Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik merupakan bentuk energi yang paling cocok dan nyaman bagi
manusia modern. Tanpa listrik, infrastruktur masyarakat sekarang tidak akan
menyenangkan. Makin bertambahnya konsumsi listrik perkapita di seluruh
dunia, menunjukkan kenaikan standar kehidupan manusia. Pemanfaatan secara
optimum bentuk energi ini oleh masyarakat dapat dibantu dengan sistem
distribusi yang efektif.
Losses jaringan adalah selisih antara KWH beli PLN Distribusi dengan
KWH jual ke pelanggan. Disini tampak jelas bahwa PLN Distribusi mengalami
kerugian akibat losses tersebut, sehingga PLN Distribusi harus menekan losses
tersebut agar kerugian PLN tidak terlalu besar.
Losses jaringan adalah perbedaan antara energi listrik yang di salurkan
dengan energi yang terpakai. Secara garis besar losses dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu losses teknis dan losses non teknis. Losses teknis adalah
losses yang disebabkan oleh sifat dari material atau peralatan jaringan.
Sedangkan losses non teknis adalah losses yang disebabkan oleh kesalahan
pemasangan dan kerusakan dari material atau peralatan jaringan.
Kualitas daya listrik yang kurang baik dapat diketahui dari sisi beban,
sumber dan distribusinya. Permasalahan yang sering terjadi adalah adanya arus
atau tegangan yang berkurang karena penggunaan beban nonlinear seperti
computer, mesin fotocopy, mesin fax, printer, lampu, dan penghantar serta
distribusinya, sehingga dapat menyebabkan adanya kerugian daya. Selain itu
kondisi daya listrik yang tidak stabil dapat memperpendek umur trafo, motor,
kapasitor dan alat-alat lainnya. Masalah lainnya adalah ketidakseimbangan
penggunaan beban pada tiap fasa menyebabkan munculnya arus pada
penghantar netral yang juga berdampak adanya kerugian daya.
Berdasarkan daya listrik yang diperlukan mengacu pada kebutuhan
listrik. kebutuhan konsumen akan daya listrik bersamaan dengan waktu, ini
mengakibatkan terjadinya “puncak” dan “lembah” pada kurva beban. Begitu
juga kebutuhan daya listrik di area wilayah makassar utara, mengalami puncak
yang ada pada sore hari, karena selain penggunaan alat elektronika, juga
seluruh alat penerangan yang menyala.
Disamping itu masalah tegangan, bagian-bagian instalasi yang
berbeban lebih dan rugi-rugi dalam jaringan, merupakan masalah yang perlu
dicatat dan dianalisa secara terus-menerus untuk dijadikan masukkan dan
pengembangan.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis tergerak untuk membantu
masyarakat dengan sebuah evaluasi losses yang mampu memberikan informasi
tentang kerugian daya listrik di Makassar Utara dengan nama “Evaluasi Losses
Jaringan Distribusi Area Makassar Utara”. Evaluasi ini diharapkan mampu
mempermudah masyarakat untuk melakukan analisis kerugian daya listrik.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan ETAP (Electronic Transient And
Program) untuk menghitung besar power losses di area Makassar Utara.
1.2 Rumusan Masalah
a. Seberapa besar losses yang terjadi pada jaringan tegangan menengah (JTM)
di ULP Karebosi Area Makassar Utara?
b. Apa penyebab Losses pada jaringan tegangan menengah (JTM) di ULP
Karebosi Area Makasaar Utara?
c. Bagaimana cara mengurangi losses yang terjadi pada jaringan tegangan
Menengah (JTM) di ULP Karebosi Area Makassar Utara, pada GI Bontoala
Penyulang Pelamonia dan Penyulang Polda?
1.3 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian pada bagian yang dianggap paling penting,
maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
a. Sistem yang menjadi objek penelitian adalah system kelistrikan tegangan
menengah di ULP Karebosi Area Makassar Utara.
b. Penelitian hanya membahas tentang losses teknis pada ULP Karebosi Area
Makassar Utara
c. Peneliti membahas losses pada Penyulang Pelamonia dan Penyulang Polda
di GI Bontoala
d. Losses yang dibahas pada penelitian ini adalah losses pada daya listrik
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui besar losses yang terjadi pada jaringan tegangan
menengah di ULP Karebosi Area Makassar Utara pada GI Bontoala
Penyulang Pelamonia dan Penyulang Polda
b. Untuk mengetahui cara mengurangi losses pada jaringan tegangan
menengah yang terjadi pada ULP Karebosi Area Makassar Utara pada GI
Bontoala Penyulang Pelamonia dan Penyulang Polda
c. Untuk mengetahui penyebab losses pada jaringan tegangan menengah di
ULP Karebosi Area Makassar Utara pada GI Bontoala Penyulang
Pelamonia dan Penyulang Polda
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan
adalah:
a. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan S1 Program Studi Teknik
Elektro Universitas Muslim Indonesia.
b. Sebagai sarana untuk menambah ilmu yang telah dipelajari dan diperoleh
sehingga bisa diaplikasikan dikemudian hari dalam dunia kerja
1.6 Sistematika Penulisan
a. Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah mengapa peneliti memilih tema ini.
Disamping itu bab ini juga memuat rumusan masalah dan batasan masalah
yang bertujuan agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dari garis
yang telah ditetapkan. Selanjutnya tujuan, manfaat penelitian yang
menjelaskan tentang hal-hal yang disampaikan untuk menjawab
permasalahan yang telah ditentukan, terakhir adalah sistematika penulisan.
b. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan tentang penjabaran mengenai literature yang digunakan
untuk mendukung terhadapa permasalahan yang dikaji, yaitu
mengemukakan penjelasan berbagai sumber kepusttakaan yang menjadi
rujukan serta relevan dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu
“Evaluasi Losses Pada Jaringan Distribusi Wilayah Makassar Utara”.
Penulis juga menggunakan seumber jurnal, skripsi, dan buku-buku yang
membahas tentang losses pada jaringan distribusi
c. Bab III Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, dan
operasional variable.
d. Bab IV Pembahasan
Hal yang dibahas disini adalah tentang Evalusai Losses Pada Jaringan
Distribusi Wilahayah Makasssar Utara.
e. Bab V Penutup
Kesimpulan merupakan uraian singkat hasil penelitian, dan atas dasar
kesimpulan ini kemudian diajukan saran sebagai sumbangan pemikiran
peneliti bagi pemecahan masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telah Teori Terdahulu


Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan oleh Ratih
Novalina Putri (2013) yang berjudul “Analisis Perhitungan Losses Pada
Jaringan Tegangan Rendah Dengan Perbaikan Pemasangan Kapasitor”.
Menyimpulkan bahwa besarnya losses yang terjadi pada GTT KA025
Penyulang Sumedang APJ Pamekasan adalah sebesar 9,8 %. Kapasitor shunt
berpengaruh terhadap losses karena kinerja kapasitor yang semakin turun
dengan jangka waktu pemakaian yang lama serta fluktuasi beban selalu
berubah sehingga menyebabkan selisih antara kapasitas kapasitor itu sendiri.
Saifi Sabiq, dkk (2017) yang berjudul “Estimasi Kerugian Energi
Jaringan Distribusi Radial pada Penyulang NR 7 20 kV Kota Medan
Menggunakan Loss Factor”. Meyimpulkan bahwa nilai load factor penyulang
NR7 adalah 0,622533. 5. Estimasi kerugian energi dengan analisis aliran energi
membutuhkan 24 kali simulasi sedangkan estimasi kerugian energi dengan loss
factor hanya membutuhkan sekali simulasi ketika beban puncak terjadi.
Rizky Syahputra Siregar dan Raja Harahap (2017) yang berjudul
“Perhitungan Arus Netral, Rugi-Rugi, dan Efisiensi Transformator Distribusi
3 Fasa 20 KV/400V Di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Timur Akibat
Ketidakseimbangan Beban”. Menyimpulkan bahwa adanya
ketidakseimbangan beban pada transformator pertama, kedua, dan ketiga di
rayon medan timur menyebabkan rugi-rugi transformator semakin besar
dimana Pcu dan Pn tertinggi sebesar 7,67 kW dan 1,157 kW pada transformator
kedua dimalam hari, sedangkan Pcu dan Pn terendah sebesar 0,34 kW dan
0,004 kW pada transformator pertama di pagi hari.
Supriyadi dan Abdul Hafid Paronda (2017) yang berjudul “Analisis
Power Losses Pada Distribusi Listrik Di Gedung Universitas Isalam “45”
Bekasi Dengan Menggunakan Software ETAP 7.5.0”. Menyimpulkan bahwa
dalam penelitian ini menggunakan simulasi ETAP 7.5.0, yaitu untuk
mengetahui peneurunan daya listrik dengan cara mengganti bahan kabel
aluminium dengan bahan tembaga, menunjukkan bahwa total power losses
dengan bahan kabel aluminium sebesar 110 watt dan total power losses dengan
bahan kabel tembaga sebesar 6 watt, maka total penurunan power losses
sebesar 104 watt.
2.2 Landasan Teori
A. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.
Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber
daya listrik besar (bulk power source) sampai ke konsumen. Tenaga listrik
yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari
11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh Gardu Induk (GI) dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau 500
kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan
tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan
kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai
tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga
kerugian daya juga akan kecil pula.

