Anda di halaman 1dari 27

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya (Syilvia A.price dalam Nurarif dan
Kusuma, 2015).
Menurut Brunner dan Suddarth (2013) Hipertensi adalah sebagai
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih.
Kowalak dan Welsh (2011) dalam buku yang berjudul Buku Ajar
Patofisiologi mengemukakan bahwa Hipertensi adalah kenaikan tekanan
darah diastolik atau sistolik ditemukan dalam dua tipe: hipertensi esensial
(primer), yang paling sering terjadi, dan hipertensi sekunder, yang
disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain yang dapat diidentifikasi.
2. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) penyebabnya hipertensi di bagi
menjadi 2 golongan:
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi isiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

6
7

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak pada pusat vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor tersebut
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neurun pre ganglion melepaskan asetikolin yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dengan
dilepaskannya norepineprin akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Seseorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin. Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid linnya, yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pemebntukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II yang menyebabkan adanya satu vasokontriktor yang kuat.
Hal ini merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang
mengakibatkan volume intravaskular. Semua faktor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Hasdianah dan Suprapto, 2014).

7
8

4. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) Tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
5. Komplikasi
Menurut Kowalak (2011) komplikasi yang terjadi pada hipertensi yaitu:
a. Penyakit Arteri perifer
b. Penyakit Jantung koroner
c. Penyakit Angina
d. Penyakit Infark miokard
e. Penyakit Stroke

8
9

6. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2013) penatalaksanaan hipertensi
adalah:
a. Pendekatan nonfarmakologis mencakup penurunan berat badan:
pembatasan alkohol dan natrium: olahraga teratur dan relaksasi. Diet
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah, sayuran,
dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah
tinggi.
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping
terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima oleh pasien. Dua kelas
obat tersedia sebagai terapi lini pertama: diuretik dan penyakit beta.
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks.
B. Asuhan Keperawatan Keluarga pada Hipertensi
1. Pengkajian
Proses pengkajian merupakan pengumpulan informasi yang
berkesinambungan, dianalisa dan diinterprestasikan serta diidentifikasi
secara mendalam. Sumber data pengkajian diperoleh dari anamnesa
(wawancara), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik anggota keluarga
dan data dokumentasi. Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu
perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan
menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang
berkaitan dengan permasalahan (Dion dan Betan, 2013).
a. Cara mengumpulkan data :
1) Wawancara
Tujuan dilakukan wawancara :
a) Mendapatkan informasi yang diperlukan dari keluarga (tentang
apa yang harus dikaji).
b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi
c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.

9
10

2) Pengamatan (Observasi)
Pengamatan yang dilakukan berkaitan dengan hal-hal yang tidak
perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan lingkungan
rumah dan sekitarnya).
3) Data dokumentasi
Data dokumentasi yang dimaksud adalah pengkajian terhadap data
atau catatan kesehatan klien. Contoh: KMS, kartu keluarga, dan
catatan lain yang ada hubungannya dengan klien.
4) Pemeriksaan fisik
Jika klien kita adalah individu, maka pemeriksaan fisik dilakukan
hanya pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
akan tetapi bisa mempunyai masalah kesehatan akan tetapi bisa juga
dilakukan kepada seluruh anggota keluarga jika klien anda adalah
satu keluarga bukan individu.
b. Beberapa alat yang biasanya digunakan dalam pengkajian adalah:
1) Quisioner
2) Check List
2. Diagnosa
Masalah kesehatan adalah situasi atau kondisi yang berhubungan
dengan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga.
Sedangkan diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan kewenangan perawat.
Tahapan dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain:
a. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data, segera dilakukan analisa yaitu
dengan mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.

