Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ATELEKTASIS

DISUSUN OLEH:
Rumaisha Alkatiri, S.Ked
111 2018 2127

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Andarias Tambolang, Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Rumaisha Alkatiri, S.Ked
Stambuk : 111 2018 2127
Judul Refarat : Atelektasis
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus pada tanggal 8 Mei 2019 dan telah
mendapatkan perbaikan. Tugas ini dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Makassar, 8 Mei 2019

Pembimbing

(dr. Andarias Tambolang, Sp.Rad)

2
BAB I

PENDAHULUAN

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak

sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang

tidak mengandung udara dan kolaps. Meskipun atelektasis sebenarnya bukan

merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru. 1

Atelektasis adalah hilangnya volume paru-paru, baik sebagian atau

seluruh paru dengan atau tanpa pergeseran mediastinum. Ini berbeda dengan

konsolidasi ketika volume paru-paru normal. Dalam praktek klinis, seringkali ada

kombinasi keduanya. Atelektasis dapat diklasifikasikan secara luas menjadi

obstruktif dan non-obstruktif, masing-masing memiliki pola radiologis tertentu. 1

Atelektasis adalah gangguan perkembangan paru yang disebabkan

berkurangnya pertukaran udara perifer didalam paru. Seorang klinisi harus dapat

membedakan mekanisme terjadinya atelektasis. Terdapat 3 mekanisme yang dapat

menyebabkan atelektasis, yaitu 1). Peningkatan tekanan permukaan di dalam

alveolus, 2). Kompresi parenkim paru akibat peningkatan dinding intratorak

maupun ekstratorak paru, 3). Obstruksi jalan nafas yang menyebabkan

berkurangnya pertukaran udara di alveolus. Diagnosis atelektasis berdasarkan

gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi

dan bronkoskopi.2

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Pernapasan


Fungsi pernapasan yang utama adalah untuk pertukaran gas. Oleh

karena itu, anatomi maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini.

Secara anatomi, fungsi pernapasan ini dimulai dari hidung sampai ke paru.

Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi

sebagai konduksi (pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi

(pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara seakan–akan bolak-balik di

antara atmosfir dan jalan napas. Oleh karena itu, bagian ini seakan-akan tidak

berfungsi, dan disebut dengan “dead space”. Akan tetapi, fungsi tambahan dari

konduksi, seperti proteksi dan pengaturan kelembaban udara, justru

dilaksanakan pada bagian ini.

Adapun yang termasuk ke dalam

konduksi adalah rongga hidung, rongga

mulut, faring, laring, trakea, sinus

bronkus, dan bronkiolus non-

respiratorius.5

4
Gambar 1. Saluran pernapasan manusia6

Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difusi) yang

sering disebut dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus

respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus alveolaris. Bila ditinjau dari

traktus repiratorius, maka yang berfungsi sebagai konduksi adalah trakea,

bronkus utama, bronkus lobaris, bronkus segmental, bronkus, subsegmental,

bronkus terminalis, bronkiolus, bronkiolus nonrespiratorius. Sedangkan yang

bertindak sebagai bagian respirasi adalah bronkiolus respirasi, bronkiolus

terminalis, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.3

Percabangan trakea sampai kepada sakus alveolaris dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : bronkus utama sebagai percabangan utama,

bronkus lobaris sebagai percabangan kedua, bronkus segmental sebagai

percabangan ketiga, bronkus subsegmental sebagai percabangan keempat,

hingga sampai bagian yang keenam belas sebagai bagian yang berperan

sebagai konduksi, sedangkan bagian percabangan yang ketujuh belas sampai

kesembilan belas yang merupakan percabangan bronkiolus repiratorius dan

percabangan yang kedua puluh sampai kedua puluh dua yang merupakan

5
percabangan duktus alveolaris dan sakus alveolaris adalah percabangan

terakhir yang seluruhnya merupakan bagian respirasi.4

Dengan demikian, kita temukan bahwa traktus respiratorius terdiri

dari 1 trakea, 2 bronkus utama, 7 bronkus lobaris, 9 bronkus segmental, 38

bronkus subsegmental, 1000 bronkus terminalis, 35.000 bronkiolus terminalis,

630.000 bronkiolus terminalis respiratorius, dan 17 juta duktus alveolaris dan

sakus alveolaris dan 300 juta alveoli

dengan diameter 0,35-0,30 mm.

