Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL TUTORIAL KEPERAWATAN KRITIS KASUS

STROKE

Dosen Pengampu : Ns. Eny Erlinda W, M.Kep.,Sp.Kep MB


Dosen Mentor : Ns. Eny Erlinda W, M.Kep.,Sp.Kep MB

Nama Kelompok 3
1. Cahya Lystiani (171440102)
2. Juwita Maharani (171440109)
3. Kurniahasmita (171440111)
4. Nabila Amelia (171440114)
5. Nurrahmadina (171440117)
6. Nefi Faradina (171440115)
7. Rio Syahputra (171440121)
8. Shela Oktavia (171440125)
9. Shinta Nirwana (171440129)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG
TAHUN 2019
Kasus 1
Seorang pasien mengalami serangan stroke perdarahan sesaat sebelum dibawa ke
RS dengan kondisi penurunan kesadaran, GCS 8, bunyi nafas snoring. Pasien
diketahui sedang menuju kekamar mandi dan tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri.
Pasien sempat mengeluh pusing dan tidak enak badan. Selain itu pasien juga
memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol. Saat dikaji TD: 190/110 mmHg, HR:
124 x/menit, RR: 28 x/menit tidak teratur. Pasien segera dilakukan pemasangan
ETT dan ventilator. Hasil CT scan menunjukkan adanya perdarahan intraserebral
85 ml. Pasien kemudian segera mendapatkan penanganan medis dan perawatan
intensif.
Diskusikan:
1. Apa yang menyebabkan pasien mengalami penurunan kesadaran pada
kasus di atas?
2. Mengapa pasien di atas dilakukan pemasangan ETT dan ventilator pada
tidak mengalami sumbatan jalan nafas?
3. Apa komplikasi medis yang paling dikhawatir pada kasus di atas?
4. Buatlah patofisiologi pada kasus di atas?
5. Apakah masalah keperawatan pada kasus di atas?
6. Buatlah rencana keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang
ditemukan pada kasus di atas
Jawab :
1. Karena adanya perdarahan intraserebral hal ini disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak akibat berbagai faktor, sehingga timbul suatu
gumpalan darah (hematoma) yang berakhir dengan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK), dengan tingginya tekanan intrakranial tersebut akan
menekan dan merusak substansio retikularis diensefalon yang pada
akhirnya akan terjadi penurunan kesadaran yang sangat cepat.
2. Pasien dipasang ETT dan Ventilator dikarenakan pasien jika dilihat dari
keadaannya yakni menagalami penurunan kesadaran dengan GCS 8 dan
bunyi napas snoring, walaupun tidak mengalami sumbatan jalan nafas
tetapi pada kasus diatas bahwa pasien perlu dilakukan pemasangan ETT
dan juga ventilator dikarenakan pasien tersebut mengalami peningkatan
tekanan intrakranial ditandai dengan adanya perdarahan intraserebral 85
ml, pada kondisi fisiologis yang normal, rata-rata TIK dibawah 15 mmHg.
Setiap lesi atau akumulasi cairan yang mengambil ruang dalam rongga
tengkorak menyebabkan peningkatan dalam rongga tersebut, oleh karena
itu setiap pembengkakan jaringan otak dari pembuluh darah yang pecah
yang menempati rongga tengkorak dapat menyebabkan resiko TIK
menjadi meningkat. Tekanan terhadap pembuluh darah otak dan arteri
dapat mengganggu aliran darah yang menghasilkan iskemia lokal dan
hipoksia. Sedangkan tekanan terhadap sel sendiri dapat mengganggu
fungsi fungsi vital mereka. Jika tekanan tersebut naik sangat tinggi dan
tetap tinggi untuk waktu yang lama, TIK dapat menyebabkan kematian
karena ketidakadekuatan perfusi serebral atau herniasi otak. Cedera batang
otak atau tekanan pada batang otak karena peningkatan TIK menyebabkan
depresi pernapasan dari tekanan pada medula oblangata. Oleh karena itu
pasien tersebut perlu di lakukan pemasangan ETT dan ventilator untuk
meminimalkan atau mencegah supaya tidak terjadi peningkatan
intrakranial secara berlebihan.
3. Komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus diatas adalah herniasi batang
otak dan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Perdarahan intraserebral yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak akan menyebabkan peningkatan TIK. Peningkatan TIK dapat
menyebabkan kompresi (penekanan) pada vena sehingga darah mengalami
stagnasi yang akan menambah peningkatan tekanan intrakranial sehingga
sirkulasi darah ke otak menurun dan perfusi sel dan jaringan otak menjadi
tidak adekuat yang menyebabkan meningkatnya tekanan karbon dioksida
dalam darah (pCO2), tekanan oksigen dalam darah (pCO2) menurun, dan
tingkat keasaman tubuh (PH) menurun (asidosis) yang menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah cerebral dan terjadi edema yang akan
menambah peningkatan tekanan intrakranial. Akibat dari hal tersebut otak
menjadi terdesak ke bawah melalui tentorium (herniasi otak) yang
menyebabkan depresi batang otak dan mengakibatkan penekanan pada
pusat vasomotor, arteri cerebral posterior, nervus okulomotoris, traktus
kortikospinal, dan serabut ARAS yang mengakibatkan mekanisme untuk
mempertahankan kesadaran, pengaturan suhu, tekanan darah, frekuensi
napas (RR), frekuensi denyut nadi, dan pergerakan terganggu. Peningkatan
tekanan intrakranial ini biasanya secara bertahap, dan tekanan maksimal
dicapai dalam waktu sekitar 36-48 jam. Tanda dan gejala yang dapat
diidentifikasi, antara lain :
a. Gelisah, merupakan gejala utama peningkatan intrakranial (TIK)
b. Penurunan kesadaran
c. Nyeri kepala hebat karena terdesaknya struktur yang sensitive terhadap
nyeri
d. Perubahan tanda-tanda vital yang bervariasi
5. Masalah utama yang muncul pada kasus di atas adalah penurunan
kapasitas adaptif intrakranial, kemudian gangguan menelan,
ketidakseimbangan nutrisi, nyeri akut, hambatan mobilitas fisik.
6.
Kasus 2
Seorang pasien diketahui mengalami serangan stroke yang kedua kalinya. Pasien
berjenis kelamin wanita berusia 56 tahun memiliki riwayat stroke iskemik sekitar
3 tahun yang lalu. Saat serangan pertama menyebabkan pasien mengalami
disfagia, wajah asimetris dan suara parau serta bicara cadel. Selain itu, pasien
tidak memiliki riwayat hipertensi namun hiperkolesterolemia. Saat ini pasien
menjalani perawatan intensif dengan kondisi penurunan kesadaran, terpasang
ventilator dengan mode SMV, Sat O2 99%, TD: 120/70 mmHg, HR: 78 x/menit,
S; 36,2 0 C, saat auskultasi terdengar suara ronchi.
Diskusikan:
1. Apa yang menyebabkan gejala disfagia, wajah asimetris dan suara parau
serta bicara cadel pada serangan stroke pertama
2. Apa hubungannya hiperkolesterolemia terhadap stroke iskemik (buatlah
patofisiologi)?
3. Apa masalah keperawatan pada kasus di atas?
4. Apakah masalah komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus di atas
Jawaban :
1. Penyakit sroke merupakan kondisi yang terjadi ketika pasokan darah
keotak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik)
tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi
sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan rusak, bahkan mati. “
kondisi tersebut menyebakan bagian tubuh yang dikendalikan oleh area
otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat
menyebabkan terjadinya cadel, dispagia, wajah asimetris dan suara parau.
a. Disatria
Disatria merujuk kepada gangguan dalam kontrol otot-otot perangkat
bicara (bibir, lidah, palatum, faring). Pengucapan kata-kata menjadi
sengau, cadel, atau tidak jelas, tetapi aspek simbolik utama bahasa
masih utuh. Penyebabnya mencakup lesi motorik susunan saraf pusat
atau perifer, parkinsonisme, dan penyakit serebelum (Bickley, 2016).
b. Disfagia
Menelan adalah proses yang kompleks karena membutuhkan beberapa
fungsi dari saraf kranial (SK). Mulut harus terbuka (SK V),lidah harus
tertutup (SK VII), dan lidah harus bergerak (SK XII). Mulut harus bisa
merasakan jumlah dan kualitas gumpalan makanan yang ditelan (SK V
dan SK VII) dan harus bisa mengirimkan pesan ke pusat menelan (SK
V dan IX). Selama aktivitas menelan. Lidah menggerakkan gumapalan
makanan ke arah orofaring. Faring yang terangkat dan glottis menutup.
Gerakan otot faringeal akan mengirim makanan dari faring ke
esophagus. Kemudian dengan gerakan peristaltismendorong makanan
ke dalam perut. Stroke yang terjadi di daerah vertebrobasilar
mengakibatkan terjadinya disfagia (Black dan Hawks, 2014)
2. Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi
kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun pada dinding pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit
sehingga mengganggu suplai darah ke otak. Hiperkolestrol akan
meningkatkanya LDL (lemak jahat) yang akan mengakibatkan
terbentuknya arterosklerosis yang kemudian diikuti dengan penurunan
elastisitas pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah (Junaidi,
2011).
3. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus di atas yakni :
a. Gangguan menelan berhubungan dengan stroke
b. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan stroke ditandai dengan
kesulitan menelan
4. Komplikasi yang muncul sesuai kasus diatas yakni :
a. Kelumpuhan
b. Koma
c. Kematian
d. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat
mengakibatkan luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat
berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Lukadekubitus
jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
e. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada
kaki yang lumpuh dan penumpukan cairan.
f. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan
kekauan pada otot atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat
menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi kompresi saraf ulnar
dan kompresi saraf femoral.
g. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan
olehimobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
h. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab
adalahimobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta
pemberian obat.

Anda mungkin juga menyukai