Spanyol 25.000-3000 SM Lukisan di gua batu tentang amputasi jari dan trephinasi
Perancis 15.000 SM Lukisan hewan buruan di gua batu
Indian (Peru) 10.000 SM Tengkorak berlubang akibat praktik trephinasi
Mesir 3000 SM Hieroglif/papirus
Babylonia (Irak 3000-2000 SM Replika organ binatang, lempengan tanah liat dan batu dengan
Kuno)
tulisan berbentuk paku (cuneiform)
2737 SM Informasipada bambu, daun palm yang dipernis (lacquer), model manusia dari tembaga, gading, kertas
Cina
1100 SM Informasi pada pahatan di kuil pengobatan dan kertas
Yunani
500 SM Informasi pada kertas
India
160 M Informasi pada kertas/buku
Romawi
900 M Informasi pada kertas
Iran/Irak (Persia)
800 M Informasi pada kulit kayu/daun lontar dengan bahasa kawi (jawa kuno), sansekerta dan relief pahatan arca
Indonesia
Pada tahun 1970-an dunia profesi ‘medical record librarianship’ berubah dari sebutan seorang
profesioanl ‘pustakawan’ menjadi ‘administrator’. Pada tahun 1991 dunia wacana profesi kembali
mendesak agar kesan melaksanakan ‘manajemen rekam medis’ sebagai dampak dari kata
‘administration’ berganti ke bentuk lain menjadi manajemen informasi kesehatan. Alasannya adalah
karena tugas utama profesi di masa depan adalah melakukan manajemen ‘informasi’ kesehatan
yang berasal dari berbagai sumber informasi aktivitas pelayanan kesehatan.
Di Indonesia sendiri, kata ‘medical record’ semula diterjemahkan dengan berbagai istilah. Ada
yang menyebutnya sebagai ‘lis’ (dari kata Belanda ‘lijst’ = daftar), ‘status’ atau ‘catatan medis’.
Kemudian nama itu berubah menjadi rekam medis (1989) sesuai usulan Prof. Dr. Anton
Mulyono yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
(disingkat Pusat Bahasa) pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Sejak organisasi profesi Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Indonesia (PORMIKI) didirikan tahun 1989 oleh Dra. Gemala Hatta, organisasi ini telah
menggunakan kata ‘informasi’ sesudah kata perekam medis. Penggunaan kata ‘Manajemen
Informasi’ ini telah membawa perubahan yang bermakna yang semakin nyata tentang apa yang
harus dilakukan seorang profesional.
Sinergi dari kesiapan untuk menerapkan teknologi informasi dan tuntutan untuk bekerja secara
lebih luas, lebih baik dan lebih cepat dalam mengelola informasi inilah yang menjadi syarat
perubahan yang mendasar bagi profesi MIK kini dan mendatang.
PRAKTIK TRADISIONAL MIK
Terlihat bahwa praktik yang dikerjakan masih terfokus pada bentuk fisik unit kerja dan rekam
medis saja. Jadi, obyeknya adalah manajemen rekam medis.
Adapun ciri praktik tradisional :
Titik pusat adalah unit kerja rekam medis,
Pekerjaan ditujukan untuk kepentingan bentuk fisik rekam medis dan pelaporan,
Hal ini tampak dari aktivitas: melakukan perencanaan, mengembangkan, membuat sistem
pengawasan, memonitor, memeriksa kuantitas isi rekam medis, mengatur jalannya arus
rekam medis, menyimpan, mengeluarkan dan mengembalikan rekam medis serta
mengumpulkan data kuantitatif tentang produktivitas staff di unit kerja (kinerja).
Kegiatang yang lebih spesifik : mengawasi/ mengendalikan (kontrol) formulir, menata alur
berkas, mengawasi ketidaklengkapan rekaman, melakukan analisa kuantitatif isi, mengawasi
pelepasan data rekam medis dan memonitor penggunaan berbagai sumber yang berkaitan
dengan pelayanan pasien.
Tidak menggabungkan berbagai elemen data sehingga membentuk informasi
1. Bagi Pasien
b. Bukti pelayanan
a. Alokasi sumber
f. Menangani pengeluaran
g. Melaporkan pengeluaran
2. Peraturan (regulasi)
3. Riset
4. Pengambilan Kebijakan
5. Industri