Gambar 2. Segmen dan Lobus Paru-paru5

Bronkus-bronkus tersebut akan masuk ke lobus-lobus dan segmen-segmen

paru yang berbeda. Paru-paru manusia terdiri dari 5 lobus, dan 18 segmen. Paru

kanan memiliki 3 lobus dan 10 segmen. Paru kiri memiliki 2 lobus dan 9 segmen.

Untuk paru kanan, lobus pertama yaitu lobus superior, dengan segmen terdiri

dari apical, posterior, dan anterior. Lobus kedua yaitu lobus medius, dengan

segmen terdiri dari lateral, medialis, dan superior. Lobus ketiga yaitu lobus

6
inferior, dengan segmen terdiri dari medial basal, anterior basal, lateral basal,

dan posterior basal. Untuk paru kiri, lobus pertama yaitu lobus superior, dengan

segmen terdiri dari apical, posterior, anterior, superior, dan lingual inferior.

Lobus kedua yaitu lobus inferior, dengan segmen terdiri dari superior,

anteromedial, lateral basal, dan posterior basal.

Fisiologi sistem pernapasan7

Fungsi utama pernapasan (respirasi) adalah memperoleh O2 untuk

digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel.

Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan : respirasi internal

dan respirasi eksternal. Respirasi internal merujuk kepada proses-proses

metabolic intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang menggunakan O2

dan menghasilkan CO2 selagi mengambil energy dari molekul nutrient.

Respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam

permukaan O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.6

Selain fungsi pernapasan, system pernapasan juga menjalankan fungsi

nonrespiratorik berikut :

- Rute untuk mengeluarkan air dan panas.

- Meningkatkan aliran balik vena

7
- Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengubah

jumlah CO2 penghasil H+ yang dikeluarkan.

- Memungkinkan kita berbicara, menyanyi, dan vokalisasi lain

- Merupakan system pertahanan terhadap benda asing yang terhirup

- Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktifkan berbagai

bahan yang mengalir melewati sirkulasi paru.

- Berfungsi sebagai organ penciuman

2.2 Atelektasis

2.2.1 Definisi

Atelektasis digambarkan sebagai keadaan hilangnya volume

paru-paru karena runtuhnya fungsi jaringan paru-paru. Atelektasis dapat

disebabkan oleh berbagai alasan termasuk posisi telentang, sumbatan

lendir, benda asing di saluran napas, aspirasi, tumor, dll.4

Atelektasis adalah salah satu kelainan yang paling sering ditemui

di radiologi dada dan tetap menjadi tantangan diagnostik harian. Kadang-

kadang atelektasis dapat diabaikan, terutama ketika kekeruhan pulmonal

minimal atau tidak ada, dan pada waktu lain itu mungkin ditafsirkan

sebagai beberapa bentuk lain dari patologi intrathoracic, khususnya

pneumonia.7

8
2.2.2 Etiologi

Atelektasis lebih sering terjadi pada pria (80%) dibandingkan

pada wanita. Penyebab paling umum dari atelektasis adalah paparan

pekerjaan terhadap debu mineral: asbestosis, pneumoconiosis, inhalasi

debu mineral campuran. Insiden yang sering terjadi pada atelektasis juga

ditunjukkan pada pleura eksudatif karena berbagai penyebab: penyakit

tuberkulosis, hemotoraks, mengikuti prosedur bedah jantung, pada

pasien dengan dialisis kronis. Atelektasis jarang terjadi pada penyakit

paru yang langsung mempengaruhi pleura, seperti pada legionellosis,

histoplasmosis dan pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir.

Atelektasis juga dapat terjadi pada sarkoidosis dan pada dewasa muda

tanpa riwayat penyakit paru.5 Berdasarkan etiologi, Atelektasis terbagi

menjadi:

a. Obstruktif :

1. Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah

bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran

pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan

oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang

terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh

sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau

pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan

tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam

aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat.

9
Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan

sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami

infeksi.

2. Bronkus yang tersumbat, penyumbatan biasa berasal di

dalam bronkus seperti tumor bronkus, benda asing, cairan

sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat

panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus,

kelenjar yang membesar.

3. Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan

sekret yang berupa mukus.

4. Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh

pneumothorak, cairan pleura, peninggian diafragma,

herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak

seperti tumor mediastinum.

5. Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan

menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna,

misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis

lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi

lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan ini akan

menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan

memperberat keadaan atelektasis.

6. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau

trauma thorak yang menahan rasa sakit, keadaan ini juga

10
akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat

memperberat terjadinya atelektasis

b. Non-obstruktif :

1. Pneumothoraks

2. Tumor

3. Pembesaran kelenjar getah bening.

4. Pembiusan (anestesia)/pembedahan

5. Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi

6. Pernafasan dangkal

7. Penyakit paru-paru1,6

2.2.3. Patofisiologi

a. Penurunan Pemenuhan Volume Paru-paru

Hilangnya volume paru-paru akibat atelektasis

menyebabkan siklus inspirasi untuk memulai dari FRC (Functional

Residual Capacity) yang lebih rendah, sehingga ini terjadi pada

bagian yang kurang efisien dari kurva tekanan-volume. Akibatnya,

peningkatan tekanan transpulmonary diperlukan untuk mencapai

volume tidal tertentu, yang mengarah ke peningkatan kerja

pernapasan.

b. Oksigenasi terganggu

11
Atelektasis dapat secara signifikan mempengaruhi

oksigenasi sistemik oleh hilangnya ventilasi yang cukup untuk

perfusi paru-paru unit. Ini pertama kali diidentifikasi selama GA dan

efeknya dibalik oleh hiperinflasi pasif.

c. Peningkatkan resistensi pembuluh darah paru

Hipoksia regional pada unit paru atelektik menyebabkan

vasokonstriksi pulmonal hipoksia karena penurunan tekanan oksigen vena

alveolar dan campuran. Jika meluas, fenomena ini dapat menyebabkan

disfungsi ventrikel kanan dan peningkatan kebocoran cairan

mikrovaskuler pada pasien yang rentan.1,8

2.2.4. Gejala Klinis

Gejala yang paling umum didapatkan pada atelektasis adalah

sesak napas, pengembangan dada yang tidak normal selama inspirasi, dan

batuk. Gejala gejala lainnya adalah demam, takikardi, adanya ronki,

berkurangnya bunyi pernapasan, pernapasan bronkial,dan sianosis. Jika

kolaps paru terjadi secara tiba-tiba, maka gejala yang paling penting

didapatkan pada atelektasis adalah sianosis. Jika obstruksi melibatkan

bronkus utama, mengi dapat didengar, dapat terjadi sianosis dan asfiksia,

dapat terjadi penurunan mendadak pada tekanan darah yang

12
mengakibatkan syok. Jika terdapat sekret yang meningkat pada alveolus

dan disertai infeksi, maka gejala atelektasis yang didapatkan berupa

demam dan denyut nadi yang meningkat (takikardi). Pada pemeriksaan

klinis didapatkan tanda atelektasis pada inspeksi didapatkan berkurangnya

gerakan pada sisi yang sakit, tkabunyi nafas yang berkurang, pada palpasi

ditemukan vokal fremitus berkurang, trakea bergeser ke arah sisi yang

sakit, pada perkusi didapatkan pekak dan uskustasi didapatkan penurunan

suara pernapasan pada satu sisi.5,8

2.2.5 Pemeriksaan Fisis

Pada Atelektasis sebagian besar pada pemeriksaan fisik terkait

dengan gangguan yang mendasarinya. Bunyi napas dapat menurun pada

bagian paru-paru atelektik, meskipun segmen yang terlibat mungkin sangat

kecil sehingga perubahan tidak dapat dirasakan. Juga, bagian atelectatic

mungkin berada di segmen yang tidak dapat diakses oleh stetoskop. Jika

bagian atoskopi dan dinding dada cukup besar, maka dentuman terhadap

perkusi dapat dideteksi.

Atelektasis juga dapat terjadi di lobus tengah kanan atau lingula

pada remaja. Karena keduanya terletak di anterior, lobus tidak dievaluasi

dengan benar, dan kelainan yang sesuai tidak didengar. Butuh perhatian dan

keahlian khusus untuk mendapatkan pemeriksaan fisis sebagai berikut:

1. Ronchi basah, kasar dan nyaring.

2. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada

13
auskultasi memberi suara umforik.

3. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

4. Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara

pekak)6,8

2.2.6 Pemeriksaan Radiologi

Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah terjadinya

pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru,

dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih gelap

(densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis,

sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.6,9

a. Sinar-X Dada

Tanda-tanda radiologis tergantung pada etiologi, tingkat keruntuhan, dan

konsolidasi terkait atau patologi yang terjadi pada pleura. Terdapat

Tanda langsung (terkait dengan hilangnya volume paru-paru dan lobus

kolaps) atau tidak langsung (terjadi sebagai akibat dari perubahan

kompensasi karena kehilangan volume), yang menyebabkan pergeseran

struktur mediastinum.

