Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

“PROGRAM PENGENDALIAN HIV/AIDS”

Dosen Pengajar

Sulaemana Engkeng S.KM, M.Kes

SEMESTER 5- PROMKES

Velisitas Patricia Mandagi

17111101176

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

pertolongan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Adapun maksud penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan

oleh dosen pengajar, di samping itu saya juga ingin memahami lebih banyak serta

memberikan informasi kepada pembaca mengenai “Program Pengendalian

HIV/AIDS”. Dalam penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang

telah dihadapi, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini

dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan

terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena

itu, saya masih membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membina dan membangun

demi mencapai kesempurnaan makalah ini.

Semoga kiranya makalah ini dapat bermanfaat serta menambah ilmu

pengetahuan bagi pembaca. Terima Kasih.

Manado, September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyakit HIV/AIDS ........................................................................................ 2


2.2 Kejadian HIV/AIDS di Indonesia .................................................................... 2
2.3 Program Pengendalian HIV/AIDS ................................................................... 3
2.4 Peranan Promosi Kesehatan ............................................................................ 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya
tidak adanya penyakit atau kelemahan (WHO). Menurut Undang-Undang Dasar 1945 dan
juga Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.

Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018, HIV/ AIDS
telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di
Indonesia. Penyakit HIV/AIDS telah menjadi ,asalah internasional karena dalam waktu yang
relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda banyak negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu HIV/AIDS?
2. Bagaimana kejadian HIV/AIDS di Indonesia?
3. Bagaimana Program Pengendalian HIV/AIDS?
4. Bagiamana Peranan Promosi Kesehatan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu HIV/AIDS
2. Mengetahui bagaimana kejadian HIV/AIDS di Indonesia
3. Mengetahui bagaimana program pengendalian HIV/AIDS
4. Mengetahui bagaimana peranan promosi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit HIV/AIDS

HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah virus yang
menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh mudah terjangkit
berbagai penyakit infeksi. AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome, yaitu suatu kondisi sakit yang didalamnya terdapat sekumpulan gejala
kemerosotan kekebalan tubuh yang disebabkan HIV. Jadi, HIV adalah nama virus,
sementara AIDS adalah kondisi sakit yang disebabkan virus HIV tersebut. Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan
air susu ibu.

Penularan HIV adalah proses masuknya virus HIV yang terdapat dalam cairan
tubuh dari seseorang yang telah terinfeksi HIV ke tubuh orang lain. HIV ditularkan
dengan banyak cara. Cara penularan yang paling umum ditemui adalah melalui
hubungan seks tanpa kondom, penggunaan jarum suntik yang tidak suci hama secara
bergantian (biasa terjadi di kalangan pengguna narkoba), dan menyusui (dari ibu yang
terinfeksi HIV kepada bayinya). HIV bisa juga ditularkan melalui luka yang terkena
cipratan darah dari orang yang mengidap HIV. Penularan jenis ini jarang sekali
terjadi dan hanya mungkin terjadi karena kelalaian dan ketidaktahuan.

2.2 Kejadian HIV/AIDS di Indonesia

Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018, HIV/ AIDS
telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di
Indonesia.

Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak
301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV AIDS tahun 2018
sebanyak 640.443 jiwa) dan paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-
24 tahun. Adapun provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099),
diikuti Jawa Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah
(24.757).

Jumlah kasus HIV yang dilaporkan terus meningkat setiap tahun, sementara jumlah
AIDS relatif stabil. Hal ini menunjukkan keberhasilan bahwa semakin banyak orang dengan
HIV /AIDS (ODHA) yang diketahui statusnya saat masih dalam fase terinfeksi (HIV positif)
dan belum masuk dalam stadium AIDS.

HIV itu ada obatnya, antiretroviral (ARV) namanya. Obat ARV mampu menekan
jumlah virus HIV di dalam darah sehingga kekebalan tubuhnya (CD4) tetap terjaga. Sama
seperti penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, kolesterol, atau DM, obat ARV harus
diminum secara teratur, tepat waktu dan seumur hidup, untuk meningkatkan kualitas hidup
ODHA serta dapat mencegah penularan.

ARV dijamin ketersediaannya oleh pemerintah dan gratis pemanfaatannya.


Pelayanan ARV sudah dapat diakses di RS dan Puskesmas di 34 provinsi, 227kab/kota. Total
saat ini terdapat 896 layanan ARV, terdiri dari layanan yang dapat menginisiasi terapi ARV
dan layanan satelit. Dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan terdekat sangat
dibutuhkan agar ODHA tetap semangat dan jangan sampai putus obat.

Data Kementerian Kesehatan tahun 2017 mencatat dari 48.300 kasus HIV positif
yang ditemukan, tercatat sebanyak 9.280 kasus AIDS. Sementara data triwulan II tahun 2018
mencatat dari 21.336 kasus HIV positif, tercatat sebanyak 6.162 kasus AIDS. Adapun jumlah
kumulatif kasus AIDS sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai dengan Juni
2018 tercatat sebanyak 108.829 kasus.

2.3 Program Pengendalian HIV/AIDS

A. Arah Kebijakan

1. Peningkatan upaya pencegahan

 Pengurangan dampak buruk (harm reduction) penasun (penggunaan


NAPZA suntik)
 Peningkatan program pemakaian kondom 100% pada setiap
hubungan seksual yang beresiko
 Pencegahan penularan ibu ke bayi (PMTCT,prevention of mother-to-
child transmission)
 Transfusi darah yang aman
 Kewaspadaan universal

2. Peningkatan jumlah mutu

 Pelayanan pengobatan IMS (infeksi menular seksual)


 Peningkatan jumlah fungsi klinik VCT
 Perawatan, dukungan, dan pengobatan pada ODHA (orang dengan
HIV/AIDS)

3. Penguatan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) di semua tingkat.


4. Peningkatan peraturan perundang-undangan dan anggaran.
5. Peningkatan KIE.
6. Memperkuat monitoring dan evaluasi.

B. Target

1. Perubahan perilaku populasi paling beresiko


2. Mengurangi infksi baru
3. Populasi yang beresiko terjangkau oleh program pencegahan

C. Kegiatan

Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa:

1. Komunikasi Perubahan Perilaku

Kegiatan yang dilakukan dapat berupa komunikasi, informasi, dan edukasi


(KIE) dengan metode ceramah,kampanye, penyuluhan, wawancara, penyebaran
leaflet brosur, dan poster melalui media cetak dan media elektronik. Sasaran kegiatan
ini adalah mereka yang berperilaku risiko tinggi, antara lain wanita pekerja seks
langsung dan tidak langsung, pria suka pria (PSP), pelanggan seks wanita atau pria,
dan pasangan tetap dari pelanggan pekerja seks

Tujuan kegiatan ini adalah:

 Meningkatkan perilaku yang tepat dalam penggunaan kondom.


 Meningkatkan perilaku mencari layanan kesehatan yang tepat.
 Menuunda hubungan seksual pertama.
 Mengurangi jumlah pasangan.

2. Promosi Pemakaian Kondom

Di berbagai negara, kondom terbukti mampu menurunkan angka kasus IMS


dan HIV/AIDS. Di Indonesia, angka pemakaian kondom masih sangat
rendah.Menurut data dari Survei Surveilans Perilaku (SSP) 2004 dari
Departemen Kesehatan RI dan BPS, angka pemakaian kondom wanita pekerja
seks (WPS) langsung pada hubungan seks terakhir (dari 15 kabupaten/kota se-
Indonesia) rata-rata adalah 53%. Kegiatan ini dilakukan oleh para
pendamping dan tenaga lapangan dari LSM yang telah melalui tahap pelatihan
dengan melakukan sosialisasi kepada WPS. Para pendamping perlu terus
mengingatkan WPS untuk pemakaian kondom.

