Abstrak
Spiritualitas adalah faktor protektif dalam proses berduka pada keluarga pasien kronis. Bereavement life review
adalah salah satu intervensi dalam penguatan spiritual keluarga pasien penyakit kanker. Stroke dan kanker adalah
penyakit kronis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh bereavement life review pada kesejahteraan
spiritual keluarga pasien stroke. Desain penelitian ini adalah quasi-eksperimental dengan pretest posttest control
group. Sampel yang digunakan adalah salah satu keluarga pasien stroke yang merawat pasien di rumah sakit.
Sehingga didapatkan sampel sebanyak 28 responden dengan 14 kelompok kontrol dan 14 kelompok intervensi.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutive sampling. Kelompok intervensi mendapatkan
bereavement life review dengan dua sesi yang dilakukan oleh spesialis keperawatan jiwa. Kesejahteraan spiritual
diukur menggunakan instrumen SWBS (spiritual well-being scale). Analisis data menggunakan dependent t-test,
Mann Whitney dan Wilcoxon. Uji homogenitas memerlihatkan tidak satupun karekteristik responden antara kelompok
intervensi dan kontrol berbeda secara signifikan (p > 0,05). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan
skor rerata postest kesejahteraan spiritual pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi (98,71 ± 3,65 dan
106,5 ± 1,83; p = 0,000). Terdapat perbedaan skor rerata kesejahteraan spiritual pada pretest dengan posttest pada
kelompok intervensi (99,07 ± 2,95 dan 106,5 ± 1,83; p = 0,001). Proses bereavement life review merupakan proses
peningkatan spiritual melalui proses rekontekstualisasi, memaafkan terhadap diri, dan refleksi yang membentuk
penguatan koping sehingga muncul pemaknaan terhadap diri sendiri. Dapat disimpulkan bereavement life review
berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan spiritual keluarga pasien stroke. Bereavement life review
dapat digunakan sebagai intervensi perawatan pasien stroke dan keluarga. Saran untuk penelitian selanjutnya
adalah melihat pengaruh bereavement life review untuk penyakit kronis yang lain, seperti diabetes melitus atau
kanker. Selain itu, indikator psikologis pasien dan keluarga sebagai output intervensi perlu dikaji lebih mendalam.
Kata kunci: Bereavement life review, keluarga pasien stroke, keperawatan spiritual, kesejahateraan paliatif.
Abstract
Spirituality is a protective factor of grieving process in patient and family with chronic illness. Bereavement life
review is one of the interventions which is enhancing the spiritual well-being in cancer diseases. Cancer and
Stroke are chronic diseases. The purpose of this study was to determine the effect of bereavement life review of the
spiritual well-being of stroke family. Quasi-experimental with pretest posttest control group used in study. Sample
in this study are stroke family who caring the stroke patient in hospital which is 28 respondents. The intervention
group was given bereavement life review with two sessions which given by expert in psychiatric nursing. Spiritual
well-being was measured by SWBS (spiritual well-being scale). Data analysis were using a dependent t-test, Mann
Whitney and Wilcoxon. Homogenity of respondent characteristics showed that it have not correlation between
control and intervention group (p > 0,05). The study showed the difference in the mean posttest scores of spiritual
well-being of the control group with the intervention group (98.71 ± 3.65 and 106.5 ± 1.83, p = 0.000). There were
differences in the mean scores pretest to posttest spiritual well-being in the intervention group (99.07 ± 2.95 and
106.5 ± 1.83, p = 0.001). Bereavement life review is a process of enhancing spirituality through recontextualization,
forgiveness, and reflection proccess that strengthening coping process. Bereavement life review has positive effect
on the spiritual well-being of the stroke family which can be considered as an intervention in the treatment of stroke
patients and families. Further study know the effect of bereavement life review in other chronic diseases patient, like
hypertension or diabetes mellitus. Moreover, other psychological outcome for this intervention needs to be explored.
Keywords: Bereavement life review, palliative care, spiritual well-being, stroke family.
