Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang
didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di
permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari
adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah
permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan
medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya adalah
salah satu metode geofisika yang sensitif terhadap kontras densitas batuan bawah
permukaan. Kontras densitas batuan dapat terukur dari pendekatan gravitasi yang
diukur relatif terhadap suatu stasiun tertentu yang telah diketahui nilai
gravitasinya. Metode gravitasi sangat baik digunakan dalam eksplorasi mineral
logam untuk mencari patahan dimana mineral logam banyak terendapkan akibat
aktivitas hydrothermal. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, metode gravitasi
banyak juga dimanfaatkan sebagai survei pendahuluan untuk mencari basement
atau batuan dasar. Sedangkan dalam eksplorasi panas bumi, metode gravitasi juga
sering digunakan untuk menentukan zona reservoir panas bumi maupun
menentukan letak batuan intrusi sebagai sumber panas pada sistem panas bumi
non vulkanik. Praktikum Metode Gravitasi membahas mengenai metode gravitasi
mulai dari akuisisi, pengolahan, sampai pada interpretasi data. kegiatan praktikum
sebagai sarana untuk mempraktekkan materi yang telah diperoleh di kelas dan
diolah di software.

1.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dilakukannya acara praktikum ini adalah:
 Praktikan mampu mengolah data observasi dengan metode gravitasi
 Praktikan dapat membuat peta elevasi dan peta G obs
 Praktikan dapat mengetahui hubungan dari peta elevasi dan peta Gobs.
 Praktikan dapat menginterpretasikan hasil pengolahan dengan metode
gravitasi kedalam bidang ilmu kebumian.

1
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Metode Gravity


Metode gravity merupakan salah satu metode geofisika yang bersifat pasif
(memanfaatkan sumber yang alami) dan didasari oleh hukum Newton untuk
gravitasi universal. Metode ini memanfaatkan variasi densitas yang terdistribusi
dalam lapisan tanah. Setiap batuan/material mempunyai besardensitas yang
berbeda-beda dan dapat mempengaruhi terhadap variasi medan gravitasi
bumi,sehingga terjadi anomali gravitasi

Metode gravity digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan pada


area tempat dilakukannya survei, yaitu dengan mengamati variasi lateral
dari densitas batuan bawah permukaan. Telah diketahui bahwa gaya gravitasi
adalah suatu gaya yang bekerja anatara duabenda, seperti gaya yang bekerja
antara tubuh manusia dengan bumi, atau antara planet denganmatahari.Survei
dengan menggunakan metode gravitasi memanfaatkan nilai percepatan gravitasi
di areasurvei tersebut. Perubahan percepatan pada satu titik dengan titik lain
disekitarnya menandakanadanya perbedaan kandungan yagn ada dibawah
permukaan bumi. Namun perubahan yang terjadirelative lebih kecil sehingga
pengukuran metode gravitasi memerlukan alat yang memilikikepekaan tinggi, dan
alat tersebut adalah gravimeter.

Tujuan utama dari studi data gravitasi adalah untuk memberikan suatu
pemahaman yang lebih baik mengenai geologi bawah permukaan. Metode
gravitasi ini secara relatif lebih murah, tidak mencemari dan tidak merusak (uji
tidak merusak) dan termasuk dalam metoda jarak jauh yang sudah pula
digunakan untuk mengamati permukaan bulan. Metode ini tergolong pasif, dalam
arti tidak perlu ada energi yang dimasukkan ke dalam tanah untuk mendapatkan
data sebagaimana umumnya pengukuran.

2
Pengukuran metoda gravity dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan
titik ikat dan pengukuran titik-titik gaya berat. Sebelum survei dilakukan perlu
menentukan terlebih dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup
stabil, mudah dikenal dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu
tergantung dari keadaan lapangan. Masing-masing base station sebaiknya
dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi, nama tempat, skala dan
petunjuk arah. Base station yang baru akan diturunkan dari nilai gaya berat yang
mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) yang terletak di daerah
penelitian. TTG tersebut pada dasarnya telah terikat dengan jaringan Gayaberat
Internasional atau ”International Gravity Standardization Net”.
Pada pekerjaan lapangan, peralatan yang akan dipakai dikalibrasi lebih dulu.
Hal ini dilakukan supaya dihindari “kesalahan alat”. Secara teoritis kalibrasi dapat
dilakukan dengan tilting, sementara sistem geometri yang presisi dilibatkan.
Tetapi cara ini bukan cara yang biasa. Secara umum kalibrasi dilakukan dengn
mengukur harga suatu tempat yang telah diketahui harga percepatan gravitasinya
sehingga diperoleh harga skalanya (mgal/skala).
Setelah kalibrasi alat dilakukan kemudian ditentukan lintasan pengukuran
dan stasiun yang harga percepatan gravitasinya diketahui (diikatkan dengan titik
yang telah diketahui percepatan gravitasinya). Selanjutnya ditentukan loop
lintasan pengukuran dan titik ikat tiap loop pengukuran. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan titik pengamatan adalah:
 Letak titik pengkuran harus jelas dan mudah dikenal misal pada titik
triangulasi, penunjuk kilometer, persimpangan jalan dsb.
 Lokasi titik harus dapat dibaca di peta
 Titik pengamatan harus bersifat tetap (permanen), mudah dijangkau, bebas
dari ganguan seperti getaran mesin dsb.
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan koreksi-koreksi terhadapnya untuk
mendapatkan hasil yang sebenarnya..

2.2. Hukum Dasar Gravity


Teori yang mendasari Metode Gravitasi pada Geofisika adalah hukum
gravitasi Newton dan teori medan gravitasi. Hukum gravitasi Newton
menyatakan bahwa gaya antara dua buah partikel bermasa m 1 dan m2 berbanding

3
langsung dengan hasil kali kedua masa tersebut dibagi dengan kuadrat jaraknya,
seperti pada persamaan berikut:

(2.1)

dimana : gaya interaksi antara dua masa

: jarak antara mi dan m2

: vektor satuan yang arahnya dari ke

: konstanta gravitasi umum ( )

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa besarnya medan gaya berat oleh m1
di m2 sebesar :

(2.2)

Percepatan pada massa kedua (m2) yang disebabkan oleh massa pertama
(m1) dapat kita temukan dengan membagi m2 oleh F pada persamaan :

(2.3)

Nilai percepatan muka bumi dengan mensubtitusi m1 dengan me (massa


bumi) dan r = re (jarak antara permukaan yang diukur dengan pusat bumi),
sehingga didapat persamaan baru :

(2.4)

Bila masa bumi adalah dan jari-jari bumi adalah (dengan asumsi

bahwa bumi homogen, bulat sempurna dan tidak berotasi) maka besarnya
percepatan gravitasi di permukaan adalah :

4
(2.5)

Medan gaya berat bersifat konservatif sehingga untuk menggerakan medan


tersebut tidak tergantung dari lintasan yang dilaluinya, tetapi hanya bergantung
dari titik awal dan titik akhirnya saja. Gaya gravitasi merupakan sebuah vector
yang arahnya sepanjang garis yang menghubungkan pusat dari dua buah masa.
Gaya ini menimbulkan suatu fungsi potensial scalar dengan hubungan sebagai
berikut:

(2.6)

Dari persamaan tersebut dapat diperoleh potensial gaya berat :

(2.7)

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Gravity


Pada pekerjaan lapangan, peralatan yang akan dipakai dikalibrasi lebih dulu.
Hal ini dilakukan supaya dihindari “kesalahan alat”. Secara teoritis kalibrasi dapat
dilakukan dengan tilting, sementara system geometri yang presisi dilibatkan.
Tetapi cara ini bukan cara yang biasa. Secara umum kalibrasi dilakukan dengn
mengukur harga suatu tempat yang telah diketahui harga percepatan gravitasinya
sehingga diperoleh harga skalanya (mgal/skala).
Setelah kalibrasi alat dilakukan kemudian ditentukan lintasan pengukuran
dan stasiun yang harga percepatan gravitasinya diketahui (diikatkan dengan titik
yang telah diketahui percepatan gravitasinya). Selanjutnya ditentukan loop
lintasan pengukuran dan titik ikat tiap loop pengukuran. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan titik pengamatan adalah:

5
 Letak titik pengkuran harus jelas dan mudah dikenal missal pada titik
triangulasi, penunjuk kilometer, persimpangan jalan dsb.
 Lokasi titk harus dapat dibaca di peta
 Titik pengamatan harus bersifat tetap (permanen), mudah dijangkau, bebas
dari ganguan seperti getaran mesin dsb.
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan koreksi-koreksi terhadapnya
untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya. Koreksi-koreksi itu adalah :
a. Koreksi Pasang Surut (Tide Correction)
Koreksi ini adalah untuk menghilangkan gaya tarik yang dialami bumi
akibat bulan dan matahari, sehingga di permukaan bumi akan mengalami gaya
tarik naik turun. Hal ini akan menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di
permukaan bumi secara periodik. Koreksi pasang surut juga tergantung dari
kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi.

Gambar 2.1. Gaya tarik yang di alami bumi akibat pengaruh bulan
Tanda + menunjukan bumi mengalami tarikan dari posisi normalnya.
Sedangkan tanda – menunjukan bumi mengalami dorongan dari posisi
normalnya.

b. Koreksi Drift
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi
alat (gravity meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi apungan muncul karena
gravity meter selama digunakan untuk melakukan pengukuran akan mengalami
goncangan, sehingga akan menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada
alat tersebut. Koreksi ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dengan
metode looping, yaitu dengan pembacaan ulang pada titik ikat (base station)
dalam satu kali looping, sehingga nilai penyimpangannya diketahui.

6
Gambar 2.2. Contoh desain lintasan pengukuran secara looping

Besarnya koreksi drift dirumuskan sebagai berikut :

(2.8)

Dengan : = Waktu pada titik pengukuran ke - n

= Waktu pada pengukuran awal

= Waktu pada pengukuran akhir

G rerata awal = Nilai G rerata pada awal pengukuran


G rerata akhir = Nilai G rerata pada akhir pengukuran
c. Koreksi Udara Bebas (Free-Air Correction)
Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian
sebesar h dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat
dengan sferoid referensi. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomali
medan gayaberat di topografi. Untuk mendapat anomali medan gayaberat di
topografi maka medan gayaberat teoritis dan medan gayaberat observasi harus
sama-sama berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu dilakukan. Koreksi
udara bebas dinyatakan secara metematis dengan rumus :

- 0,3086 x h (2.9)

Dengan : h = Beda ketinggian antara titik amat gaya berat dari sferoid referensi
(meter)
Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan didapatkan anomali udara
bebas di topografi yang dapat dinyatakan dengan rumus :

△ g = KTD – KTD base awal) (2.10)

7
Dengan : △g = Anomali medan gaya berat udara bebas di topografi (mGal)
KTD = K terkoreksi drift(mgal)
KTD base awal = Kterkoreksi base awal(mgal)

Kemudian setelah mendapatkan nilai △g kita mencari nilai G observasinya.

