TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Meningen’s Membran
6
1. Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyerang susunan saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam
menimbulkan kematian, dan kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat
merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri.4
Meningitis bakterial selalu bersifat purulenta. Pada umumnya
meningitis purulenta timbul sebagai komplikasi dari septikemia. Pada
meningitis meningokokus, prodomnya ialah infeksi nasofaring, oleh
karena invasi dan multiplikasi meningokokus terjadi di nasofaring.
Meningitis purulenta dapat menjadi komplikasi dari otitis media akibat
infeksi kuman - kuman tersebut.3
Etiologi dari meningitis bakterial antara lain5:
1. S. Pneumonie
2. N. Meningitis
3. Group B streptococcus atau S. Agalactiae
4. L. Monocytogenes
5. H. Influenza
6. Staphylococcus aureus
Bacterial meningitis merupakan tipe meningitis yang paling
sering terjadi. Tetapi tidak setiap bakteri mempunyai cara yang sama
8
2. Meningitis Tuberkulosa
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan
diIndonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis
tuberkulosis terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis
primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah
karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan
tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau vertebra
yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid. Pada pemeriksaan
histologis, meningitis tuberkulosa ternyata merupakan
meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar
otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel.
Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan
obstruksi pada sisterna basalis. Etiologi dari meningitis tuberkulosa
adalah Mycobacterium tuberculosis.
3. Meningitis viral
Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat
akhir / sequel dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus
seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster. Pada
meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan
cairan serebrospinal (CSS)tidak ditemukan adanya organisme.
Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan
menigens. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel
yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini akan mengganggu
metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan
gangguan produksi enzim neurotransmiter, dimana hal ini akan
berlanjut terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan
neurologis.
Meningitis jamur: Meningitis oleh karena jamur merupakan
penyakit yang relatif jarang ditemukan, namun dengan meningkatnya
10
b. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
EndapDarah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
15
c. Pemeriksaan Radiologis
Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT-Scan.
Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinusparanasal, gigi geligi) dan foto dada.
2.9 Penatalaksanaan
Antibiotik7
Berikan pengobatan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.
- seftriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap
12 jam; atau
- sefotaksim: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam.
Pada pengobatan antibiotik lini kedua berikan:
- Kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
- ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral
selama sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5
hari bila tidak ada gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi
maka seluruh pengobatan harus diberikan secara parenteral. Lama
pengobatan seluruhnya 10 hari.
Jika tidak ada perbaikan:
- Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi
subdural atau abses serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.
- Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam,
seperti selulitis pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau
osteomielitis.
16
- Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik
setelah 3–5 hari, ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil
pemeriksaan CSS
Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB
dapat ditambahkan. Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4
rejimen:
- INH: 10 mg/kgBB /hari (maksimum 300 mg) - selama 6–9 bulan
- Rifampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg) – selama 6-
9 bulan
- Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama 2
bulan pertama
- Etambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau
Streptomisin: 30-50 mg/kgBB/hari (maksimum 1 g) – selama 2
bulan
Steroid
Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4
minggu, dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak
memungkinkan dapat diberikan deksametason dengan dosis 0.6
mg/kgBB/hari IV selama 2–3 minggu.
Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan
rutin deksametason pada semua pasien dengan meningitis bakteri.
Antikonvulsan7
Anti kejang tidak diberikan secara rutin pada pasien meningoensefalitis,
tetapi diberikan bila terjadi kejang.
Diazepam : 10 – 20 mg i.v dengan kecepatan pemberian < 2-5 menit
atau per rektal dapat diulang 15 menit kemudian.
Fenitoin : 15 – 20 mg/kgBB dengan kecepatan 50 mg/ menit.
17
Perawatan Penunjang
Pada anak yang tidak sadar:
Jaga jalan napas
Posisi miring untuk menghindari aspirasi
Ubah posisi pasien setiap 2 jam
Pasien harus berbaring di alas yang kering
Perhatikan titik-titik yang tertekan.
Pemantauan
Pasien dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.
Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran,
kejang, atau perubahan perilaku anak.
Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap
6 jam, selama setidaknya dalam 48 jam pertama.
Periksa tetesan infus secara rutin.
2.10 Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme
spesifik yangmenimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput
otak, jenis meningitisdan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik.
18
2.11 Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis
antara lain:
1. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau
kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan
subdural karena adanya infeksi oleh kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan
abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak.
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak
karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
kematian pada jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya
retardasi mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan
kecerdasan anak terganggu.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak
awal, saatmasih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal
dapat menghentikanperjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan diagnosis dini danpengobatan segera. Deteksi dini juga
dapat ditingkatan dengan mendidik petugaskesehatan serta keluarga untuk
mengenali gejala awal meningitis. Dalam mendiagnosa penyakit dapat
dilakukan dengan pemeriksaan fisik,pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan
laboratorium yang meliputi test darah danpemeriksaan X-ray (rontgen)
paru .
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota
keluargapenderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk
menemukanpenderita secara dini.4
Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikanantibiotik
yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu :
Meningitis Purulenta
Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim,
seftriakson.
20
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah
kerusakanlanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti.
Pada tingkatpencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan
kecacatan akibatmeningitis, dan membantu penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisiyang tidak diobati lagi, dan mengurangi
kemungkinan untuk mengalamidampak neurologis jangka panjang
misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.
Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan
mengurangi cacat.