Ada 2 hal yang menvebabkan tanah itu memiliki kedudukan yang penting dalam hukum
adat, yaitu:
a. Karena sifatnya:
Yakni merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meskipun mengalami keadaan yang
bagaimanapun juga, toh masih bersifat tetap dalam keadaannya, bahkan kadang-kadang
malahan menjadi lebih menguntungkan. Contohnya sebidang tanah itu dibakar, di atasnya
dijatuhkan bom-bom misalnya, tanah tersebut tidak akan lenyap, setelah api padam
maupun setelah pemboman selesai sebidang tanah tersebut akan muncul kembali tetap
berwujud tanah seperti semula. Kalau dilanda banjir misalnya, malahan setelah airnya surut
muncul kembali sebagai sebidang tanah yang lebih subur dari semula.
b. Karena fakta:
Yaitu kenyataan, bahwa tanah itu:
- merupakan tempat tinggal persekutuan.
- memberikan penghidupan kepada persekutuan
- merupakan tempat di mana para warga persekutuan yang meninggal dunia
dikebumikan.
- merupakan pula tempat tinggal kepada dayang-dayang pelindung persekutuan dan roh
para leluhur pernekutuan.
Hubungan yang erat dan bersifat religio-magis ini menyebabkan persekutuan memperoleh
hak untuk menguasai tanah dimaksud, memanfaatkan tanah itu, memungut hasil dari tumbuh-
tumbuhan yang hidup di atas tanah itu, juga berburu terhadap binatang-binatang yang hidup di
situ. Hak persakutuan atas tanah ini disebut hak pertuanan atau hak ulayat.
Hak ini oleh Van Vollenhoven disebut "beschikkingsrecht” ini dalam bahnsa Indonesia
merupakan suatu pengertian yang baru, satu dan lain karena dalam bahasa Indonesia (juga
dalam bahasa daerah-daerah istilah yang dipergunakan semuanya pengertiannya adalah
lingkungan kekuasaan, sedangkan “beschikkingstrecht” itu menggambarkan tentang hubungan
antara persekutuan dan tanah itu sendiri. Kini lazimnya dipergunakan istilah “hak ulayat"
sebagai terjemahanya "beschikkingsrecht".
Berlaku ke dalam, karena persekutuan sebagai suatu keseluruhan yang berarti semua warga
persekutuan bersama-sama sebagai suatu kesatuan, melakukan hak ulayat dimaksud dengan
memetik hasil daripada tanah beserta segala tumbuh-tumbuhan dan binatang liar yang hidup
diatasnya. Hak persekutuan ini pada hakikataya membatasi kebebasan usaha atau gerak para
warga persekutuan sebagai perseorangan. Pembatasan ini dilakukan demi kepentingan
persekutuan.
Antara hak persekutuan ini (hak ulayat) dan hak para warga masing-masing (hak individu)
ada hubungan timbal-balik yang saling mengisi. Artinya lebih intensif hubungan antara
individu, warga persekutuan, dengan tanah yang bersangkutan, maka lebih teganglah, lebih
kurangnya kekuatan berlakunya hak ulayat persekutuan terhadap dimaksud tetapi sebaliknya
apabila hubungan individu dengan tanah tersebut makin lama makin kabur, karena misalnya
tanah itu tidak/kurang dipeliharanya, maka tanah dimaksud kembali masuk kedalam kekuasaan
hak ulayat persekutuan.
a. Tanah (daratan)
b. Air (perairan seperti misalnya kali, danau, pantai beserta perairannva)
c. Tumbuh-tumbuhan yang hidup secara liar (pohon buah-buahan., pohon-pohon untuk
kayu pertukangan atau kayu bakar dan lain sebagainya)
d. Binatang yang hidup liar
Hak ulayat ini dalam bentuk dasarnya adalah suatu hak dari pada persekutuan atas tanah
yang didiami, sedangkan pelaksanaannya dilakukan atau oleh persekutuan itu sendiri atau oleh
kepala persekutuan atas nama persekutuan.
Wilayah kekuasaan persekutuan itu adalah merupakan milik persekutuan yang pada
asasnya bersifat tetap, artinya perpindahan hak milik atas wilayah ini adalah tidak diperbolehkan.
Dalam kenyataannya terdapat pengecualian-pengecualian oleh karenya diatas tadi ditegaskan pada
asasnya bersifat tetap. Hak ulayat sendiri dipengaruhi juga oleh kekuasaan kerajaan-kerajaan dan
kekuasaan pemerintah colonial Belanda. Pengaruh-pengaruh ini menurut sifatnya ada yang
menguntungkan dan ada pula yang merugikan.