BAHASA INDONESIA
OLEH
KELOMPOK 4
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kalimat,Jenis Kalimat,dan Pola Dasar
Kalimat”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Tujuan
yang lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang kalimat,jenis
kalimat,dan pola dasar kalimat .Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada
Dosen yang telah memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1.S P
Pola ini adalah pola yang sangat sederhana, dimana hanya terdiri dari subjek dan predikat.
Meskipun begitu, pola ini sudah membentuk suatu kesatuan makna.
Adik menangis
S P
Contoh :
Dia bernyanyi
Budi berlari
2. S P O
S P O
Contoh :
3. S P Pel.
S P Pel.
Contoh :
4. S P Pel. K
S P Pel. K
Contoh :
S P O Pel.
Contoh :
6. S P K
S P K
Contoh :
7. S P O K
S P O K
Contoh :
8. S P O Pel. K
Aku memberi wanita yang mengemis itu uang untuk digunakannya membeli makanan.
S P O Pel. K
Contoh :
Berdasarkan pengucapannya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis, yakni kalimat langsung
dan kalimat tidak langsung.
a. Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa
melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Kalimat ini
ditandai dengan penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan
kalimat penjelas.
Contoh :
Contoh :
Aku pernah mendengar Aisya bercerita bahwa sebenarnya ia tidak terlalu senang
dengan kabar perjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
Tadi Bu Neti berpesan jika hari beliau tidak dapat masuk kelas karena suatu urusan.
Namun, beliau memberikan tugas untuk mengerjakan LKS halaman 75.
Burhani mengancam tidak masuk sekolah bila ia masih merasa mendapat bully-an
dari teman sekelasnya.
Dilihat dari jumlah frasanya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal (terdiri dari
kalimat nominal dan kalimat verbal) serta kalimat majemuk (terdiri dari kalimat majemuk
setara, majemuk bertingkat, dan majemuk campuran).
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, yang
terbentuk dari satu pola. Berikut ini pola – pola dalam kalimat tunggal beserta
contohnya
1. Subjek (S) + Predikat (P) Kata Benda (KB) + Kata Kerja (KK)
Pendemo berorasi.
Kalimat tunggal berdasarkan jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua yakni
kalimat nomina dan kalimat verbal.
b. Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata bilangan atau
kata sifat) sebagi predikat
Contoh :
c. Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.
Contoh :
d. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang
saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang lain, kalimat
majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara (baca : contoh kalimat majemuk
setara), bertingkat (baca : contoh kalimat majemuk bertingkat), dan campuran (baca : contoh
kalimat majemuk campuran).
Contoh :
Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan Andi akan
mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di sana.
Contoh :
Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk tidak ikut.
3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau tetap
tinggal di sini bersama ayahnya.
4. Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung “bahkan”.
Contoh :
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan gelar
sarjana pertamanya.
Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya meninggal ketika dia masih bayi.
2. Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
Contoh :
Tia memuntus pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.
Contoh :
Kebakaran hutan itu meluas hingga asap kabut yang ditimbulkan berdampak hingga
Singapura dan Malaysia.
Contoh :
Ani bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang tuanya merestui hubungan mereka.
Contoh :
Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga Kampung Barang tetap
menolak dipindahkan.
Contoh :
Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa dengan Dewi di kafe itu.
Contoh:
Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.
Budak itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk yang merindukan bulan.
Contoh :
Contoh:
Contoh :
Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba di rumah
mereka.
(kata hubung “dan” menyatakan kaimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan
kalimat majemuk bertingkat.)
Menurut pembagian berdasarkan isi atau fungsi suatu kalimat, kalimat dibedakan menjadi
lima jenis, seperti berikut:
Contoh :
Ari tengah berlari ke hutan. (memberitahu kepastian)
Contoh :
d. Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama seperti kalimat
perintah, dalam pelafalannya pada akhir kalimat biasanya ditandai dengan intonasi
yang tinggi. Dalam penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan tanda seru
(!).
Contoh :
e. Kalimat Pengandaian
Kalimat pengandaian bertujuan untuk menggambarkan keinginan atau tujuan dari
penulis atau pembicara yang belum atau tidak terwujud. Kalimat pengandaian
dalam penulisannya diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Contoh:
Seandainya aku menjadi dokter nantinya, aku hanya akan pergi ke daerah terpencil
dan memberikan pengobatan bagi yang membutuhkan di sana.
Dilihat dari unsur di dalamnya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yakni kalimat lengkap
dan kalimat tidak lengkap.
a. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang sekurang – kurangnya terdiri atas
sebuah subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat dikategorikan sebagai
kalimat lengkap.
Contoh:
Anak – anak bermain di lapangan
S P K
S P O
b. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan
bentuk tidak sempurna kadang hanya memiliki sebuah subjek saja, sebuah
predikat, atau bahkan hanya terdiri atas objek dan keterangan. Kalimat ini
biasanya digunakan untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan,
jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh:
Hei, Diana!
Terima kasih.
Selamat sore!
Tidak.
Apabila ditinjau dari struktur serta susunan atas subjek dan predikatnya, kalimat dapat dibagi
menjadi dua jenis, yakni kalimat versi dan kalimat inversi.
a. Kalimat Versi
Kalimat versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar
pada Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S – P – K ) dan lain
sebagainya.
Contoh:
S P K
S P O K
b. Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat yang
mendahului kata subjek. Kaliman versi biasanya digunakan untuk menyampaikan
penekanan atau ketegasan makna. Kata pertama yang muncul merupakan kaa
yang menjadi penentu makna kalimat sekaligus menjadi kata yang menimbulkan
kesan terhadap pembaca maupun pendengarnya.
Contoh:
P S K
Kalimat ini merupakan kalimat yang ditulis maupun diucapkan menggunakan dengan gaya
penyajian melepas. Gaya penulisan melepas ditandai dengan kalimat majemuk di awali
dengan induk kalimat atau kalimat utama serta diikuti oleh anak kalimatnya.
Contoh :
Putri tidak akan tertinggal kereta jika di jalan tadi tidak terjadi kecelekaan yang
menyebabkan kemacetan panjang.
(“Putri tidak akan tertinggal kereta” merupakan kalimat induk, “kereta jika di jalan
tadi tidak terjadi kecelekaan yang menyebabkan kemacetan panjang” merupakan anak
kalimat.)
Contoh :
Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa tertolong
(“Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat” merupakan anak kalimat, “mungkin
nyawanya masih bisa tertolong” merupakan kalimat utama).
Contoh :
Harga daging sapi menjelang Idul Adha melonjak, pedagang dan konsumen
mengeluhkan tingginya kenaikan.
Jika dilihat dari subjeknya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis,yakni kalimat aktif dan
kalimat pasif.
a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya melakukan
suatu tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan
awalan “me-” dan “ber-” serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat
diberikan awalan “me-”, seperti mandi, pergi, tidur, dan lain sebagainya.
Contoh :
b. Aktif Transitif:
Kalimat aktif ini dapat disisipi unsur objek di dalamnya. Kalimat aktif ini
biasanya memiliki predikat yang berawalan “me-” dan dapat dirubah ke dalam
bentuk pasif.
Contoh :
Contoh :
Contoh :
S P Pel
S P Pel
e. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan.
Kalimat pasif biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan
“ter-” serta diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi
dua bentuk, yakni,
Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini merupakan kalimat hasil dari transformasi kalimat aktif
transitif. Kalimat pasif ini memiliki predikat yang memilki imbuhan “di-”,
“ter-”, “ke-an”.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulisan makalah selanjutnya dan mendapatkan
kritik serta saran yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA