Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RESPONSI

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL II

TEKNIK FERMENTASI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

DENNY ELISABET SITUMEANG (1607115619)


MONAEKA SITINJAK (1607115244)
MUHAMMAD SALEH (1607115578)
PRISKA TANTINO (1607116022)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1. Apa yang dimaksud dengan metabolit primer dan sekunder serta
contohnya?
Metabolit primer adalah suatu metabolit atau molekul produk akhir dalam
proses metabolisme makhluk hidup, yang fungsinya sangat esensial bagi
kelangsungan hidup organisme tersebut, serta terbentuk secara intraseluler.
Contohnya adalah protein, lemak, karbohidrat, dan DNA pada umumnya
metabolit primer yang tidak diproduksi berlebihan. Pada sebagian besar
mikroorganisme, produksi metabolit yang berlebihan dapat menghambat
pertumbuhan, dan kadang-kadang dapat mematikan mikroorganisme tersebut.
Proses metabolisme untuk membentuk metabolit primer disebut metabolism
primer.
Contoh metabolit primer yaitu etanol yang diproduksi dengan
menggunakan fermentasi. Asam sitrat adalah metabolit primer yang diproduksi
dalam skala besar dan digunakan sebagai bahan dalam produksi makanan
Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh
tumbuhan yang tidak memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan
atau respirasi, transport solute, translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrient,
diferensisasi, pembentukan karbohidrat, protein dan lipid. Metabolit sekunder
seringkali hanya dijumpai pada satu spesises atau sekelompok spesies berbeda
dengan metabolit primer (asam amino, nukleotida, gula, lipid) yang dijumpai
hampir di semua kingdom tumbuhan. Metabolit sekunder yang merupakan hasil
samping atau intermediet metabolisme primer.
Contoh metabolit sekunder yaitu terpen, senyawa fenol dan produk
sekunder yang mengandung nitrogen. Contoh lainnya yaitu atropin dan antibiotik
seperti eritromisin. Atropin berfungsi sebagai antagonis kompetitif untuk reseptor
asetilkolin. Atropin berasal dari berbagai tanaman yang dapat digunakan untuk
mengobati bradikardia. Eritromisin adalah antibiotik dengan spektrum
antimikroba yang luas.
2. Apa itu inokulum dan berikan contohnya?
Inokulum adalah kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam medium
pada saat kultur mikrobia tersebut pada fase pertumbuhan. Inokulum probiotik
mengandung bahan pengikat mikroba dan mengandung mikroba yang dapat
melakukan fermentasi, salah satunya adalah terdapat pada ragi.
Contoh inokulum pada tempe. Biasanya inokulum pada tempe disebut ragi
tempe. Dalam hal ini ragi tempe akan mengakibatkan terjadinya sebuah
fermentasi pada kedelai yang diakibatkan oleh pertumbuhan jamur, sehingga
menyebabkan kedelai berubah karakteristiknya menjadi tempe.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan inhibisi dan represi?