10
11

Cara analisa data sebagai berikut:


1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang dikumpulkan dalam
pengkajian.
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan
spiritual.
3) Membandingkan dengan standart.
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan
5) Data dibagi dalam data subyektif (ungkapan) dan Obyektif (data
yang dapat diuji kebenarannya melalui observasi, pemfis, dll).
b. Perumusan masalah
Langkah setelah dilakukan analisa data adalah merumuskan masalah.
Perumusan masalah dalam keperawatan keluarga dapat diarahakan
kepada sasaran kita baik individu maupun keluarga. Komponen dalam
penulisannya terdiri atas Problem (Masalah), Etiologi (Penyebab), dan
Sign/ Simptom (tanda dan gejala).
1) Masalah (Problem)
Kalimat sederhana yang mendefinisikan persoalan yang dialami
oleh klien dalam pengkajian yang sudah dilakukan. Hal ini
bertujuan untuk menjelaskan status kesehatan klien secara jelas dan
sesingkat mungkin.
Sebagai rujukan dalam menentukan diagnosa yang pertama: nyeri
akut, kedua: ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, ketiga:
intoleransi aktivitas.
2) Etiologi (Penyebab)
Dalam keperawatan keluarga, penyebab dari masalah yang terjadi
diambil dari 5 tugas keluarga dengan asumsi bahwa apabila
keluarga tidak menjalankan kelima tugas dengan baik maka akan
timbul masalah kesehatan. Kelima penyebab masalah tersebut
adalah:

11
12

a) Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap


anggota keluarganya.
b) Keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
melakukan tindakan yang tepat.
c) Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarganya yang
sakit atau yang tidak dapat menolong dirinya sendiri karena
cacat atau karena usianya yang terlalu muda.
d) Keluarga tidak mampu mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian
amggota keluarga.
e) Keluarga tidak mampu mempertahankan hubungan timbal-
balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (puskesmas, dll).
3) Sign & Simptom
Adalah sekumpulan data tanda dan gejala yang merupakan
manifestasi adanya gangguan dari hasil pengkajian baik berupa
data subyektif maupun obyektif. Tanda dan gejala inilah yang
mendukung adanya masalah dan penyebab. Dalam penulisan tanda
dan gejala diharapkan dapat meminimalisir penggunaan data
obyektif. Ungkapan pasien tidak selamanya bisa dipercaya tanpa
adanya data obyektif. Perawat terdapat banyak data untuk diangkat
dalam sebuah masalah.
c. Jenis diagnosa keperawatan
Adapun jenis diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Aktual: masalah yang nyata terjadi saat pengkajian dan didapatkan
tanda dan gejala yang mengarah pada masalah tersebut. Komponen
dari masalah ini terdiri atas PES (Problem, Etiologi, Sign/
simptom).
2) Resiko/ ancaman: sudah ada data yang terjadi dan menunjang
terjadinya masalah kesehatan tetapi belum terjadi gangguan.

12
13

3) Potensial: keadaan sejahtera dimana keluarga dalam keadaan


sejahtera sehingga kesehatan dapat dtingkatkan sebagai komponen
diagnosa keperawatan: masalah, penyebab, tanda dan gejala.
4) Prioritas masalah
Setelah merumuskan masalah, tahap berikutnya adalah menentukan
diagnosa mana yang menjadi diagnosa prioritas. Diagnosa yang
menjadi prioritas, dilihat dari angka yang paling tinggi dilanjutkan
sampai angka yang terendah. Untuk mendapatkan masalah
prioritas, terlebih dahulu dilakukan perhitungan dengan
menggunakan skala Baylon dan Maglaya (1978) sebagai berikut:
Skoring:
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalian dengan bobot:
Skor
X bobot
Angka tertinggi
c) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 = seluruh.
Tabel 2.1 Skoring Diagnosa
No Kriteria Komponen Skor Bobot
1 Sifat masalah Aktual 3 1
Potensial 2

Resiko 1
2 Kemungkinan masalah dapat Mudah 2 2
diubah Sebagian 1

Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat Tinggi 3 1
dicegah Cukup 2

Rendah 1

4 Menonjolnya masalah Berat, segera 2 1


ditangani

13
14

Ada msalah, 1
tidak perlu
segera
ditangani.

Tidak 0
dirasakan ada
masalah
Sumber : Dion & Betan, 2013. Asuhan keperawatan keluarga
Prioritas Masalah Keluarga
1) Nyeri akut
2) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3) Intoleransi aktivitas
d. Diagnosa keperawatan
Tabel 2.2 Masalah Keperawatan Hipertensi
No Masalah keperawatan Etiologi
1. Nyeri akut 1. Ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan keluarga
2. Ketidakmampuan membuat keputusan
tindakan yang tepat
3. Ketidakmampuan memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan mempertahankan
atau mengusahakan suasana rumah
yang sehat
5. Ketidakmampuan menggunakan
fasilitas pelyanan kesehatan yang ada
di masyrakat
2. Ketidakefektifan pemeliharaan 1. Ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan kesehatan keluarga
2. Ketidakmampuan membuat keputusan
tindakan yang tepat
3. Ketidakmampuan memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan mempertahankan
atau mengusahakan suasana rumah
yang sehat
5. Ketidakmampuan menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dimasyrakat
3. Intoleransi aktivitas 1. Ketidakmampuan menganal masalah
kesehatan keluarga
2. Ketidakmampuan membuat keputusan
tindakan yang tepat
3. Ketidakmampuan memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
4. Ketidskmampuan mempertahankan