Gambar II.1 Pengelompokan Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV
dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi,
kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik
dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer
inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan
tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu
220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke
pelanggan konsumen. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu
digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan
transformator step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini menimbulkan
beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan
mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain itu juga tidak
cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada
daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan
kembali dengan menggunakan transformator step-down. Dalam hal ini
jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem
tenaga listrik secara keseluruhan.
B. Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi terdiri atas dua bagian, yang pertama adalah
jaringan tegangan menengah/primer (JTM), yang menyalurkan daya listrik
dari gardu induk subtransmisi ke gardu distribusi, jaringan distribusi
primer menggunakan tiga kawat atau empat kawat untuk tiga fasa.
Jaringan yang kedua adalah jaringan tegangan rendah (JTR), yang
menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke konsumen, dimana
sebelumnya tegangan tersebut ditransformasikan oleh transformator
distribusi dari 20 kV menjadi 380/220 Volt, jaringan ini dikenal pula
dengan jaringan distribusi sekunder.
Jaringan distribusi sekunder terletak antara transformator distribusi
dan sambungan pelayanan (beban) menggunakan penghantar udara
terbuka atau kabel dengan sistem tiga fasa empat kawat (tiga kawat fasa
dan satu kawat netral). Dapat kita lihat gambar dibawah proses penyedian
tenaga listrik bagi para konsumen.

Gambar II.2 Diagram Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


1. Jaringan sistem distribusi primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga
listrik dari gardu induk distribusi ke pusat beban. Sistem ini dapat
menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai
dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi
lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang
akan di suplay tenaga listrik sampai ke pusat beban. Terdapat
bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer. Berikut
adalah gambar bagian-bagian distribusi primer secara umum.
Bagian-bagian sistem distribusi primer terdiri dari :
a. Transformator daya, berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
tegangan tinggi ke tegangan menegah atau sebaliknya.
b. Pemutus tegangan, berfungsi sebagai pengaman yaitu pemutus daya
c. Penghantar, berfungsi sebagai penghubung daya
d. Busbar, berfungsi sebagai titik pertemuan / hubungan antara trafo
daya dengan peralatan lainnya
e. Gardu hubung, berfungsi menyalurkan daya ke gardu-gardu
distribusi tanpa mengubah tegangan.
f. Gardu distribusi, berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah
menjadi tegangan rendah.

Gambar II.3 Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer


2. Jaringan distribusi primer menurut susunan rangkaiannya
Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer
20kV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan
Radial, Jaringan hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran
(Loop), Jaringan Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.
a. Jaringan Radial
Merupakan jaringan sistem distribusi primer yang sederhana
dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang
menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding sistem
lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan kareana hanya terdapat
satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila
jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan
ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi
yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan
terbesar ada di ujung saluran.
Gambar II.4 Skema Saluran Sistem Radial
b. Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)
Sistem distribusi Tie Line digunakan untuk pelanggan
penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan
lain-lain.)

Gambar II.5 Skema Saluran Tie Line


c. Jaringan Loop
Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari
dua tipe jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT.
Pada keadaan normal tipe ini bekerja secara radial dan pada saat
terjadi gangguan PMT dapat dioperasikan sehingga gangguan dapat
terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam penyaluran tenaga listrik
dibandingkan tipe radial namun biaya investasi lebih mahal.