spiritual dan penurunan kecemasan. Salah dari penelitian Ando, Morita, dan Miyashita
satu intervensi keperawatan yang berpotensi (2010) yang terdiri dari: 1) Apa yang menurut
meningkatkan komponen tersebut adalah Anda paling terpenting dalam kehidupan
reminiscence therapy (Stuart, 2013). Anda, berikan alasannya?, 2) Hal apa yang
Bereavement life review merupakan menurut Anda yang paling berkesan dari
pengembangan dari reminiscence therapy pasien sampai saat ini?, 3) Sampai saat ini,
(Ando, Sakaguchi, Shiihara, & Izuhara, ketika merawat pasien apa yang paling
2013). berkesan menurut Anda?, 4) Hal apa yang
Bereavement life review merupakan menjadikan diri Anda bangga dalam merawat
intervensi yang prosesnya adalah dengan pasien sampai saat ini?, 5) Hal apa yang
mencari dan menggali makna hidup individu berperan terhadap kehidupan Anda?, 6) Apa
sehingga makna spiritualitas pasien atau yang Anda banggakan di hidup Anda?. Hasil
keluarga dapat meningkat, namun hanya wawancara dengan pasien direkam. Sesi
pada pasien kanker. Bereavement life review pertama dilakukan selama kurang lebih satu
juga merupakan intervensi yang mudah, jam, mulai dari prainteraksi sampai terminasi
cepat, dan dapat dilakukan oleh perawat yang dalam tahapan komunikasi terapeutik. Setelah
terlatih (Ando et al., 2013). Namun, hasil wawancara sesi pertama selesai, terapis
telaah literatur, belum menemukan penelitian mentranskripsi hasil wawancara dan peneliti
mengenai efektifitas bereavement life review membuat suatu mini album, kata kunci dari
yang spesifik untuk keluarga pasien stroke. pertanyaan digambarkan di dalam album
Melihat data dan fakta di atas peneliti ingin dan diberikan kepada pasien. Sesi kedua
melihat efektifitas bereavement life review dilakukan satu minggu setelah sesi pertama.
terhadap kesejahteraan spiritual keluarga Sesi kedua peneliti dan terapis mendampingi
pasien stroke. Tujuan penelitian ini adalah keluarga untuk melihat album yang telah
untuk mengetahui pengaruh bereavement dibuat peneliti. Sesi kedua dilakukan kurang
life review terhadap kesejahteraan spiritual lebih satu jam. Setiap responden melewati
keluarga pasien stroke di RSD dr. Soebandi sesi pertama dan kedua sebanyak satu kali.
Jember. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Daerah (RSD) Subandi, Kabupaten Jember
di Ruang Melati (Ruang Neurologi). RSD
Metode Penelitian dr. Subandi merupakan rumah sakit rujukan
wilayah timur Propinsi Jawa Timur. Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, bulan April
quasi eksperimental yang menggunakan sampai Juni 2014.
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini terdiri Populasi yang ditargetkan pada penelitian
dari dua variabel, yaitu satu variabel bebas ini adalah keluarga pada pasien dengan stroke
dan satu variabel tergantung. Variabel terikat yang dirawat di RSD Soebandi Jember.
penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan Sampel dipilih dengan cara consecutive
spiritual yang diukur menggunakan sampling, yaitu jumlah sampel yang dipilih
kuesioner SWBS (spiritual well-being dari urutan pasien yang dirawat. Penentuan
scale) pada keluarga pasien dengan stroke sampel menggunakan kriteria inklusi: 1)
(Paloutzian, Bufford, & Wildman, 2012). keluarga pada pasien dengan diagnosis stroke
Sedangkan variabel bebas pada penelitian ini oleh dokter yang dirawat lebih dari dua hari,
adalah intervensi bereavement life review. 2) keluarga adalah orang yang terdekat yaitu
Intervensi bereavement life review dilakukan suami/istri pasien, atau anak kandung pasien
oleh seorang ners spesialis keperawatan atau adik/kakak kandung pasien, 3) keluarga
jiwa atau ners generalis dengan sertifikasi yang bisa membaca dan menulis, dan 4)
life review dan dilakukan di ruang tertutup keluarga yang tidak mengalami gangguan
untuk menjaga privasi responden. Intervensi jiwa. Sedangkan kriteria eksklusi adalah
bereavement life review dilakukan selama keluarga yang tidak mengikuti program
dua sesi. Sesi pertama adalah sesi penggalian sampai selesai. Jumlah sampel yang dipakai
dengan beberapa pertanyaan yang diadopsi berdasarkan penelitian Ando, Minota,
Shibukawa, dan Kira (2012). Perhitungan pada item 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, dan 20.
jumlah sampel menggunakan rumus power Pernyataan unfavourabel terdiri dari sembilan
analysis, dengan rumus sebagai berikut: item yaitu item nomor 1, 2, 5, 6, 9, 12, 13, 16
Keterangan : dan 18. Setiap item pernyataan memiliki nilai
1–6. Penilaian untuk pernyataan favourable
2 adalah: sangat tidak setuju (STS) dinilai 1,
(Z Z )SB
n 2 Cukup tidak setuju (CTS) dinilai 2, tidak
X1 −X2 setuju (TS) dinilai 3, setuju (S) dinilai 4,
cukup setuju (CS) dinilai 5, dan sangat setuju
n : Besar sampel (SS) dinilai 6. Sedangkan penilaian untuk
S : Simpang baku x1-x2 : Perbedaan unfavourable adalah sebaliknya. Hasil akhir
rerata kesejahteraan spiritual antara kelompok adalah skor kesejahteraan spiritual, dimana
eksperimen dan kelompok kontrol. total skor kesejahteraan spiritual antara
Zα : kesalahan tipe I (5% =1,96) 20–120, semakin tinggi skor mencerminkan
Zβ : kesalahan tipe II (10% = 0,84 ) semakin tinggi tingkat kesejahteraan
spiritual responden. SWBS telah banyak
Berdasar pada penelitian yang dilakukan dikembangkan dalam beberapa bahasa antara
Ando, Minota, Shibukawa, & Kira (2012) lain, Indonesia, Malaysia, spanyol, Portugis,
perbedaan rata-rata kesejahteraaan spiritual China dan Arab. Masing-masing negara
antara kelompok intervensi dan kelompok telah menguji validitas dari SWBS ini. Hasil
kontrol adalah 10, simpangan baku (SB) penulusuran literatur didapatkan tiga bahasa
adalah 8,3. kesalahan tipe I 5% hipotesis satu yang telah di validasi terjemahan SWBS
arah (Zα=1,96), dan kesalahan tipe II sebesar yaitu Arab, Inggris dan Malaysia, dengan
10% (Zβ = 0,84) didapatkan jumlah sampel nilai r > 0,80 (Imam, Noor, Abdul, Nor, &
sebesar 12. Jusoh, 2009; Musa & Pevalin, 2012).
Untuk mengantisipasi subjek dengan drop Kelompok intervensi setelah pre-test
out, loss to follow up, atau subjek yang tidak mendapatkan intervensi bereavement life
taat, dilakukan koreksi besar sampel dengan review satu kali dalam dua sesi selama satu
rumus (Sugiyono, 2009) : minggu. Setelah sesi kedua, responden
an’ = n/(1-f) langsung mendapatkan postest dengan
kuesioner yang sama. sedangkan kelompok
keterangan : kontrol mendapatkan intervensi bereavement
n = 12 life review setelah diberikan posttest. Jarak
f = perkiraan proporsi subjek yang DO = 10% antara pretest dan posttest pada kelompok
kontrol adalah sama dengan kelompok
Dengan menggunakan rumus koreksi besar intervensi, yaitu satu minggu. .
sampel, didapatkan hasil besar sampel
sebanyak 13,3 dan dibulatkan menjadi 14
orang responden. Sehingga sampel yang Hasil Penelitian
digunakan adalah total 28 orang dengan
14 orang kelompok intervensi dan 14 orang Karakteristik responden dalam penelitian
kelompok ini mencakup umur, jenis kelamin, status
Responden kelompok kontrol dan pernikahan, pendidikan, riwayat pekerjaan,
intervensi akan mendapatkan pre-test untuk pendapatan per bulan, hubungan dengan
melihat kesejahteraan spiritual menggunakan pasien dan lama menunggu, karakteristik
spiritual Well Being Scale (SWBS). SWBS responden tersebut merupakan faktor
terdiri dari dua subskala, Religion well-being pengganggu dalam efektifitas pemberian
(RWB) dan Exstensional Well-being (EWB). berevement life review (Ando, Sakaguchi, et
Masing-masing subskala terdiri dari 10 item al., 2013). Uji homogenitas antara kelompok
pernyataan. Total item pernyataan SWBS kontrol dan intervensi juga diperlukan untuk
sebanyak 20 item. Subskala RWB terdapat mengurangi bias dalam penelitian (Polit &
pada item pernyataan nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, Beck, 2009). Karakteristik responden terlihat
13, 15, 17, dan 19. Subskala EWB terdapat pada tabel 1. Tabel. 1 dan tabel 2 menunjukkan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi pada Karekteristik Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Pendidikan,
Riwayat Pekerjaan, Pendapatan per Bulan, Hubungan dengan Pasien dan Uji
Homogentitas pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n = 28)
Kelompok Kontrol (n = 14) Kelompok Intervensi (n = 14)
Karekteristik Nilai p
Jumlah % Jumlah %
Jenis Kelamin Laki-laki 2 14,3 3 21,4
1,0001
Perempuan 12 85,7 11 78,6
Status Kawin 13 92,9 9 64,3
0,1671
Pernikahan Tidak Kawin 1 7,1 5 35,7
Tidak 0 0,0 0 0,0
Sekolah
SD/Sederajat 1 7,1 2 14,3
SMP/ 3 21,4 3 21,4
Pendidikan Sederajat 0,8212
SLTA/
9 64,3 7 50,0
Sederajat
Diploma/
1 7,1 2 14,3
lebih tinggi
Tidak Bekerja 12 85,7 8 57,1
Riwayat Swasta 1 7,1 6 42,9 0,0682
Pekerjaan
Petani 1 7,1 0 0,0
Tinggi 0 0,0 0 0,0
Pendapatan Sedang 12 85,7 11 78,6 1,0001
per Bulan
Rendah 2 14,3 3 21,4
Suami/Istri 3 21,4 4 28,6
Adik/Kakak 1 7,1 0 0,0
Hubungan Kandung
dengan 0,5332
Pasien Anak
10 7,14 9 64,3
Kandung
Orang Lain 0 0,0 1 7,1
Tabel 2 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Nilai Min-Max pada Karekteristik Umur dan Lama
Menunggu serta Uji Homogentitas pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
(n = 28)
Karekteristik Kelompok Kontrol (n = 14) Kelompok Intervensi (n = 14) Nilai p
Rata-rata Min–Max Rata-rata Min–Max
(Standar (Standar
Deviasi) Deviasi)
Umur (dalam 39,14 (5,37) 29–48 39,28(5,82) 28–48 0,9471
tahun)
Lama 3,28 (0,47) 3–4 3,14 (0,36) 3–4 0,3662
Menunggu
(dalam hari)
1
uji t tidak berpasangan
2
uji Mann-Whitney
Tabel 3 Perbedaan Rerata Skor Kesejahteraan Spiritual Sebelum dan Sesudah Bereavement Life
Review
Kesejahteraan Kelompok T/Z Nilai p Perbedaan rerata
Spiritual Intervensi (n Kontrol (n = (CI 95%)
= 14) 14)
Rerata pre-test 99,21 99,07 Z = -0,232 0,8171 -
Rerata (SD) 106,5 (1,83) 98,71 (3,64) T = -7,786 0,0002 -7,78
post-test (-10,06–5,504)
1
uji Mann-Withney
2
uji t tidak berpasangan (df = 19,153)
Tabel 4 Perbedaan Rerata pada Pretest denga n Posttest Skor Kesejahteraa Spiritual Keluarga
Kelompok Rerata (SD) T/Z Nilai p Perbedaan rerata (CI
Pretest Posttest 95%)
Intervensi (n 99,07 106,5 Z = -3,307 0,0011 -
= 14)
Kontrol (n = 99,21 (2,83) 98,71 (3,65) T = 0,82 0,4262 0,5
14) (-0,82) – (1,82)
1
Uji Wilcoxon
2
Uji t berpasangan (df = 13)
Tabel 5 Uji Statistik Perbedaan Peningkatan (Δ Pretest dan Posttest) Skor Kesejahteraan Spiritual
Kelompok Perbedaan Peningkatan (Δ t Nilai p Perbedaan rerata
Pretest dan Posttest) Skor (CI 95%)
Kesejahteraan Spiritual
Mean SD
Kontrol (n=14) 0,5 2,28 8,76 0,000* 7,93 (6,06–9,78)
Intervensi -7,43 2,50
(n=14)
*Uji t tidak berpasangan (df = 26)
bahwa tidak satupun karakteristik responden test dari skor kesejahteraan spiritual keluarga
antara kelompok intervensi dan kontrol pasien stroke pada kelompok intervensi dan
berbeda secara signifikan (p>0,05). kelompok kontrol di rsd dr. soebandi jember
Perbedaan rerata skor kesejahteraan terlihat pada tabel 4. Tabel. 4 memperlihatkan
spiritual sebelum dan sesudah bereavement bahwa terdapat perbedaan rerata pre-test
life review pada kelompok kontrol dengan dan post-test kesejahteraan spiritual pada
kelompok intervensi di rsd dr. soebandi jember kelompok intervensi. Hasil uji statistik
terlihat pada tabel 3. Tabel 3 memperlihatkan menunjukkan bahwa nilai p=0,001 sehingga
bahwa skor pre-test kesejahteraan spiritual dapat diinterpretasikan bahwa terdapat
pada kelompok kontrol lebih rendah perbedaan rerata skor pre-test dan post-
dibanding kelompok intervensi, namun test kesejahteraan spiritual pada kelompok
tidak berbeda signifikan secara statistik (p intervensi. Tabel 4 juga memperlihatkan
= 0,817). Adapun skor post test kelompok bahwa terdapat tidak ada perbedaan rerata
intervensi secara signifikan lebih tinggi – pre-test dan post-test kesejahteraan spiritual
yang bermakna spiritual lebih baik dibanding pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik
skor post test kelompok kontrol (p = 0,000). menunjukkan nilai p=0,426 sehingga dapat
Perbedaan rerata pada pre-test dengan post- diinterpretasikan bahwa tidak terdapat
perbedaan rerata pre-test dan post-test pada bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
kelompok kontrol. Interpretasi nilai CI 95% spiritual dapat dikontrol dan risiko bias
berarti bahwa dengan tingkat kepercayaan responden bisa dikurangi.