Inhibisi adalah penghambatan aktivitas pertumbuhan sel mikroba yang
dilakukan oleh suatu inhibitor. Inhibitor adalah molekul yang mengikat enzim dan
dapat menurunkan aktivitasnya. Jenis-jenis penghambat enzim yaitu hambatan
yang bekerja secara tidak dapat balik (irreversible inhibitor) dan hambatan yang
bekerja secara dapat balik (reversible inhibitor). Irreversibel inhibitor yaitu
golongan yang bereaksi atau merusak suatu gugus fungsional pada molekul enzim
yang penting bagi aktivitas katalitiknya. Contoh irreversible inhibitor adalah
senyawa Diisopropil fluoro phospat (DFP). Reversibel inhibitor terbagi atas dua
jenis yaitu kompetitif inhibitor dan nonkompetitif inhibitor. Kompetitif inhibitor
bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Nonkompetitif
inhibitor berikatan pada sisi aktif enzim selain sisi tempat substrat berikatan.
Represi adalah suatu keadaan dimana glukosa, atau produk awal
metabolisme glukosa, menekan sintesis berbagai enzim respirasi. Represi
katabolit merupakan salah satu tipe kontrol positif dari transkripsi. Proses tersebut
teramati pada E. coli dan biasanya direfer sebagai efek glukosa karena hal ini
ditemukan glukosa menekan sintesis dari suatu enzim.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan intraseluler dan ekstraseluler !
Faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perilaku
mikroba dapat digolongkan dalam faktor intraseluler dan factor ekstraseluler.
a. Faktor Ekstraseluler
Faktor ekstraseluler adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba yang berasal dari kondisi lingkungan seperti suhu, pH, dan
tekanan osmosis.
1. Suhu
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih
dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk
pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk
kehidupan mikroba.
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum,
akan memberikan beberapa macam reaksi.
- Titik kematian thermal adalah suhu yang dapat memetikan spesies
mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu.
- Waktu kematian thermal adalah waktu yang diperlukan untuk
membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap.
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan
gangguan metabolisme, yaitu
- Cold shock adalah penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan
kematian mikroba, terutama pada mikroba muda atau pada fase
logaritmik,
- Pembekuan (freezing) adalah rusaknya sel dengan adanya kristal es
di dalam air intraseluler,
- Lyofilisasi adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam
keadaan vakum secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk
mengawetkan mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan
tanpa melalui fase cair (sublimasi).
2. pH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa mikroba
dapat hidup pada Ph tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah
mikroba nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan mikroba pengguna urea.
Mikroba yang hidup di bawah pH 4,0 mempunyai persediaan makanan
yang cukup melimpah. Hal ini dikarenakan jenis mikroba yang tidak
banyak dan makanan yang awet karena pH yang rendah.
Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu
- mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada
pH 2,0-5,0
- mikroba mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba yang dapat
hidup pada pH 5,5-8,0
- mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada
pH 8,4-9,5

3. Tekanan Osmosis
Suatu tekanan osmosis akan sangat mempengaruhi mikroba jika
tekanan osmosis lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan
mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan osmosis lingkungan yang
hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat
mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan
hidupnya, sel mikroba harus berada pada tingkat tekanan osmosis yang
sesuai, walaupun sel mikroba memiliki daya adaptasi, perbedaan
tekanan osmosis dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.
b. Faktor Intraseluler
Factor Intraseluler adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba yang berasal dari dalam sel mikroba, meliputi struktur,
mekanisme, metabolisme, dan genetika.
1. Genetika Mikroba
Genetika mikroba adalah sifat turunan (hereditas) dari sifat induk dan
variasi sifat karakteristik mikrobia. Variasi sifat pada mikrobia dapat
terjadi karena perubahan genetic dan evolusi. Sifat mikroba sangat
bervariasi karena masing-masing mikroba mempunyai kemampuan
untuk beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya. Gen dari
mikroba dapat mempengaruhi pertumbuhan dari mikroba itu sendiri.
2. Struktur Mikroba
Struktur mikroba dipengaruhi oleh morfologi (bentuk), ukuran, dan
dinding sel dari mikroba. Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan dinding sel dari mikroba
3. Mekanisme Mikroba
Mekanisme kerja mikroba adalah cara kerja mikroba untuk
mempertahankan hidup dan tumbuh dalam suatu kultur.
4. Metabolisme Mikroba
Metabolisme mikroba merupakan reaksi kimia yang terjadi dalam sel
mikroba. Mikroba dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi
kebentuk yang berguna untuk kehidupannya melalui proses respirasi,
fermentasi dan fotosintesis. Dalam fermentasi molekul bahan makanan
biasanya pecah menjadi dua bagian, dimana yang satu kemudian
dioksidasi oleh yang lainnya.

5. Apa yang dimaksud dengan satuan v/v/m?


V/v/m adalah singkatan dari volume udara per volume cairan per menit.
V/v/m merupakan satuan dari kecepatan aerasi yang terdapat dalam suatu
fermentor. Vvm menunjukkan jumlah udara yang dapat melewati cairan medium
atau bersirkulasi pada cairan medium setiap menitnya.
6. Kenapa kinetika proses secara dinamika dalam menghasilkan
biomassa dapat mempengaruhi proses?
Hal ini disebabkan dalam mendapatkan prodak biomassa dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu nutrisi, substrat, dan inoculum. Proses yang berlangsung adalah
proses batch, sehingga harus ada pemerataan nutrisi pada fermentor tersebut.
Nutrisi, substrat, dan inokulan dimasukkan ke dalam fermentor yang
dilakukan secara aseptis. Nutrisi dimasukkan ke dalam fermentor sebelum
disterilisasi dalam auto clave. Substrat dan inokulan dimasukkan dengan cara
memanaskan mulut inlet dengan kapas yang dibakar kemudian medium dan
inokulum dimasukkan ke dalam fermentor.
Kemudian dilakukan kecepatan aerasi dan agitasi. Aerasi berfungsi
sebagai penyuplai oksigen untuk sel ragi dalam bentuk gelembung gas. Aerasi
diatur pada kecepatan skala 9. Laju oksigen yang disuplai ke dalam fermentor
dijaga stabil. Fluktuasi laju alir oksigen ini dapat menurunkan unjuk kerja
fermentor karena laju transfer O2 tidak tetap sehingga metabolisme sel ragi

terganggu karena kadar DO yang tidak stabil. Agitasi berfungsi sebagai alat
penghomogen larutan fermentasi. Agitasi dilakukan pada kecepatan 600 rpm.
Pengadukan dilakukan oleh impeller yang berjumlah 3 buah. Semakin banyak
impeller di dalam fermentor semakin homogen larutan tersebut. Laju alir udara
dan pengadukan saling terkait satu sama lain. Pengaliran udara berfungsi untuk
menjaga suplai oksigen agar tetap sedangkan pengadukan akan meningkatkan laju
dispersi oksigen ke dalam larutan dan meratakan kadar oksigen di seluruh medium
fermentasi. Di pinggiran fermentor juga terdapat baffle yang berfungsi mencegah
terjadinya vortex (pusaran air) sehingga dapat meningkatkan efisiensi aerator.
Pengaturan udara keluar dan masuk fermentor dilakukan sedemikian rupa
sehingga kontaminasi dapat diminimalkan, yaitu dengan cara menggunakan filter
mikroba kapas pada aliran masuk dan menggunakan larutan CuSO4 yang bersifat

oligodinamik dan mampu membunuh mikroba kontaminan.


7. Bagaimana cara menentukan Yield dan  max serta contohnya:
a. Perolehan biomassa yang menunjukkan produktivitas proses fermentasi
dinyatakan sebagai perolehan (Yield). Growth yield ini dinyatakan dengan
persamaan:

dimana:
X = massa sel saat t
X0 = massa sel awal
S = massa glukosa saat t
S0 = massa glukosa awal
b. Penentuan Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum (μmaks)
Laju pertumbuhan spesifik mikroorganisme (μ) diformulasikan sebagai:

Nilai μ akan bernilai maksimum bila bernilai mksimum. adalah gradian kurva
pertumbuhan yang mununjukkan jumlah sel ragi setiap waktu. Nilai maksimum
pada logaritmik, dimana terlihat jumlah mikroba yang tinggi dan konstan selama
beberapa saat.
Contoh soal:
1. Penentuan Growth Yield
X X  X0
Y  
S S0  S

Dimana :
X = massa sel pada saat t ( 5 jam ) berat kering mikroba = 0,18 gr
X0 = massa sel awal=0 gr
S = massa glukosa pada saat t=16,002
S0 = massa glukosa awal=100
0,18−0
Y =100−16,002

= 0,002 gr/gr
2. Menghitung Nilai  :
Dik: X4= 8,3333, t4=5
X2=5,888,t2=2
ln 𝑋4 –ln 𝑋2
 = 𝑡4−𝑡2

−1,77196 + 2,12026
=
5−2
= 0,17415 /jam

8. Apa perbedaan fermentasi aerob dan anaerob beserta contohnya ?


1. Fermentasi aerob adalah fermentasi yang prosesnya memerlukan
oksigen karena dengan adanya oksigen maka mikroba dapat mencerna glukosa
menghasilkan air, CO2 dan sejumlah energi. Oksidasi bahan organik
menggunakan molukel oksigen sebagai akseptor akhir adalah proses utama yang
menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme dalam proses ini. Mikroba
yang menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron akhir adalah
mikroorganisme aerobik. Mikroorganisme yang bersifat aerobik membutuhkan
oksigen untuk beberapa reaksi biokimia yaitu untuk mengoksidasi bahan organik,
sintesis sel, dan oksidasi sel. Reaksi-reaksi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Oksidasi bahan organik
Enzim
( CH2O )n + n O2 nCO2 + nH2O + panas
b. Sintesis sel enzim
Enzim
( CH2O ) + NH3+ O2 Komponen sel + CO2 + nH2O + panas
c. Oksidasi sel enzim
Enzim
Komponen sel + O2 CO2 + H2O + NH3 + panas

2. Fermentasi anaerob adalah fermentasi yang tidak membutuhkan adanya


oksigen karena beberapa mikroba dapat mencerna bahan energi tanpa adanya
oksigen. Sehingga hanya sebagian dari bahan energi yang dipecah.
Mikroorganisme yang melakukan fermentasi ini adalah yeast, beberapa jenis
kapang dan bakteri. Fermentasi pati menjadi etanol termasuk dalam proses
fermentasi alkoholik karena hasil utamanya berupa alkohol. Dalam proses
fermentasi secara anaerob, terjadi perubahan senyawa gula oleh mikroorganisme
menjadi akohol, gas CO2 dan energi. Dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi
sebagai berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP
Glukosa Etanol
Proses fermentasi alkoholik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Jenis Bahan atau Substrat
Substrat merupakan sumber energi bagi mikroba. Substrat inilah yang nantinya
akan dipecah menjadi senyawa-senyawa sederhana dalam proses fermentasi.
b. Oksigen
Pada umunya proses fermentasi alkoholik berlangsung pada kondisi anaerob atau
tanpa oksigen. Namun ada mikroba tertentu yang dapat berkembang dalam
kondisi aerob maupun anaerob seperti khamir Saccaromyces cerevisiae.
c. Waktu Fermentasi
Umumnya waktu yang digunakan untuk proses fermentasi adalah sekitar 1 sampai
6 hari. Tergantung dari jumlah mikroba yang digunakan, kondisi operasi dan
konsentrasi substrat. Adanya gangguan pada kondisi operasi seperti pH dan
kandungan oksigen dapat menghambat proses fermentasi
d. Konsentrasi Starter
Jumlah ragi yang dipakai adalah 0,5% dari volume substrat yang akan
difermentasikan. Pemberian ragi tidak boleh terlalu banyak namun juga tidak
boleh terlalu sedikit karena bila jumlah ragi yang dipakai terlalu sedikit maka
proses fermentasi akan berlangsung lama, sedangkan jika ragi yang dipakai terlalu
banyak maka keaktifan khamir akan berkurang karena pada awal proses alkohol
yang terbentuk sangat banyak sehingga fermentasinya lebih lama dan banyak
glukosa yang belum terkonversi. Sedangkan untuk struktur kultur murni
digunakan sebanyak 108 cfu/g atau sama dengan 0,3% ragi.
e. Temperatur
Umumnya ragi dapat berkembang baik pada suhu ruangan yaitu sekitar 25-30°C
dalam proses fermentasi.
f. pH (Keasaman)
Untuk proses fermentasi alkohol ragi, pH optimum adalah 4 – 5. Jika pH terlalu
asam atau terlalu basa mikroba yang digunakan tidak dapat tumbuh optimal atau
bahkan mati sehingga proses fermentasi terganggu.
Proses anaerobik pada dasarnya merupakan proses yang terjadi karena
aktifitas mikroba dilakukan pada saat tidak terdapat oksigen bebas. Analognya
proses ini meniru mekanisme proses yang terjadi pada perut binatang yaitu proses
pencernaan secara anaerobik. Mikroorganisme anaerob tertentu tidak dapat hidup
bila ada oksigen terlarut (obligat anaerobik). Contoh mikroorganisme ini adalah
bakteri metana yang umum ditemukan dalam digester anaerobik maupun filter
anaerobik. Anaerob memperoleh energinya dari oksidasi bahan organik kompleks
tanpa menggunakan oksigen terlarut tetapi menggunakan senyawa-senyawa lain
sebagai pengoksidasi. Senyawa pengoksidasi selain oksigen yang dapat digunakan
oleh mikroorganisme contohnya karbon dioksida, sulfat dan nitrat.
Proses dimana bahan organik dipecah (diurai) tanpa adanya oksigen sering
disebut fermentasi. Proses fermentasi yang berlangsung secara anaerobik akan
menghasilkan produk akhir pada kondisi pH netral. Contoh dari produk akhir
tersebut adalah asam-asam volatil dengan berta molekul rendah seperti asetat dan
laktat. Asam volatil dan alkohol tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi
atau sumber karbon oleh beberapa bakteri yang bersifat obligat anaerobik seperti
halnya bakteri metana.

9. Jelaskan fase pertumbuhan pada fermentasi dan contohnya!


Fase pertumbuhan: the lag phase, exponential (or log) phase, stationary phase
dan the death phase:
Gambar 1.1 Kurva Karakteristik Pertumbuhan Sel Dalam Medium Fermentor
Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu
kurva pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap
seperti pada Gambar 1.1, antara lain:
1. Fasa stationer (the lag phase) adalah fasa yang disebut fasa adaptasi/ lag
phase. Pada saat ini mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan medium baru daripada tumbuh ataupun berkembang biak.
Mikroba berusaha merombak materi-materi dalam medium agar dapat
digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada
komponen yang tidak dikenal mikroba, mikroba akan memproduksi enzim
ekstraselular untuk merombak komponen tersebut. Fasa ini juga
berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat mencerna nutrisi dalam
medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan hidup.
2. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikroba sudah dapat
menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba
banyak tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan
cepat.
3. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini
laju pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum (μmaks). Nilai
μmaks ini ditentukan oleh konstanta jenuh/ saturasi substrat. Nilai μmaks
untuk setiap mikroba juga tertentu pada masing-masing substrat.
4. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial.
Pertumbuhan mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya
nutrisi yang cukup. Jika fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan
nutrisi dimasukkan hanya pada awal proses fermentasi, pada waktu
tertentu saat jumlah mikroba yang mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi
daya dukung nutrisi akan terjadi kekurangan nutrisi. Hal lain yang
memperlambat pertumbuhan mikroba adalah terjadinya inhibisi ataupun
represi yang terjadi karena terakumulasinya produk metabolit sekunder
hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme.
5. Fasa kematian (the death phase) terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar
tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini
diperparah oleh akumulasi produk metabolit primer dan sekunder yang
tidak dipanen sehingga terus menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan
sel mikroorganisme. Selain itu umur sel juga sudah tua, sehingga pertahan
sel terhadap lingkungan yang berbeda dari kondisi biasanya juga
berkurang.
Plot Ln [ Cell ] versus time/waktu akan menghasilkan hubungan garis
lurus yang mewakili exponential phase.
ln[Cells]
[Cells]

slopee

Time Time

Gambar 1.2 Ln Konsentrasi Sel Versus Waktu


Analisis dari bagian exponential phase dari kurva pertumbuhan ini adalah
bahwa sel tidak hanya bertambah dalam konsentrasinya tetapi juga dalam laju
peningkatan konsentrasi sel. Sel adalah katalis yang self-reproducing
(autocatalysts); yaitu dapat mengkatalisa reaksi dan juga memproduksi katalis
lebih banyak lagi. Saat jumlah sel meningkat, laju ”bio-” reaksi juga akan
meningkat. Sehingga, jika kondisi lainnya tetap konstan maka laju peningkatan
jumlah sel (atau biomass) akan tergantung dari konsentrasi sel yang ada dalam
reaktor yang dituliskan sbb:
𝑑𝑋
=α X ................................... (1)
𝑑𝑡

Dimana X adalah konsentrasi biomass dalam bioreaktor. Konsentrasi


biomass dinyatakan dalam g/L. Ekspresi proporsionalitas dalam persamaan 1
dapat ditambahkan dengan sebuah konstanta yang disebut specific growth rate
(μ), sehingga menjadi:
𝑑𝑋
=μX ................................... (2)
𝑑𝑡

Dimana μ adalah laju pertumbuhan specific growth rate. Model


pertumbuhan mikroba seperti ini disebut the exponential growth model. Specific
growth rate (μ) mengambarkan berapa cepat sel bereproduksi. Semakin tinggi
nilainya maka semakin cepat sel melakukan pertumbuhan. Saat sel tidak tumbuh,
maka nilai specific growth ratenya adalah nol/zero. Selama exponential phase,
specific growth rate relatif konstan.
Untuk estimasi specific growth rate, maka persamaan 2 harus
diintegralkan untuk menghasilkan hubungan antara konsentrasi biomass (X) dan
waktu (t), pada interval waktu dari 10 sampai tl. Dengan memindahkan variabel
pada persamaan 2, maka diperoleh:
X1 = X0 е μ(t1-t0) ............................ (3)
Plot ln X vs t akan menghasilkan persamaan garis lurus. Slopee garis ini ekuivalen
dengan specific growth rate (μ).
Biomass biasanya diukur/dinyatakan dalam “ dry weight”, yaitu berat sel
setelah air dikeluarkan (setelah pengeringan ). Untuk menentukan dry weight, sel
pertama kali harus dipisahkan dari medium fermentasi, ini dapat dilakukan dengan
filtrasi membran atau sentrifugasi. Teknik filtrasi membran yaitu liquid fermentasi
difilter melalui predried, pre-weighed membrane. Filter kemudian dicuci untuk
menghilangkan broth yang masih larut. Lalu filter dikeringkan dan ditimbang.
Doubling time (tD) adalah ekspresi yang biasa dipakai mikrobiologis untuk
menyatakan laju pertumbuhan sel, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh populasi sel
untuk melipat gandakan dirinya. Selama exponensial phase, tD akan selalu
konstan. Hubungan antara doubling time dan specific growth rate dapat dituliskan
sebagai berikut:
𝑙𝑛2𝑋
=μ ................................... (4)
𝑋

Jika konsentrasi biomass double time dari X1 menjadi 2 X1 selama doubling time,
tD (=t2-t1) kemudian persamaan 4 menjadi:
Ln 2 = μ tD ................................... (5)
Sehingga hubungan antara doubling time dan specific growth rate diperoleh:
𝑡𝐷
= ln 2 ................................... (6)
𝜇

Yield ( atau koefisien yield) didefinisikan sebagai jumlah produk yang


dihasilkan dari sejumlah input tertentu. Contoh: jika 0.6 g asam sitrat dihasilkan
dari 1 g glukosa, maka yield asam sitrat dari glukosa adalah 0.6 g/g. Yield dapat
sangat bervariasi selama fermentasi. Untuk alasan ini, yield rata-rata selalu
digunakan untuk menggambarkan efisiensi produksi. Yield rata-rata disebut
koefisien yield. Tipe-tipe koefisien yield yaitu:
 Biomass yields (Yxs) dan
 Product yields (Yps).
Yield koefisien biomass adalah berat rat-rata biomass dihasilkan per berat substrat
digunakan. Contoh untuk kultur batch, Yxs dihitung sebagai:

................................... (7)
Dimana
 X0 dan S0 adalah konsentrasi awal biomass dan substrat.
 X1 dan S1 adalah konsentrasi biomass dan substrat pada waktu tertentu
(biasanya pada akhir fermentasi).

Anda mungkin juga menyukai