Gambar II.6 Skema Saluran Sistem Loop


d. Jaringan Spindel
Sistem spindle menggunakan express feeder pada bagian
tengah yang langsung terhubung dari gardu induk ke gardu hubung,
sehingga sistem ini tergolong sistem yang handal. Sistem jaringan
ini merupakan kombinasi antara jaringan radial dengan jaringan
rangkaian terbuka (open loop).

Gambar II.7 Skema Saluran Sistem Spindel


Titik beban memiliki kombinasi alternatif penyulang
sehingga bila salah satu penyulang terganggu, maka dengan segera
dapat digantikan oleh penyulang lain. Dengan demikian kontinuitas
penyaluran daya sangat terjamin. Pada bagian tengah penyulang
biasanya dipasang gardu tengah yang berfungsi sebagai titik manufer
ketika terjadi gangguan pada jaringan tersebut.
e. Sistem Cluster
Sistem ini mirip dengan sistem spindle. bedanya pada sistem
cluster tidak digunakan gardu hubung atau gardu switching,
sehingga express feeder dari gardu hubung ke tiap jaringan. Express
feeder ini dapat berguna sebagai titik manufer ketika terjadi
gangguan pada salah satu bagian jaringan.

Gambar II.8 Skema Saluran Sistem Cluster


3. Jaringan sistem distribusi sekunder
Sistem distribusi sekunder seperti pada Gambar 2.9 merupakan
salah satu bagian dalam sistem distribusi, yaitu mulai dari gardu trafo
sampai pada pemakai akhir atau konsumen. Sistem distribusi sekunder
digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke
beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder
bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial.
Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor
tanpa isolasi. Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan bagian
yang langsung berhubungan dengan konsumen, jadi sistem ini
berfungsi menerima daya listrik dari sumber daya (trafo distribusi), juga
akan mengirimkan serta mendistribusikan daya tersebut ke konsumen.
mengingat bagian ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka
kualitas listrik selayaknya harus sangat diperhatikan.

