PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu indera yang penting bagi manusia karena dapat
penglihatan mulai dari gangguan yang bersifat ringan hingga berat yang dapat
disabilitas penglihatan yang sangat signifikan dan terdapat lebih dari 50 juta orang
buta di seluruh dunia. Penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak (50%), diikuti
oleh glaukoma dan Age related Macular Degeneration (AMD). Perkiraan insiden
katarak di Indonesia adalah sekitar 0,1% pertahun atau setiap tahun di antara 1.000
orang terdapat seorang penderita baru katarak. Penduduk Indonesia juga memiliki
daerah subtropis dan sekitar 16 - 22% penderita katarak yang dioperasi berusia di
sebesar 1,8% dan prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara (3,7%) dan
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau karena
dalam waktu yang lama. Katarak dapat terjadi pada semua umur bergantung pada
1
Berdasarkan usia, katarak dapat dibagi menjadi katarak kongenital, katarak juvenil,
Katarak senilis merupakan katarak yang muncul pada pasien usia lanjut atau
setelah usia 50 tahun. Penyebabnya belum diketahui belum diketahui secara pasti
namun diduga karena adanya perubahan kimia pada protein lensa dan agregasi
menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Berdasarkan tebal tipisnya kekeruhan
pada lensa, katarak senilis dibagi menjadi 4 yaitu: 1) Katarak insipien; 2) Katarak
imatur; 3) Katarak matur; dan 4) Katarak hipermatur. Gejala klinis pada katarak
antara lain adanya penurunan tajam penglihatan karena kekeruhan lensa yang
semakin tebal. Selain itu, pasien juga merasa lebih enak membaca jarak dekat tanpa
kacamata karena adanya miopisasi. Pasien juga dapat mengeluhkan silau dan
yaitu pupil berwarna putih pada katarak matur, tes iris shadow yaitu bayangan iris
pada lensa yang positif pada katarak imatur dan negatif pada katarak matur, serta
refleks fundus negatif atau berubah menjadi gelap pada katarak matur. Diagnosis
lampu senter, oftalmoskopi, dan slit lamp biomikroskopi. Tatalaksana pada katarak
adalah engan pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat dilakukan dengan
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai pasien an. Tn. H usia 75 tahun
yang mengeluhkan penglihatan kabur pada mata kanan dan kiri dengan diagnosa
2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 74 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku : Banjar
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur pada mata sebelah kanan
dan kiri yang memberat sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien
mengatakan bahwa mata kabur muncul secara perlahan pada 1 tahun SMRS
kemudian semakin lama semakin memberat disertai adanya awan putih berkabut
yang seiring waktu dirasakan semakin menebal. Pasien juga sering silau melihat
cahaya yang terang pada saat siang hari. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa gatal
3
pada mata dan kotoran mata. Pasien mengaku keluhan ini cukup mengganggu
Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada mata, merah pada mata, mata
berair, atau nyeri kepala. Pasien mengaku tidak ada mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya dan tidak pernah mengalami trauma pada matanya. Pasien tidak ada
meminum obat-obatan dalam jangka waktu lama. Pasien tidak memiliki riwayat
diabetes melitus.
riwayat stroke 3 tahun yang lalu, Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-),
E. Riwayat Alergi
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
4
Suhu : 36,7 C
SpO2 : 98%
C. Status Oftalmologis
Mata Kiri
No Pemeriksaan Mata Kanan (OD)
(OS)
5/18 5/18
1. Visus
(tanpa koreksi) (tanpa koreksi)
2. Posisi Bola Mata Sentral Sentral
3. Gerakan bola mata Ke segala arah Ke segala arah
Edema (-) (-)
Massa (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Palpebra Pseudoptosis (-) (-)
4.
Superior Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Krusta (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Edema (-) (-)
Massa (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
5. Palpebra Inferior Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Krusta (-) (-)
Ulkus (-) (-)
6. Fissura palpebral + 10 mm + 10 mm
Hiperemi
(-) (-)
Massa
(-) (-)
Konjungtiva bergerombol
7.
Palpebra Sikatrik (-) (-)
Papil raksasa (-) (-)
Folikel (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Konjungtiva Sikatrik (-) (-)
8.