14
15

atau mengusahakan suasana rumah


yang sehat
5. Ketidakmampuan menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dimasyrakat
Sumber : (Dion & Betan, 2013) dan (Herdman & Kamitsuru, 2015-2017)
3. Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan 1)
tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus, 2) rencana intervensi, dan 3)
rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan
secara spesifik, dapat diukur (measurable), dapat dicapai (achivable),
rasional (rationale), dan menunjukkan waktu (time) disingkat SMART dan
rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright dan Leahey
dalam Supriadi (2014) membagi intervensi keperawatan menjadi dua
tingkatan intervensi, yaitu intervensi permulaan dan intervensi lanjut.
Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat suportif edukatif dan
langsung ke arah sasaran, sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi sejumlah
intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan tidak langsung.
Feeman (1970) dalam Supriadi (2014) mengklasifikasikan (tipologi)
intervensi menjadi :
a. Intervensi suplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi
bidang-bidang yang keluarga tidak dapatmelakukannya.
b. Intervensi fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga
seperti pelyanan medis, kesejahteraan sosial, transfortasi dan pelayanan
kesehatan di rumah.
c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluargadalam perawatan diri dan tanggung
jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumber-
sumber perawatan untuk keluarganya termasuk dukungan internal dan
eksternal.

15
16

Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi


intervensi dalam bentuk pendidikan atau penyuluhan kesehatan supportif
educatif dan terapi keluarga, yakni : terapi klinis, terapi modalitas dan
terapi komplementer yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan.
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan berdasarkan
tujuan khusus yang ditetapkan (Supriadi, 2014)
1) Penetapan kriteria dan Standar
Kriteria dan standar merupakan outcomes dalam proses keperawatan
keluarga. Dalam menentukan kriteria dan standar, perlu diperhatikan
tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan), Afektif (sikap) dan
Psikomotor (tindakan).
Tabel 2.3 Penetapan Kriteria dan Standar
No Kriteria Standar
1 Pengetahuan a. Keluarga mampu menjelaskan kembali kepada
perawat tentang pengertian HT
b. Keluarga mampu menjelaskan kembali kepada
perawat tentang tanda dan gejala HT
2 Sikap a. Keluarga mampu memutuskan tindakan untuk
mengatur diit
b. Keluarga mau mengatur jadwal pengobatan ke
puskesmas
3 Psikomotor a. Keluarga menghidangkan makanan sesuai dengan diit
b. Keluarga sudah mulai melakukan pengobatan di
puskesmas
Sumber : ( menurut Dion & Betan, 2013)
4. Implementasi
Menurut Nursalam (2001) dalam Bakri (2017) Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana tindakan disusun. perawat membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan., oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik ini dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi masalah kesehatan pasien.

16
17

Tujuan dari pelaksanaan ini adalah membantu pasien dalam mencapai


tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien.
Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan
oleh institusi (Nursalam, 2001 dalam Bakri, 2017).
Menurut Murwani (2007) dalam Bakri (2017) tindakan keperawatan
terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
Yang dimaksud pada poin ini adalah mendiskusikan berbagai informasi
kepada keluarga tentang masalah-masalah kesehatan. Hal ini akan
mampu mendorong kesadaran keluarga tentang kesehatan dan penjelasan
pun akan mudah diterima. Cara-cara yang bisa dilakukan pada poin ini
adalah:
1) Memberikan informasi
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentag kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
Perawat dapat memberikan berbagai informasi dan pertimbangan
sehingga bisa menjadi stimulus bagi keluarga untuk memutuskan
perawatan yang tepat. Cara yang bisa ditempuh adalah:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
Memotivasi keluarga juga menjadi bagian perawat, agar keluarga merasa
percaya diri untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Terkadang,
keluarga sangat prihatin dengan anggota keluarga yang sakit tetapi tidak
tahu atau takut melakukan tindakan yang justru akan merugikan pasien.