Gambar II.9 Hubungan tegangan menengah ke tegangan rendah dan


konsumen.
Sistem penyaluran daya listrik pada Jaringan Tegangan Rendah
dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Jenis penghantar yang
dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti kabel AAAC,
kabel ACSR.
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR) Jenis penghantar
yang dipakai adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low
Voltage Twisted Cable).ukuran kabel LVTC adalah: 2x10mm2,
2x16mm2, 4x25mm2, 3x 35mm2, 3x50mm2, 3x70mm2.
Menurut SPLN No.3 Tahun 1987, jaringan tegangan rendah
adalah jaringan tegangan rendah yang mencakup seluruh bagian
jaringan beserta perlengkapannya, dari sumber penyaluran tegangan
rendah sampai dengan alat pembatas/pengukur. Sedangkan STR
(Saluran Tegangan Rendah) ialah bagian JTR tidak termasuk
sambungan pelayanan (bagian yang menghubungkan STR dengan alat
pembatas/pengukur).
C. Losses Pada Jaringan Distribusi
a. Faktor penyebab losses:
1. Luas penampang terlalu kecil (penampang tidak sesuai dengan
beban) semakin kecil kawat semakin besar ruginya.
2. Panjang jaringan : terlalu panjang sehingga listrik yang mengalir
banyak yang hilang. Terlalu panjang jaringannya juga menyebabkan
arusnya besar sehingga tegangannya turun.
3. Sambungan tidak baik juga dapat mengakibatkan adanya loss
contact, sambungan antar kawat tidak rapat sehingga terdapat celah
udara yang seharusnya kedap udara sehingga menyebabkan alat
cepat rusak. Sambungan tidak baik kadang disebabkan adanya
ranting pohon layang-layang yang menempel pada kabel.
4. Umur alat : alat yang terlalu tua dapat menurunkan kinerja alat
tersebut.
5. Arus yang terlalu besar dapat menimbulkan panas sehingga dapat
merusak alat dan terjadi losses.
6. Terlalu banyak percabangan saluran SR (tarikan SR maksimal 7)
untuk sambungan pelayanan.
7. Bila arus listrik yang mengalir ke R, S, T tidak seimbang maka yang
terjadi arus akan mengalir ke ground sehingga menyebabkan adanya
hambatan di ground yang besar. (maksimal 5Ω)
8. Adanya arus yang mengalir di hantaran netral, idealnya arus yang
mengalir disepanjang hantaran netral adalah nol tetapi karena
pengaruh dari beban yang tidak seimbang maka hantaran netral akan
berarus sehingga arus yang melalui hantaran ini sebagian berubah
menjadi panas yang didisipasikan ke lingkungan sekitar sebagai
losses. Walaupun terdapat pentanahan netral kadang-kadang
pentanahan netral tidak mampu membuang arus netral yang cukup
besar akibat dari beban yang tidak seimbang.
9. hambatan besar.
b. Macam-macam losses:
1. Kerugian Tegangan Pada Kawat Penghantar
2. Rugi Daya Tahanan
3. Rugi Kebocoran Pada Isolator
4. Rugi – Rugi Pada Trafo
 Rugi Tembaga (PCu)
 Rugi Besi (Pi)
 Rugi Pada Sambungan
c. Cara mengurangi losses:
Usaha untuk memperkecil rugi-rugi pada sistem distribusi
tenaga listrik antara lain: memilih ukuran penghantar, jenis penghantar
yang sesuai untuk digunakan pada kondisi pembebanan jaringan
tersebut dan sesuai dengan kemampuan hantar arus memperpendek
jarak lintas jaringan, mengatur letak-letak beban sehingga jatuh
tegangan pada titik-titik percabangan ke beban masih dalam batas yang
diijinkan (untuk sistem 20KV, batas tegangan jatuh yang diijinkan pada
kondisi beban penuh sebesar 4% untuk jaringan tegangan rendah)
(SPLN 1978), pemilihan penggunaan trafo distribusi yang sesuai
dengan kondisi faktor beban pada lokasi yang dilayani, pemilihan
kapasitas trafo distribusi pada suatu lokasi beban, biasanya berdasarkan
besar beban yang akan dilayani serta pertimbangan kemungkinan
pertambahan (perluasan) pada lokasi yang bersangkutan. Dalam
hubungannya untuk menjaga agar tegangan jatuh yang terjadi sampai
pada konsumen sekecil mungkin, kapasitas trafo yang digunakan harus
lebih besar dari kapasitas beban yang dilayani, sedangkan pemilihan
lokasi penempatan dari trafo distribusi tidak terlalu jauh dengan
masing-masing beban yang terpasang pada GTT tersebut sehingga
tegangan yang jatuh pada konsumen dapat sekecil mungkin. Pemilihan
tegangan pada jaringan ditentukan oleh besarnya beban dan jarak
penyaluran dayanya.
Seringkali dalam proses penyampaian tenaga listrik banyak
terjadi kehilangan daya listrik sebelum sampai pada konsumen, hal ini
dikarenakan terlalu jauh dengan letak trafo sehingga sebelum sampai
kepelanggan dayanya berkurang, penghantar terlalu kecil dan panjang,
jumlah sambungan rumah pada satu tiang JTR yang dapat
mempengaruhi drop tegangan, jumlah tarikan SR dan panjang SR yang
terlalu panjang. Untuk menguranginya dengan memperbaiki saluran
tenaga listrik dengan cara memindahkan beban dari phasa yang lebih
besar arusnya ke phasa yang lebih kecil, Memperpendek jarak antara
tiang TR dengan pelanggan, menambah tiang TR, menambah gardu
sisipan, memperbesar penampang konduktor, mengganti jenis
konduktor dengan konduktor yang memiliki tahanan jenis lebih kecil,
memperpendek jaringan. Memindahkan sebagian tarikan SR deret ke
SR yang lebih dekat.
Alat yang terlalu tua dapat menurunkan kinerja kerja. Agar alat
dapat digunakan lebih lama dan tanpa adanya penurunan kinerja alat
yang bisa menyebabkan losses maka diperlukan adanya pemeliharaan
dan pemeriksaan yang teratur, sehingga dapat diketahui dengan cepat
adanya kerusakan dan dapat diperbaiki sebelum terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
Adapun tujuan utama dari dilakukannya pemeliharaan terhadap
jaringan distribusi dan peralatan adalah :
1. Mengurangi tingkat kerusakan atau gangguan dari peralatan
2. Memperpanjang umur dari peralatan
3. Menekan pengeluaran biaya
4. Mempertahankan kemampuan dari peralatan
5. Menurunkan susut
6. Meningkatkan keandalan sistem.
d. Cara penekanannya:
1. Pemerataan beban pada jaringan tegangan rendah. Pemerataan beban
dilakukan dengan cara memindahkan beban (sambungan rumah)
dari phase yang berat (pada JTR) ke phase yang lebih ringan. Arus
yang mengalir dari tiap phase akan melalui hantaran netral dengan
melalui peralatan pelanggan terlebih dahulu (menjadi arus netral).
Ketika beban menjadi seimbang, maka arus netral ini akan memiliki
nilai yang relatif kecil, karena raus dari tiap phase akan saling
meniadakan. Proses saling meniadakan terjadi karena arus tiap phase
akan memiliki beda phase kurang lebih sebesar 120 derajat
(tergantung dari besar faktor daya dari masing-masing beban).
2. Panjang jaringan diperpendek, kalau tegangannya turun diberi trafo
lagi
3. Luas penampang di sesuaikan dengan besarnya beban.
Menggunakan penampang yang lebih besar.
4. Penggunaan line tap conector untuk sambungan.
5. Mengalihkan pelanggan yang melalui percabangan terlalu banyak
pada sambungan.
6. Toleransi tegangan -10% sampai dengan +5% tegangan paling tinggi
231 dan paling rendah 198 dari 220 volt.
7. Menjaga agar tegangan tidak turun:
a. Atur teg. Sumber (tap changger trafo di Gardu Induk).
b. Setel tap changger trafo distribusi.
c. Mengatur tap changger pada trafo tenaga di GI.
d. Memasang capasitor pada JTM / AVR.
e. Memperbesar penampang conductor.
f. Menambah trafo sisipan.
D. Cara Menghitung Losses Pada Jaringan Distribusi
Susut daya atau hilang daya atau rugi daya listrik adalah berkurang
atau hilangnya pasokan daya pada proses pengiriman daya listrik dari
sumber (pembangkit) kepada beban (konsumen) pada penghantar. Susut
daya listrik untuk saluran tiga fasa dinyatakan oleh persamaan :
𝑃𝐿 = 3 I2 R ......................................................................(2.1)
dengan:
𝑃𝐿 = Susut Daya (Watt)
R = Tahanan kawat per fasa (Ω/Km)
I = Arus Beban (A)
E. Pengertian ETAP
ETAP adalah suatu software analisis yang comprehensive untuk
mendesain dan mensimulasikan suatu sistem rangkaian tenaga. Analisis
yang ditawarkan oleh ETAP yang digunakan oleh penulis adalah drop
tegangan, power factor, dan losses jaringan. ETAP juga bisa memberikan
warning terhadap bus – bus yang under voltage dan over voltage sehingga
pengguna bisa mengetahui bus mana yang tidak beroperasi optimal. Untuk
menganalisa suatu rangkaian diperlukan data rangkaian yang lengkap dan
akurat sehingga hasil perhitungan ETAP bisa dipertanggungjawabkan.
ETAP mengintegrasikan data–data rangkaian tenaga listrik seperti
kapasitas pembangkit, panjang jaringan, resistansi jaringan per km,
kapasitas busbar, ranting trafo, impedansi urutan nol, positif, dan negatif
suatu peralatan listrik seperi trafo, generator dan penghantar.
ETAP memungkinkan anda untuk bekerja secara langsung dengan
diagram satu garis grafis dan sistem kabel bawah tanah raceway. Program
ini telah dirancang berdasarkan tiga konsep kunci :
1. Virtual Reality Operasi
Program Operasi menyerupai sistem operasi listrik nyata
sedekat mungkin. Sebagai contoh, ketika membuka atau menutup
sebuah pemutus sirkuit, tempat elemen dari layanan, atau mengubah
status operasi dari motor, unsur de-energized dan sub-sistem yang
ditunjukkan pada diagram satu garis berwarna abu-abu. ETAP
menggabungkan konsep-konsep baru untuk menentukan perangkat
pelindung koordinasi langsung dari diagram satu garis.
2. Integrasi total Data
ETAP menggabungkan listrik, atribut logis, mekanik, dan fisik
dari elemen sistem dalam database yang sama. Misalnya, kabel tidak
hanya berisi data yang mewakili sifat listrik dan dimensi fisik, tapi juga
informasi yang menunjukkan raceways melalui yang disalurkan.
Dengan demikian, data untuk kabel tunggal dapat digunakan untuk
analisis aliran daya atau sirkuit pendek (yang membutuhkan listrik dan
parameter koneksi) serta kabel ampacity derating perhitungan (yang
memerlukan rute fisik data). Integrasi ini menyediakan konsistensi data
di seluruh sistem dan menghilangkan multiple entry data untuk unsur
yang sama.
3. Kesederhanaan di Data Entri
ETAP melacak data rinci untuk setiap alat listrik. Editor data
dapat mempercepat proses entri data dengan meminta data minimum
untuk studi tertentu. Untuk mencapai hal ini, kita telah terstruktur editor
