Anda di halaman 1dari 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pijat Oksitosin

a. Pengertian

Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan pada ibu

menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk

meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

Pijat oksitosin dilakukan dengan pemijatan tulang belakang

sampai tulang costae ke 5-6 melebar ke scapula yang akan

mempercepat kerja syaraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah

ke otak sehingga pengeluaran hormon oksitosin meningkat

(Desmawati, 2013).

Pijat oksitosin dapat dilakukan segera setelah ibu melahirkan

bayinya dengan durasi 2-3 menit. Pijat oksitosin dapat dilakukan setiap

saat, lebih disarankan sebelum menyusui atau memerah ASI, frekuensi

pemberian pijatan minimal 2 kali sehari (Ummah, 2014).

Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar

alveoli mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Penyebab otot-

otot itu mengerut adalah suatu hormon yang dinamakan oksitosin

(Bobak, 2005).

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a7c.i
d

b. Manfaat Pijat Oksitosin

MenurutWiduri (2013), banyak manfaat yang bisa diperoleh dari

melakukan pijat oksitosin, diantaranya yaitu:

1) Mengurangi bengkak payudara/ engorgement

2) Mengurangi sumbatan ASI

3) Merangsang pelepasan hormon oksitosin

4) Mempertahankan pengeluaran ASI ketika ibu dan bayi sakit.

5) Memberikan kenyamanan pada ibu

c. Langkah-langkah Pijat Oksitosin

Menurut Roito (2013), pijat oksitosin dilakukan dengan cara

memijat area di sekitar tulang punggung (vertebrata pars thoracica)

untuk merangsang keluarnya oksitosin. Cara memijat punggung adalah

sebagai berikut:

1) Ibu duduk rileks bersandar ke depan, tangan dilipat di atas meja

dengan kepala diletakkan di atasnya.

2) Payudara tergantung lepas tanpa pakaian.

3) Penolong memijat kedua sisi tulang belakang menggunakan kedua

kepalan tangan dengan ibu jari menghadap ke depan.

4) Tekan kuat- kuat membentuk gerakan melingkar kecil- kecil

dengan kedua ibu jarinya.

5) Pada saat bersamaan, lakukan pemijatan ke arah bawah pada kedua

sisi tulang belakang, dari leher ke arah tulang belikat.

6) Lakukan selama 2- 3 menit


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a8c.i
d

Gambar 2.1 Pijat Oksitosin


(Sumber: Roito, 2013).

2. Breast Care

a. Pengertian

Breast care merupakan salah satu usaha untuk memperbanyak

ASI dengan melakukan pemijatan atau masase untuk memberikan

rangsangan pada otot-otot payudara/ kelenjar air susu ibu untuk

memproduksi ASI (Bahiyatun, 2009).

Pelaksanaanperawatan payudara setelah melahirkan dimulai

sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan. Perawatan

payudara dilakukan 2 kali sehari (Astutik, 2014).

b. Manfaat breast care

Adapun manfaat perawatan payudara yang dilakukan setelah

melahirkan menurut Kristiyanasari (2009), adalah sebagai berikut:

1) Untuk menjaga agar payudara tetap terjaga kebersihannya sehingga

terhindar dari berbagai penyakit dan infeksi.

2) Untuk menjaga kelembaban puting susu supaya tidak mudah lecet.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a9c.i
d

3) Untuk membantu menonjolkan puting susu, terutama pada ibu yang

puting susunya rata atau tidak menonjol.

4) Menjaga keindahan bentuk payudara.

5) Untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyumbatan ASI, yang

jika tidak dicegah dapat mengakibatkan dampak penyakit yang

lebih luas.

6) Untuk meningkatkan produksi ASI.

7) Untuk mendeteksi dini apakah terdapat kelainan pada payudara ibu.

c. Langkah-langkah Breast Care

1) Sebelum mulai memijat, sebaiknya ibu mencuci kedua tangan.

2) Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak

kelapa atau baby oil selama 2-3 menit.

3) Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan

gerakan memutar dari dalam keluar.

4) Dengan kapas baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral

keluar. Apabila didapat puting inverted (puting tidak menonjol)

lakukan penarikan.

5) Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil

secukupnya.

6) Letakkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara dengan

ujung-ujung jari menghadap ke bawah. Pijatlah dari tengah ke atas

melingkari payudara sambil mengangkat kedua payudara dan

lepaskan keduanya secara perlahan. Ulangi gerakan 20-30 kali.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10c.i
digilib.uns.a
d

Variasi gerakan lainnya adalah menggerakan payudara kiri dengan

kedua tangan, ibu jari berada di atas puting, sementara empat jari

lain berada di bawah. Dengan lembut, lakukan gerakan memeras

payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke depan (ke arah

puting). Lakukan gerakan yang sama pada payudara yang lain.

Gambar 2.2 Gerakan Breastcare I


(Sumber: Riksani, 2012).

7) Mengurut payudara dari pangkal payudara ke arah puting memakai

genggaman tangan menyeluruh atau ruas-ruas jari. Sanggalah

payudara kiri ibu mengggunakan tangan kiri. Lakukan gerakan

kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal

payudara dan berakhir pada daerah puting susu dengan gerakan

spiral. Lakukan gerakan ini kurang lebih 20-30 kali.

Gambar 2.3 Gerakan Breastcare II


(Sumber: Riksani, 2012).

8) Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain

mengurut payudarcaomdm
enitgaton usseisri kelingking dari arah pangkal
perpustakaan.uns.ac.id 11c.i
digilib.uns.a
d

payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30

kali. Setelah itu, letakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi

di bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke

arah puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini

sampai semua bagian payudara terkena urutan.

Gambar 2.4 Gerakan Breastcare III


(Sumber: Riksani, 2012).

9) Mengompres dan membersihkan payudara dari bekas minyak

dengan menggunakan waslap air hangat bergantian dengan air

dingin, kemudian diakhiri dengan air hangatselama kurang lebih 5

menit.

10) Mengeringkan payudara dengan handuk bersih dan kering.

11) Cuci tangan.

(Dewi, 2011; Astutik, 2014).

3. ASI (Air Susu Ibu)

a. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang dihasilkan oleh sepasang

payudara ibu dengan komposisi yang khas serta spesifik untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi serta nutrisi yang paling tepat

untuk bayi (Lowdermilk, 2006).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12c.i
digilib.uns.a
d

b. Siklus Laktasi

Menurut Astutik (2014), proses pembentukan ASI melalui

tahapan-tahapan berikut ini:

1) Laktogenesis I

Laktogenesis I dimulai pada pertengahan kehamilan.Pada

fase ini struktur, duktus dan lobus payudaea mengalami proliferasi

akibat dari pengaruh hormon. Akibatnya kelenjar payudara sudah

mampu mensekresi akan tetapi yang disekresi hanya kolostrum.

Walaupun secara struktur kelenjar payudara mampu mengeluarkan

ASIakan tetapi ini tidak terjadi karena hormon yang berhubungan

dengan kehamilan mencegah ASI disekresi.

2) Laktogenesis II

Laktogenesis II merupakan permulaan sekresi ASI secara

berlebih dan terjadi pada hari ke-4 post partum. Permulaan sekresi

ASI yng berlebih terjadi setelah plasenta lahir. Setelah melahirkan

tingkat progesteron menurun secara tajam akan tetapi tidak sampai

mencapai tingkatan yng sama pada wanita tidak hamil. Sedangkan

tingkat prolaktin tetap tinggi. Pada fase ini, ibu biasanya

merasakan volume ASI yang berlebih.

3) Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI

selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13c.i
digilib.uns.a
d

melahirkan.Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14c.i
digilib.uns.a
d

autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila ASI banyak dikeluarkan

maka payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula.

c. Proses Pengeluaran ASI

Laktasi melibatkan proses produksi dan pengeluaran ASI.

Produksi ASI sudah dimulai sejak kehamilan, dan pengeluaran ASI

masih dihambat selama masa kehamilan oleh kadar estrogen yang

tinggi. Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar

pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Segera setelah bayi dan

placenta lahir, estrogen dan progesterone turun drastis sehingga kerja

prolaktin dan oksitosin akan maksimal sehingga produksi dan

pengeluaran ASI akan lancar. Tidak keluarnya ASI tidak semata

karena produksi ASI tidak ada atau tidak mencukupi, tetapi sering kali

produksi ASI cukup namun pengeluarannya yang dihambat akibat

hambatan sekresi oksitosin (Saleha, 2009).

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat

komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam macam

hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI terdiri dari

produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Proses

produksi dan pengeluaran ASI harus sama- sama baiknya. Dengan

menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah

prolaktin dan oksitosin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin

lancar (Saleha, 2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15c.i
digilib.uns.a
d

Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi

yaitu refleks yang masing-masing berperan dalam pembentukan dan

pengeluaran ASI, yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin

1) Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat

pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut

afferent dibawa ke hipotalamus lalu memacu hipofise anterior

untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui

sirkulasi darah prolaktin memacu sel-sel alveolus kelenjar

payudara untuk memproduksi ASI. Jumlah prolaktin yang disekresi

dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya

stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi

menghisap.

