Cap 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Model Community as Partner menggambarkan aktivitas keperawatan yang
ditujukan kepada penekanan penurunan stressor dengan cara memperkuat garis pertahanan
diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan komunitas sebagai
sasaran pelayanan. Stressor merupakan tekanan rangsangan yang menghasil-kan
ketegangan sehingga berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem yang
berasal dari luar komunitas atau dari dalam komunitas. Stressor memasuki garis pertahanan
normal maupun fleksibel sehingga menimbulkan gangguan dalam ko-munitas yang disebut
derajat reaksi. Derajat reaksi ini dapat dilihat dari angka kema-tian dan kesakitan,
pengangguran, dan lain-lain. Stressor dan derajat reaksi menjadi bagian dari diagnosis
keperawatan, misalnya masalah berupa pola makan (derajat reaksi) pada penderita
Diabetes mellitus karena proses penyembuhannya yang membu-tuhkan waktu lama dan
membutuhkan diet yang ketat (stressor) (Anderson dan McFarlane, 2007).
community as Partner merupakan salah satu model yang dapat diterapkan untuk
menurunkan stressor yang mencakup: keseimbangan sistem, sebuah komunitas se-hat, dan
termasuk di dalamnya pemeliharaan kesehatan komunitas serta promosi ke-sehatan
komunitas (Anderson dan McFarlane, 2007).
Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti komunitas
(the community core), (2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3)
persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang
merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi
penuh dalam meningkatkan kesehatannya.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerapan model community as partner dalam keperawatan ?
2. Bagaimana pengkajian komunitas dengan menggunakan model community as partner?
3. Bagaimana Penerapan proses keperawatan pendekatan teory model adaptasi roy?
4. Bagaimana aplikasi teori orem (self care) dalam keperawatan ?
5. Bagaimana Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan model community as partner dalam
keperawatan
2. Untuk mengetahui Bagaimana pengkajian komunitas dengan menggunakan model
community as partner
3. Untuk mengetahui penerapan proses keperawatan pendekatan teory model adaptasi
roy
4. Bagaimana aplikasi teori orem (self care) dalam keperawatan
5. Bagaimana Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP COMMUNITY AS PARTNER


Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan
dapat didefinisikan sebagai kerangka pikir, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau
satu gambaran tentang lingkup keperawatan.
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas;
analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan
pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert,
Thomas, 1999). Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane.
Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan
totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien. Neuman memandang klien
sebagai system terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang
dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat
mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of
defense, normal line of defense, dan resistance defense.
Agregat klien dalam model Community as Partner ini meliputi intrasistem dan
ekstrasistem. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau
lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan
subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik
dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie,
1998; Anderson & McFarlane,2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999;
Stanhope & Lancaster,2004; Allender & Spradley, 2005).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan
yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan
mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas
untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance. Anderson dan
McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model Community as Partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan.

3
Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan,
sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Komunitas sebagai klien/partner berarti kelompok masyarakat tersebut turut
berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya.

4
B. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan
masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan
tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima
kegiatan, yaitu :
a. pengumpulan data
tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan
data meliputi :
1. data inti
 riwayat atau sejarah perkembangan komunitas riwayat
terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). Tanyakan pada
orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area
atau daerah itu.
 data demografi
karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut,
distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah
penduduk,
 vital statistik
meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama
kematian atau kesakitan.
 nilai dan kepercayaan
nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan

5
kesehatan, kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang
berkaitan dengan kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat,
kegiatan-kegiatan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai
kesehatan.
2. subsistem
 lingkungan fisik
catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area
hijau, binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia,
keindahan alam, air, dan iklim.
 pelayanan kesehatan dan social
catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang
praktek, layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah
perawatan atau panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan
kesehatan mental, dukun tradisional/pengobatan alternatif.
 Ekonomi
catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas
tersebut maju dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat
untuk pekerjaan, adakah pemberian bantuan sosial (makanan),
seberapa besar tingkat pengangguran, rata-rata pendapatan
keluarga, karakteristik pekerjaan.
 keamanan dan transportasi
apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah
komunitas, catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah
terdapat trotoar atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang
memungkinkan untuk orang cacat. jenis layanan perlindungan
apa yang ada di komunitas (misalnya: pemadam kebakaran,
polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja
jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa
aman.