Fornix Papil raksasa (-) (-)
Folikel (-) (-)
Injeksi
(-) (-)
Konjungtiva
Konjungtiva
9. Injeksi Siliar (-) (-)
Bulbi
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
5
Subconjunctival
(-) (-)
bleeding
Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
10. Kornea Permukaan Licin Licin
Ulkus (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
11. COA COA Cukup Cukup
12. Iris Warna Coklat Coklat
Bulat dan
Bentuk Bulat dan regular
regular
Refleks cahaya
13. Pupil (+) (+)
langsung
Refleks cahaya
(+) (+)
tidak langsung
Keruh Keruh di bagian
Kejernihan
di bagian perifer perifer
14. Lensa
Iris Shadow (+) (+)
Refleks Fundus (+) cemerlang (+) cemerlang
Tekanan Bola
15. TIO palpasi N N
Mata
6
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Tonometri Schiotz
2. Biometri OS
AC 118.4 : 21.0 D
118.0 : 20.5 D
Gula darah sewaktu pre operasi dan gula darah 2 jam post prandial post
operasi
F. Diagnosis Banding
2. Katarak komplikata
4. Ablasio retina
F. Diagnosis Kerja
G. Penatalaksanaan
7
BAB III
1. Identifikasi Masalah
SUBJECTIVE
Keluhan utama pasien adalah penglihatan kabur pada mata kanan dan kiri
yang sejak 1 tahun SMRS dan memberat selama satu bulan terakhir. Pasien juga
mengeluhkan bahwa sering melihat adanya awan putih berkabut yang seiring waktu
dirasakan semakin menebal. Pasien juga sering silau melihat cahaya yang terang
pada saat siang hari. Penyakit ini masuk dalam kelompok penyakit mata dengan
kelainan lensa. Kemungkinan penyakit yang berasal dari kelompok ini yaitu katarak
senilis. Pasien juga mengeluhkan penglihatan menurun dan kabur dimana hal ini
merupakan gejala pada katarak senilis. Pasien juga mengeluhkan sering merasa
silau dimana hal ini merupakan gejala pada katarak senilis yang disebabkan adanya
OBJECTIVE
Pada OD :
8
2. Kornea jernih, licin, ulkus (-)
3. COA cukup
5. TIO normal
6. Iris shadow +
7. RCL/RCTL +/+
Pada OS :
3. COA cukup
4. TIO normal
6. Iris shadow +
7. RCL/RCTL +/+
sistemik seperti diabetes melitus. Kekeruhan badan kaca dapat disingkirkan karena
tidak adanya keluhan berupa bercak hitam yang mengapung dan bergerak serta
kilatan cahaya. Diagnosa ablasi retina dapat disingkirkan karena tidak adanya
keluhan bercak hitam yang tampak melayang, kilatan cahaya, dan penyempitan
lapang pandang. Pada pasien, terdapat keluhan penglihatan yang semakin kabur
9
disertai kabut putih yang semakin menebal. Pasien juga sering mengeluh silau pada
keadaan terang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan juga adanya lensa keruh pada
mata kanan dan kiri, iris shadow positif pada mata kanan dan kiri, serta refleks
fundus positif pada mata kanan dan kiri. Hal ini dapat menegakkan diagnosa katarak
senilis dan berdasarkan anamnnesis serta pemeriksaan fisik termasuk dalam katarak
senilis stadium imatur karena kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.
