Anda di halaman 1dari 3

IDEOLOGI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN SISTEM

HUKUM NASIONAL

Pancasila merupakan kesepakatan nasional bangsa Indonesia yang ditetapkan sebagai


ideologi dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu Pancasila juga disepakati
sebagai dasar dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dengan kata lain, bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut sudah
seharusnya diamalkan oleh seluruh rakyat Indonesia dan mencerminkan kehidupan dan
bernegara bangsa Indonesia.
Namun dalam perjalanannya, Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dan dalam tatanan hukum di Indonesia, masihkah Pancasila menjadi dasar ideologi
yang dianut oleh pemerintahan dan negarawan di Indonesia dan bagaimanakah sebenarnya
kedudukan Pancasila ini dalam sistem hukum nasional?
Tulisan ini membahas pengertian sistem hukum nasional dan arah sistem hukum
nasional; permasalahan-permasalahan apa yang terjadi dalam pembangunan Sistem Hukum
Nasional dan bagaimana cara mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut; hubungan
ideologi Pancasila dan Sistem Hukum Nasional. Untuk menjawab hal tersebut, Penulis
mewawancarai seorang pakar hukum dari Universitas Padjadjaran yang mengajar mata kuliah
Pengantar Ilmu Hukum dan mata kuliah Sistem Hukum Indonesia yaitu Dr.H. Imamulhadi, S.H.,
M.H.

1. Pengertian Sistem Hukum Nasional


Sistem Hukum Nasional merupakan suatu struktur atau bangunan hukum dan
substansinya yang mengatur kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam sistem hukum nasional,
bangunan hukum Indonesia tersusun dalam 4 pilar yaitu sistem hukum common law, sistem
hukum civil law, sistem hukum Islam dan sistem hukum adat, yang kemudian masing-masing
memiliki sub sistem yang dapat digolongkan ke dalam sub sistem hukum perdata, sub sistem
hukum pidana dan sub sistem hukum administrasi negara, sub sistem hukum tata negara dan sub
sistem hukum internasional.
Keberadaan sub sistem tersebut ada yang tertulis (written law) dan (unwritten law). Yang
tertulis aturan-aturannya termuat dalam aturan-aturan perundang-undangan (Undang-Undang
Dasar, Ketetapan MPR, Undang-Undang/ Perpu, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota). Tidak tertulis artinya
aturan-aturan tersebut didasarkan kepada hukum kebiasaan serta adat istiadat bangsa Indonesia
yang apabila dilanggar dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi pada si pelanggarnya.

a. Arah pembangunan Sistem Hukum Nasional saat ini


Saat ini pembangunan sistem hukum nasional yang tercermin dalam politik hukum
nasional diarahkan untuk mencapai unifikasi hukum dalam upaya memberlakukan satu sistem
hukum nasional dan hendak menghilangkan pluralisme hukum atau dualism hukum.
Dalam pelaksanaannya unifikasi hukum lebih condong kepada berlakunya hukum barat
yaitu common law system dan civil law system, adapun sistem hukum adat dan sistem hukum
Islam semakin disisihkan. Akibatnyacommon law system dan civil law system sangat
mendominasi peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. hukum adat dan hukum islam di
Indonesia
Tanpa disadari pembangunan sistem hukum nasional mulaikehilangan jati dirinya dan
telah bertentangan dengan ideologi Pnacasila. Penyebabnya adalah karena dasar ideologi hukum
barat (common law system dan civil law system) adalah ideologi liberal dan sekuler
sebagaimana ideologi yang dianut di Amerika dan Eropa Barat, sementara hukum adat dan
hukum Islam yang telah membumi di Indonesia sejak ribuan tahun lamanya, yang menjadi ilham
dari ideologi Pancasila tidak mengenal bahkan bertentangan dengan liberalism dan sekularisme.
Dengan demikian pembangunan sistem hukum nasional saat ini telah mengarah kepada satu
sistem hukum nasional yang berbasis liberalism dan sekularisme.

b. Pemasalahan-permasalahan dalam pembangunan Sistem Hukum Nasional dan


cara mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut
Dikarenakan substansi sistem hukum nasional saat ini lebih condong pada hukum barat
dengan fondasi liberal dan sekularisme, sementara ideologi masyarakat Indonesia itu adalah
Pancasila dan masyarakatnya sangat agamis, maka banyak hukum yang berlaku ditentang oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia terutama masyarakat adat dan masyarakat Indonesia yang
beragama Islam. Oleh karenanya sering didapati penolakan-penolakan secara ekstrim suatu
peraturan perundang-undangan oleh masyarakat, bahkan mengarah pada separatisme seperti di
Aceh, Papua dan masyarakat adat Dayak.
Untuk mengatasi masalah tersebut sebaiknya pembangunan hukum nasional harus diubah
paradigmanya. Jangan diarahkan untuk menghilangkan pluralism hukum melainkan
pembangunan hukum nasional harus memberi ruang perbedaan sistem hukum yang berlaku di
Indonesia. Atau dengan kata lain pluralisme hukum harus dimungkinkan dalam struktur atau
bangunan hukum Indonesia.
Sesungguhnya masyarakat Indonesia beragam agama dan suku bangsa, keberagaman
tersebut juga terjadi pada bidang hukum. Keberagaman justru membuktikan fakta sesungguhnya
dari Bhineka Tunggal Ika.
Bhineka Tunggal Ika jangan dimaknai bahwa keberagaman itu dilebur dalam satu
kesatuan melainkan harus dimaknai bahwa keberagaman itu dibiarkan demikian adanya namun
tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pembangunan hukum nasional harus dapat
memberikan ruang berlakunya hukum adat bagi masyarakat adat, hukum Islam bagi masyarakat
Indonesia yang beragama Islam dan hukum barat bagi masyarakat yang diluar agama Islam dan
masyarakat adat.
Namun ke-4 pilar hukum yang sebelumnya disebutkan disulam dalam satu kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasar falsafah Pancasila, dengan semboyan
beragam-ragam sistem hukum namun tetap satu Indonesia.
2. Hubungan ideologi Pancasila dengan Sistem Hukum Nasional
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, ideologi Pancasila harus mengilhami dan
dijadikan dasar kebijakan hukum nasional. Struktur dan bangunan hukum nasional tidak boleh
keluar dari ideologi Pancasila dan tidak boleh mengakibatkan terceraiberaikannya Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pembangunan sistem hukum nasional substansinya tidak boleh bertentangan dengan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa artinya tidak boleh ada di Indonesia suatu hukum yang bertentangan
dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal itu berarti hukum yang berfalsafah liberalism
harus ditolak keberadaannya di Indonesia.
Pembangunan sistem hukum nasional substansinya tidak boleh bertentangan dengan sila
Kemanusiaan yang adil dan beradab artinya tidak boleh ada di Indonesia suatu hukum yang
memperbolehkan penindasan manusia terhadap manusia lainnya (pelanggaran HAM).
Pembangunan sistem hukum nasional substansinya tidak boleh bertentangan dengan sila
Persatuan Indonesia artinya peraturan-peraturan hukum yang berlaku di Indonesia tidak boleh
mengakibatkan disintegrasi bangsa.
Pembangunan sistem hukum nasional substansinya tidak boleh bertentangan dengan sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
artinya bahwa substansi hukum nasional itu harus mengedepankan musyawarah mufakat sebagai
bentuk penyelesaian sengketa.
Pembangunan sistem hukum nasional substansinya tidak boleh bertentangan dengan sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia artinya bahwa peraturan-peraturan yang berlaku di
Indonesia harus mendatangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia baik kesejahteraan
lahir maupun batin.

Kesimpulan
Ideologi Pancasila harus didudukkan dalam Sistem Hukum Nasional sebagai sumber dari
segala sumber hukum yang menempati puncak piramida hierarki hukum nasional.

Arah pembangunan sistem hukum nasional seharusnya diarahkan pada ideologi


Pancasila. Arah pembangunan sistem hukum nasional haruslah menempatkan ideologi Pancasila,
sehingga struktur dan bangunan hukum nasional dengan melakukan penapisan atau pemilah-
milahan aturan-aturan mana yang telah sesuai dengan ideologi Pancasila dan aturan-aturan mana
yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai