Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan berakhirnya era melinium tujuan pembangunan.

Komunitas internasional menyutujui kerangka kerja baru dengan

target untuk kematian anak merupakan komitmen baru pada anak-

anak dunia, oleh karena itu 2030, mengakhiri kematian yang dapat

dicegah pada bayi baru lahir dan anak-anak dibawah 5 tahun, dengan

semua negara bertujuan untuk mengurangi kematian neonatal

setidaknya sebagai serendah 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup

dan balita mortalitas setidaknya serendahnya 25 kematian per 1.000

kelahiran hidup (WH0, 2016)

ASI bisa jadi sumber utama gizi bagi bayi yang baru lahir

sampai umur enam bulan, oleh karena itu ibu cukup memberi ASI

secara eksklusif. ASI memiliki banyak kandungan, sehingga dapat

mencukupi kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi. World Health

Organization (WHO) dan United Nations International Children’s

Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan pelaksanaan

program ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, dan dilanjutkan

pemberian ASI sampai anak berumur dua tahun. Prasetyono (2014).

1
Pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk

mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan

berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.

Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih

dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia

18 (delapan belas) tahun. Upaya pemeliharaan kesehatan anak

antara lain diharapkan untuk dapat menurunkan angka kematian

anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak

adalah Angka Kematian Neonatal. Prasetyono (2014).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

(2015), secara Angka Kematian Neonatal (AKN) pada tahun (2015)

sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup (KH). Angka ini menurun

dibandingkan tahun 2007 yaitu 20 per 1000 KH dan di tahun 2002

yaitu 23 per 1000 KH. AKB juga mengalami penurunan dibandingkan

hasil SDKI tahun 2007 dan 2002 dimana AKB tahun 2015 adalah 32

per 1000 KH sedangkan pada tahun 2007 sebesar 35 per 1000 KH

dan tahun 2002 sebesar 45 per 1000 KH. AKABA juga mengalami

penurunan dimana hasil SDKI tahun 2014 AKABA 40 per 1000 KH,

sedangkan tahun 2007 AKABA 45 per 1000 KH dan tahun 2002

AKABA 58 per 1000 KH. Menurut laporan SDKI 2014, untuk Propinsi

Sumatera, AKN dan AKB di Propinsi Sumatera Utara menduduki posisi

kedua tertinggi setelah Aceh, sedangkan AKABA menduduki peringkat

2
pertama. Dimana AKN 26 per 1000 KH, AKB 40 per 1000 KH dan

AKABA 54 per 1000 KH (Laporan SDKI, 2015).

Berdasarkan hasil Suvey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) yang dilakukan oleh BPS setiap 5 (lima) tahunan, diperoleh

hasil bahwa AKB di Sumatera Utara mengalami penurunan dari tahun

1994 sebesar 61/1.000 KH, turun menjadi 42/1.000 KH pada SDKI

tahun 2002. Namun pada tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi

46/1.000 KH dan ada tahun 2014, menurun kembali menjadi sebesar

40/1.000 KH (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2014).

Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang sudah

disosialisakan di Indonesia sejak Agustus 2014 yaitu melalui Inisiasi

Menyusu Dini (IMD). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak dini dapat

memberikan efek perlindungan pada bayi dan balita dari penyakit

infeksi.Oleh karena itu, disarankan untuk memberi ASI bagi bayi

segera mungkin yaitu dalam waktu 1 jam sesaat setelah bayi lahir

(Roesli,2013).

Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah

saat yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya.