1. Tanda-tanda langsung yaitu:

14
a. Peningkatan opacifikasi di daerah atelektasis. Air

bronchogram biasanya merupakan fitur konsolidasi tetapi

juga hadir dalam keruntuhan lobar.

b. Perpindahan fisis. Ini terjadi dengan tingkat keruntuhan yang

besar.

c. Kehilangan aerasi. Jika paru yang kolaps berdekatan dengan

mediastinum atau diafragma, maka hilangnya definisi dari

struktur ini menunjukkan hilangnya aerasi (silhouette sign).

d. Tanda-tanda pembuluh darah. Dalam keadaan kolaps

sebagian sebagian, akumulasi pembuluh darah dapat terlihat.

2. Tanda-tanda tidak langsung:

a. Peningkatan hemi-diafragma. Tanda ini memiliki nilai

terbatas karena posisi normal diafragma adalah variabel.

b. Perpindahan mediastinum ke sisi keruntuhan. Beberapa isi

mediastinum yang mudah dilihat pada foto polos dada

termasuk trakea, tabung trakea, kateter vena sentral di vena

cava superior, dan tabung nasogastrik di esofagus.

c. Pemindahan Hilar. Hilum dapat meningkat pada kolaps lobus

atas, dan depresi pada lobus bawah kolaps.

3. Pola Kolaps pada Radiologi

a. Collapse Complete

15
Mengarah ke opasitas lengkap dari hemithorax (yang disebut

'white out'). Hal ini sering membingungkan dengan efusi

pleura yang luas, tetapi dapat dibedakan dengan adanya

pergeseran mediastinum ke arah paru yang kolaps (gambar 3)

dibandingkan dengan gerakan menjauh dari efusi pleura

(gambar 4).

Ultrasound atau computerized tomography (CT)

memungkinkan konfirmasi definitif adanya efusi.

16
Gambar 3. Kolaps paru total akibat obstruktif menyebabkan
warna putih pada hemithoraks dekstra. Trakea mengarah ke
paru yang kolaps.

Gambar 4 Kolaps paru total akibat penekanan dari efusi


pleura, trakea beralih ke paru sebelah kiri.

b. Lobar collapse

Karakteristik fitur yang terkait dengan runtuhnya lobar

individu adalah sebagai berikut:

17
Gambar 5. (a)RUL kolaps tampak PA (b) RUL kolaps tampak
lateral.

1. Lobus kanan atas (RUL) kolaps (gambar 5a dan b)

menghasilkan elevasi hilum kanan dan fistureur minor.

Pada pandangan lateral, elevasi dari minor dan major

fissure dapat terlihat. Fisures minor dalam RUL runtuh

biasanya cembung superior tetapi mungkin muncul

cekung karena lesi massa yang mendasari. Ini disebut

tanda Golden S.

2. Lobus tengah kanan (RML) kolaps, menghasilkan

opasitas minimal dan sering diabaikan. Hilangnya siluet

18
batas jantung kanan hampir selalu merupakan fitur pada

pandangan posterior-anterior. Fisik horizontal dan

oblique kanan bergerak menuju satu sama lain yang

mengarah ke opacity berbentuk baji pada tampilan lateral.

RML yang mengalami kolaps kronis sering dikaitkan

dengan bronkiektasis dan dikenal sebagai sindrom RML.

Gambar 6. (a) RML Kolaps tampak PA (b) RML Kolaps


tampak lateral

b. CT Scan

Atelectasis pada CT telah didefinisikan sebagai piksel dengan

nilai atenuasi 2100 hingga þ100 unit Hounfield. Unit Hounfield

adalah ukuran redaman sinar-X yang digunakan dalam interpretasi

19
CT scan. Ini ciri kepadatan relatif dari suatu zat, yaitu, udara: 21000,

lemak: 250, air: 0, otot: þ40, batu: þ100 hingga þ400, tulang: þ1000.

Ciri-ciri keruntuhan lobar dan efusi lebih jelas pada CT daripada

radiografi polos dan ini berguna untuk lebih banyak bentuk atipikal

kolaps. CT membantu identifikasi dan lokalisasi lesi endobronkial

dan penyebaran tumor, dan diferensiasi lesi obstruktif dari bentuk

atelektasis lainnya.