6
 politik dan pemerintahan
catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh
partai yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat
komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan
kota), apakah orang-orang terlibat dalam pembuatan keputusan
dalam unit pemerintahan lokal mereka.
 Komunikasi
catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana
komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah
komunitas, apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau
kios, apakah ada tempat yang biasanya digunakan untuk
berkumpul.
 Pendidikan
catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi,
pendidikan lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas
ekstrakurikuler, layanan kesehatan sekolah, dan tingkat
pendidikan masyarakat.
 Rekreasi
catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama,
siapa yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan
masyarakat menggunakan waktu senggang.
b. jenis data
jenis data secara umum dapat diperoleh dari :
 data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
 data objektif: data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran

7
c. sumber data
1. data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa
atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2. data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record.
(wahit, 2005)

d. cara pengumpulan data


1. wawancara atatu anamnesa
2. pengamatan
3. pemeriksaan fisik

e. pengolahan data
1. klasifikasi data atau kategorisasi data
2. perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally
3. tabulasi data
f. interpretasi data analisis data
Tujuan analisis data :
1. menetapkan kebutuhan komuniti;
2. menetapkan kekuatan;
3. mengidentifikasi pola respon komuniti;
4. mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
g. penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
h. prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:
1. perhatian masyarakat;
2. prevalensi kejadian;
3. berat ringannya masalah;
4. kemungkinan masalah untuk diatasi

8
5. tersedianya sumber daya masyarakat;
6. aspek politis

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian.
American Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah
suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.

D. PERENCANAAN
 tahapan pengembangan masyarakat persiapan, penentuan prioritas daerah,
pengorganisasian, pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)
 tahap diklat
 tahap kepemimpinan
koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap

E. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994., dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
 Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,
menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-
hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,

9
memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai
kebutuhan, dan lain lain.
 Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan
jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,
bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain
 Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan
kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari
data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan
tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain

F. EVALUASI ATAU PENILAIAN


Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven & Hirnle
(2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
 Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan
dalam area yang diinginkan.
 Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup
jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik,
validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal
perawat.

10
 Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi Keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
G. Penerapan proses keperawatan pendekatan teory model adaptasi roy
Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses
keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian Perilaku,
Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan Rumusan Tujuan, Intervensi dan Evaluasi.
1. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi perawat
untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik dikumpulkan
oleh perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor
yang yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic, jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan,
pola interaksi social, mekanisme koping dan gaya hidup, stress fifik dan emosi, budaya,
lingkungan fisik” (Martinez yang dikutip oleh Nursalam, 2003)
1) Pengakajian Fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis yang menjadi perhatian pengkajian
perawat yaitu;
a. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan respirasi
dan sirkulasi.
b. Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondidi tubuh
dan perkembangan.
c. Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
e. Intergritas kulit: mengambarkan pola fisiologis kulit
f. Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual berhubungan dengan panca
indra.
g. Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan
elektrolit.