2. Analisa Kasus
Katarak senilis merupakan keadaan kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu usia diatas usia 50 tahun. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata
dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
peningkatan stres oksidatif pada lensa atau komplikasi dari penyakit sistemik
kebutaan dengan persentase 33,3% di Denmark dan 82,6% di India. Penelitian lain
juga menyebutkan bahwa sekitar 15,3% dari 1.269 sampel dengan usia lebih dari
10
30 tahun menderita katarak senilis. Penelitian Framingham tahun 1973-1975 juga
menyebutkan bahwa 15,5% dari 2.477 sampel menderita katarak seniliis. Katarak
senilis juga dapat meningkat seiring pertambahan usia terutama usia lebih dari 75
tahun. 8
Indonesia sebesar 1,8%. Pada tahun 2013, prevalensi katarak semua umur sebesar
1,8% atau sekitar 18.499.734 orang dengan perkiraan insidensi katarak sebesar
0,1% per tahun. Selain itu, penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan
dengan angka kejadian sebesar 33%. Prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi Utara
(3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Prevalensi katarak terendah
ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%). Tiga alasan utama
Penyebab katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti, namun
terdapat beberapa dugaan mengenai faktor risiko dan penyebab katarak senilis
antara lain:
11
Defisiensi beberapa mikronutrien berpengaruh terhadap sistem oksidatif di
lensa mata. Studi menunjukkan status gizi buruk pasien katarak mempercepat
eksfoliasi pada lensa yang memicu terjadinya disrupsi susunan protein dan sistem
oksidasi.5, 6
3. Merokok
lenticular. 1, 6
Menurut tebal tipisnya kekeruhan lensa, katarak senilis dibagi menjadi empat
stadium yaitu:
1. Katarak insipien
yang melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah roda. Biasanya pada
stadium ini tidak menimbulkan gangguan tajam penglihatan dan masih bisa
12
2. Katarak imatur
lapisan lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan dan akan
mendorong iris ke depan yang menyebabkan bilik mata depan menjadi dangkal dan
bisa menimbulkan glaukoma sekunder. Lensa yang menjadi lebih cembung akan
3. Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa dan warna menjadi putih keabu-
abuan. Kekruhan ini terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal dan kekeruhan terjadi pada seluruh lensa yang dapat
menyebabkan terjadinya kalsifikasi lensa. Pada bilik mata depan akan terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh sehingga uji bayangan iris negatif. Tajam
penglihatan menurun dan hanya dapat melihat gerakan tangan atau persepsi
cahaya.3, 4
4. Katarak hipermatur
Katarak stadium ini terjadi karena katarak stadium matur yang dibiarkan
Morgagni) atau lensa akan terus kehilangan cairan keriput (Katarak Shrunken).
Pada staidum ini, katarak dapat mengalami proses degenerasi lanjut sehingga
menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenarasi keluar dari
kapsul lensa sehingga lenssa mengecil, berwarna kuning, dan kering. Pada
13
Katarak Katarak Katarak Katarak
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Normal Bertambah Normal Berkurang
lensa (air masuk) (air & masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut Normal Sempit Normal Terbuka
bilik mata
Shadow Negatif Positif Negatif Pseudopos
test
Penyulit - Glaukoma - Uveitis &
glaukoma
Tabel 3.1 Perbedaan stadium katarak senilis3
14
Penyebab pasti katarak senilis masih belum diketahui. Namun, patofisiologi
1. Oxidant-antioxidant imbalance
melindungi lensa dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal atau ROS. Stres
oksidatif adalah keadaan metabolik di mana kadar reaktif sangat berlebihan dan
2. Stres signaling
NFκB adalah faktor transkrips yang diaktifkan oleh ROS. Biasanya terletak
di sitoplasma dengan inaktif kompleks dan inhibitor kappa B (Iκ B) serta stres
gen spesifik yang terkait dengan pensinyalan stres dan kematian sel. Jalur mediasi
NFκB dilaporkan terdapat pada sel epitel lensa yang terkena hidrogen peroksida
3. Jalur MAPK
threonine yang berperan dalam regulasi proliferasi sel, diferensiasi sel, dan
kematian sel. Stres oksidatif adalah stimulus ekstraseluler predominan yang dapat
mengaktivasi jalur MAPK dan dilaporkan berperan pada proses kematian sel epitel
15
lensa dan pembentukan katarak melalui disorganisasi dari gap junction dan susunan
Protein kinase memiliki fungsi pada proses sinyal seluler oleh fosforilasi.
