BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak pada pusat vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor tersebut
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neurun pre ganglion melepaskan asetikolin yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dengan
dilepaskannya norepineprin akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Seseorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin. Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid linnya, yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pemebntukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II yang menyebabkan adanya satu vasokontriktor yang kuat.
Hal ini merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang
mengakibatkan volume intravaskular. Semua faktor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Hasdianah dan Suprapto, 2014).
7
8
4. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) Tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
5. Komplikasi
Menurut Kowalak (2011) komplikasi yang terjadi pada hipertensi yaitu:
a. Penyakit Arteri perifer
b. Penyakit Jantung koroner
c. Penyakit Angina
d. Penyakit Infark miokard
e. Penyakit Stroke
8
9
6. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2013) penatalaksanaan hipertensi
adalah:
a. Pendekatan nonfarmakologis mencakup penurunan berat badan:
pembatasan alkohol dan natrium: olahraga teratur dan relaksasi. Diet
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah, sayuran,
dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah
tinggi.
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping
terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima oleh pasien. Dua kelas
obat tersedia sebagai terapi lini pertama: diuretik dan penyakit beta.
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks.
B. Asuhan Keperawatan Keluarga pada Hipertensi
1. Pengkajian
Proses pengkajian merupakan pengumpulan informasi yang
berkesinambungan, dianalisa dan diinterprestasikan serta diidentifikasi
secara mendalam. Sumber data pengkajian diperoleh dari anamnesa
(wawancara), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik anggota keluarga
dan data dokumentasi. Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu
perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan
menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang
berkaitan dengan permasalahan (Dion dan Betan, 2013).
a. Cara mengumpulkan data :
1) Wawancara
Tujuan dilakukan wawancara :
a) Mendapatkan informasi yang diperlukan dari keluarga (tentang
apa yang harus dikaji).
b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi
c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
9
10
2) Pengamatan (Observasi)
Pengamatan yang dilakukan berkaitan dengan hal-hal yang tidak
perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan lingkungan
rumah dan sekitarnya).
3) Data dokumentasi
Data dokumentasi yang dimaksud adalah pengkajian terhadap data
atau catatan kesehatan klien. Contoh: KMS, kartu keluarga, dan
catatan lain yang ada hubungannya dengan klien.
4) Pemeriksaan fisik
Jika klien kita adalah individu, maka pemeriksaan fisik dilakukan
hanya pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
akan tetapi bisa mempunyai masalah kesehatan akan tetapi bisa juga
dilakukan kepada seluruh anggota keluarga jika klien anda adalah
satu keluarga bukan individu.
b. Beberapa alat yang biasanya digunakan dalam pengkajian adalah:
1) Quisioner
2) Check List
2. Diagnosa
Masalah kesehatan adalah situasi atau kondisi yang berhubungan
dengan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga.
Sedangkan diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan kewenangan perawat.
Tahapan dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain:
a. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data, segera dilakukan analisa yaitu
dengan mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
10
11
11
12
12
13
Resiko 1
2 Kemungkinan masalah dapat Mudah 2 2
diubah Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat Tinggi 3 1
dicegah Cukup 2
Rendah 1
13
14
Ada msalah, 1
tidak perlu
segera
ditangani.
Tidak 0
dirasakan ada
masalah
Sumber : Dion & Betan, 2013. Asuhan keperawatan keluarga
Prioritas Masalah Keluarga
1) Nyeri akut
2) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3) Intoleransi aktivitas
d. Diagnosa keperawatan
Tabel 2.2 Masalah Keperawatan Hipertensi
No Masalah keperawatan Etiologi
1. Nyeri akut 1. Ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan keluarga
2. Ketidakmampuan membuat keputusan
tindakan yang tepat
3. Ketidakmampuan memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan mempertahankan
atau mengusahakan suasana rumah
yang sehat
5. Ketidakmampuan menggunakan
fasilitas pelyanan kesehatan yang ada
di masyrakat
2. Ketidakefektifan pemeliharaan 1. Ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan kesehatan keluarga
2. Ketidakmampuan membuat keputusan
tindakan yang tepat
3. Ketidakmampuan memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan mempertahankan
atau mengusahakan suasana rumah
yang sehat
5. Ketidakmampuan menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dimasyrakat
3. Intoleransi aktivitas 1. Ketidakmampuan menganal masalah
kesehatan keluarga
2. Ketidakmampuan membuat keputusan
tindakan yang tepat
3. Ketidakmampuan memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
4. Ketidskmampuan mempertahankan
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
h. Pengalaman nyeri
Seseorang dengan pengalaman nyeri akan lebih terbentuk koping yang
baik dibanding orang dengan pertama terkena nyeri, maka akan
mengganggu koping.
i. Gaya koping
Klien sering menemukan cara untuk mengembangkan koping terhadap
efek fisiologis dan psikologis. Gaya koping ini berhubungan dengan
pengalaman nyeri.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran keluarga atau orang yang dicintai akan meminimalkan
persepsi nyeri.
5. Penatalaksanaan nyeri
Menurut Riyadi & Harmoko (2012) teknik pemberian obat dan
manajemen nyeri:
a. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
1) Teknik latihan pengalihan, diantaranya adalah dengan menonton
televisi, berbincang dengan orang lain, mendengarkan musik
2) Teknik relaksasi dengan menganjurkan pasien menarik nafas dalam
b. Pemberian obat analgesic, bertujuan untuk mengganggu atau memblok
transmisi stimulus nyeri agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikal terhadap nyeri.
21
22
22
23
b. Menurut Stuart (2001) dalam Dion dan Betan (2013) lima sifat keluarga
yang dijabarkan adalah sebagai berikut:
1) Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem
2) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsistten terhadap
perlindungan, makanan, dan sosialisasi anggotanya
3) Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota
keluarga
4) Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan
dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap
5) Keluarga bisa memiliki anak atau tidak
c. Menurut Dion dan Betan (2013) ciri keluarga indonesia sebagai berikut:
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong-royong
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukan secara musyawarah
3. Tipe keluarga
Menurut Sussman (1974) & Maclin (1998) dalam Dion dan Betan
(2013) tipe keluarga dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dam non
tradisional:
a. Keluarga tradisional
Yang termasuk keluarga tradisional adalah:
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang
sama
2) Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent) yaitu keluarga
hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,
pisah atau ditinggalkan
3) Pasangan inti (keluarga Dyad), hanya terdiri dari suami dan istri saja,
tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
4) Buajang dewasa (single adult), yang tinggal sendirian
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32