17
18

Padahal pasien sangat membutuhkan bantuannya. Untuk bisa mencapai


hal ini, perawat dapat melakukan beberapa cara, yaitu:
1) Melakukan demonstrasi cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga mewujudkan lingkungan yang sehat
Disini perawat dapat berperan sebagai konsultan bagaimana agar
keluarga mampu mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat,
sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup anggota keluarganya.
Adapun cara yang bisa ditempu adalah:
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Kesadaran dalam mengakses fasilitas kesehatan bagi masyarakat kita
sampai saat ini masih relatif rendah. Untuk itu, perawat perlu melakukan
beberapa hal di bawah ini:
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5. Evaluasi
Menurut Dion dan Betan (2013) Evaluasi bertujuan untuk melihat
kemampuan keluarga dalam mecapai tujuan. Terdapat dua jenis evaluasi
dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan tindakan
keperawatan. Penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan format
SOAP.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai dengan
perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian dalam hasil yang dicapai,
keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai dengan tindakan perlu
ditinjau kembali.

18
19

Ada beberapa metode yang perlu dilaksanakan dalam melakukan


evaluasi, diantaranya:
1) Observasi langsung
2) Wawancara
3) Memeriksa laporan
4) Latihan simulasi
C. Konsep Dasar Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan pada seseorang dan
dapat menimbulkan penderitaan atau sakit (Riyadi & Harmoko, 2012).
Menurut Saryono & Widiyanti (2011) menjelaskan bahwa Nyeri adalah
mekanisme fisiologis bertujuan untuk melindungi diri dan disebabkan oleh
stimulus teretntu.
2. Penyebab nyeri
Penyebab nyeri yaitu adanya jaringan tubuh yang rusak. Contoh: patah
tulang, luka, pusing, sakit gigi, dan lain sebagainya (Riyadi & Harmoko,
2012).
3. Tipe Nyeri
Menurut Riyadi & Harmoko (2012) menyebutkan tipe nyeri terdiri dari
2 jenis yaitu:
a. Derajat ringan
1) Kecemasan
2) Berlangsung singkat < 6 bulan
3) Gejala: berkeringat, tensi meningkat, dan pucat
4) Mengeluh dan menangis (bervariasi)
b. Derajat kronis
1) Berkembang perlahan
2) Berlangsung lama > 6 bulan
3) Sulit diingat kapan mulai serangan
4) Memberi perlawanan atau menganggap seolah-olah nyeri tersebut
tidak ada

19
20

4. Faktor yang mempengaruhi nyeri


Menurut Saryono & Widyanti (2011) menyebutkan faktor yang
mempengaruhi nyeri dibagi menjadi berbagai faktor yaitu:
a. Usia
Perbedaan usia dalam bersepon nyeri. Anak kecil memiliki kesulitan
untuk memahami dan mengekpresikan nyeri. Pada lansia, mereka lebih
untuk tidak melaporkan nyeri karena persepsi nyeri yang harus mereka
terima, menyangkal merasakan nyeri karena takut akan konsekuensi
atau tindakan media yang dilakukan dan takut akan penyakit dari rasa
nyeri itu.
b. Jenis kelamin
Seorang laki-laki harus lebih berani sehingga tertanamkan yang
menyebabkan mereka lebih tahan terhadap nyeri dibanding wanita.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan meyakini bahwa memperlihatkan nyeri adalah
sesuatu yang wajar namun ada kebudayaan yang mengajarkan untuk
menutup perilaku untuk tidak memperlihatkan nyeri.
d. Makna nyeri
Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan adaptasi terhadap
nyeri.
e. Perhatian
Seseorang yang mampu mengalihkan perhatian, sensai nyeri akan
berkurang. Karena upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun.
f. Ansietas
Ansietas sering meningkatkan persepsi nyeri dan nyeri dapat
menimbulkan ansietas.
g. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri yang menurunkan kemampuan
koping.

20
21

h. Pengalaman nyeri
Seseorang dengan pengalaman nyeri akan lebih terbentuk koping yang
baik dibanding orang dengan pertama terkena nyeri, maka akan
mengganggu koping.
i. Gaya koping
Klien sering menemukan cara untuk mengembangkan koping terhadap
efek fisiologis dan psikologis. Gaya koping ini berhubungan dengan
pengalaman nyeri.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran keluarga atau orang yang dicintai akan meminimalkan
persepsi nyeri.
5. Penatalaksanaan nyeri
Menurut Riyadi & Harmoko (2012) teknik pemberian obat dan
manajemen nyeri:
a. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
1) Teknik latihan pengalihan, diantaranya adalah dengan menonton
televisi, berbincang dengan orang lain, mendengarkan musik
2) Teknik relaksasi dengan menganjurkan pasien menarik nafas dalam
b. Pemberian obat analgesic, bertujuan untuk mengganggu atau memblok
transmisi stimulus nyeri agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikal terhadap nyeri.

21
22

D. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan,
hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan budaya tertentu
(Kementrian Kesehatan RI, 2010 dalam Supriadi, 2014).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok
keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan dalam
kehidupan yang terus-menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu
rumah, mempunyai ikatan emosional, dan adanya pembagian tugas antara
satu dengan yang lainnya (Lancester dan Stanhope, 1992 dalam Bakri,
2017).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga (Sayeti, 1994 dalam Dion dan Betan, 2013).
2. Ciri dan Sifat keluarga
a. Menurut Robert Mac Iver & Charles Horton dalam Dion dan Betan
(2013) Ciri dan Sifat keluarga sebagai berikut:
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga membentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah
tangga

22
23

b. Menurut Stuart (2001) dalam Dion dan Betan (2013) lima sifat keluarga
yang dijabarkan adalah sebagai berikut:
1) Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem
2) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsistten terhadap
perlindungan, makanan, dan sosialisasi anggotanya
3) Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota
keluarga
4) Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan
dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap
5) Keluarga bisa memiliki anak atau tidak
c. Menurut Dion dan Betan (2013) ciri keluarga indonesia sebagai berikut:
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong-royong
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukan secara musyawarah
3. Tipe keluarga
Menurut Sussman (1974) & Maclin (1998) dalam Dion dan Betan
(2013) tipe keluarga dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dam non
tradisional:
a. Keluarga tradisional
Yang termasuk keluarga tradisional adalah:
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang
sama
2) Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent) yaitu keluarga
hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,
pisah atau ditinggalkan
3) Pasangan inti (keluarga Dyad), hanya terdiri dari suami dan istri saja,
tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
4) Buajang dewasa (single adult), yang tinggal sendirian

23
24

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari


nafkah, istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau bekerja
6) Jaringan keluarga besar terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah yang hidup berdekatan dalam
daerah geografis
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orangtua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3) Keluarga gay atau lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama yang hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama
4. Struktur keluarga
a. Ciri-ciri struktur keluarga
Menurut Jhonson & Leny (2010) ciri-ciri dari struktur keluarga adalah
sebagai berikut:
1) Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-
masing.

24
25

b. Jenis struktur keluarga


Menurut Dion dan Betan (2013). berikut adalah struktur keluarga
yang umumnya terdapat di NTT atau Indonesia secara umum:
1) Berdasarkan jalur hubungan darah
a) Patrilineal
Yang dimaksudkan dengan struktur patrilineal adalah keluarga
sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun berdasarkan garis keturunan.
b) Matrilineal
Yang dimaksudkan dengan struktur matrilineal adalah keluarga
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui garis keturunan ibu.
2) Berdasarkan keberadaan tempat tinggal
a) Matrilokal
Merupakan sepasang suami-istri yang mana setelah menikah dan
tinggal bersama keluarga sedarah istri.
b) Patrilokal
Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
3) Berdasarkan pribadi pengambilan keputusan
a) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak saumi.
b) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
5. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Bakri (2017) mengelompokkan fungsi
pokok keluarga dalam lima poin yaitu:
a. Fungsi reproduktif keluarga
Sebuah peradaban dimulai dari rumah, yaitu dari hubungan suami-istri
terkait pola reproduksi.