Seperti MAPKs, PKCs diaktivasi oleh kerusakan oksidatif dan kalsium. PKC
memiliki tiga kelas yaitu PKC α,β dan γ bergantung pada kofaktor yang
reseptor, protein struktural dan protein gap junction yang berperan dalam kekeruhan
lensa.7
5. Modifikasi protein
utama pada lensa dan 90% merupakan protein larut air yang berperan dalam
transparansi dan refraksi pada penglihatan. Kristalin ini dapat berubah menjadi
protein dengan berat molekul tinggi yang mengakibatkan fluktuasi indeks refraksi
lensa, pemendaran cahaya, dan mengurangi kejernihan lensa. Katarak senilin juga
6. Peroksidasi lipid
Peroksidasi lipid juga berperan terhadap terjadinya katarak karena hasil letal
16
7. Ion imbalance
kalium serta peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium. Hal itu akan
2. Pasien merasa lebih enak membaca dekat tanpa kacamata karena adanya
miopisasi;
kekeruhan lensa. Pasien juga akan merasa lebih kabur bila kekeruhan terletak di
17
b. Pasien merasa lebih enak membaca dekat tanpa kacamata. Hal ini
b. Tes iris shadow atau bayangan iris pada lensa yang positif pada katarak
belakang jingga sedangkan pada stadium matur didapatkan warna kehitaman tanpa
masih normal namun akan tampak kekeruhan pada lensa terutama bila pupil
18
Tatalaksana pada katarak senilis, antara lain:
cara:
katarak intrakapsular ini tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang telah lama populer. Pembedahan ini dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dan alat khusus sehingga penyulit tidak banyak. EKIK
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsuler. Penyulit yang dapat terjadi
perdarahan.3, 4, 11
Masa lensa dan korteks lensa dikeluarkan dengan merobek kapsul lensa
bagian anterior dan lensa intraokular diletakkan pada kapsul bagian posterior.
Pembedahan ini dapat dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan
c. Fakoemulsifikasi
19
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan
dimasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan pada tindakan ini
adalah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, dan
b. Kaca mata dimana kekuatan lensa yang diberikan sekitar +10 bila
sebelumnya emetrop. Kekurangannya adalah adanya distorsi yang cukup besar dan
pada katarak imatur karena adanya pencembungan lensa. Selain itu, katarak senilis
yang terjadi pada stadium hipermatur karena masa lensa yang keluar dan masuk ke
20
Gambar 2.2 Glaukoma fakolitik12
1. Refleks senil;
2. Katarak komplikata;
5. Ablasi retina.4
Dengan tidak adanya penyakit mata lain yang menyertai sebelum operasi
(misalnya degenerasi makula atau atrofi saraf optik), tindakan ECCE atau
adalah CME. Faktor risiko utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah
BAB IV
PENUTUP
21
Seorang pasien laki-laki berumur 74 tahun datang dengan keluhan
penglihatan kabur pada mata kanan dan kiri sejak 1 tahun dan memberat selama
satu bulan terakhir. Pasien juga melihat seperti kabut yang semakin tebal. Pasien
juga mengeluhkan adanya rasa silau setiap melihat cahaya pada siang hari.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya lensa keruh pada mata kanan dan kiri serta
anamanesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosa pasien yaitu katarak
terdapat pada sebagian lensa. Tatalaksana pada pasien ini adalah dilakukan
pembedahan pada katarak dengan menghancurkan inti lensa di dalam kapsul dan
sisa masa lensa yang lain dibersihkan dengan irigasi dan aspirasi. Tindakan
pasien telah mengganggu pekerjaan sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata. Pada pasien ini, pasien mengaku bahwa penglihatan yang kabur telah
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Hamidi MN, Royadi A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
katarak senilis pada pasien di poli mata RSUD Bangkinang. Jurnal Ners
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. 2017; 1(1): 125-39.
2. Rita E, Junior JN, Jose NK, Holzchuh N. Popular beliefs regarding the treatment
of senile cataract. Rev Saúde Pública. 2002;36(3): 343-9.
3. Liyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
4. Bagian ilmu penyakit mata RSUD Dr. Soetomo. Pedoman diagnosis dan terapi
bagian/smf ilmu penyakit mata. Surabaya: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; 2006.
9. Aini AN, Santik YDP. Kejadian katarak senilis di RSUD Tugurejo. HIGEIA.
2018; 2(2): 1-12.
11. Ocampo V. Senile Cataract Treatment & Management. [cited on 2019 Apr 30].
Available from: http://etco.act1.com.br/Docs/Senile-Cataract.pdf
13. Gandla V. Senile Cataract. [cited on 2019 Apr 30]. Available from:
https://www.slideshare.net/vijayendra96/senile-cataract-80279354
23