properti dengan cara yang paling logis untuk memasukkan data untuk
berbagai jenis analisis atau desain. ETAP diagram satu garis
mendukung sejumlah fitur untuk membantu dalam membangun
jaringan dari berbagai kompleksitas. Misalnya, setiap elemen secara
individu dapat memiliki berbagai orientasi, ukuran, dan simbol-simbol
display (IEC atau ANSI). Diagram satu garis juga memungkinkan
untuk menempatkan beberapa alat pelindung antara sirkuit cabang dan
bus.
ETAP menyediakan berbagai pilihan untuk menampilkan atau
melihat sistem listrik. Pandangan ini disebut presentasi. Lokasi, ukuran,
orientasi, dan simbol setiap unsur dapat berbeda di masing-masing
presentasi. Selain itu, alat pelindung dan relay dapat ditampilkan
(terlihat) atau disembunyikan (tidak terlihat) untuk presentasi tertentu.
Misalnya, satu presentasi dapat menggunakan tampilan relay di mana
semua perangkat pelindung ditampilkan. presentasi lain mungkin
menunjukkan diagram satu garis dengan beberapa pemutus sirkuit
ditampilkan dan sisanya tersembunyi (tata letak paling cocok untuk
hasil aliran beban).
1. Kemampuan program ETAP
ETAP menyediakan kemampuan program berikut:
1. Elemen
 Bus
 Terminal beban (Load)
 Cabang
 Alat / Kabel Feeder
 Transformator dengan Pengaturan Tekan
 Motor, Beban, MOVs, Kapasitor, Filter, All
 Penggabungan Komposit Jaringan
 Penggabungan Komposit Motor
2. Presentasi / Konfigurasi / Revisi Data
 Diagram satu garis
 Sistem Pentanahan Raceway
 Diagram System Kontrol
 Diagram Jaringan Tanah
 Alur Karakteristik Waktu Arus
 Penyajian Geografis (antar-muka GIS )
 Konfigurasi Status
 Revisi Data (Data Base & Revisi)
b. Persyaratan sistem ETAP
Persyaratan Sistem Pengaturan menggambar minimum dan
dianjurkan untuk ETAP.
1. Sistem Operasi
- Microsoft® Windows® 7 (Home Premium, Professional,
Ultimate)
- Microsoft® Windows Vista (Home Premium, Business,
Enterprise)
- Microsoft® Windows® XP (Service Pack 3) Professional or
Home Edition
- Microsoft® Server 2003 (Service Pack 2)
- Microsoft® Server 2003 R2 (Service Pack 2)
- Microsoft® Server 2008
2. Syarat Software Lainnya
- Internet Explorer 5.01 atau lebih
- Microsoft® .NET Framework v1.1, Service pack 1
- Microsoft® .NET Framework v2.0, Service pack 1
3. Syarat Konfigurasi PC
- USB port (jika hanya memiliki ini untuk antar muka)
- Akses jaringan portal Internet (jika jaringan membutuhkan
lisensi)
- Tempat DVD
- 10 sampai 80 GB tempat harddisk (berdasarkan ukuran, nomor
dari bus proyek)
- Merekomendasikan monitor 19 inci (rekomendasi monitor
yang berkualitas tinggi)
- Resolusi tampilan minimum 1024x768
4. Syarat Hardware yang Disarankan
a. Proyek Untuk 100 Bus
- Intel Dual/Quad core – 2.0 GHz atau lebih (atau mendekati)
- 2 GB RAM
b. Proyek Untuk 500 Bus
- Intel Dual/Quad core – 2.0 GHz atau lebih (atau mendekati)
- 4 GB RAM
c. Proyek Untuk 1,000 Bus
- Intel Dual/Quad core – 3.0 GHz dengan Hyper-Threading
Technology
- Dengan bus kecepatan tinggi (atau mendekati)
- 8 GB of RAM (kecepatan tinggi)
- Operasi Sistem 64-bit
d. Proyek Untuk 10,000 Bus dan Lebih
- Intel Dual/Quad core – 3.0 GHz dengan Hyper-Threading
- sistem bus berkecepatan tinggi (atau setara)
- 12 GB RAM (kecepatan tinggi)
- Operasi Sistem 64-bit
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih enam minggu di PT. PLN
(PERSERO) WILAYAH SULSELRABAR AREA MAKASSAR UTARA.
3.2 Alur Penelitian
Dalam penelitian ini akan dijelaskan secara rinci alur penelitian yang
dilakukan adalah :
a. Studi literatur
Yaitu cara menelaah, menggali, serta mengkaji teorema-teorema
yang mendukung dalam pemecahan masalah yang diteliti. Teorema-
teorema tersebut didapat baik dari jurnal ilmiah, hasil penelitian
sebelumnya, maupun dari buku-buku referensi yang mendukung
penelitian ini. Selain itu, studi literature dilakukan untuk mendapatkan
data-data yang diinginkan.
b. Observasi
Yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian
yang didapatkan dari lapangan. Data-data tersebut didapat dari hasil
survey yang dilakukan di PLN.
c. Diskusi
Melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen di Jurusan
Teknik Elektro, Universitas Muslim Indonesia dan juga pembimbing, dan
pihak-pihak lain yang dapat membantu terlaksananya penelitian ini.
d. Pengolahan data
Semua data-data lapangan dan data yang dikumpulkan diolah dan
dilakukan analisa untuk studi kasus teknis pada perencanaan jaringan
distrubusi. Untuk metode pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik
penelitian kuantitatif dari data yang didapat. Serta dengan mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan langsung dari sumbernya.
1.3 Alat Dan Bahan
a. Hardware
1. Personal Komuter
2. Mouse
b. Software
ETAP
3.4 Langkah Penelitian
Langkah-langkah yang sistematis dalam penelitian harus
diperhatikan. Hal tersebut berguna untuk memberikan arahan untuk
mempermudah pemahaman tujuan yang ingin dicapai dalam proses
penelitian. Langkah-langkah penelitian tersebut digambarkan pada
flowchart penelitian dibawah ini :

