Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS LAMUNTI
Jalan Lintas Mantangai-Kapuas RT. 03 Desa Lamunti Kode Pos 73553

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

KEPALA UPT PUSKESMAS LAMUNTI KABUPATEN KAPUAS

MENIMBANG :

a. Bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan


pelayanan publik sesuai dengan asas penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, dan guna mewujudkan
kepastian hak dan kewajiban berbagai pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan, setiap
penyelenggara pelayanan publik wajib menetapkan
Standar pelayanan dan kebijakan pelayanan;
b. Bahwa untuk memberikan acuan dalam penilaian ukuran
kinerja dan kualitas penyelenggaraan pelayanan
dimaksud huruf a, maka perlu ditetapkan Standar
Pelayanan dan kebijakan pelayanan Obat dengan Surat
Keputusan Kepala UPT Lamunti.

MENGINGAT :

a. Undang-undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang


Praktek kedokteran
b. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
c. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 5 tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014
tentang Puskesmas
f. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI
Nomor 63/KEP/M.PAN/2003, tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 828
Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSESMAS LAMUNTI


TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN KEBIJAKAN
PELAYANAN FARMASI

Kesatu: Standar Pelayanan dan kebijakan pelayanan Farmasi


pada UPT Puskesmas Lamunti sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini;

Kedua: Standar pelayanan dan kebijakan pelayanan Farmasi pada


UPT Puskesmas Lamunti meliputi ruang lingkup pelayanan
obat;

Ketiga: Standar pelayanan dan kebijakan pelayanan sebagaimana


terlampir dalam Lampiran Keputusan ini wajib
dilaksanakan oleh penyelenggara/pelaksana dan sebagai
acuan dalam penilaian kinerja pelayanan oleh pimpinan
penyelenggara, aparat pengawasan, dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

Kelima: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/ perubahan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Lamunti
Pada tanggal : 17 Mei 2018

Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Lamunti

AFRIDE, SKM, MM
NIP. 19720407199212 2 001
Lampiran I : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMUNTI KABUPATEN
KAPUAS

NOMOR : 099/PKM-LMT/SK/5.3.3.1/V/2018

TANGGAL : 17 Mei 2018

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

DI PUSKESMAS LAMUNTI KABUPATEN KAPUAS

A. MANAJEMEN DAN ORGANISASI


1. Pelayanan farmasi meliputi :
a. Pengelolaan perbekalan farmasi
b. Pelayanan RuangObat (Apotik)
2. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pendistribusian
f. Pemusnahan & penarikan
g. Pengendalian
h. Administrasi
3. Pelayanan Ruang Obat meliputi :
a. Penerimaan resep
b. Pengkajian & pelayanan Resep
c. Pelayanan informasi obat
d. Monitoring Efek Samping Obat
e. Evaluasi Penggunaan Obat
4. Pelayanan farmasi dilaksanakan oleh Unit Farmasi dengan sistem satu
pintu.
5. Unit Farmasi bertanggung jawab terhadap semua perbekalan farmasi
yang beredar di Puskesmas.
6. Unit Farmasi dipimpin oleh Apoteker atau Asisten Apoteker.
7. Perbekalan farmasi meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP).
8. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, dan reagen..
9. Alat kesehatan adalah instrumen atau implan yang tidak mengandung
obat, yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
10. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan sekali pakai (single
use).
11. Menetapkan Penanggung Jawab pelayanan obat atas nama : Gazali
Rahman, S.Kep, Ns.
12. Tugas dan tanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan obat antara
lain :
a. Menyusun rencana kebutuhan obatpuskesmas untuk setiap
tahun anggaran
b. Memeriksa dan menerima obat dari GFK sesuai periode
distribusi obat kabupaten
c. Memelihara kualitas obat yang berada dalam penyimpanan dan
pengelolaan di Puskesmas Lamunti.
d. Melaksanakan penyimpanan obat dengan mengikuti system
FIFO dan FEFO.
e. Melaksanakan distribusi obat kekamar obat ke pustu dan
poskesdes.
f. Melaksanakan pelayanan obat kepada pelanggan atau pasien.
g. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat setiap bulan
menggunakan format LPLPO.