3. Klinik IMS

Klinik ini adalah tempat pemeriksaan dan pengobatan penyakit infeksi


menular seksual (IMS) yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta pada
kelompok resiko tinggi, seperti WPS langsung dan tidak langsung, waria
pekerja seks, pria penjaja seks, serta pelanggan pekerja seks. Klinik IMS
merupakan rangkaian proses manajemen yang dimulai dari perencanaan,
aktivitas kegiatan sehari-hari, sampai evaluasi kegiatan. Sumber daya yang
penting mencakup tenaga pelaksana yang sudah terlatih, peralatan
laboratorium untuk deteksi sumber infeksi, dan obat-obatan.

4. Voluntary counselling and testing VCT

VCT adalah kegiatan sukarela untuk melakukan tes darah HIV yang
didahului dengan konseling. Ada tiga unsur pokok VCT, yaitu sukarela,
konseling, dan tes darah. VCT bisa dilakukan setelah klien mendapat
penjelasan yang cukup tentang HIV/AIDS dan bersedia menandatangani surat
persetujuan (informed consent).VCT merupakan semua pintu masuk ke
hampir smeua jenis pelayanan, antara lain pelayanan medis (pengobatan
infeksi penyerta, pengobatan dengan ART, dan PMTCT), pendampingan;
program keluarga berencana, dukungan ekonomi-sosial, dukungan mental dan
spiritual, serta bantuan hukum.

5. Harm Reduction

Harm reduction atau pengurangan dampak buruk (PDB) adalah


program untuk mencegah konsekuensi negatif yang berkaitan dengan perilaku
pengguna NAPZA suntik dan perlengkapannya. Sasaran kegiatan ini terutama
untuk pengguna NAPZA suntik (Penasun) serta pasangan seksual tetap dan
tidak tetap dari Penasun. Tujuannya adalah untuk menurunkan kejadian
HIV/AIDS pada kelompok IDU dan pasangan seksualnya dan kemungkinan
penyeberangannya ke popoulasi umum jalur seksual.

6. Care, support, and treatment (CST)

CST adalah program dukungan, perawatan, dan pengobatan pada


penderita HIV dan AIDS. Program ini dimulai sejak seseorang didiagnosis
HIV dan setuju untuk didampingi oleh relawan atau petugas lapangan
(manager kasus) yang biasanya berasal dari LSM.
7. Preventing mother-to-child transmission (PMTCT)

PMTCT atau pencegahan penularan ibu ke anak (PPIA) adalah


program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya. Program ini sangat
penting karena sebagia ODHA adalah wanita usia subur, banyak anak yang
terpaksa yatim piatu karena orangtuanya meninggal akibat AIDS. HIV pada
anak merupakan stigma yang akan mempengaruhi perkembangan
psikososialnya. Strategi PPIA terdiri dari empat pilar,yaitu:

1) Pencegahan penularan pada ibu atau wanita usia subur (WUS)


melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), berupa
penyuluhan, kampanye massal, dan konseling.
2) Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita
dengan HIV melalui layanan konseling dan VCT. Klien
dianjurkan memakai kontrasepsi yang tepat (kondom, implan,
pil, dan suntik sedangkan IUD tidak direkomendasikan karena
bisa mempermudah penularan HIV).
3) Pencegahan penularan dari ibu dengan HIV pada bayi selama
kehamilan, persalinan, dan menyusui, melalui layanan VCT,
konseling, dan pemberian obat ARV.
4) Pemberian dukungan perawatan dan psikososial pada ibu dan
bayinya, melalui kegiatan pendampingan.