Gobs = △g + Gbase (2.11)

Dengan △g = anomali medan gaya udara bebas di topografi


Gobs = nilai G observasi
Gbase = nilai G pada suatu daerah

2.4. Tahapan-tahapan Pengolahan Data Gravity


Pengolahan data dalam metode gravitasi G obs meliputi tahapan-tahapan :
 Konversi hasil pembacaan gravitymeter ke nilai milligal

Pembacaan ke mgal = Value in mgal +


[Skala Pembacaan-Counter Reading] x Factor for Interval (2.12)

 Konversi Feed Back

Faktor for interval x 1/m(1064,7) x Nilai Feed back (2.13)

 Koreksi tinggi alat

0,3086 x Tinggi alat (2.14)

 Koreksi pasang surut

Pasut in mgal = Pasut x (2.15)

 Menghitung nilai G

G = Konversi Skala Pembacaan + Konversi Feed back


- Koreksi Tinggi Alat – Koreksi Pasut (2.16)

8
 G rerata

(2.17)

 Koreksi Drift

) (2.18)
 G terkoreksi drift

G terkoreksi drift = Grerata – Koreksi drift (2.19)

 ∆G

∆G = G terkoreksi drift – G terkoreksi base awal (2.20)

 G obs

G obs = ∆ G + G absolut (2.21)

2.5 Metode looping

Pada umumnya, pengambilan data metode gravitasi dilakukan dengan


proses looping. Proses looping dimulai dari titik yang telah ditentukan dan
berakhir pula dititik tersebut. Tujuan proses looping ialah agar dapat diperoleh
koreksi kelelahan alat (drift) yang disebabkan karena perubahan pembacaan alat
akibat gangguan berupa guncangan pegas alat gravimeter selama perjalanan.

Penentuan titik acuan sangat penting, karena pengambilan data lapangan


harus dilakukan secara looping, yaitu dimulai pada suatu titik yang telah
ditentukan, dan berakhir pada titik tersebut. Titik acuan tersebut perlu diikatkan
terlebih dahulu pada titik ikat yang sudah terukur sebelumnya. Dalam alur
pengambilan data dilakukan dengan proses looping. Tujuan dari sistem looping
tersebut adalah agar dapat diperoleh nilai koreksi apungan alat (drift) yang
disebabkan oleh adanya perubahan pembacaan akibat gangguan berupa
guncangan alat selama perjalanan. Dalam pengukuran gayaberat terdapat beberapa
data yang perlu dicatat meliputi waktu pembacaan (hari, jam, dan tanggal), nilai

9
pembacaan gravimeter, posisi koordinat stasiun pengukuran (lintang dan bujur)
dan ketinggian titik ukur. Pengambilan data dilakukan di titik-titik yang telah
direncanakan pada peta topografi dengan interval jarak pengukuran tertentu

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Data Sintetik

Konversi Koreksi

Konversi Feedback Koreksi Pasang - Surut


Konversi skala pembacaan
Koreksi Drift
Koreksi tinggi alat

Menghitung Nilai G rerata , Gterkoreksi


drift, delta G, G obs
Grafik Elevasi, Grafik Peta Elevasi, Peta Gobs
Gobs Grafik G obs vs Peta G obs vs elevasi

Pembahasan

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Gambar III.1 Diagram Alir Pengolahan Data

3.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data


Pengolahan data dimulai dengan mengonversi feedback data sintetik
(yang sudah disediakan oleh assisten laboratorium) sampai mengonversi skala

10
pembacaan menjadi satuan mGal. Setelah itu data dikoreksi menggunakan koreksi
pasang surut, koreksi drift dan koreksi tinggi alat. Setelah data di konversi dan
dikoreksi hitunglah nilai G rata-rata, G terkoreksi drift, delta g dan G obs nya,
perhitungan dapat dilakukan di aplikasi perhitungan seperti microsoft excel.
Setelah semua perhitungan diketahui hasilnya dan didapatkan grafik
perhitungannya, langkah selanjutnya adalah pembahasan terhadap grafik dan dan
peta yang sudah didapatkan, simpulkan hasil yang sudah didapatkan dengan
singkat dan jelas.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel Pengolahan


4.1.1. Data Lintasan 3
Tabel IV.1.1 Tabel Pengolahan Data Lintasan 3

12
4.2. Pembahasan Grafik
4.2.1. Grafik Elevasi Lintasan 2

Gambar 4.1. Grafik Elevasi Lintasan 3


Grafik elevasi diatas merupakan hasil perhitungan data gravitasi observasi
yang didapat dari tabel perhitungan excel. Grafik mengalami kenaikan secara
perlahan disetiap titiknya dimana puncak tertinggi nilai elevasi berada di titik 6,
tetapi pada titik ke 7 grafik menunjukkan penurunan sampai titik 9 dan 10.

4.2.2. Grafik G Obs Lintasan 3

Gambar 4.2. Grafik G Obs Lintasan 3

13
Grafik G obs diatas merupakan hasil perhitungan data yang didapat dari tabel
perhitungan excel sebelumnya. Nilai tiap titik ini didapatkan dari pengukuran
sebanyak tiga kali pengulangan. Data yang didapat sudah diubah menjadi satuan
mGal. Grafik menunjukkan kenaikan secara perlahan, dan mencapai nilai tertinggi
pada titik ke ke 10.

4.2.3. Grafik G Obs Vs Elevasi Lintasan 3

Gambar 4.3. Grafik G Obs Vs Elevasi Lintasan 3

Hubungan dari kedua grafik nilai Elevasi dan nilai G obs berada pada jika
nilai titik elevasi tinggi maka nilai titik G obs dapat dipastikan rendah, dan
sebaliknya apabila nilai titik elevasi rendah maka nilai titik G obs tinggi karena
teori dasar gravitasi bahwa nilai Elevasi berbanding terbalik dengan nilai
gravitasi.

14
4.2.4. Grafik Pasang Surut

Gambar 4.4. Grafik pasang surut


Grafik menunjukkan dimana nilai tertinggi pasang surut berada pada waktu
09:36 dimana mencapai 0,2. Kemudian mengalami penurunan secara perlahan-
lahan sampai pada akhirnya nilai titik terendahnya -0,1.

15
4.3. Pembahasan Peta
4.3.1. Peta Elevasi

Gambar 4.5. Peta Elevasi


Gambar diatas merupakan kenampakan peta elevasi, dimana nilai elevasi
diperlihatkan dengan peredaan warna pada kontur. Warna merah menunjukan
bahwa nilai elevasi lebih tinggi, dan warna biru sebaliknya.

16
4.3.2. Peta G Obs

Gambar 4.6. Peta G Obs


Gambar diatas merupakan kenampakan peta G Obs, dimana nilai G Obs
dibedakan oleh warna pada konturnya. Warna biru menunjukan bahwa nilai G
Obs berada pada nilai yang rendah, sedangkan warna merah menunjukan nilai G
Obs berada pada titik tertinggi.

17
4.3.3. Hubungan Peta G Obs Vs Elevasi

18
.

19
Gambar 4.7. Hubungan Peta G obs dan Elevasi
Dari hasil membandingkan kedua gambar peta Elevasi dan peta G obs,
ternyata keduanya memiliki keterkaitan yang diperlihatkan oleh keadaan warna
kontur keduanya, jika warna kontur pada peta Elevasi berwarna merah, maka
pada peta G Obs kontur tersebut berwarna biru yang artinya jika peta elevasi
menunjukan nilai tertinggi maka terjadi sebaliknya pada peta G Obs. Tetapi jika
nilai elevasi dan nilai G Obs tidak terlalu jauh maka pada peta konturnya tidak
terlalu berpengaruh.

20
4.4. Tabel Pengolahan
4.4.1. Data Lintasan 4
Tabel IV.4.1 Tabel Pengolahan Data Lintasan 4

4.5. Pembahasan Grafik


4.5.1. Grafik Elevasi Lintasan 4

21
Gambar 4.8. Grafik Elevasi Lintasan 4
Grafik elevasi diatas merupakan hasil perhitungan data gravitasi observasi
yang didapat dari tabel perhitungan excel. Dari nilai elevasi 1-3 nilainya sama
yaitu 120. Kemudian grafik mengalami penurunan di nilai elevasi 4. kenaikan
secara perlahan disetiap titiknya dimana puncak tertinggi nilai elevasi berada di
titik 8,kemudian mengalami penurunan kembali.

4.5.2. Grafik G Obs Lintasan 4

Gambar 4.9. Grafik Elevasi Lintasan 4

22
Grafik G obs diatas merupakan hasil perhitungan data yang didapat dari tabel
perhitungan excel sebelumnya. Nilai tiap titik ini didapatkan dari pengukuran
sebanyak tiga kali pengulangan. Data yang didapat sudah diubah menjadi satuan
mGal. Dimana grafik menunjukkan dua titik puncak tertinggi yang bernilai sama
yaitu pada 2 dan 6, dan mengalami penurunan dan kemudian naik kembali pada
titik 11.

4.5.3. Grafik G Obs Vs Elevasi Lintasan 4

Gambar 4.10. Grafik G Obs Vs Elevasi Lintasan 4

Hubungan dari kedua grafik nilai Elevasi dan nilai G obs berada pada jika
nilai titik elevasi tinggi maka nilai titik G obs dapat dipastikan rendah, dan
sebaliknya apabila nilai titik elevasi rendah maka nilai titik G obs tinggi karena
teori dasar gravitasi bahwa nilai Elevasi berbanding terbalik dengan nilai
gravitasi.

4.6. Pembahasan Peta

23
4.6.1. Peta Elevasi

Gambar 4.11. Peta Elevasi


Gambar diatas merupakan kenampakan peta elevasi, dimana nilai elevasi
diperlihatkan dengan perbedaan warna pada kontur. Warna merah menunjukan

24
bahwa nilai elevasi lebih tinggi, dan warna biru sampai warna agak keunguan
menandakan elevasi rendah.

25
4.6.2. Peta G obs

26
Gambar 4.12. Peta G Obs
Gambar diatas merupakan kenampakan peta G Obs, dimana nilai G Obs
dibedakan oleh warna pada setiap konturnya. Warna biru menunjukan bahwa
nilai G Obs berada pada nilai yang rendah, sedangkan warna merah menunjukan
nilai G Obs berada pada titik tertinggi.

27
4.6.3. Hubungan Peta G Obs Vs Elevasi

Gambar 4.13. Hubungan Peta G obs Vs Elevasi

28
Dari hasil membandingkan kedua gambar peta Elevasi dan peta G obs,
ternyata keduanya memiliki keterkaitan yang diperlihatkan oleh keadaan warna
kontur keduanya, jika warna kontur pada peta Elevasi berwarna merah, maka
pada peta G Obs kontur tersebut berwarna biru yang artinya jika peta elevasi
menunjukan nilai tertinggi maka terjadi sebaliknya pada peta G Obs. Tetapi jika
nilai elevasi dan nilai G Obs tidak terlalu jauh maka pada peta konturnya tidak
terlalu berpengaruh.

29
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data G Obs yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa koreksi yang perlu dilakukan untuk mereduksi
kesalahan pada data, yaitu konversi pembacaan ke mGal, koreksi pasang surut,
koreksi apungan, koreksi tinggi alat, dan beberapa tahapan lain untuk
memperbaiki kualitas data yang akan diinterpretasikan.
Dari hasil interpretasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai
Elevasi selalu berbanding terbalik dengan nilai G Obs. Jadi jika nilai Elevasi
tinggi maka nilai G Obs akan berada pada nilai rendah.
5.2. Saran
1. Dalam pelaksanaan praktikumnya lebih dipersiapkan dengan baik seperti
ruangan dan sarana prasarana lainnya.
2. Dalam hal konsul diharapkan lebih teratur, agar penyampaian materi saat
konsul materi dapat tersampaikan dengan baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Hidayat dan Staff Asisten Laboratorium Gravitasi. 2015. Buku Panduan
Praktikum Metode Gravitasi 2015/2016. Yogyakarta: Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

31

Anda mungkin juga menyukai