B. PERENCANAAN

1. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi disusun oleh Unit


Farmasi disusun menggunakan metode konsumsi dan/atau
epidemiologi.
2. Perencanaan disusun untuk kebutuhan periode tertentu dengan
memperhatikan stok optimum dan stok pengaman (buffer).
3. Hasil perencanaan perhitungan kebutuhan obat diserahkan ke
Gudang Farmasi Kabupaten malinau melalui format LPLPO
4. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten.

C. PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN


1. Penerimaan perbekalan farmasi dari GFK dilakukan oleh petugas Unit
Farmasi.
2. Penerimaan barang memperhatikan kesesuaian perbekalan farmasi
yang diterima dengan pesanan, dalam hal jenis dan jumlah serta
kondisi perbekalan farmasi dan masa kadaluarsa.
3. Penerimaan obat/alkes dari GFK dengan kadaluarsa paling lambat
satu tahun hanya untuk obat-obat yang digolongkan “cito“ dan/atau
segera pakai.
4. Perbekalan farmasi disimpan sesuai persyaratan dan standar
kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan keamanannya serta
memudahkan dalam pencariannya.
5. Penyimpanan perbekalan farmasi disesuaikan dengan status barang
atau sumber pembiayaan, disusun secara alfabetis, disesuaikan
dengan bentuk dan stabilitas sediaan, dengan menggunakan sistem
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
6. Suhu penyimpanan (ruang dan lemari pendingin) dipantau dan dicatat
di lembar pemantauan suhu secara rutin tiap shift di setiap tempat
penyimpanan.
7. Penyimpanan harus menjamin keamanan dari kehilangan dan
pencurian.
8. Perbekalan farmasi emergency disimpan di ruang pelayanan dalam
tempat tertentu sehingga mudah dijangkau oleh petugas.
9. Penyimpanan perbekalan emergency harus disertai dengan daftar
nama dan jumlah perbekalan farmasi yang tersedia.
10. Perbekalan farmasi emergency hanya digunakan untuk kasus darurat,
dilarang dipinjam.
11. Perbekalan farmasi emergency dipastikan selalu tersedia dan harus
segera diganti melalui peresepan jika digunakan.
12. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dengan
kunci ganda, selalu terkunci dimana anak kunci hanya disimpan oleh
petugas yang ditunjuk
13. Obat yang memiliki kemiripan rupa dan bunyi (LASA) tidak disimpan
berdekatan / bersebelahan dan diberi label ‘LASA’ pada setiap kotak
penyimpanan dan kemasan terkecilnya.
14. Pelabelan obat dengan nama dagang pada kotak penyimpanan harus
disertai keterangan nama generiknya yang ditulis dalam tanda kurung.
15. Obat yang dikeluarkan dari wadah aslinya diberi label minimal
memuat nama obat, dosis/kekuatan dan tanggal kadaluarsa.

D. PERBEKALAN FARMASI YANG DIBAWA PASIEN


1. Selama perawatan di Puskesmas, pasien tidak diperbolehkan
menggunakan perbekalan farmasi yang dibawa dari luar kecuali atas
persetujuan Dokter.
2. Jika pasien tetap berkeinginan menggunakan perbekalan farmasi dari
luar Puskesmas tanpa persetujuan dokter, maka harus
menandatangani pernyataan akan menanggung semua akibat yang
mungkin timbul.

E. PERESEPAN DAN PERMINTAAN PERBEKALAN FARMASI


1. Obat/alkes hanya dapat diberikan atas permintaan Dokter atau
petugas yang terdaftar.
2. Penulisan resep harus memenuhi kelengkapan resep sebagai
berikut :
h. Nama pasien
i. Tanggal lahir
j. Nomor rekam medik
k. Tanggal penulisan resep
l. Nama ruang/ruang asal resep
m. Riwayat alergi obat
n. Berat badan pasien (untuk pasien anak)
o. Tanda R/ pada setiap sediaan
p. Nama obat
q. Dosis atau kekuatan obat
r. Jumlah sediaan
s. Aturan pakai (frekuensi & rute pemberian) :
i. Aturan jika perlu atau pro re nata (p.r.n), harus dituliskan
sesuai indikasi (seperti jika nyeri) dan dosis maksimal dalam
sehari.
ii. Aturan pakai in manus medicine (i.m.m),hanya untuk obat
yang pemberiannya hanya sekali seperti di Unit Gawat
Darurat
3. Tulisan harus jelas dan mudah dibaca, menggunakan istilah dan
singkatan yang lazim.
4. Jika resep/intruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas,
maka Apoter/AsistenApoteker yang menerima resep/instruksi
pengobatan tersebut harus menghubungi dokter atau petugas penulis
resep.
5. Unit Farmasi berwenang melakukan substitusi generik, yakni
mengganti sediaan nama dagang tertentu dengan sediaan generik
atau nama dagang lain yang tersedia dalam formularium.
6. Dalam kondisi tertentu jika diperlukan substitusi terapeutik, yaitu
penggantian obat yang sama kelas terapinya, harus dengan
persetujuan dokter penulis resep. Persetujuan dokter dapat dilakukan
secara lisan atau melalui telepon. Apoteker menuliskan obat
pengganti, tanggal dan jam komunikasi, serta nama dokter pada
lembar resep.
7. Lembar resep disimpan di Unit Farmasi sekurang-kurangnya selama
waktu 3 (tiga) tahun.
8. Lembar resep tidak boleh diperlihatkan kecuali kepada yang berhak,
yaitu : dokter yang menulis atau merawatnya; pasien atau keluarga
pasien yang bersangkutan; paramedis yang merawat pasien;
Apoteker dan staf Unit Farmasi, aparat pemerintah serta pegawai
yang ditugaskan untuk memeriksa (keruangsian, kehakiman,
kesehatan) dan petugas asuransi untuk kepentingan klaim
pembayaran.
9. Lembar resep yang telah disimpan lebih dari 3 (tiga) tahun dapat
dimusnahkan sesuai ketentuan yang berlaku.

F. DISTRIBUSI ATAU PENYALURAN PERBEKALAN FARMASI

1. Distribusi perbekalan farmasi dilakukan terpusat oleh Unit Farmasi


2. Distribusi perbekalan farmasi dibedakan untuk pasien rawat jalan,
rawat inap dan gawat darurat.
3. Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
diselenggarakan dengan sistem kombinasi yakni sistem persediaan
lengkap di ruangan (floorstock) dan sistem unit dosis (Unit dose
dispensing/UDD)
4. Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan gawat
darurat diselenggarakan dengan sistem resep perorangan (Individual
prescribing).
5. Distribusi perbekalan farmasi untuk emergency disediakan oleh unit
farmasi
6. Jika obat yang diperlukan tidak tersedia (kosong), petugas farmasi
akan memberitahukan kepada dokter penulis resep dan menyarankan
obat substitusinya (jika ada).
7. Obat pasien rawat inap dapat dikembalikan kepada Unit Farmasi jika
pasien alergi atau meninggal dunia atau hal lain atas persetujuan
dokter.

