PENDAHULUAN
Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang
didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di
permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari
adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah
permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan
medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya adalah
salah satu metode geofisika yang sensitif terhadap kontras densitas batuan bawah
permukaan. Kontras densitas batuan dapat terukur dari pendekatan gravitasi yang
diukur relatif terhadap suatu stasiun tertentu yang telah diketahui nilai
gravitasinya. Metode gravitasi sangat baik digunakan dalam eksplorasi mineral
logam untuk mencari patahan dimana mineral logam banyak terendapkan akibat
aktivitas hydrothermal. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, metode gravitasi
banyak juga dimanfaatkan sebagai survei pendahuluan untuk mencari basement
atau batuan dasar. Sedangkan dalam eksplorasi panas bumi, metode gravitasi juga
sering digunakan untuk menentukan zona reservoir panas bumi maupun
menentukan letak batuan intrusi sebagai sumber panas pada sistem panas bumi
non vulkanik. Praktikum Metode Gravitasi membahas mengenai metode gravitasi
mulai dari akuisisi, pengolahan, sampai pada interpretasi data. kegiatan praktikum
sebagai sarana untuk mempraktekkan materi yang telah diperoleh di kelas dan
diolah di software.
1
BAB II
DASAR TEORI
Tujuan utama dari studi data gravitasi adalah untuk memberikan suatu
pemahaman yang lebih baik mengenai geologi bawah permukaan. Metode
gravitasi ini secara relatif lebih murah, tidak mencemari dan tidak merusak (uji
tidak merusak) dan termasuk dalam metoda jarak jauh yang sudah pula
digunakan untuk mengamati permukaan bulan. Metode ini tergolong pasif, dalam
arti tidak perlu ada energi yang dimasukkan ke dalam tanah untuk mendapatkan
data sebagaimana umumnya pengukuran.
2
Pengukuran metoda gravity dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan
titik ikat dan pengukuran titik-titik gaya berat. Sebelum survei dilakukan perlu
menentukan terlebih dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup
stabil, mudah dikenal dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu
tergantung dari keadaan lapangan. Masing-masing base station sebaiknya
dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi, nama tempat, skala dan
petunjuk arah. Base station yang baru akan diturunkan dari nilai gaya berat yang
mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) yang terletak di daerah
penelitian. TTG tersebut pada dasarnya telah terikat dengan jaringan Gayaberat
Internasional atau ”International Gravity Standardization Net”.
Pada pekerjaan lapangan, peralatan yang akan dipakai dikalibrasi lebih dulu.
Hal ini dilakukan supaya dihindari “kesalahan alat”. Secara teoritis kalibrasi dapat
dilakukan dengan tilting, sementara sistem geometri yang presisi dilibatkan.
Tetapi cara ini bukan cara yang biasa. Secara umum kalibrasi dilakukan dengn
mengukur harga suatu tempat yang telah diketahui harga percepatan gravitasinya
sehingga diperoleh harga skalanya (mgal/skala).
Setelah kalibrasi alat dilakukan kemudian ditentukan lintasan pengukuran
dan stasiun yang harga percepatan gravitasinya diketahui (diikatkan dengan titik
yang telah diketahui percepatan gravitasinya). Selanjutnya ditentukan loop
lintasan pengukuran dan titik ikat tiap loop pengukuran. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan titik pengamatan adalah:
Letak titik pengkuran harus jelas dan mudah dikenal misal pada titik
triangulasi, penunjuk kilometer, persimpangan jalan dsb.
Lokasi titik harus dapat dibaca di peta
Titik pengamatan harus bersifat tetap (permanen), mudah dijangkau, bebas
dari ganguan seperti getaran mesin dsb.
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan koreksi-koreksi terhadapnya untuk
mendapatkan hasil yang sebenarnya..
3
langsung dengan hasil kali kedua masa tersebut dibagi dengan kuadrat jaraknya,
seperti pada persamaan berikut:
(2.1)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa besarnya medan gaya berat oleh m1
di m2 sebesar :
(2.2)
Percepatan pada massa kedua (m2) yang disebabkan oleh massa pertama
(m1) dapat kita temukan dengan membagi m2 oleh F pada persamaan :
(2.3)
(2.4)
Bila masa bumi adalah dan jari-jari bumi adalah (dengan asumsi
bahwa bumi homogen, bulat sempurna dan tidak berotasi) maka besarnya
percepatan gravitasi di permukaan adalah :
4
(2.5)
(2.6)
(2.7)
5
Letak titik pengkuran harus jelas dan mudah dikenal missal pada titik
triangulasi, penunjuk kilometer, persimpangan jalan dsb.