2) Refleks oksitosin

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu

selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon

prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan

hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah

akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveolus dan

duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveolus,

duktulus, dan sinus menuju puting susu.

(Ambarwati, 2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16c.i
digilib.uns.a
d

d. Faktor yang Memengaruhi Produksi dan Pengeluaran ASI

Faktor-faktor yang memengaruhi produksi dan pengeluaran

ASI terdiri atas:

1) Nutrisi

Kualitas dan produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang

dikonsumsi ibu sehari-hari. Kelancaran produksi ASI akan

terjamin apabila makanan yang dikonsumsi ibu setiap hari cukup

akan zat gizi dan dibarengi pola makan yang teratur. Minum

minimal 2-3 liter/ hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah.

Konsumsi vitamin A 200.000 IU yang juga berfungsi untuk

meningkatkan kualitas ASI serta mengonsumsi tablet zat besi

selama 40 hari post partum.

2) Ketenangan jiwa dan pikiran

Secara psikologis, ibu harus senantiasa berpikiran positif dan

optimis bisa memberikan ASI secara eksklusif. Jika ibu

mengalami stress, pikiran tertekan, sedih dan tegang, pengeluaran

ASI akan terpengaruh.

3) Penggunaan alat kontrasepsi

Ada hal yang harus dipertimbangkan untuk memilih jenis

kontrasepsi yang bisa digunakan selama menyusui dan tidak

mempengaruhi produksi ASI. Alat kontrasepsi yang bisa

digunakan selama menyusui, antara lain kondom, IUD, pil KB

khusus menyusui, atau suntik hormonal 3 bulanan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17c.i
digilib.uns.a
d

4) Perawatan payudara

Selama proses menyusui sudah seharusnya dilakukan perawatan

payudara supaya tetap bersih dan terawat. Perawatan yang tepat

dan teratur dapat merangsang produksi ASI. Selain itu, perawatan

payudara yang benar dan teratur akan membuat ibu terhindar dari

masalah ketidaknyamanan selama menyusui.

5) Anatomis payudara

Produksi ASI dipengaruhi oleh jumlah kelenjar air susu dalam

payudara sehingga ukuran payudara tidaklah memengaruhi

kegiatan produksi ASI.

6) Faktor fisiologi

Proses produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan

oksitosin. Hormon prolaktin menentukan produksi dan

mempertahankan sekresi air susu, sedangkan hormon oksitosin

menyebabkan sel-sel otot disekitar alveoli berkontraksi sehingga

mendorong air susu masuk ke saluran penyimpanan.

7) Pola istirahat

Ibu post partum disarankan untuk tidur siang 1 jam dan tidur

malam sekitar 7-8 jam. Apabila ibu kurang istirahat, sistem kerja

hormon akan mengalami kelemahan dalam menjalankan

fungsinya. Dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI

berkurang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18c.i
digilib.uns.a
d

8) Faktor isapan bayi

Semakin sering bayi menyusu, produksi dan pengeluaran ASI

akan bertambah. Bila ibu menyusui bayi jarang dan berlangsung

sebentar maka hisapan bayi berkurang, dengan demikian

pengeluaran ASI berkurang. Bayi cukup bulan, frekuensi menyusu

sekitar 8-10 kali per hari.

9) Berat lahir bayi

Berat badan bayi sewaktu lahir berpengaruh terhadap produksi dan

pengeluaran ASI. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan daya isap

bayi, bayi yang terlahir dengan berat badan rendah (<2500 gram)

cenderung mempunyai kemampuan menghisap ASI dari payudara

ibu lebih rendah dibandingkan bayi yang terlahir dengan berat

badan normal (≥2500 gram).

10) Umur kehamilan saat melahirkan

Bayi yang lahir pada umur kehamilan yang kurang dari 34 minggu

sangat lemah dan tidak mampu menghisap langsung ASI dari

payudara ibu dengan baik sehingga produksi ASI lebih rendah

daripada bayi yang lahir pada kehamilan cukup bulan.

11) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Kontak dini ibu dan bayi akan meningkatkan waktu menyusui

menjadi dua kali lebih lama dibandingkan kontak yang lambat.

Semakin lama bayi menyusu sampai payudara kosong, produksi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19c.i
digilib.uns.a
d

dan pengeluaran ASI akan bertambah dibandingkan bayi yang

menyusu dalam waktu singkat tanpa mengosongkan payudara.