95% diyakini bahwa selisih skor pre-test Seperti dalam penjelasan sebelumnya
dan post-test tingkat kesejahteraan spiritual agama, umur, lama menunggu, status
keluarga kelompok kontrol adalah antara perkawinan, pendidikan, riwayat pekerjaan,
-0,82 dan 1,82. pendapatan perbulan dan hubungan
Perbedaan peningkatan (δ pre-test dan keluarga adalah faktor yang memengaruhi
post-test) skor kesejahteraan spiritual keluarga kesejahteraan spiritual. Sebagai upaya
pasien stroke pada kelompok intervensi menurunkan bias penelitian, peneliti
dengan kelompok kontrol. dapat dilihat pada membatasi umur responden, lama menunggu
tabel 4. Tabel 4 memperlihatkan bahwa dan kedekatan keluarga, dan agama sehingga
terdapat perbedaan rerata dari perbedaan data bersifat homogen.
peningkatan (Δ pre-test dan post-test) skor Agama sebagai aspek penting spiritual
kesejahteraan spiritual pada kelompok sangat memengaruhi spiritual (White, Peters,
intervensi dan kontrol (p=0,000). Interpretasi & Schim, 2011). Dalam pemahaman spiritual
nilai CI 95% berarti bahwa dengan tingkat sangat dipengaruhi agama seseorang. Kriteria
kepercayaan 95% diyakini bahwa selisih skor inklusi dalam penelitian ini adalah responden
perbedaan peningkatan (Δ pre-test dan post- yang beragama Islam, sehingga hasil yang
test) skor kesejahteraan spiritual keluarga dicapai akan homogen.
pasien stroke pada kelompok intervensi Umur akan memengaruhi spiritualitas.
dan kontrol adalah 6,06 dan 9,78. (mohon Penelitian ini menggunakan rentang umur
maaf, untuk tabel ini adalah data selisih, jadi dalam tahap perkembangan dewasa, hal ini
skor pre test dikurangi skor post test. Hasil dikarenakan pada tingkat perkembangan
pengurangan tersebut dicari rata-ratanya, dewasa, spiritualitas individu telah matang
sehingga disebut dengan delta, ini hanya dan membutuhkan peningkatan dalam
untuk memperkuat data-data sebelumnya, upaya menemukan makna hidup dan
mungkin mohon masukan dari reviewer, mempersiapkan masa tuanya (Stuart, 2013).
apakah perlu dimasukkan juga atau tidak, Lama menunggu dan kedekatan keluarga
terimakasih). adalah faktor yang memengaruhi spiritul
dari aspek hubungan sosial. Lama menunggu
memperlihatkan kedekatan keluarga dengan
Pembahasan pasien, sedangkan hubungan keluarga
menggambarkan hubungan secara kedekatan
Karakteristik Responden dengan pasien. Tingkat sosial akan
Karakteristik responden pada kelompok memengaruhi spiritual, tingkat sosial yang
kontrol dan intervensi terbanyak adalah baik akan memengaruhi spiritual individu
dengan jenis kelamin perempuan, menikah (Stuart, 2013).
dan tidak bekerja serta merupakan anak Bereavement life review
kandung dari pasien. Perempuan rumah Ando, Morita, & Miyashita (2010)
tangga terbiasa melakukan aktifitas merawat menyebutkan bahwa bereavement life review
suami atau ibu saat dirawat di rumah sakit. efektif dalam meningkatkan spiritualitas pada
Penelitian Ando, Morita, & Miyashita (2010) keluarga pasien kanker stadium terminal.
yang dilakukan di Jepang terhadap keluarga penelitian tersebut dilakukan di rumah
pasien terminal, responden terbanyak juga paliatif di Jepang. Hasil penelitian terdapat
adalah perempuan. peningkatan rerata kesejahteraan spiritual
Uji homogenitas menununjukkan bahwa pada sebelum dan sesudah pemberian
tidak ada perbedaan karakteristik responden intervensi bereavement life review (19,9±5,8
(umur, lama menunggu, status perkawinan, ke 22,8±5,1;p=0,028). Life review sebagai
pendidikan, riwayat pekerjaan, pendapatan intervensi dalam peningkatan spiritual juga
perbulan dan hubungan keluarga) antara telah diberikan terhadap pasien kanker stadium
kelompok kontrol dan intervensi. Tidak akhir dalam peningkatan spiritualitasnya.
adanya perbedaan ini memberikan gambaran Ando, Morita, Akechi, & Okamoto (2010)
Allah atas dirinya saat proses bermuhasabah review dapat membentuk aspek spiritual baik
(Anam, 2012). Proses bereavement life review eksistensional dan religiusitas keluarga pasien
juga melihat masa lalu untuk mendapatkan stroke. Tahap dalam bereavement life review
pemaknaan yang baik pada masa yang akan meliputi rekonstektualisasi, memaafkan
datang, kedua proses ini merupakan hal yang terhadap diri individu dan proses refleksi
sejalan dalam upaya peningkatan spiritual. (Garland & Garland, 2005). Ketiga tahap ini
Keluarga pasien stroke mempunyai mempunyai karakteristik yang berbeda dalam
kekhasan sendiri dalam merawat pasien. individu dan merupakan proses yang dilewati
Menurut Iosif, Papathanasiou, Staboulis, & dalam proses bereavement life review.
Gouliamos (2012) stroke adalah penyakit Proses rekontekstualisasi terbentuk
yang mendadak dan tiba-tiba terkadang saat responden dan terapis melakukan
keluarga masih belum siap terhadap apa yang interaksi pada pertemuan pertama. Menurut
terjadi pada pasien. Stressor yang unik ini Ando, Morita & Miyashita (2010) tahap
membutuhkan intervensi dengan pendekatan rekonstektualisasi dalam bereavement life
individu. Hal ini merupakan proses berduka review muncul ketika responden mampu
yang perlu diselesaikan dalam peningkatan membentuk lingkungan yang membuat
kualitas hidup keluarga dan kualitas responden melupakan sedikit kesedihannya.
perawatan keluarga yang diberikan kepada Tahap rekontekstualisasi adalah proses
pasien. Peningkatan spiritual ini merupakan penguatan tahap acceptance dalam
upaya dalam membawa proses berduka tahapan berduka, respon individu dalam
menuju berduka yang efektif dan tidak terjadi rekontekstualiasi akan lebih cepat ketika
maladaptif. Spiritualitas ini adalah sebagai individu telah dalam tahap acceptance.
upaya protektif dalam pencegahan kejadian (Jenko, Gonzalez, & Alley, 2010).
yang tidak diinginkan akibat berduka yang Tahap kedua adalah memaafkan terhadap
tidak efektif, seperti PTSD dan kejadian diri individu (forgiving). Proses ini merupakan
penyakit kardiovaskuler (Houwen et al., upaya peningkatan kemampuan koping
2010). Hasil rerata pre-test skor kesejahteraan individu dalam menghadapi proses berduka
spiritual responden pada kelompok kontrol dan dapat meningkatkan spiritualitas (Garland
dan intervensi dalam kategori sedang. Hal ini & Garland, 2005). Proses memaafkan ini
menunjukkan stressor stroke ini berdampak muncul setelah akhir sesi pertama dan
terhadap kesejahteraan spiritual pasien. menuju proses sesi ke dua. Menurut Ando,
Pengaruh Bereavement Life Review terhadap Morita & Miyashita (2010) tahap setelah
Kesejahteraan Spiritual Keluarga Pasien pengkondisian lingkungan adalah mengingat
Stroke memori yang baik dan mengevaluasi
Pengaruh bereavement life review terhadap memori yang buruk. Hal ini senada dengan
kesejahteraan spiritual keluarga pasien stroke pendapat Garland dan Garland (2005) proses
pada hasil penelitian menunjukkan bahwa memafkan terhadap diri individu ini muncul
terdapat pengaruh Bereavement life review ketika terdapat evaluasi dari memori atau hal
terhadap spiritual keluarga pasien stroke. yang berkesan dari responden saat bersama
Pengaruh ini terlihat dari adanya perbedaan dan merawat pasien.
post-test skor SWBS pada kelompok kontrol Proses memaafkan terhadap diri individu
dan kelompok intervensi. peningkatan ini ditandai dengan peningkatan emosi,
perbedaan (Δ pre-test dan post-test) skor menangis dan merasakan keadaan pasien
SWBS juga terlihat terdapat perbedaan sebagai hal yang disyukuri tanpa menyalahkan
pada kelompok kontrol dan intervensi. Pada diri sendiri sebagai keluarga terdekat pasien.