Pada jam-jam setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitoksin yang

bertanggung jawab terhadap produksi ASI.Waktu pertama kali

mendapatkan ASI segera setelah lahir secara bermakna meningkatkan

kesempatan hidup bayi. Jika bayi mulai menyusu dalam waktu 1 jam

setelah lahir, 22 % bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama

3
(setara dengan sekitar satu juta bayi baru lahir setiap tahun di dunia)

sebenarnya dapat dicegah. Jika proses menyusui ini dimulai dalam

satu jam hari pertama, maka 16 % bayi yang dapat diselamatkan

(Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan proses bayi menyusu

segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu

ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Menyusui sejak dini

mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya, bagi

bayi kehangatan saat menyusu menurunkan resiko kematian karena

hypothermia (kedinginan). Selain itu juga, bayi memperoleh bakteri tak

berbahaya dari ibu, menjadikannya lebih kebal dari bakteri lain

dilingkungan. Dengan kontak pertama, bayi memperoleh kolostrum,

yang penting untuk kelangsungan hidupnya, dan bayi memperoleh ASI

(makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus,

dan alergi sehingga bayi akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif

dan mempertahankan menyusu. Sedangkan manfaat bagi ibu adalah

menyusu dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses

menyusu akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi

perdarahan pasca melahirkan (postpartum) (Profil Kesehatan

Indonesia, 2014).

IMD memungngkan bayi belajar beradaptasi dengan

kelahirannya di dunia. Bayi yang baru saja keluar dari rahim ibu, tentu

merasa trauma ketika harus berada di dunia luar. Selain itu perpisahan

4
antara ibu dengan bayinya bisa mengakibatkan daya tahan tubuh bayi

menurun sehingga 25% sedangkan bila bayi bersama ibu, daya tahan

bayi akan berada dalam kondisi prima (Roesli,2013)..

Jika bayi diberi kesempataan menyusu dalam satu jam pertama

dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam)

maka 22% nyawa dibawah 28 hari dapat diselamatkan dan jika

memulai menyusu pertama, saat bayi berusia diatas 2 jam dan

dibawah 24 jam pertama, tinggal 16 % nyawa bayi dibawah 28 hari

dapat diselamatkan. Bahwa bayi diberi kesempatan untuk menyusu

dini hasilnya delapan kali lebih berhasil melakukan ASI Eksklusif

(Roesli, 2013).

IMD penting agar bayi mendapatkan kekebalan. Sebab saat

bayi bersentuhan langsung dengan ibunya, bayi tertular kuman dan

karena ibu telah memiliki kekebalan, kekebalan itu kemudian

disalurkan ibu pada bayinya melalui pemberian ASI. IMD juga

bermanfaat agar ibu lebih mudah terstimulus menyusu. Bayi yang

menyentuh dada ibu lebih mendapatkan rangsangan sensorik yang

kemudian memerintahkan otak untuk memproduksi hormon oksitosin

dan prolaktin. Jadi, secara otomatis semua ibu sebenarnya bisa

menyusui, Stella et. all (2014).

Pada kenyataannya dilapangan sulit sekali untuk

melaksanakan inisiasi menyusu dini. Kesulitan ini terletak pada aspek

sosial yang meliputi belum banyak yang mengetahui inisiasi menyusu

5
dini terutama ibu hamil primigravida dan rumah sakit atau klinik beserta

tenaga penolong pesalinan yang belum mengenal lebih jauh inisiasi

menyusu dini, serta keengganan tenaga kesehatan untuk melakukan

inisiasi menyusu dini.Selain itu kadang-kadang ibu keberatan untuk

menyusui bayinya dengan alasan ASI belum keluar. Dalam hal ini ibu

harus diberi penjelasan sebaikbaiknya tentang maksud dan tujuan

pemberian ASI sedini mungkin (Sumarah dkk, 2014).

Jarangnya pelaksanaan IMD, dan kesalahan-kesalahan dalam

pelaksanaan kegiatan IMD menyebabkan keberhasilan menyusui tidak

optimal karena IMD dapat mengetahui apakah bayi akan mendapat

cukup ASI atau tidak. Hasil Riskisdes 2014 mengatakan bahwa

persentase proses mulai mendapatkan ASI kurang dari satu jam

(inisiasi menyusu dini) pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada

tahun 2014 sebesar 34,5%. Persentase proses mulai mendapat ASI

antara 1- 6 jam sebesar 35,2%, persentase proses mulai mendapat

ASI 7 - 23 jam sebesar 3,7%, sedangkan persentase proses mulai

mendapat ASI antara 24 –47 jam sebesar 13,0% dan persentase

proses mulai mendapat ASI lebih dari 47 jam sebesar 13,7%.

Sumatera Utara menduduki peringkat ke-4 terendah dari 33 provinsi di

Indonesia untuk persentase proses mulai mendapatkan ASI kurang

dari satu jam (inisiasi menyusu dini) yaitu sebesar 22,9 % (Profil

Kesehatan Indonesia, 2014).

6
Menyusu bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun

praktek pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Persentase

pemberian ASI ekskusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun

2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan

tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Sumatera Utara menduduki

peringkat ke-4 terendah dari 33 provinsi di Indonesia untuk persentase

pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan yaitu sebesar 41,26

%. Padahal pemerintah menargetkan pencapaian ASI eksklusif

sebesar 80 % (Dirjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2014).

RSUD Sundari Medan pada bulan Februari 2015 didapatkan

data jumlah ibu hamil primigravida yang melakukan pemeriksaan ANC

sebanyak 80 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

pada10 orang ibu hamil primigravida di Rumah Sakit Umum Sundari

Medan didapatkan data hanya 2 orang (20%) yang mengetahui

tentang Inisiasi Menyusu Dini dan 8 orang yang lain (80%) tidak

mengetahui tentang Inisiasi Menyusu Dini.

Pada prinsipnya penolong persalinan harus memperhatikan

beberapa hal antara lain : metode pertolongan persalinan yang sesuai

standar pelayanan yang lebih tinggi dalam melaksanakan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) dapat diukur dengan melihat Cakupan Asi

Ekslusif. Berdasarkan profil Provinsi Maluku pada tahun 2017 jumlah

bayi yang diberikan ASI eksklusif 5.565 bayi. Kota Ambon 450

pemberian ASI ekslusif, Maluku Tengah 1.270 pemberian ASI ekslusif,

7
SBT 139 pemberian ASI ekslusif, Buru 304 pemberian ASI ekslusif,

Bursel 1,155 pemberian ASI ekslusif, Kota Tual 402 pemberian ASI

ekslusif, Malra 1.396 pemberian ASI ekslusif, MTB 375 pemberian ASI

ekslusif, Aru 25 pemberian ASI ekslusif, MBD 49 pemberian ASI

ekslusif, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Maluku (2017).

Berdasarka data pada Profil Provinsi Maluku pada tahun

2017 mengalami peningkatan menjadi 14,76%. Target Nasional

Cakupan Asi Eksklusif dimaluku masih rendah, hal ini disebakan oleh

pemberian Asi Eksklusif terendah ada pada Kabupaten Kep. Aru, Aru

sebesar 1,59% diikuti oleh kabupaten Maluku Barat Daya sebesar

1,92% sedangkan pwmbwrian Asi Eksklusif terbanyak ada di

Kabupaten Buru Selatan yaitu sebesar 80,15%. Distribusi bayi yang

diberi ASI Eksklusif, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Maluku (2017).

Ibu Primipara adalah wanita yang baru pertama kali

mempunyai anak hidup dan baru menjadi ibu, beberapa ibu primipara

biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas

dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk

mencari pengetahuan banyak tentang Inisiasi Menyusu Dini. (Roesli,

2013).

Dari hasil penilitian ibu primipara mendapatkan presentase

dengan jumlah 45,2% berpengaruh terhadap kegagalan IMD. Ibu

dengan riwayat primipara memiliki jumlah reseptor proktalin yang

jumlahnya lebih sedikit daripada ibu yang pernah menyusu

8
sebelumnya karena makin banyak jumlah reseptor proktalin yang

terbentuk, produksi ASI semakin meningkat International Lactation

Consultant Associaton, penyebab ibu primipara tidak melakukan IMD

yaitu kurangnya pengalaman, tidak percaya diri saat menyusui,

masalah pada ukuran puting serta tidak keluarnya ASI pasca

melahirkan sehingga ibu merasa bayinya tidak cukup mendapatkan

ASI dan melakukan pemakaian susu formula yang akan

mengahambat pelaksanaan skin to skin contact antara ibu dan bayi.

Edmond (2013).

RSUD dr. H ISHAK Umarella Tulehu adalah Rumah Sakit

Umum Daerah Pemerintah yang merupakan rumah sakit rujukan di

wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Direktur RSUD dr. H ISHAK

Umarella Tulehu telah mengeluarkan instruksi no. 43 A tahun 2013

mengenai pelaksanaan IMD. Berdasarkan data dan catatan yang

didapat dari buku register ruang kebidanan (Obstetri) RSUD dr. H

ISHAK Umarella Tulehu, pada tahun 2017 terdapat 115 persalinan

yang terdiri atas persalinan primipara sebanyak 61 kelahiran dimana

sebanyak 19 kelahiran atau 31,14% yang melakukan IMD dan yang

tidak melakukan IMD sebanyak 42 kelahiran atau 68,86%.

Sedangkan pada ibu multipara dari total jumlah kelahiran sebanyak 54

terdapat 23 kelahiran yang melakukan IMD atau 42,59% dan 31

kelahiran atau 57,40% yang tidak melakukan IMD. Sedangkan sejak

bulan januari sampai dengan bulan April 2018 terdapat 68 persalinan

9
yang terdiri atas persalinan primipara sebanyak 29 kelahiran dimana

sebanyak 7 kelahiran atau 24,13% yang melakukan IMD dan yang

tidak melakukan IMD sebanyak 22 kelahiran atau 75,86%.

Sedangkan pada ibu multipara dari total jumlah kelahiran sebanyak 39

terdapat 14 kelahiran yang melakukan IMD atau 35,89% dan 25

kelahiran atau 64,10% yang tidak melakukan IMD, Ruang Kebidanan

RSUD H Ishak Umarella (2018).

Dari latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Determinan Insiasi Menyusu Dini Ibu

Primipara di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H ISHAK Umarella

Tulehu tahun 2018”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka

peneliti dapat mengemukakan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian IMD

2. Bagaimana hubungan anatara jenis persalinan dengan pemberian

IMD

3. Bagaimana hubungan dukungan petugas kesehatan dengan ibu

dalam pelaksanaan IMD

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan Insiasi Menyusu Dini pada

10
Ibu Primipara Rumah Sakit Umum Daerah dr. H ISHAK Umarella

Tulehu

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penilitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui hubungan Hubungan pengetahuan ibu

dengan pemberian IMD

b. Untuk mengetahui hubungan antara jenis persalinan dengan

pemberian IMD

c. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan petugas

kesehatan dengan ibu dalam pelaksanaan IMD

D. Manfaat Penilitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dari aspek

teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan

memperkaya pandangan ilimiah dan memberikan sumbangan

khususnya kepada ilmu keperawatan, terkait dengan konsep

menyusu pada bayi baru lahir dan sebagai bahan referensi dan

bahan perpustakaan di perpustakaan serta sebagai bahan bacaan

peniltian selanjutnya.

2. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

ilmu pengetahuan bagi masyarakat lebih khususnya bagi ibu post

11
partum primipara sehingga dapat membantu untuk melakukan

insiasi menyusu dini.

3. Manfaat bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengahasilkan

informasi dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

instansi RSUD dr. H ISHAK Umarella Tulehu dan STIKes Pasapua

Ambon, yang bisa dijadikan salah satu ancuan untuk menambah

literatur tentang insiasi menyusu dini dan memberikan informasi

khususnya kepada perawat maternitas mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi insiasi menyusu dini ibu primipara.

12

Anda mungkin juga menyukai