Lokasi titk harus dapat dibaca di peta
Titik pengamatan harus bersifat tetap (permanen), mudah dijangkau, bebas
dari ganguan seperti getaran mesin dsb.
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan koreksi-koreksi terhadapnya
untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya. Koreksi-koreksi itu adalah :
a. Koreksi Pasang Surut (Tide Correction)
Koreksi ini adalah untuk menghilangkan gaya tarik yang dialami bumi
akibat bulan dan matahari, sehingga di permukaan bumi akan mengalami gaya
tarik naik turun. Hal ini akan menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di
permukaan bumi secara periodik. Koreksi pasang surut juga tergantung dari
kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi.
Gambar 2.1. Gaya tarik yang di alami bumi akibat pengaruh bulan
Tanda + menunjukan bumi mengalami tarikan dari posisi normalnya.
Sedangkan tanda – menunjukan bumi mengalami dorongan dari posisi
normalnya.
b. Koreksi Drift
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi
alat (gravity meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi apungan muncul karena
gravity meter selama digunakan untuk melakukan pengukuran akan mengalami
goncangan, sehingga akan menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada
alat tersebut. Koreksi ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dengan
metode looping, yaitu dengan pembacaan ulang pada titik ikat (base station)
dalam satu kali looping, sehingga nilai penyimpangannya diketahui.
6
Gambar 2.2. Contoh desain lintasan pengukuran secara looping
(2.8)
- 0,3086 x h (2.9)
Dengan : h = Beda ketinggian antara titik amat gaya berat dari sferoid referensi
(meter)
Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan didapatkan anomali udara
bebas di topografi yang dapat dinyatakan dengan rumus :
7
Dengan : △g = Anomali medan gaya berat udara bebas di topografi (mGal)
KTD = K terkoreksi drift(mgal)
KTD base awal = Kterkoreksi base awal(mgal)
Menghitung nilai G
8
G rerata
(2.17)
Koreksi Drift
) (2.18)
G terkoreksi drift
∆G
G obs
9
pembacaan gravimeter, posisi koordinat stasiun pengukuran (lintang dan bujur)
dan ketinggian titik ukur. Pengambilan data dilakukan di titik-titik yang telah
direncanakan pada peta topografi dengan interval jarak pengukuran tertentu
BAB III
METODE PENELITIAN
Data Sintetik
Konversi Koreksi
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
10
pembacaan menjadi satuan mGal. Setelah itu data dikoreksi menggunakan koreksi
pasang surut, koreksi drift dan koreksi tinggi alat. Setelah data di konversi dan
dikoreksi hitunglah nilai G rata-rata, G terkoreksi drift, delta g dan G obs nya,
perhitungan dapat dilakukan di aplikasi perhitungan seperti microsoft excel.
Setelah semua perhitungan diketahui hasilnya dan didapatkan grafik
perhitungannya, langkah selanjutnya adalah pembahasan terhadap grafik dan dan
peta yang sudah didapatkan, simpulkan hasil yang sudah didapatkan dengan
singkat dan jelas.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
4.2. Pembahasan Grafik
4.2.1. Grafik Elevasi Lintasan 2
13
Grafik G obs diatas merupakan hasil perhitungan data yang didapat dari tabel
perhitungan excel sebelumnya. Nilai tiap titik ini didapatkan dari pengukuran
sebanyak tiga kali pengulangan. Data yang didapat sudah diubah menjadi satuan
mGal. Grafik menunjukkan kenaikan secara perlahan, dan mencapai nilai tertinggi
pada titik ke ke 10.
Hubungan dari kedua grafik nilai Elevasi dan nilai G obs berada pada jika
nilai titik elevasi tinggi maka nilai titik G obs dapat dipastikan rendah, dan
sebaliknya apabila nilai titik elevasi rendah maka nilai titik G obs tinggi karena
teori dasar gravitasi bahwa nilai Elevasi berbanding terbalik dengan nilai
gravitasi.
14
4.2.4. Grafik Pasang Surut
15
4.3. Pembahasan Peta
4.3.1. Peta Elevasi
16
4.3.2. Peta G Obs
17
4.3.3. Hubungan Peta G Obs Vs Elevasi
18
.