Penelitian di Jepang, Bereavement life review Proses ini merupakan upaya penemuan
memengaruhi spiritual keluarga pasien makna hidup responden sehingga dapat
dengan penyakit kronis (Ando, Morita, & menata hidup lebih baik dan meningkatkan
Miyashita, 2010; Ando, Sakaguchi, et al., self relience individu. Tahap memafkan ini
2013). Bereavement life review memengaruhi membutuhkan waktu 2–4 hari sebagai upaya
spiritual keluarga pasien stroke melalui peningkatan self relience (Jenko, Gonzalez,
setiap tahapan konsep bereavement life & Alley, 2010).
review. Setiap tahapan dari bereavement life Proses selanjutnya adalah refleksi.
Refleksi muncul setelah proses memaafkan pasien selama terapi yang dilakukan.
diri itu mampu memberikan suatu makna Proses bereavement life review ini
mendalam dari keluarga terhadap pasien sangat dipengaruhi oleh keadaan awal dari
yang sedang dirawatnya (Garland & Garland, responden (Ando, Sakaguchi, et al., 2013).
2005). Refleksi dalam penelitian ini dibantu Pasien dengan depresi akut tidak bisa
dengan visualisasi berupa album mini dilakukan bereavement life review, perlu
yang dibuat sesuai dengan hasil intervensi adanya intervensi lain untuk menenangkan
bereavement life review. Visualisasi menurut individu tersebut dahulu, kemudian
Ando, Morita & Miyashita (2010) dapat dilakukan intervensi bereavement life review.
meningkatkan spiritual sebagai pengingat Bereavement life review dalam beberapa teori
terhadap siapa yang menciptakan, untuk apa mampu untuk meningkatkan kesejahteraan
dia hidup dan pengulangan terhadap apa yang spiritual dan menurunkan depresi, namun
telah dilakukan. depresi dalam konteks ini adalah depresi
Album yang diberikan berupa gambar sedang yang bukan dalam keadaan akut
yang dapat meningkatkan spiritual, baik aspek (Ando, Tsuda, et al., 2013).
religiusitas maupun aspek eksistensional. Proses bereavement life review juga sangat
gambar yang ditampilkan berupa gambar terkait dengan budaya. Penelitian dilakukan
simbol-simbol agama, dalam hal ini adalah kepada pasien dengan budaya yang sama.
Islam. Simbol-simbol tersebut merupakan Ahli keperawatan jiwa sebagai fasilitator
identitas dari agama sebagai salah satu aspek bereavement life review adalah individu yang
religiusitas dalam konsep spiritual (Arjmandi, telah lama tinggal di Jember, hal ini sebagai
Tahir, Shabankareh, Shabani, & Mazaheri, upaya pendekatan budaya dalam proses
2011). Kombinasi tulisan juga ditampilkan bereavement life review. Budaya Jember
berupa frasa pendek yang dapat terekam sendiri menurut hasil wawancara dengan
dengan baik oleh responden (Ando, Morita, perawat ruang melati, menyebutkan bahwa
& Miyashita, 2010). Frasa ini diproses dari individu dengan latar belakang etnis Jember
rekaman bereavement life review yang telah lebih nyaman berdiskusi dan mengutarakan
dilewati oleh responden. Penentuan frasa pendapat dengan orang yang mempunyai
dilakukan bersama terapis agar makna yang latar budaya yang sama. Keunikan etnis
terkandung dari hasil wawancara tidak Jember juga adalah keterbukaan informasi
hilang. Bibliografi ini dapat menambah akan lebih cepat diutarakan sehingga sesuai
kemampuan refleksi dari responden apabila menggunakan Bereavement life
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan review dalam menggali makna hidup sebagai
spiritual responden dan mempercepat proses upaya peningkatan kesejahteraan spiritual
berduka dan mencegah terjadinya berduka keluarga pasien stroke.
disfungsional. Spiritual adalah aspek yang dinamis
Ke tiga tahap ini harus dilewati oleh dalam suatu individu. Mempertahankan
responden untuk meningkatkan spiritualitas. kesejahteraan spiritual agar tetap dalam
Responden akan mengalami peningkatan keadaan baik adalah fungsi perawat dalam
spiritual ketika telah melewati ke tiga tahap upaya peningkatan kualitas hidup dan
tersebut. Saat responden mencapai tahap sebagai faktor protektif terjadinya berduka
refleksi koping individu mulai muncul dan disfungsional (Strada-Russo, 2006). Spiritual
diperkuat dengan gambar-gambar spiritual yang bersifat dinamis ini sangat memengaruhi
sehingga pemaknaan hidup individu akan intervensi bereavement life review ini, dalam
terbentuk. Pemaknaan hidup yang kuat pelaksanaannya bereavement life review perlu
adalah salah satu indikator spiritualitas dilakukan berkelanjutan, tidak bisa dilakukan
indivisu meningkat. Penelitian ini memang sekali. dalam setting klinik, bereavement life
tidak melihat secara objektif tahapan yang review perlu dilakukan ketika pasien telah
telah dilalui. Evaluasi yang digunakan mulai dalam keadaan penurunan harapan
adalah outcome terakhir berupa tingkat hidup dan menuju depresi. Pengkajian
kesejahteraan spiritual, sehingga tidak bisa berkelanjutan juga perlu dilakukan secara
menggambarkan perjalanan secara jelas berkala sebagai dasar dilakukan intervensi
mengenai apa yang sedang dialami oleh bereavement life review.
Ando, M., Sakaguchi, Y., Shiihara, Y., well-being scale: Is Malay spiritual well-
& Izuhara, K. (2013). Universality of being scale a psychometrically sound
bereavement life review for spirituality and instrument. Journal of Research in Nursing
depression in bereaved families. The American 4(1), 59–69.
Journal of Hospice & Palliative Care. https://
doi.org/10.1177/1049909113488928. Iosif, C., Papathanasiou, M., Staboulis, E.,
& Gouliamos, A. (2012). Social factors
Ando, M., Tsuda,A., Morita, T., Miyashita, M., influencing hospital arrival time in acute
Sanjo, M., & Shima, Y. (2013). A pilot study ischemic stroke patients. Neuroradiology,
of adaptation of the transtheoretical model 54(4), 361–7. https://doi.org/10.1007/
to narratives of bereaved family members in s00234-011-0884-9.
the bereavement life review. The American
Journal of Hospice & Palliative Care. https:// Jenko, M., Gonzalez, L., & Alley, P. (2010).
doi.org/10.1177/1049909113490068. Life review in critical care: Possibilities at
Arjmandi, H., Tahir, M., Shabankareh, the end of life. Critical Care Nurse, 30(1).
H., Shabani, M., & Mazaheri, F. (2011). https://doi.org/10.4037/ccn2010122.
Psychological and spiritual effects of light
and color from Iranian traditional houses Kementerian Kesehatan RI. (2012).
on dwellers. Journal of Social Science and Gambaran penyakit tidak menular di rumah
Humanities, 6(2), 288–301. sakit tahun 2011. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan, 1–48.
Clarke, J. (2009). A critical view of how
nursing has defined spirituality. Journal of Kissane, D.W., McKenzie, M., Bloch, S.,
Clinical Nursing, 18(12), 1666–73. https:// Moskowitz, C., McKenzie, D.P., & O’Neill,
doi.org/10.1111/j.1365-2702.2008.02707.x. I. (2006). Family focused grief therapy: A
randomized, controlled trial in palliative care
Crowe, C., Coen, R.F., Kidd, N., Hevey, and bereavement. The American Journal of
D., Cooney, J., & Harbison, J. (2015). Psychiatry, 163(7), 1208–18. https://doi.
A qualitative study of the experience org/10.1176/appi.ajp.163.7.1208.
of psychological distress post-stroke.
Journal of Health Psychology. https://doi. Morton, P., & Fontaine, D. (2005). Critical
org/10.1177/1359105315581067. care nursing: A holistic approach (8th Ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Daulay, N. M., Setiawan, S., & Febriani,
N. (2014). Pengalaman Keluarga sebagai Musa, A., & Pevalin, D.J. (2012). An Arabic
Caregiver dalam Merawat Pasien Strok di version of the spiritual well-being scale.
Rumah. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, International Journal for the Psychology of
2(3), 161–170. Religion, 22(2). https://doi.org/10.1080/1050
8619.2011.638592.
Garland, J., & Garland, C. (2005). Life review
in health and social care: A practitioner’s Nuraeni, A., Nurhidayah, I., Hidayati, N.,
guide. Philadelphia: Taylor & Francis Windani, C., & Sari, M. (2015). Kebutuhan
e-Library. Spiritual pada Pasien Kanker. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 3(2), 57–66.
Houwen, K., Van Der, Stroebe, M., Stroebe,
W., Schut, H., Bout, J., Van Den, & Meij, L. Nurbani. (2009). Pengaruh psikoedukasi
W.-D. (2010). Risk factors for bereavement keluarga terhadap masalah psikososial:
outcome: A multivariate approach. Death Ansietas dan beban keluarga (caregiver)
Studies, 34(3), 195–220. https://doi. dalam merawat pasien stroke di RSUP
org/10.1080/07481180903559196. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis
Universitas Indonesia. Depok.
Imam, S., Noor, I., Abdul, H., Nor, K., &
Jusoh, R. (2009). Malay version of spiritual Paloutzian, R., Bufford, R., & Wildman, A.