Gambar 7. CT Scan RML kolaps. Ada opacity berbentuk panah di


midzone

c. Ultrasonografi

Atelektasis obstruktif pada ultrasonografi menunjukkan sebagai

area dari echogenicity rendah homogen. Peranan penting untuk USG

adalah membedakan kolaps paru basal dari efusi pleural yang

20
ditemukan. Segmen runtuh yang terkena menyerupai hati (yang

disebut hepatization of the lung). Band Echogenic mungkin terlihat

sebagai hasil dari bronchogram cairan. Tidak ada pengulangan paru-

paru terlihat selama inhalasi. Pada penggunaan Doppler colour-flow,

peningkatan aliran sinyal terlihat. Juga 'denyut paru' dapat digunakan

sebagai tanda ultrasonografi paru-paru bersifat dinamis yang

digambarkan sebagai tidak adanya pergeseran paru dengan persepsi

aktivitas jantung pada garis pleura, berhubungan dengan atelektasis

lengkap (misalnya selama intubasi endobronkial).1

Gambar 8. Ultrasonografi paru-paru


Nampak efusi pleura luas yang menyebabkan kolaps paru-paru.

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang


didapatkan, serta pemeriksaan radiografi . Foto radiografi dada digunakan
untuk konfirmasi diagnosis. CT scan digunakan untuk memperlihatkan
lokasi obstruksi. Foto radigrafi dada dilakukan dengan menggunakan

21
proyeksi anterior-posterior dan lateral untuk mengetahui lokasi dan distribusi
atelektasis. Sebagai dasar gambaran radiologi pada atelektasis adalah
pengurangan volume paru baik lobaris,segmental, atau seluruh paru, yang
akibat berkurangnya aerasi sehingga memberi bayangan yang lebih suram
(densitas tinggi) dan pergeseran fissura interlobaris. Tanda-tanda tidak
langsung dari atelektasis adalah sebagian besar dari upaya kompensasi
pengurangan volume paru, yaitu : penarikan mediastinum kearah atelektasis,
elevasi hemidiafragma,sela iga menyempit, pergeseran hilus. Adanya
"Siluet" merupakan tanda memungkinkan adanya lobus atau segmen dari
paru-paru yang terlibat. 8,9

Gambar 9. Atelektasis pada lobus kiri bawah. Panah biru menunjukkan


tepi daerah segitiga menunjukkan kepadatan yang meningkat pada sulkus
cardiophrenikus kiri. Panah merah pada CT Scan aksial menunjukkan
atelektasis pada lobus kiri bawah dibatasi oleh celah besar pengungsi. 8

22
Gambar 10. Foto rontgen dada posteroanterior yang memperlihatkan
atelektasis disertai efusi pleura. Tampak gambaran opak pada hemithoraks kiri
disertai deviasi trakea ke kiri.8

Gambar 11. Atelektasis pada lobus paru bagian kanan atas. Tampak
elevasi dari fissura horizontal dan deviasi trakea ke arah kanan.8

23
Gambar 12. Atelektasis pada lobus paru bagian medial dextra. Pada foto
dada lateral tampak gambaran opak berbentuk segitiga pada bagian hilus. 8

Gambar 13. Atelektasis pada lobus paru bagian bawah dextra. Tampak
siluet pada bagian hemidiafragma dextra dengan densitas triangular
posteromedial.8

24
2.2.8. Diferential Diagnosis

1. Tumor

(A) (B)
Gambar 14.
(A) Tumor : Tampak perselubungan homogen yang berbatas tegas pada
bagian tengah paru kiri .9
(B) Atelektasis : Tampak perselubungan homogen pada lapangan paru
kiri. Tampak shift trakea dan mediastinum ke arah lesi9

2. Pneumonia

(A) (B)
Gambar 15.

25
(A) Pneumonia : Tampak perselubungan homogen pada lapangan
paru atas kanan yang disertai dengan gambaran air bronchogram
sign (ABS) .9
(B) Atelektasis : Tampak perselubungan homogen pada lapangan
atas paru kanan. Tampak shift trakea dan mediastinum ke arah lesi9

3. Efusi pleura

(A) (B)
Gambar 16.
(A) Efusi pleura : Tampak perselubungan homogen pada
hemitoraks kanan yang menutupi sinus, diafragma dan batas
jantung kanan. Ada meniscus sign.9
(B) Atelektasis : Tampak perselubungan homogen pada lapangan
paru kiri. Tampak shift trakea dan mediastinum kearah lesi.
Sinus, diafragma dan batas jantung kanan dalam batas normal.9

2.2.9 Penatalaksanaan

Terapi nonfarmakologi untuk meningkatkan batuk dan pembersihan

sekresi dari saluran napas termasuk fisioterapi dada, termasuk drainase

postural, perkusi dan vibrasi dinding dada, dan teknik ekspirasi paksa (disebut

huffing). Peningkatan pembersihan jalan napas yang dinilai oleh karakteristik

26
sputum (yaitu, volume, berat, viskositas) dan pembersihan radioaerosol dari

paru. Perawatan atelektasis bergantung pada etiologi yang mendasarinya.

Pengobatan atelektasis akut, termasuk kolaps paru pasca operasi,

membutuhkan pengangkatan penyebab yang mendasari.10

Untuk atelektasis pasca operasi, pencegahan adalah pendekatan terbaik.

Agen anestesi yang terkait dengan postkesthesia narcosis harus dihindari.

Narkotika harus digunakan dengan hemat karena mereka menekan refleks

batuk. Ambulasi dini dan penggunaan spirometri insentif penting. Dorong

pasien untuk batuk dan bernapas dalam-dalam.

Bronkodilator dapat membantu mencairkan sekresi dan mendorong

pelepasannya dengan mudah. Dalam kasus atelektasis lobar, fisioterapi dada

yang kuat sering membantu memperluas kembali paru yang kolaps. Ketika

upaya ini tidak berhasil dalam 24 jam, bronkoskopi serat optik fleksibel dapat

dilakukan.11

Pencegahan atelektasis lebih lanjut melibatkan (1) menempatkan pasien

dalam posisi tertentu untuk peningkatan drainase area yang terkena, (2)

memberikan fisioterapi dada yang kuat, dan (3) mendorong pasien untuk

batuk dan bernapas dalam. Terapi dengan antibiotik spektrum luas dimulai

dan dimodifikasi secara tepat jika patogen spesifik diisolasi dari sampel

sputum atau sekresi bronkus. Disertai dengan pemberian bronkodilator dan

agen mukolitik

Penanganan operatif atelektasis kronis diobati dengan reseksi segmental

atau lobektomi.8

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Ray Komal, Bodenham Andrew, Paramasivam Elankumaran. 2014.

Pulmonary Atelectasis in Anasthesia and Critical Care. Volume 14 Number

5. Published by Oxford University Press on Behalf of the British Journal of

Anasthesia.

2. Novialdi, Fitri Fachzi, Subroto Histawira. 2015. Laporan Kasus Aspirasi

Benda Asing Paku dengan Komplikasi Paru dan Aspirasi Benda Asing

Jarum Pentul Tanpa Komplikasi. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.4(2)

H.629.

3. Marieb, E. N. & Hoehn, K. 2010. Human anatomy & physiology (8th ed.)

San Francisco: Benjamin Cummings.

4. Suzuki Yasuyuki and Takasaki Yasushi. 2014. Respiratory Support with

Nasal High-Flow Therapy Helps to Prevent Reccurence of Postoperative

Atelectasis: A Case Report. Journal of Intensive Care.

5. Sobocinska Magdalena, Sobocinski Bartosz, Jarzemska Agnieszka, Serafin

Zbiginiew. 2014. Rounded Atelectasis of The Lung: A Pictorial Review.

Polish Journal of Radiology.

6. Liliasari Mega, Prestihani Meida, Wahyudi Rahim, Selviyana Rizal. 2014.

Atelektasis. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7. Woodering JH and Reed JC. 1996. Types and mechanisms of pulmonary

atelectasis. US National Library of MedicineNational Institutes of Health.

28
8. Tarun Madappa et all. 2017. Atelectasi

s. Medscape. Access Online [May, 12th 2018]

https://emedicine.medscape.com/article/296468-overview#a7

9. Algin Oktay, Gokalp Gokhan, Topal Ugur. 2011. Sign in Chest Imaging.

Turkish Society of Radiology.

10. University of Florida. 2018. Atelectasis. The Foundation for The Gator

Nation. Access online on May, 21th 2018 [cite

https://ufhealth.org/atelectasis#prettyPhoto[adam]/0/]

11. Kim MS, Hwang Y, Kim HS, Park IK, Kang CH, Kim YT. 2014. Reverse

V-shape Kinking of The Left Lower Lobar Bronchus After a Left Upper

Lobectomy and its Surgical Correction. The Korean Journal of Thoracic and

Cardiovascular Surgery

29

Anda mungkin juga menyukai