Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AKUNTANSI KEPRILAKUAN

TEORI DISONANSI KOGNITIF DAN CONTOH KASUSNYA

Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi
Keprilakuan

Dosen Pengampu: Dwi Marlina Wijayanti (gatau gelarnya)

DISUSUN OLEH:

Nofita (maaf gatau nama lengkap dan nimnya)

Dita Damayanti (17108040092)

Muhamad Yanuarsa (17108040094)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2019
1. DEFINISI TEORI DISONANSI KOGNITIF
(COGNITIVE DISSONACE THEORY)

Teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan suatu


tindakan individu dalam mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan
keinginan dan berupaya untuk mengurangi ketidaknyamanan dalam situasi
tersebut.

2. KASUS

PT. Industri Pesawat Terbang Nurtaino (IPTN) didirikan pada 26


April 1976 sebagai pengganti Lembaga Persiapan Industri Penerbangan,
yang sebelumnya telah ada. Dalam perkembangannya, IPTN telah berhasil
memproduksi berbagai macam tipe pesawat dan helikopter, seperti
Helikopter tipe BO-105 dan Pesawat sayap tetap NC-212. IPTN juga
sempat bekerjasama dengan beberapa perusahaan asing seperti dalam
proyek produksi dan pengadaan suku cadang Boeing juga Airbus. Hingga
akhirnya pada tanggal 24 Agustus 2000, IPTN berganti nama menjadi PT.
Dirgantara Indonesia (PT. DI) atau Indonesian Aerospace (IAe).

Sayangnya, prospek cemerlang PT. DI saat itu ternyata harus


pupus bersamaan dengan terjadinya krisis ekonomi Asia 1997-1998. Krisis
tersebut seolah ‘menjegal’ kiprah PT. DI sebagai industri penerbangan saat
itu.

Pada tahun 1998, IMF hadir untuk menawarkan bantuan agar


Indonesia mampu keluar dari krisis. Tentu saja bantuan tersebut tidak
secara cuma-cuma, terdapat berbagai syarat yang harus dipenuhi agar
‘cairnya’ bantuan IMF. Syarat-syarat pinjaman dari IMF mencantumkan
lima puluh butir kesepakatan antara Indonesia dengan IMF yang disahkan
dengan penandatanganan Letter of Intent. Salah satu isi Letter of Intent
tersebut adalah revisi kerangka makroekonomi yang disusun IMF dan
pemerintah Indonesia bersama. Rancangan tersebut ditujukan guna
mengatasi krisis dan defisit dalam negeri melalui rancangan kebijakan oleh
IMF yang meminta pemerintah Indonesia menarik semua subsidi yang
diberikan pemerintah Indonesia.

Dari sudut pandang IMF, goverment spanding -termasuk


pemberian subsidi dan kredit kepada PT. DI yang dinilai terlalu besar,
sehingga dianggap banyak mengurangi cadangan uang Indonesia. Letter of
Intent ini diperkuat dengan keluarnya Instruksi Presiden (Inpres) pada
tanggal 21 Januari 1998, yang ditujukan kepada Menteri Keuangan. Dalam
Instruksi Presiden tersebut disebutkan bahwa pemerintah tidak
diperbolehkan lagi untuk memberikan subsidi maupun penjaminan kredit
kepada PT. DI. Kemudian apabila PT. DI kesulitan dalam hal keuangan,
maka perusahaan tersebut bisa meminjam uang ke bank. Namun hal itu
justru membuat kondisi keuangan PT. DI terus memburuk. Padahal,
menurut laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kondisi keuangan
yang dilaporkan PT. DI sebenarnya masih bisa diselesaikan. Hanya saja,
saat itu PT. DI memang mengalami masalah keuangan internal, dimana
terjadi keruwetan anggaran dalam perusahan dan kondisi keuangan PT. DI
dinyatakan tidak sehat.

Oleh karena itu, dengan terpaksa beberapa program PT. DI


ditangguhkan atau dibatalkan seperti rencana program CN-235-330 yang
akan diikutsertakan dalam tender penggantian pesawat Caribou di
Australia. Penangguhan program ini sekaligus membatalkan keikutsertaan
PT. DI dalam tender pengadaan pesawat terbang untuk pemerintah
Australia. Akibat krisis ekonomi yang berujung pada memburuknya
keuangan PT. DI, perusahaan tersebut memang harus mengubah skala
prioritas. Menurut pihak PT. DI, program CN-235-330 jelas sulit untuk
bisa selesai tepat pada waktunya karena memang memerlukan anggaran
yang cukup besar. Sedangkan alokasi dana kala itu sangatlah terbatas.
Karena keterbatasan dana itulah, PT. DI juga terpaksa harus merumahkan
karyawannya karena pembengkakan jumlah karyawan hingga mencapai
16.000 orang. Selain itu, PT. DI juga kesulitan menjual pesawat-
pesawatnya, hingga pada akhirnya sebagian produk PT. DI terpaksa dijual
dengan cara barter. Seperti penjualan pesawat ke Malaysia yang ditukar
dengan mobil Proton Saga atau penjualan ke Thailand yang ditukar dengan
beras ketan.

Pada tahun 2001, penjualan PT. DI kembali mengalami penurunan


karena pergantian manajemen yang kurang baik, bahkan perusahaan ini
mengalami kerugian hingga 1,5 triliun rupiah. Tahun 2004 keadaan justru
semakin memburuk. Guna menyelamatkan perusahaan ini, terpaksa
dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga 6.651 orang. PT. DI
mencapai titik nadir pada tahun 2007, ketika Pengadilan Niaga dalam
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan putusan kepailitan pada PT.
DI karena kompensasi dan dana pensiun mantan pegawai perusahaan ini
belum juga dibayarkan, meskipun pada akhirnya keputusan ini dibatalkan.

3. ANALISIS

Kedatangan IMF dan tawaran bantuannya kepada Indonesia saat


mengalami krisis moneter. Dengan memberikan persyaratan yang salah
satunya yaitu menghentikan bantuan dana kepada PT. DI sehingga dengan
sangat terpaksa PT. DI harus mengurangi produksinya karena kesulitan
pendanaan yang kemudian mematikan proses opersional PT. DI
merupakan salah satu contoh penerapan teori disonansi kognitif.
Hal tersebut bisa dilihat dari terpaksanya PT. DI mengurangi lebih
dari setengah jumlah pegawainya dan berusaha terus bertahan ditengah
tekanan yang dihadapinya. ……………………………………(maaf udah
bener-bener mentok kaga bisa mikir lagee) so sad 
Tolong pencerahannya ya kawans

Anda mungkin juga menyukai