19
Gambar 4.7. Hubungan Peta G obs dan Elevasi
Dari hasil membandingkan kedua gambar peta Elevasi dan peta G obs,
ternyata keduanya memiliki keterkaitan yang diperlihatkan oleh keadaan warna
kontur keduanya, jika warna kontur pada peta Elevasi berwarna merah, maka
pada peta G Obs kontur tersebut berwarna biru yang artinya jika peta elevasi
menunjukan nilai tertinggi maka terjadi sebaliknya pada peta G Obs. Tetapi jika
nilai elevasi dan nilai G Obs tidak terlalu jauh maka pada peta konturnya tidak
terlalu berpengaruh.
20
4.4. Tabel Pengolahan
4.4.1. Data Lintasan 4
Tabel IV.4.1 Tabel Pengolahan Data Lintasan 4
21
Gambar 4.8. Grafik Elevasi Lintasan 4
Grafik elevasi diatas merupakan hasil perhitungan data gravitasi observasi
yang didapat dari tabel perhitungan excel. Dari nilai elevasi 1-3 nilainya sama
yaitu 120. Kemudian grafik mengalami penurunan di nilai elevasi 4. kenaikan
secara perlahan disetiap titiknya dimana puncak tertinggi nilai elevasi berada di
titik 8,kemudian mengalami penurunan kembali.
22
Grafik G obs diatas merupakan hasil perhitungan data yang didapat dari tabel
perhitungan excel sebelumnya. Nilai tiap titik ini didapatkan dari pengukuran
sebanyak tiga kali pengulangan. Data yang didapat sudah diubah menjadi satuan
mGal. Dimana grafik menunjukkan dua titik puncak tertinggi yang bernilai sama
yaitu pada 2 dan 6, dan mengalami penurunan dan kemudian naik kembali pada
titik 11.
Hubungan dari kedua grafik nilai Elevasi dan nilai G obs berada pada jika
nilai titik elevasi tinggi maka nilai titik G obs dapat dipastikan rendah, dan
sebaliknya apabila nilai titik elevasi rendah maka nilai titik G obs tinggi karena
teori dasar gravitasi bahwa nilai Elevasi berbanding terbalik dengan nilai
gravitasi.
23
4.6.1. Peta Elevasi
24
bahwa nilai elevasi lebih tinggi, dan warna biru sampai warna agak keunguan
menandakan elevasi rendah.
25
4.6.2. Peta G obs
26
Gambar 4.12. Peta G Obs
Gambar diatas merupakan kenampakan peta G Obs, dimana nilai G Obs
dibedakan oleh warna pada setiap konturnya. Warna biru menunjukan bahwa
nilai G Obs berada pada nilai yang rendah, sedangkan warna merah menunjukan
nilai G Obs berada pada titik tertinggi.
27
4.6.3. Hubungan Peta G Obs Vs Elevasi
28
Dari hasil membandingkan kedua gambar peta Elevasi dan peta G obs,
ternyata keduanya memiliki keterkaitan yang diperlihatkan oleh keadaan warna
kontur keduanya, jika warna kontur pada peta Elevasi berwarna merah, maka
pada peta G Obs kontur tersebut berwarna biru yang artinya jika peta elevasi
menunjukan nilai tertinggi maka terjadi sebaliknya pada peta G Obs. Tetapi jika
nilai elevasi dan nilai G Obs tidak terlalu jauh maka pada peta konturnya tidak
terlalu berpengaruh.
29
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data G Obs yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa koreksi yang perlu dilakukan untuk mereduksi
kesalahan pada data, yaitu konversi pembacaan ke mGal, koreksi pasang surut,
koreksi apungan, koreksi tinggi alat, dan beberapa tahapan lain untuk
memperbaiki kualitas data yang akan diinterpretasikan.
Dari hasil interpretasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai
Elevasi selalu berbanding terbalik dengan nilai G Obs. Jadi jika nilai Elevasi
tinggi maka nilai G Obs akan berada pada nilai rendah.
5.2. Saran
1. Dalam pelaksanaan praktikumnya lebih dipersiapkan dengan baik seperti
ruangan dan sarana prasarana lainnya.
2. Dalam hal konsul diharapkan lebih teratur, agar penyampaian materi saat
konsul materi dapat tersampaikan dengan baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Hidayat dan Staff Asisten Laboratorium Gravitasi. 2015. Buku Panduan
Praktikum Metode Gravitasi 2015/2016. Yogyakarta: Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
31