2.4 Peranan Promosi Kesehatan

Beberapa pendekatan inovatif dalam upaya pencegahan HIV dan AIDS perlu untuk dilakukan
seperti yang dinyatakan dalam salah satu dokumen Best Practice dari UNAIDS, bahwa jika
hanya memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai bagaimana cara untuk
melindungi dan melawan infeksi HIV, telah terbukti tidak cukup. Masyarakat perlu adanya
lingkungan yang mendukung untuk mengurangi kerentanannya dan memungkinkan mereka
untuk melakukan perubahan perilaku berdasarkan pengetahuan yang telah mereka peroleh.
Dengan demikian, akan mampu menciptakan suatu kondisi masyarakat yang menjadikan isu
HIV dan AIDS sebagai kepedulian bersama. Pengalaman global menunjukkan bahwa
elemen-elemen penting untuk pencegahan HIV yang efektif adalah:

1) peningkatan kesadaran untuk memberikan informasi dan melawan reaksi negatif di dalam
populasi umum;

2) aksi-aksi persuasif yang berfokus untuk memenuhi kebutuhan yang khusus bagi kelompok
rentan dan masyarakat;

3) kemitraan multi sektor dan multi level untuk memberikan program dan layanan lintas isu;

4) pelibatan masyarakat dalam pengembangan program dan intervensi, dan membangun


kemauan dari kelompok atau individu untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan di level
nasional;

5) integrasi antara pencegahan dan perawatan untuk mengurangi biaya dan menurunkan
tingkat stigma dan diskriminasi;

6) aksi untuk membangun resistensi masyarakat terkait penularan HIV dan mengurangi
kerentanan yang sistematik pada sebagian individu, kelompok dan masyarakat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesmipulan

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah virus yang
menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh mudah terjangkit
berbagai penyakit infeksi. AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome,
yaitu suatu kondisi sakit yang didalamnya terdapat sekumpulan gejala kemerosotan
kekebalan tubuh yang disebabkan HIV.

Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018, HIV/ AIDS
telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di
Indonesia.

Masyarakat perlu adanya lingkungan yang mendukung untuk mengurangi


kerentanannya dan memungkinkan mereka untuk melakukan perubahan perilaku berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka peroleh.
DAFTAR PUSTAKA

Katoronang, S. V. 2015. Pelaksanaan Promosi Kesehatan Dalam Penanggulangan


Hiv/Aids Di Kota Manado. Tumou Tou, 1(1).
Kementrian Kesehatan .2018. HIV/AIDS di Indonesia (artikel online diakses pada
tanggal 17 September 2019,21.30)
http://www.depkes.go.id/article/view/18120300001/hari-aids-sedunia-
momen-stop-penularan-hiv-saya-berani-saya-sehat-.html
Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Widoyono, M. P. H. 2008 . Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
dan Pemberantasannya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Claudio Tugas Kamis
    Claudio Tugas Kamis
    Dokumen2 halaman
    Claudio Tugas Kamis
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Pre Test Penyuluhan
    Kuesioner Pre Test Penyuluhan
    Dokumen1 halaman
    Kuesioner Pre Test Penyuluhan
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Undangan Rapat Omk-1
    Undangan Rapat Omk-1
    Dokumen1 halaman
    Undangan Rapat Omk-1
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Lirik
    Lirik
    Dokumen1 halaman
    Lirik
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang Psikologi Paskal
    Latar Belakang Psikologi Paskal
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang Psikologi Paskal
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Faktor
    Faktor
    Dokumen2 halaman
    Faktor
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Desain Kualitatif
    Desain Kualitatif
    Dokumen17 halaman
    Desain Kualitatif
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Kampanye
    Kampanye
    Dokumen1 halaman
    Kampanye
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Agb
    Agb
    Dokumen8 halaman
    Agb
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Susunan Acara
    Susunan Acara
    Dokumen1 halaman
    Susunan Acara
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Nama Kelompok Biomedik
    Nama Kelompok Biomedik
    Dokumen1 halaman
    Nama Kelompok Biomedik
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • 04a Difteri
    04a Difteri
    Dokumen5 halaman
    04a Difteri
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Akk Fix
    Akk Fix
    Dokumen8 halaman
    Akk Fix
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Biomedik Arthropoda
    Biomedik Arthropoda
    Dokumen7 halaman
    Biomedik Arthropoda
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat
  • Biomedik 2 Kelompok
    Biomedik 2 Kelompok
    Dokumen3 halaman
    Biomedik 2 Kelompok
    Velisitas Mandagi
    Belum ada peringkat