5. PENUNTUTAN KPK TIDAK LAGI Draft mengatur bahwa proses penuntutan harus berkoordinasi terlebih Pasal 12A
INDEPENDEN KARENA HARUS dahulu dengan Kejaksaan Agung sehingga KPK tidak independen lagi
BERKOORDINASI DENGAN KEJAKSAAN dalam menjalankan fungsinya.
AGUNG
6. HILANGNYA KRITERIA PENANGANAN Draft membatasi kewenangan KPK dalam menanganai kasus yang Pasal 11
KASUS YANG MERESAHKAN PUBLIK meresahkan publik dengan hanya membatasi kerugian negara sebatas
Rp. 1 Milyar. Padahal dalam penanganan kasus kerugian negara hanya
terbatas pada Pasal 2 atau Pasal 3 UU Tipikor. Artinya untuk penangana
suap akan sulit ditangani KPK.
7. KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI KPK menetapkan suatu kasus penyidikan melalui proses yang sangat hati- Pasal 40
BERWENANG MENGHENTIKAN hati karena tidak adanya penghentian penyidikan dan penuntutan.
PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN Melalui ketentuan tersebut akan menurunkan strandar KPK dalam
penanganan kasus.
Penghentian penyidikan dan penuntutan yang belum selesai selama 1
(satu) tahun akan membuat potensi intervensi kasus menjadi rawan.
Terlebih pada kasus yang besar serta menyangkut internasional proses
penanganan akan sangat sulit menyelesaikan selama satu tahun. Selain
itu, berpotensi juga dilakukan penghambatan kasus secara administrasi
sehingga lebih dari 1 (satu) tahun.