Gambar III.1 Flowchart Penelitian


3.5 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama enam Minggu dengan rincian
kegiatan seperti pada tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Chapman Stephen J., (1999). Electric Machinery Fundamentals, Third Edition Mc


Graw Hill Companies, New York.

Novalina Putri., (2013). Analisis Perhitumgan Losses Pada Jaringan Tegangan


Rendah Dengan Perbaikan Pemasangan Kapasitor. Journal of Electrical
Technology, Vol. 2, 20 September 2013, ISSN : 1693 – 8739.

Safi Sabiq, Ontoseno Penangsang, dan Rony Seto Wibowo (2017). Estimasi
Kerugian Energi Jaringan Distribusi Radial pada Penyulang NR 7 20 kV
Kota Medan Menggunakan Loss Factor. Jurnal Teknik ITS, Vol. 6, No.
2 , ISSN : 2337-3520.

Sibarani, Randi F., (2015). Pengaruh Arus Netral Terhadap Rugi-Rugi Beban Pada
Transformator Distribusi PLN Rayon Johor Medan, Tugas Akhir
Jurusan Teknik Elekro. Universitas Sumatera Utara.

Supriyadi, Abdul H., (2017). Analisis Power Losses Pada Distribusi Listrik Di
Gedung Universitas Islam “45” Bekasi Dengan Menggunakan Software
ETAP 7.5.0. Journal of Electrical and Electronics, Vo. 5, No. 2.

Rizky S, Raja H., (2017). Perhitungan Arus Netral, Rugi-Rugi Dan Efisiensi
Transformator Distribusi 3 Fasa 20 KV/400 V Di PT. PLN (Persero)
Rayon Medan Timur Akibat Ketidakseimbangan Beban. Journal of
Electrical Technology, Vol. 2, No.3, ISSN : 2502 – 3624.

Triandini, T Y R. (2015). Analisa Sistem Proteksi Rele (Overcurrent dan Ground


Fault) Dengan menggunakan Kurva Koordinasi rele dan Software ETAP
7.5.0 Pada Plant Unit 5 PT. Krakatau Posco. Universitas Mercu Buana.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai