Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Meningen (Selaput Otak)


Meningen (selaput otak) adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum
tulang belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah
dan cairan sekresi (cairan serebrospinalis), memperkecil benturan atau getaran
yang terdiri dari tiga lapisan:4
1. Dura mater (lapisan luar) adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal
dari jaringan ikat tebal dan kuat. Durameter pada tempat tertentu mengandung
rongga yang mengalirkan darah vena dari otak. Dura kranialis atau
pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat dengan suatu lapisan
dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua lapisan dural yang
melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat di tempat dimana keduanya
berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus venosus (sebagian besar sinus
venosus terletak di antara lapisan-lapisan dural), dan di tempat dimana lapisan
dalam membentuk sekat di antara bagian-bagian otak. Duramater lapisan luar
melekat pada permukaan dalam cranium dan juga membentuk periosteum, dan
mengirimkan perluasan pembuluh dan fibrosa ke dalam tulang itu sendiri;
lapisan dalam berlanjut menjadi dura spinalis.Septa kuat yang berasal darinya
membentang jauh ke dalam cavum cranii. Di anatara kedua hemispherium
terdapat invaginasi yang disebut falx cerebri. Ia melekat pada crista galli dan
meluas ke crista frontalis ke belakang sampai ke protuberantia occipitalis
interna, tempat dimana duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang
meluas ke dua sisi. Falx cerebri membagi pars superior cavum cranii
sedemikian rupa sehingga masing-masing hemispherium aman pada ruangnya
sendiri. Tentorium cerebelli terbentang seperti tenda yang menutupi
cerebellum dan letaknya di fossa craniii posterior. Tentorium melekat di
sepanjang sulcus transversus os occipitalis dan pinggir atas os petrosus dan
processus clinoideus. Di sebelah oral ia meninggalkan lobus besar yaitu

3
4

incisura tentorii, tempat lewatnya trunkus cerebri. Saluran-saluran vena besar,


sinus dura mater, terbenam dalam dua lamina dura.
2. Arachnoid (lapisan tengah) merupakan selaput halus yang memisahkan dura
mater dengan pia mater membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan
otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral. Membrana arachnoidea
melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya terpisah dengannya oleh
suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia menutupi spatium
subarachnoideum yang menjadi liquor cerebrospinalis, cavum
subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh trabekulae dan septa-
septa yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi system rongga-
rongga yang saling berhubungan. Dari arachnoidea menonjol ke luar tonjolan-
tonjolan mirip jamur ke dalam sinus-sinus venosus utama yaitu granulationes
pacchioni (granulationes/villi arachnoidea). Sebagian besar villi arachnoidea
terdapat di sekitar sinus sagitalis superior dalam lacunae lateralis. Diduga
bahwa liquor cerebrospinali memasuki circulus venosus melalui villi. Pada
orang lanjut usia villi tersebut menyusup ke dalam tulang (foveolae
granulares) dan berinvaginasi ke dalam vena diploe. Cavum subaracnoidea
adalah rongga di antara arachnoid dan piamater yang secara relative sempit
dan terletak di atas permukaan hemisfer cerebrum, namun rongga tersebut
menjadi jauh bertambah lebar di daerah-daerah pada dasar otak. Pelebaran
rongga ini disebut cisterna arachnoidea, seringkali diberi nama menurut
struktur otak yang berdekatan. Cisterna ini berhubungan secara bebas dengan
cisterna yang berbatasan dengan rongga sub arachnoid umum. Cisterna magna
diakibatkan oleh pelebaran-pelebaran rongga di atas subarachnoid di antara
medulla oblongata dan hemisphere cerebellum; cistena ini bersinambung
dengan rongga subarachnoid spinalis. Cisterna pontin yang terletak pada aspek
ventral dari pons mengandung arteri basilaris dan beberapa vena. Di bawah
cerebrum terdapat rongga yang lebar di antara ke dua lobus temporalis.
Rongga ini dibagi menjadi cisterna chiasmaticus di ats chiasma opticum,
cisterna supraselaris di atas diafragma sellae, dan cisterna interpeduncularis di
5