25
26

b. Fungsi sosial keluarga


Fungsi yang mengembangkan dan melatih anak untuk hidup bersosial
sebelum meninggalkan rumah dan berhubungan dengan orang lain.
c. Fungsi afektif keluarga
Fungsi ini hanya bisa diperoleh dalam keluarga, tidak dari pihak luar.
Maka komponen yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi affektif
yaitu saling menghormati, dan saling asuh.
d. Fungsi ekonomi keluarga
Meliputi keputusan rumah tangga, pengelolaan keuangan, pilihan
asuransi, jumlah uang yang digunakan, perencanaan pensiun, dan
tabungan.
e. Fungsi perawatan keluarga
Perawat primer bagi anggotanya. Untuk itu, fungsi ini penting untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
6. Peranan keluarga
Menurut Jhonson dan Leny (2010) berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri, berperanan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyrakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya, serta sebagai anggota masyrakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai penacari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

26
27

7. Konsep tumbuh kembang keluarga


Menurut Duvall (1985) & Mc. Godrick (1989) dalam Dion & Betan
(2013) tahap perkembangan kehidupan keluarga dapat dibagi menjadi
delapan tahap yaitu:
a. Tahap I (pasangan keluarga Baru/ Keluarga Permula)
Dimulai saat individu (pria dan wanita) membentuk keluarga melalui
perkawinan
Tugas perkembangannya adalah:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan lain-lain
3) Keluarga berencana
b. Tahap II (Keluarga Anak Pertama/ Child Bearing)
Tahap ini dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30
bulan. Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan keluarga.
Tugas perkembangannya adalah:
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan)
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan)
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
5) Menata ruang untuk anak
6) Biaya/ dana child bearing
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
c. Tahap III (Keluarga Dengan Anak Pra-Sekolah)
Tahap ini dimulai dari anak pertama berusia 2,5 tahun sampai 5 tahun.
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, bergaul
dengan teman sebaya, sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan,
sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak tahu mana yang
kotor dan bersih.

27
28

Tugas perkembangannya adalah:


1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab
7) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak
d. Tahap IV (Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah)
Keluarga pada tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan
mulai sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun dimana merupakan
awal dari masa remaja.
Tugas perkembangannya adalah:
1) Keluarga beradadaptasi terhadap pengaruuh teman dan sekolah anak
2) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan diluar rumah,
sekolah, dan lingkungan yang lebih luas
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktivitas untuk anak
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga
6) Meningkatan komunikasi terbuka
e. Tahap V (Keluarga Dengan Anak Remaja)
Tahap ini dimulai sejak usia 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tahap ini
adalah tahap yang paling rawan karena anak akan mencari identitasnya
dalam membentuk kepribadiannya, menghendaki kebebasan, mengalami
perubahan kognitif dan biologi, menyita banyak perhatian budaya orang
muda, oleh karena itu teladan dari kedua orang tua sangat diperlukan.

28
29

Tugas perkembangan keluarga adalah:


1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
yang dewasa muda dan mulai memiliki otonom)
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gap komunikasi)
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga
f. Tahap VI (Keluarga dengan Anak Dewasa Muda/ Tahap Pelepasan)
Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah orang tua
sampai dengan anak terakhir
Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
4) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
5) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
6) Membantu orang tua suami/ istri yang sedang sakit atau memasuki
masa tua
7) Orang tua berperan suami dan istri, kakek nenek
8) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknnya

29
30

g. Tahap VII (Keluarga Usia Pertengahan)


Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
4) Mempertahankan kesehatan dengan olahraga, pengontrolan berat
badan, diet seimbang, istirahat cukup
5) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat sosial dan waktu santai
6) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua
7) Keakraban dengan pasangan
8) Memulihkan hubunga/ kontak dengan anak dan keluarga
9) Persiapan masa tua/ pensiun
h. Tahap VIII (Keluarga Usia Lanjut)
Tahap ini dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki
masa pensiun sampai keduanya meninggal.
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
3) Mempertahankan keakraban suami istri yang saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan “life review”
8. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) ada 5 pokok
tugas keluarga yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

30
31

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana akan


habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapaun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
keluarga dan orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga,
perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa
besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan yang memengaruhinya, serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dikaji oleh
perawat:
1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah.
2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan.
6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan.
7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatasi masalah.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis, dan
perawatannya).

31
32

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.


3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik,
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap penyakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya higiene sanitasi
4) Upaya pencegahan penyakit
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyrakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ini:
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan.
4) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
5) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

32

Anda mungkin juga menyukai