12) Konsumsi rokok dan alkohol

Konsumsi rokok dan alkohol dapat mengurang jumlah ASI yang

diproduksi karena akan memengaruhi hormon prolaktin dan

oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran

ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya

akan memengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.

13) Intervensi/ teknik yang merangsang pengeluaran ASI

Berbagai macam teknik yang dapat dilakukan untuk merangsang

pengeluaran ASI seperti pijat oksitosin, breast care, teknik

marmet, dan hypnobreastfeeding.

(Riksani, 2012; Saleha, 2009; Aprillia, 2010; Nugroho, 2014).

4. Jumlah ASI

Bayi aterm yang tumbuh sehat lahir dengan cadangan glikogen

yang baik dan kadar hormon antidiuretik yang tinggi sehingga bayi tidak

membutuhkan volume susu atau kolostrum dalam jumlah yang besar

segera setelah lahir karena kebutuhan tersebut telah tersedia secara

fisiologis. Kebutuhan asupan ASI disesuaikan dengan kapasitas lambung

bayi. Pada 24 jam pertama, bayi membutuhkan sekitar 7 ml susu setiap

kali menyusu. Pada 24 jam kedua, kebutuhan ASI meningkat menjadi 14

ml setiap kali menyusu. Pada hari ke-3 setelah kelahiran, kebutuhan ASI

meningkat hingga 22-30 ml setiap kali menyusu (Fraser, 2009).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20c.i
digilib.uns.a
d

Ada dua cara untuk mengukur produksi dan pengeluaran ASI yaitu

penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui dan

pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah

untuk menentukan cukup tidaknya ASI (Cadwell, 2011).

Patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak pada bulan

pertama adalah:

1) ASI yang banyak dapat merembes ke luar melalui puting

2) Sebelum disusukan payudara terasa tegang

3) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui

4) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai

menyusu

5) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan

ASI

6) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam

Pada hari pertama bayi BAK minimal 1 kali sehari, pada hari kedua

minimal 2 kali sehari, pada hari ketiga minimal 3-4 kali sehari.

7) Warna urine jernih sampai kuning muda

8) Bayi BAB 2-5 kali sehari

Bayi buang air besar 1-2 kali pada hari pertama dan kedua.

9) Warna tinja kekuningan “berbiji”.

Pada hari pertama sampai ketiga setelah lahir tinja berwarna hijau

kehitaman dan lengket, setelah itu menjadi berwarna kuning

kecoklatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20c.i
digilib.uns.a
d

10) Bayi setidaknya menyusu 8-12 kali dalam 24 jam

11) Setelah menyusu bayi akan tertidur/ tenang selama 2-3 jam

12) Bayi bertambah berat badannya

Sebagian besar bayi mengalami penurunan berat badan selama

minggu pertama setelah kelahiran, dan diharapkan berat badan bayi

mencapai berat badan ketika lahir dalam 10-14 hari. Rentang normal

penurunan berat badan sebesar 3% - 7%. Penurunan berat badan bayi

lebih besar 7% dari berat badan lahir pada tiga hari pertama kelahiran

harus dievaluasi pemberian ASI yang cepat dan intensif

(Sulistyawati, 2009; Wulandari, 2011; Fraser, 2009; Lowdermilk,

2006).

Tanda-tanda bayi tidak cukup ASI (Sulistyawati, 2009):

1. Pertambahan berat badan kurang (pertumbuhan berat badan lambat

dari kurva standar), bayi baru lahir kehilangan berat badan lebih dari

10% dari berat badan lahir, atau kurang dari berat lahir saat usia 2

minggu.

2. Mengeluarkan air seni pekat dalam jumlah sedikit, frekuensi BAK

kurang dari 6 kali sehari, warnanya kuning dan baunya tajam.

Menurut Cadwell (2011) dan IDAI (2013), ada protokol yang dapat

digunakan untuk menilai kecukupan pemberian ASI. Uji pengukuran berat

(weight test) sering digunakan untuk memperkirakan asupan susu bayi

yang mendapat ASI. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21c.i
digilib.uns.a
d

1. Timbang berat badan bayi sebelum menyusu dengan timbangan skala

digital. Bayi tidak perlu telanjang, tetapi harus memakai pakaian yang

sama saat ditimbang setelah menyusu, tanpa mengganti popok.

2. Amati pendekatan bayi pada payudara. Pastikan bayi dapat

menempelkan mulutnya dengan baik pada payudara.

3. Jika bayi berhenti mengisap dan tampak mengantuk, minta ibu

melakukan masase berselang untuk mengubah laju aliran ASI. Pantau

kemampuan menghisap dan menelan.

4. Timbang berat badan bayi setelah menyusu.

Peningkatan berat sesudah bayi mendapatkan ASI (gram) dihitung

sebagai jumlah asupan ASI (gram). Pengukuran berat tersebut

dikonversi ke dalam ukuran volume. Berat merupakan hasil perkalian

ukuran volume dengan faktor berat jenis, yaitu 1,031.

5. Perbedaan Pijat Oksitosin dan Breast Care Terhadap Jumlah ASI

Ketidaklancaran pengeluaran ASI pada hari-hari pertama setelah

melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon

oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran ASI.

Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral,

intravena, intra-muscular, maupun dengan pemijatan yang merangsang

keluarnya hormon oksitosin (Desmawati, 2013).

Widuri (2013) mengemukakan bahwa kerja hormon oksitosin juga

sangat dipengaruhi perasaan dan pikiran ibu. Dengan demikian agar proses

menyusui berjalan dengan lancar maka ibu harus dalam keadaan tenang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22c.i
digilib.uns.a
d

nyaman, dan senang saat menyusui. Namun, apabila ibu dalam keadaan

stress, maka refleks turunnya ASI dapat terhalangi.Hormon oksitosin

disebut juga dengan “hormon kasih sayang” karena hampir 80% hormon

ini dipengaruhi oleh pikiran ibu. Soetjiningsih (2012), menyatakan bahwa

bila ada stress pada ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade

dari refleks let down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari

adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh

darah alveoli sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk mencapai target

organ mioepitelium.

Sebuah penelitian telah dilakukan di Iran untuk menentukan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi waktu terjadinya laktasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jenis stress memungkinkan terjadinya penundaan

ejeksi ASI selama beberapa hari setelah persalinan dan akan

mengakibatkan penurunan berat badan bayi dan kegagalan asuhan oleh

para ibu (Sakha et al, 2005).

Pijat oksitosin merupakan stimulasi yang dapat diberikan untuk

merangsang pengeluaran ASI. Sebagaimana ditulis Lund, et al (2002)

dalam European Journal of Neuroscience, bahwa perawatan pijat

oksitosin berulang bisa meningkatkan produksi hormon oksitosin. Melalui

pijatan pada tulang belakang, ibu akan merasa tenang, rileks, mengurangi

rasa nyeri, merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress, sehingga

dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar. Efek

dari pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat reaksinya setelah 6-12 jam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23c.i
digilib.uns.a
d

pemijatan. Pijatan ini memberikan rasa nyaman pada ibu setelah

mengalami proses persalinan dapat dilakukan selama 2-3 menit secara

rutin 2 kali dalam sehari. Pijatan ini tidak harus dilakukan langsung oleh

petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga

yang lain. Petugas kesehatan dapat mengajarkan kepada keluarga agar

dapat membantu ibu melakukan pijat oksitosin karena teknik pijatan ini

cukup mudah dilakukan dan tidak menggunakan alat tertentu (Roesli,

2009).

Pijat oksitosin dilakukan pada ibu-ibu setelah melahirkan yang

akan membantu kerja hormon oksitosin dalam pengeluaran ASI,

mempercepat saraf parasimpatis menyampaikan sinyal ke otak bagian

belakang untuk merangsang kerja oksitosin dalam mengalirkan ASI

keluar. Pemijatan tersebut merangsang kerja saraf-saraf perifer yang ada di

otot-otot sekitar tulang belakang kemudian diterima hipotalamus dan

diteruskan pada hipofise posterior sebagai tempat keluarnya oksitosin dan

bekerja untuk merangsang let-down reflex (Desmawati, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Desmawati (2008) berjudul

“Efektivitas kombinasi areolla massage dengan rolling massage terhadap

pengeluaran ASI secara dini pada ibu post partum di Puskesmas Pamulang

dan Cikupa Banten”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu-ibu yang

diberikan intervensi tersebut memiliki peluang 5,146 kali untuk terjadinya

ASI kurang 12 jam post partum.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24c.i
digilib.uns.a
d

Penelitian mengenai efektivitas pijat oksitosin juga dilakukan oleh

Eko Mardiyaningsih (2010) yang berjudul “Efektivitas kombinasi teknik

marmet dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post sectio

caesarea di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah”. Hasil penelitian

menunjukkan metode kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat

meningkatkan produksi ASI ibu post sectio caesarea. Ada perbedaan

proporsi kelancaran produksi ASI antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Ibu post sectio caesarea yang diberikan intervensi

kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin berpeluang 11,5 kali lebih

besar untuk mempunyai produksi ASI lancar dibandingkan dengan

kelompok kontrol.

Perawatan payudara (breast care) juga merupakan stimulasi yang

dapat diberikan untuk merangsang pengeluaran ASI. Perawatan payudara

adalah cara pemberian rangsangan pada otot-otot payudara untuk

memperlancar ASI yang terdiri atas pembersihan dan rangsangan puting

susu, massase payudara dan kompres payudara (Bahiyatun, 2009).

Merangsang payudara akan mempengaruhi hypofise untuk

mengeluarkan hormon oksitosin lebih banyak lagi. Pengeluaran oksitosin

selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada

duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan

oleh hipofisis. Hormon oksitosin akan menimbulkan kontraksi pada sel-sel

lain sekitar alveoli sehingga air susu mengalir turun ke arah puting.Secara

mekanik, pemijatan atau penekanan pada payudara akan membantu ASI


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25c.i
digilib.uns.a
d

keluar dari alveoli dan saluran duktus. Semua gerakan pemijatan

bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI dan merupakan cara

efektif meningkatkan volume ASI, serta mencegah bendungan ASI.

Perawatan payudara juga memperlancar sirkulasi darah dan mencegah

tersumbatnya saluran susu sehingga mempercepat sekresi ASI. Perawatan

payudara dapat dilakukan oleh ibu secara mandiri selama kurang lebih 15-

20 menit (Kristiyanasari, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Lailiyah Afiana (2009) berjudul

“Efektivitas tindakan perawatan payudara terhadap pengeluaran ASI pada

ibu post partum primipara di RSIA Srikandi Jember”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perawatan payudara efektif terhadap pengeluaran

ASI pada ibu post partum primipara (p value= 0,002).

Penelitian mengenai breast care juga dilakukan oleh Asti Melani

Astari (2008) yang berjudul “Hubungan Perawatan Payudara dengan

Kecepatan Sekresi ASI Post Partum Primipara”. Hasil penelitian

menunjukkan adanya perawatan payudara akan menyebabkan sekresi ASI

pada ibu post partum cenderung lebih cepat atau kurang dari 24 jam

dengan peluang (odds ratio) 11 kali lebih cepat dibandingkan dengan ibu

yang tidak melakukan perawatan payudara.

Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa pijat oksitosin dan breast caredapat memberikan

dampak positif dalam kelancaran pengeluaran ASI dan meningkatkan

jumlah ASI.Hal ini dapat mengubah persepsi ibu bahwa asupan ASI yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26c.i
digilib.uns.a
d

diterima bayi tidak cukup. Yang perlu diketahui sebenarnya adalah bukan

berapa banyak bayi meminum ASI, melainkan apakah bayi sudah

mendapatkan ASI sesuai dengan kebutuhannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27c.i
digilib.uns.a
d

B. Kerangka Konsep

Intervensi/ teknik yang


merangsang pengeluaran ASI:
1. Pijat oksitosin
2. Breast care
3. Teknik marmet
4. Hypnobreastfeeding

Pijat oksitosin Breast care

Impuls saraf-saraf tepi Stimulasi puting susu dan


otot-otot payudara

Stimulasi hipotalamus Melancarkan sirkulasi


darah
Stimulasi hipofisis posterior
Mencegah tersumbatnya
saluran susu
Sekresi oksitosin
Faktor yang mempengaruhi
Kontraksi myoepitel sekitar produksi dan pengeluaranASI:
alveoli 1. Nutrisi
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Produksi dan Pe ngeluaran 4. Anatomis payudara
5. Faktor fisiologi
ASI
6. Pola istirahat
7. Faktor isapan bayi
Jumlah ASI 8. Berat lahir bayi
9. Umur kehamilan saat
melahirkan
10. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
= variabel bebas 11. Konsumsi rokok dan alkohol
12. Intervensi/ teknik lain
= variabel terikat yangmerangsang pengeluaran
ASI
= tidak diteliti

Gambarc2om
.5mKiet rtaonugskear Konsep
perpustakaan.uns.ac.id 28c.i
digilib.uns.a
d

C. Hipotesis

Ada perbedaan pijat oksitosin dan breast care terhadap jumlah ASI

pada ibu post partum di Puskesmas Gajahan Surakarta.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai