlihat perubahan warna
karena adanya lapisan karbon pada permukaan.