G. PENYIAPAN ATAU DISPENSING PERBEKALAN FARMASI


1. Penyiapan atau dispensing perbekalan farmasi dilakukan oleh Unit
Farmasi mulai dari tahap verifikasi melalui proses telaah resep,
menyiapkan / meracik obat, memberikan label / etiket, penyerahan
obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai
system dokumentasi.
2. Setiap resep/instruksi pengobatan harus dilakukan pengkajian resep
oleh apoteker / Asisten apoteker dan segera dilakukan konfirmasi
kepada penulis resep jika terdapat resep yang tidak lengkap, tidak
terbaca dan tidak jelas.
3. Dalam hal konfirmasi dengan penulis resep tidak dapat dilakukan oleh
karena suatu sebab, Unit Farmasi menunda pelayanan perbekalan
farmasi tersebut sampai dengan konfirmasi dapat dilakukan.
4. Pengkajian resep minimal oleh Apoteker meliputi :
a. Kelengkapan secara administratif : identitas pasien (nama & No.
RM/tanggal lahir, tanggal resep, identitas penulis resep)
b. Kesesuaian secara farmasetis : nama obat, dosis, frekuensi dan
rute pemberian
c. Kesesuaian secara klinik : informasi alergi, interaksi obat,
kontraindikasi, dan duplikasi terapi
5. Dalam hal Apoteker atau asisten apoteker tidak berada di tempat,
pengkajian dapat dilakukan oleh petugas kesehatan lain yang
ditunjuk.
6. Kajian tidak perlu dilakukan pada keadaan emergency.
7. Penyiapan obat/alkes bagi pasien rawat inap menggunakan sistem
UDD yang disiapkan untuk kebutuhan satu hari.
8. Penyiapan obat pasien rawat inap harus memperhatikan daftar
rekonsiliasi obat.
9. Penyiapan obat dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai
peraturan dan standar praktik kefarmasian.
10. Penyiapan obat dilengkapi etiket memuat identitas pasien, nama obat,
dosis/kekuatan, waktu pemberian dan instruksi khusus jika diperlukan.
Khusus rawat inap menggunakan etiket dengan warna berbeda
sesuai waktu pemberian.
11. Obat yang dikeluarkan dari kemasan aslinya harus diberi label yang
memuat identitas pasien, nama obat, dosis/kekuatan, nama & jumlah
pelarut (jika ada), tanggal penyiapan dan tanggal kadaluarsa.
12. Obat yang tidak berlabel, identitas tidak jelas atau meragukan tidak
boleh digunakan dan harus diserahkan kepada Unit Farmasi

H. PEMBERIAN OBAT
1. Pemberian obat atau alat kesehatan kepada pasien dilakukan oleh
tenaga farmasi (Apoteker / asisten apoteker), dokter dan perawat
yang memiliki surat ijin praktik / kerja.
2. Petugas harus melakukan telaah obat setiap kali akan memberikan
obat kepada pasien, diverifikasi dengan prinsip 7B yakni Benar
pasien, Benar obat, Benar indikasi, Benar dosis, Benar cara
pemberian, Benar waktu, dan Benar dokumentasi..

I. EDUKASI DAN INFORMASI OBAT


1. Pasien berhak memperoleh informasi dan edukasi tentang
pengobatan yang diterimanya melalui proses konseling obat.
2. Konseling obat dilakukan oleh Apoteker / Asisten Apoteker Unit
Farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap, baik secara
aktif berdasarkan asesmen kebutuhan edukasi obat oleh apoteker /
Asisten Apoteker, maupun secara pasif berdasarkan kebutuhan
edukasi obat oleh dokter atau permintaan pasien / keluarga.
3. Apoteker Unit Farmasi menyelenggarakan Pelayanan Informasi Obat
(PIO) bagi pasien dan/atau keluarganya, tenaga kesehatan
Puskesmas dan masyarakat.
4. Informasi yang diberikan harus terkini dan tidak bias berdasarkan
sumber informasi yang terpercaya.

J. PEMANTAUAN PENGOBATAN DAN EFEK YANG TIDAK


DIHARAPKAN

1. Pemantauan pengobatan dilakukan secara terintegrasi oleh seluruh


tenaga kesehatan yang terlibat (Dokter, Apoteker dan Perawat) guna
mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala / penyakit pasien,
efek samping dan kejadian yang tidak diharapkan (KTD) lainnya.
2. Panitia Farmasi dan Terapi mengkoordinir pelaksanaan monitoring
dan pelaporan efek samping obat (MESO). Petugas pelaksana MESO
adalah dokter, perawat, apoteker/Asisten Apoteker di seluruh unit
pelayanan pasien.
3. Setiap kejadian yang diduga efek samping obat harus dicatat dalam
rekam medik pasien dan dilaporkan segera kepada dokter untuk
ditangani.
4. Setiap efek samping obat yang bersifat berat, fatal dan meninggalkan
gejala sisa seperti :
a. syok anafilaksis,
b. Erythema exfoliata minor,
c. Steven-Johnson Syndrome,
d. gangguan pada central nervous system (CNS),
e. perdarahan lambung, atau
f. reaksi berat lainnya,
dokter untuk dilakukan evaluasi, selambat-lambatnya 2x24 jam
sejak kejadian ditemukan dan telah ditangani.