antara peduncle cerebrum. Rongga di antara lobus frontalis, parietalis, dan


temporalis dinamakan cisterna fissure lateralis (cisterna sylvii)
3. Pia mater (lapisan sebelah dalam) merupakan selaput tipis yang terdapat pada
permukaan jaringan otak. Ruangan diantara arakhnoid dan pia mater disebut
sub arakhnoid. Pada reaksi radang, ruangan ini berisi sel radang. Disini
mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi
permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure dan sekitar
pembuluh darah di seluruh otak. Piamater juga membentang ke dalam fissure
transversalis di abwah corpus callosum. Di tempat ini pia membentuk tela
choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung dengan ependim
dan pembuluh-pembuluh darah choroideus untuk membentuk pleksus
choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Pia dan ependim berjalan di atas atap
dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea di tempat itu.4

Meningen’s Membran
6

2.2 Definisi Meningitis


Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang
mengenai piameter(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam
derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang
superfisial.3
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis
purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang
meninggi disertai cairan serebrospinalyang jernih. Penyebab yang paling
sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis
purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifatakut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
bakterispesifik maupun virus. Meningitis Meningococcusmerupakan
meningitis purulenta yang paling sering terjadi.6
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan
penderita dandroplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus,
cairan bersin dan cairantenggorok penderita.1
Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada
penularanpenyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain
melalui pertukaran udaradari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan
yang masuk secara hematogen(melalui aliran darah) ke dalam cairan
serebrospinal dan memperbanyak dirididalamnya sehingga menimbulkan
peradangan pada selaput otak dan otak.2

2.3 Klasifikasi Meningitis


Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi
seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang
belakang (erathenurse, 2007).
7

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus,


Meningococcus, Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli,
Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002).
Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monositogenes
2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus,
Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningoco ccus,
Pneumococcus. (Japardi,Iskandar., 2002).

1. Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyerang susunan saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam
menimbulkan kematian, dan kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat
merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri.4
Meningitis bakterial selalu bersifat purulenta. Pada umumnya
meningitis purulenta timbul sebagai komplikasi dari septikemia. Pada
meningitis meningokokus, prodomnya ialah infeksi nasofaring, oleh
karena invasi dan multiplikasi meningokokus terjadi di nasofaring.
Meningitis purulenta dapat menjadi komplikasi dari otitis media akibat
infeksi kuman - kuman tersebut.3
Etiologi dari meningitis bakterial antara lain5:
1. S. Pneumonie
2. N. Meningitis
3. Group B streptococcus atau S. Agalactiae
4. L. Monocytogenes
5. H. Influenza
6. Staphylococcus aureus
Bacterial meningitis merupakan tipe meningitis yang paling
sering terjadi. Tetapi tidak setiap bakteri mempunyai cara yang sama
8

dalam menyebabkan meningitis. H. Influenza dan N. Meningitidis


biasanya menginvasi dan membentuk koloni di sel-sel epitel faring.
Demikian pula S. pneumonie, hanya saja S. Pneumonie dapat
menghasilkan immunoglobulin A protease yang mennonaktifkan
antibodi lokal. Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis
adalah S. Pneumonie dan N. meningitis. Bakteri tersebut menginisiasi
kolonisasi di nasofaring dengan menempel di sel epitel nasofaring.
Bakteri tersebut berpindah menyeberangi sel epitel tersebut menuju ke
ruangintravaskular atau menginvasi ruang intravaskular dengan
menciptakan ruang di tight junction dari sel epitel kolumnar. Sekali
masuk aliran darah, bakteri dapat menghindari fagositosis dari
neutrofil dan komplemen dengan adanya kapsul polisakarida yang
melindungi tubuh mereka. Bloodborne bacteria dapat mencapai fleksus
koroideus intraventrikular, menginfeksi langsung sel epitel fleksus
koroideus, dan mencapai akses ke cairan serebrospinal. Beberapa
bakteri seperti S. Pneumonie dapat menempel di sel endotelial kapiler
serebral dan bermigrasi melewati sel tersebut langsung menuju cairan
serebrospinal. Bakteri dapat bermultiplikasi dengan cepat di cairan
serebrospinal karena kurang efektifnya sistem imun di cairan
serebrospinal(CSS). Cairan serebrospinal (CSS) normal mengandung
sedikit sel darah putih, sedikit protein komplemen, dan
immunoglobulin. Kekurangan komplemen dan immunoglobulin
mencegah opsonisasi dari bakteri oleh neutropil. Fagositosis bakteri
juga diganggu oleh bentuk cair dari cairan cerebrospinal itu sendiri.5
Peristiwa yang penting dalam patogenesis meningitis bacterial
adalah reaksi inflamasi diinduksi oleh bakteri. Manifestasi-manifestasi
neurologis yang terjadi dan komplikasi akibat meningitis bacterial
merupakan hasil dari respon imun tubuh terhadap zat patogen yang
masuk dibandingkan dengan kerusakan jaringan langsung oleh bakteri.
Sehingga cedera neurologis dapat terus terjadi meskipun bakteri telah
ditangani dengan antibiotik.5
9

2. Meningitis Tuberkulosa
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan
diIndonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis
tuberkulosis terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis
primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah
karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan
tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau vertebra
yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid. Pada pemeriksaan
histologis, meningitis tuberkulosa ternyata merupakan
meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar
otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel.
Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan
obstruksi pada sisterna basalis. Etiologi dari meningitis tuberkulosa
adalah Mycobacterium tuberculosis.

3. Meningitis viral
Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat
akhir / sequel dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus
seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster. Pada
meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan
cairan serebrospinal (CSS)tidak ditemukan adanya organisme.
Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan
menigens. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel
yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini akan mengganggu
metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan
gangguan produksi enzim neurotransmiter, dimana hal ini akan
berlanjut terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan
neurologis.
Meningitis jamur: Meningitis oleh karena jamur merupakan
penyakit yang relatif jarang ditemukan, namun dengan meningkatnya
10

pasien dengan gangguan imunitas, angka kejadian meningitis jamur


semakin meningkat. Problem yang dihadapi oleh para klinisi adalah
ketepatan diagnosa dan terapi yang efektif. Sebagai contoh, jamur
tidak langsung dipikirkan sebagai penyebab gejala penyakit / infeksi
dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan serebrospinal (CSS)
pasien yang terinfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dalam
beberapa hari sampai minggu pertumbuhannya. Etilogi dari meningitis
jamur antara lain:
1. Cryptococcus neoformans
2. Coccidioides immitris

2.4 Infectious Agent Meningitis


Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur,
cacing danprotozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri.
Meningitis yangdisebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan
meningitis penyebab lainkarena mekanisme kerusakan dan gangguan otak
yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat.6
Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai kecenderungan
pada golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatuspaling banyak
disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeriamonositogenes.
Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan olehH.influenzae,
Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20
tahundisebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan
StreptococcusPneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun)
disebabkan oleh Meningococcus,Pneumococcus, Stafilocccus,
Streptococcus dan Listeria.2
Penyebab meningitisserosa yang paling banyak ditemukan adalah
kuman Tuberculosis dan virus.Meningitis yang disebabkan oleh virus
mempunyai prognosis yang lebih baik,cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri. Penyebab meningitis virus yang palingsering ditemukan yaitu
Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkanHerpes simplex ,
11

Herpes zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebabmeningitis


aseptik(viral).

2.5 Patofisiologi Meningitis


Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit
di organatau jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara
hematogen sampai keselaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,
Tonsilitis, Pneumonia,Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran
bakteriatauvirus dapat pula secaraperkontinuitatum dari peradangan organ
atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,misalnya Abses otak, Otitis
Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus danSinusitis. Penyebaran
kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan frakturterbuka atau
komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam ruangsubaraknoid
menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
(CairanSerebrospinal) dan sistem ventrikulus2.Mula-mula pembuluh darah
meningeal yang kecil dan sedang mengalamihiperemi; dalam waktu yang
sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukositpolimorfonuklear ke
dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa
hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua
sel-selplasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar
mengandungleukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan
dalam terdapatmakrofag.Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada
vena-vena di korteks dandapat menyebabkan trombosis, infark otak,
edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Trombosis serta organisasi
eksudat perineural yang fibrino-purulenmenyebabkan kelainan kraniales.
Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairanserebrospinal tampak
jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.4
12

2.6 Gejala Klinis Meningitis


Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak,letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan cairanserebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal5.Meningitis
karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih sertarasa
sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang
disebabkanoleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise,
kemudian diikutioleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman
ke susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus
ditandai dengan keluhan sakit kepala,muntah, sakit tenggorok, nyeri otot,
demam, dan disertai dengan timbulnya ruammakopapular yang tidak gatal
di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas.Gejala yang tampak
pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler padapalatum,
uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa
sakitkepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.2
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat
pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi
secara akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan
pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi,
biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang
dialami lebih kurang 44% anak dengan penyebab Haemophilus influenzae,
25% oleh Streptococcus pneumoniae, 21% olehStreptococcus, dan 10 %
oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai
dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat
akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot
dannyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau
purulen.4
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I
atau stadiumprodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan
nampak seperti gejala infeksibiasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit
bersifat subakut, sering tanpa demam,muntah-muntah, nafsu makan
13

berkurang, murung, berat badan turun, mudahtersinggung, cengeng,


opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupaapatis. Pada
orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala,konstipasi,
kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan
sangatgelisah.3
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1-3 minggu
dengangejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri
kepala yang hebat dankadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-
anak. Tanda-tanda rangsanganmeningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat
menjadi kaku, terdapat tanda-tandapeningkatan intrakranial, ubun-ubun
menonjol dan muntah lebih hebat.
Stadium IIIatau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran sampaikoma. Pada stadium ini penderita dapat
meninggal dunia dalam waktu tiga minggubila tidak mendapat pengobatan
sebagaimana mestinya.5

2.7 Pemeriksaan Rangsangan Meningitis


a. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa
fleksi danrotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan
kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri
dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga
didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.

b. Pemeriksaan Tanda Kernig


Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi
pada sendipanggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut
sejauh mengkin tanpa rasanyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi
sendi lutut tidak mencapai sudut 135°(kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikutirasa nyeri.
14

c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)


Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan
kirinyadibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksikepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin.
Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
involunter pada leher.

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral


Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada
sendipanggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II
positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi
panggul dan lutut kontralateral.4

2.8 Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel
dan proteincairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekananintrakranial.
 Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, seldarah putih meningkat, glukosa dan protein normal,
kultur (-).
 Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan
keruh, jumlahsel darah putih dan protein meningkat, glukosa
menurun, kultur (+) beberapajenis bakteri.

b. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
EndapDarah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
15

 Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.


Disamping itu,pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
 Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.

c. Pemeriksaan Radiologis
 Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT-Scan.
 Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinusparanasal, gigi geligi) dan foto dada.

2.9 Penatalaksanaan
Antibiotik7
 Berikan pengobatan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.
- seftriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap
12 jam; atau
- sefotaksim: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam.
 Pada pengobatan antibiotik lini kedua berikan:
- Kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
- ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
 Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral
selama sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5
hari bila tidak ada gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi
maka seluruh pengobatan harus diberikan secara parenteral. Lama
pengobatan seluruhnya 10 hari.
 Jika tidak ada perbaikan:
- Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi
subdural atau abses serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.
- Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam,
seperti selulitis pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau
osteomielitis.
16

- Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik
setelah 3–5 hari, ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil
pemeriksaan CSS
 Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB
dapat ditambahkan. Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4
rejimen:
- INH: 10 mg/kgBB /hari (maksimum 300 mg) - selama 6–9 bulan
- Rifampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg) – selama 6-
9 bulan
- Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama 2
bulan pertama
- Etambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau
Streptomisin: 30-50 mg/kgBB/hari (maksimum 1 g) – selama 2
bulan

Steroid
 Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4
minggu, dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak
memungkinkan dapat diberikan deksametason dengan dosis 0.6
mg/kgBB/hari IV selama 2–3 minggu.
Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan
rutin deksametason pada semua pasien dengan meningitis bakteri.

Antikonvulsan7
Anti kejang tidak diberikan secara rutin pada pasien meningoensefalitis,
tetapi diberikan bila terjadi kejang.
 Diazepam : 10 – 20 mg i.v dengan kecepatan pemberian < 2-5 menit
atau per rektal dapat diulang 15 menit kemudian.
 Fenitoin : 15 – 20 mg/kgBB dengan kecepatan 50 mg/ menit.
17

Perawatan Penunjang
Pada anak yang tidak sadar:
 Jaga jalan napas
 Posisi miring untuk menghindari aspirasi
 Ubah posisi pasien setiap 2 jam
 Pasien harus berbaring di alas yang kering
 Perhatikan titik-titik yang tertekan.

Tatalaksana pemberian cairan dan Nutrisi


Berikan dukungan nutrisi dan cairan sesuai dengan kebutuhan. Lihat tata
laksana pemberian cairan dan nutrisi.

Pemantauan
Pasien dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.
 Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran,
kejang, atau perubahan perilaku anak.
 Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap
6 jam, selama setidaknya dalam 48 jam pertama.
 Periksa tetesan infus secara rutin.

Pada saat pulang, nilai masalah yang berhubungan dengan syaraf,


terutama gangguan pendengaran. Ukur dan catat ukuran kepala bayi. Jika
terdapat kerusakan syaraf, rujuk anak untuk fisioterapi, jika mungkin; dan
berikan nasihat sederhana pada ibu untuk melakukan latihan pasif. Tuli
sensorineural sering terjadi setelah menderita meningitis. Lakukan
pemeriksaan telinga satu bulan setelah pasien pulang dari rumah sakit.

2.10 Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme
spesifik yangmenimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput
otak, jenis meningitisdan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik.
18

Penderita usia neonatus, anak-anakdan dewasa tua mempunyai prognosis


yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkancacat berat dan kematian.

2.11 Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis
antara lain:
1. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau
kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan
subdural karena adanya infeksi oleh kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan
abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak.
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak
karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
kematian pada jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya
retardasi mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan
kecerdasan anak terganggu.

2.12 Pencegahan Meningitis


a. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor
resikomeningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko
dengan melaksanakanpola hidup sehat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi
meningitis padabayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin
yang dapat diberikan sepertiHaemophilus influenzae type b (Hib),
19

Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7),Pneumococcal polysaccaharide


vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine(MCV4), dan MMR
(Measles dan Rubella).1
Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian
kemoprofilaksis(antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup
serumah dengan penderita.2
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak
langsungdengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di
lingkungan perumahan dan dilingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan
kapal. Meningitis juga dapat dicegahdengan cara meningkatkan personal
hygiene seperti mencuci tangan yang bersihsebelum makan dan setelah
dari toilet.

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak
awal, saatmasih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal
dapat menghentikanperjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan diagnosis dini danpengobatan segera. Deteksi dini juga
dapat ditingkatan dengan mendidik petugaskesehatan serta keluarga untuk
mengenali gejala awal meningitis. Dalam mendiagnosa penyakit dapat
dilakukan dengan pemeriksaan fisik,pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan
laboratorium yang meliputi test darah danpemeriksaan X-ray (rontgen)
paru .
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota
keluargapenderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk
menemukanpenderita secara dini.4
Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikanantibiotik
yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu :
 Meningitis Purulenta
 Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim,
seftriakson.
20

 Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin,


seftriakson.
 Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan
seftriakson.
 Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)
Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus
yang beratdapat ditambahkan etambutol atau streptomisin.
Kortikosteroid berupa prednisondigunakan sebagai anti inflamasi yang
dapat menurunkan tekanan intrakranial danmengobati edema otak.

c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah
kerusakanlanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti.
Pada tingkatpencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan
kecacatan akibatmeningitis, dan membantu penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisiyang tidak diobati lagi, dan mengurangi
kemungkinan untuk mengalamidampak neurologis jangka panjang
misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.
Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan
mengurangi cacat.

Anda mungkin juga menyukai