K. KESALAHAN OBAT (MEDICATION ERROR)


1. Kesalahan obat (medication error) adalah kesalahan yang terjadi
pada tahap penulisan resep, penyiapan/peracikan dan pemberian
obat baik yang menimbulkan efek merugikan ataupun tidak.
2. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas
yang menemukan/terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau
atasan langsungnya, secara tertulis menggunakan Formulir Laporan
Insiden Keselamatan Pasien ke SekretariatMutuPuskesmas
3. Kesalahan obat harus dilaporkan selambat-lambatnya 2x24 jam
setelah ditemukan insiden. Laporan bersifat RAHASIA, tidak boleh di
fotokopi, dan tidak boleh disimpan di rekam medik dan unit
pelayanan.
4. Jenis kesalahan obat yang dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cedera : terjadinya insiden yang belum
terpapar ke pasien
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC) : insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera.
c. Kejadian yang Tidak Diharapkan (KTD) : suatu kejadian insiden
yang mengakibatkan cedera pada pasien
5. Sekretariat Mutu Puskesmas bertanggung jawab untuk
menindaklanjuti laporan kesalahan obat.

L. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)


1. Unit Farmasi melakukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
2. EPO dilakukan terutama atas penggunaan obat yang diduga banyak
digunakan secara tidak rasional.

M. PENGENDALIAN PERBEKALAN FARMASI


1. Seluruh aspek pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di
seluruh unit Puskesmas dipantau secara berkala.
2. Evaluasi persediaan perbekalan farmasi diUnit Farmasi dan unit
perawatan dilakukan melalui stok opname setiap 3 (tiga) bulan sekali
yakni setiap akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember.
3. Penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika
dilaporkansesuai ketentuan yang berlaku.
4. Obatemergencydipantau setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh petugas Unit
Farmasi untukmemastikanjika ada yang rusak/kadaluarsa.
5. Perbekalan farmasi yang rusak/kadaluarsa/tidak digunakan harus
dikembalikan ke Unit Farmasi untuk diproses sesuai ketentuan.
6. Obat yang mendekati kadaluarsa (sekurang-kurangnya 6 bulan
sebelum tanggal Expired Date) wajib dilaporkan kepada Kepala Unit
Farmasi. Dalam hal masih terdapat perbekalan farmasi yang
mendekati masa kadaluarsa satu bulan sebelumnya, segera ditarik
dan disimpan di gudangobatpuskesmas, diusahakan untuk ditukar
atau dikembalikan ke GFK.
7. Kepala Unit Farmasi memberikan informasi terkait perbekalan farmasi
yang mendekati kadaluarsa kepada unit pelayanan agar segera
digunakan dalam pelayanan.
8. Setiap kegiatan pelayanan farmasi harus menjamin keselamatan baik
petugas, pasien maupun lingkungan sekitar.

Ditetapkan di : LAMUNTI
Pada tanggal : 17 MEI 2018

KEPALA PUSKESMAS LAMUNTI

Lampiran II : KEPUTUSAN KEPALA UPT LAMUNTI KABUPATEN KAPUAS

NOMOR : 099/PKM-LMT/SK/5.3.3.1/V/2018

TANGGAL : 17 Mei 2018

DAFTAR PETUGAS YANG BERHAK MEMBERI RESEP

DI PUSKESMAS LAMUNTI
Persyaratan petugas yang berhak memberi resep di Puskesmas Lamunti

antara lain:

1. Dokter Umum yang telah memiliki ijin praktek dokter di Puskesmas

Lamunti.

2. Dokter Gigi yang telah memiliki ijin praktek dokter gigi di Puskesmas

Lamunti.

3. Perawat Umum yang telah memiliki ijin praktek keperawatan di

Puskesmas Lamunti yang disertai pelimpahan wewenang berdasarkan

kompetensinya.

4. Perawat gigi yang telah memiliki ijin praktek perawat gigi di Puskesmas

Lamunti yang disertai pelimpahan wewenang berdasarkan

kompetensinya.

5. Bidan yang telah memiliki ijin praktek bidan di Puskesmas Lamunti yang

disertai pelimpahan wewenang berdasarkan kompetensinya.

Ditetapkan di : Lamunti
Pada tanggal : 17 Mei 2018

Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Lamunti

AFRIDE, SKM, MM
NIP. 19720407199212 2 001

Anda mungkin juga menyukai