11
h. Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan dan
intelektual.
i. Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan termasuk respon
nstress dan system reproduksi.
2) Pengkajian Konsep diri.
Pengkajian Konsep diri: menggambarkan atau menidentifikasi tentang pola nilai,
kepercayaan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada
keadaa diri sendiri tentang fisik, individual dan moral-etik.
3) Pengkajian Fungsi Peran.
Pengkajian Fungsi peran (sosial): menggambarkan atau mengidentifikasi tentang
pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
4) Pengkajian Interdpendensi.
Pengkajian Interdependensi: menggambarkan atau Mengidentifikasi pola nilai
menusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan
interoersonal terhadap individu maupun kelompok.
Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptive dilaksanakan dengan pendekatan
sistimatis dan holistic. Pengkajian itu diklarifikasikan, difocuskan oleh perawat atau
Team keperawatan sebagai data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pasien. Secara ideal keseluruhan data pasien tersebut saling berhubungan dan pengkajian
keperawatan dicatat dalam format empat model adaptive keperawatan. Dan dapat
dimengerti sebagai masukan data bagi tem asuhan keperawatan yang terlibat pada pasien.
Dibutuhkan Keahlian dalam praktek keperawatan kaitannya dengan skill pengkajian
perilaku dan pengetahuan membandingkan criteria evaluasi spesific respon perilaku
manusia bahwa adaptive atau inefefektive (maladaptive). Data dikelompokkan dalam:
data subjective, objective dan data pengukuran/peneriksaan fisik. Perilaku yang
ditemukan dapat bervariasi dari apa yang diharapkan, mewakili semua respon baik
efektive maupun maladaptive. Roy sudah menidentifikasikan sejumlah respon yang
berkaitan dengan aktivitas Subsistim regulator dan Subsistem Kognator yang tidak
efektive, seperti pada table berikut :

12
Table 1: Indikasi Kesulitan Adaptasi
Gejala berat dari aktivitas Regulator : Gejala Inefektiv dari Kognator :
peningkatan deyut jantung dan Gangguan persepsi/ proses informasi.
tekanan darah. Pembelajaran inefektive.
Tegang. Tidak mampu membuat justifikasi.
Hilang nafsu makan. Afektive tidak sesuai.
Peningkatan kortisol serum

2. Pengkajian Stimulus
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke dalam pola
perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk menfidentifikasi respon-respon inefektive
atau respon-respon adaptive yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika
perilaku inefektive atau perilaku adaptive yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat
pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam
fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual
yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi
factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (factor Predisposisi) yang berhubungan
erat dengan penyebab. Berikut ini stimulus yang berpengaruh yang telah diidentifikasi (dikutip
dari Julia B.George; 1995)

Budaya : Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim


kepercayaan.
Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga.

Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor


keturunan.

Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep


penyesuaian (modes diri, fungsi peran, interdependensi.
Adaptive)

13
Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill.

Pertimbangan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal,


lingkungan menajemen pengobatan, penggunaan obat-obatan.
Alkohol, dan merokok.

3. Diagnosa Keperawatan
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E), Sinthom/kharakteristik
data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan diagnosa keperawatan. (dikutip dari Julia
B.George; 1995. Nursalam;2003) adalah sebagai berikut:
1) Metode Pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4 (empat) cara
penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi
perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi
respon adaptasi (lihat tabel 2). Respon tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah
keperawatan. Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak
kalau beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis.
Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi,
perubahan pola BAB. Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam, kadan-kadang
menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).
2) Metode Kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon dalam
satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh.
Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respom
perilaku tersebut dinyatakan sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil
pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah.
Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan oleh kurannyag suplay oksigen ke otot jantung
3) Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive) berhubungan
dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada sangat
beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam tidak

14
mampu melakukan senam. Kadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai
adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk
bekerja melaksnakan perannya.
Tabel 2: Typologi Yang Biasanya Berkaitan Dengan Problem Adaptasi.
FISIOLOGIS MODE
1. Oksigenasi. 6. sensoris.
Hipoksia/syoks. Nyeri akut.
Gangguan ventilasi. Nyeri kronis.
Inadekuat pertukaran gas. Sensori overload.
Inadekuat transport Gas Gangguan sensori primer.
Gangguan perfusi jaringan. Potensial injuri.
Kehilangan kemampuan perawatan diri.
2. nutrisi. Gangguan persepsi.
Malnutrisi. Potensial injuri/ hilang kemam-puan
Mual,muntah. merawat diri.
Anoreksia.
7. cairan dan elektriolit.
3. eliminasi. Dehidrasi.
Diare. Retensi cairan intra seluler.;
Konstipasi. Edema.
Kembung. Shok hipo/hipervolemik.
Retensi Urine. Hyper atau hipokalsemia.
Inkontinensia urine. Ketidakseimbangan asam basa.

4. aktivitas dan istirahat. 8. Fungsi Nerologis.


Inadekuat pola aktivitas dan Penurunan kesadaran.
istirahat. Defisit memori.
Intolenransi aktivitas. Ketidakstabilan perilaku dan mood.
Immobilisasi.
Gangguan tidur. 9. Fungsi endokrin.
Inefektiv regulator hormon.

15
5. intergritas kulit. Inefektiv pengembangan reproduksi.
Gatal-gatal. Ketidakstabilan sikulus ritme stress
Kekeringan. internal.
Infeksi.
Dekubitus
KONSEP DIRI

Pandangan terhadap fisik. Pandangan terhadap personal.


Penurunan konsep seksual. Cemas tidak berdaya.
Agresi. Harga diri rendah.
Kehilangan. Merasa bersalah.
Seksual disfungtion.

FUNGSI PERAN INTERDEPENDENSI

Transisi peran. Kecemasan.


Peran berbeda. Merasa.
Konflik peran. Ditinggalkan/isolasi.
Kegagalan peran.
4. Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat merupakan
indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi
perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan
jangka panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah
danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen stimulus fokal dan
kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan
kognator.

16
5. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga difokus pada
besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh
stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan
keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan
keperawatan menurut teori adaptasi roy adalah seperti terlihat pada tabel 3. (dikutip oleh
Nursalam,2003)
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan
koping yang konstruktif (Julia B.George; 1995). Intervensi ditujukan pada peningktan
kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan pada subsistim regulator (proses
fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir. Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).
Tabel 3: kriteria standar Intervensi Keperawatan Menurut teori Adaptasi Roy
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen. Memenuhi kebutuihan aktivitas dan
Kriteria: Istirahat/tidur.
1. menyiapkan tabung oksigen dan flow Kriteria
meter. 1. melakukan latihan gerak pada pasien tidak
2. menyiapkan hemodifier berisi air. sadar.
3. menyiapkan slang nasal dan masker. 2. melakukan mobilisasi pad pasien pasca
4. memberikan penjelasan pada pasien. operasi.
5. mengatur posisi pasien. 3. mengatur posisi yg nyama pada pasien.
6. memasang slang nsal dan masker. 4. menjaga kebersihan lingkungan.
7. memperhatikan reaksi pasien. 5. Mengopservasi reaksi pasien.

Memenuhi kebutuhan Nutrisi: Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit


Kriteria (kebersihan dan kenyamanan fisik)
1. menyiapkan peralatan dalam dressing Kriteria
car. 1. memandikna pasien yang tidak sadar/
2. menyeiapkan cairan kondisinya lemah.
infus/makanan/darah.

17
3. memberikan penjelasan pada pasien. 2. mengganti alat-alat tenun sesuai
4. mencocokan jenis cairan/darah/diet kebutuhan/ kotor.
makanan 3. Merapikan alat-alat pasien.
5. mengatur posisi pasien.
6. melakukan pemasangan Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
infus/darah/makana Kriteria
1. Mengopservasi tanda-tanda vital sesuai
Memenuhi kebutuhan Eliminasi kebutuhan.
kriteria 2. melakukan tes alergi pada pemberian obat
1. menyiapkan alat pemberian baru.
hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan3. mengobservasi reaksi pasien.
pemasangan kateter
2. memperhatikan suhu cairan/ukuran
kateter
3. menutup dan memasang selimut.
4. mengobservasi keadaan feses dan
uerine.
5. Mengobservasi rekasi pasien.

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI


Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.
Kriteria
1. Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.
2. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
4. memperhatikan setiap keluhan pasien.
5. memotivasi pasien untuk berdoa.
6. membantu pasien beribadah.
7. memperhatikan pesan-pesan pasien.

STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN

18
1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna
bagi keluarga dan msayarakat.
2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan
secara benar dalam perawatan.
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang
negatif dari klein.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI

1. membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.


2. membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
3. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
4. membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

6. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan
dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi
setelah hasil evaluasi ditetapkan.

H. Aplikasi Teori Orem (Self Care) dalam Keperawatan


Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi

19
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan teori self care
(perawatan diri).
Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit
membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem mengklasifikasikan
dalam 3 kebutuhan, yaitu:

1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal): kebutuhan yang
umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti
kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan,
eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut
dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian
terhadap lingkungan, dan lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan): kebutuhan


yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya,
kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan
(misal, bayi prematur dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh
buruk terhadap perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses
perkembangan sepanjang siklus hidup.

3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan


kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau
keturunan,kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpanngan cara,
struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa
medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang
dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care.

Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu:

1. Human being (Kehidupan manusia): oleh alam, memiliki kebutuhan umum akan
pemenuhan beberapa zat (udara, air, dan makanan) dan untuk mengelola kondisi kehidupan
yang menyokong proses hidup, pembentukan dan pemeliharaan integritas structural, serta
pemeliharaan dan peningkatan integritas fungsional.

20
2. Perkembangan manusia: dari kehidupan di dalam rahim hingga pematangan ke dewasaan
memerlukan pembentukan dan pemeliharaan kondisi yang meningkatkan proses
pertumbuhan dan perkembangan di setiap periode dalam daur hidup.
3. Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur normal dan
integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa persyaratan/permintaan untuk
pencegahan, tindakan pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi
dampaknya.

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantuangan atau


kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu ada 3 tingkatan dalam asuhan keperawatan
mandiri, yaitu:

1. Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan
karena tingkat ketergantungan klien yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan).
2. Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (sistem
pengganti sebagian).
3. Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan)

I. Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan


a) Pengkajian

1. Terjadi selama interaksi antara perawat dan pasien/klien. Perawat membawa


pengetahuan khusus dan ketrampilan sedangkan klienmembawa pengetahuan
tentang diri dan persepsi masalah yang menjadi perhatian, untuk interaksi ini.
2. Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang klien,diantaranya adalah :
Tingkat tumbuh kembang, Pandangan tentang diri sendiri, Persepsi yang
merupakan dasar pengumpulan dan interpretasi data terhadap status kesehatan, Pola
komunikasi diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi, untuk interaksi
dan transaksi. dan Sosialisasi

b) Diagnosa Keperawatan

1. Dibuat setelah melakukan pengkajian.

21
2. Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan pasien/klien.
3. Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya dengan diagnosa
keperawatan.

c) Perencanaan

1. Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.


2. Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan masalahtersebut
dilakukan.
3. Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan menetapkantujuan dan
membuat keputusan.
4. Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien yang dianjurkan ikut
serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus bertanggung jawab.

d) Implementasi

1. Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan aktualuntuk mencapai


tujuan.
2. Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.

e) Evaluasi
Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang dicapai danmembahas
tentang pencapaian tujuan dan keefektifan proses keperawatan(Perry & Potter, 2005).

J. Penerapan Model keperawatan Health Care ( Betty Neuman )


Aplikasi penerapan model konseptual keperawatan komunitas dari betty Neuman.
Sesuai dengan teori Neuman seperti komunitas dilihat sebagai klien yang mempengaruhi
oleh dua factor pendekatan ,yang terdiri dari lima tahapan :
1. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok adalah :
a. Core Atau Inti

22
Disini tanyakan mengenai data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
dari umur yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b . Delapan sub system yang mempengaruhi komunitas seperti
a. Perumahan
Perumahan yang dihuni penduduk, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
kepadatannya merupakan stressor bagi penduduk
b. Pendidikan komunitas
Apakah ada saran pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan.
c. Keamanan dan keselamatan
Bagaimana keselamatan dan keamanan di lingkungan tempat tinggal, apakah tidak
menimbulkan stress.
d. Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan
Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
e. Pelayanan kesehatan yang tersedia
Untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau gangguan
yang terjadi.
f. Sistem komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat dimanfaatkan di komunikasi
tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan
penyakit.misalnya, televisi, radio, Koran atau leftlet yang diberikan kepada
komunitas.
g. Sistem ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan
UMR (upah minimum regional) di bawah di atas sehingga upaya pelayanan
ditujukan pada anjuran untuk mengkonsumsi jenis makanan sesuai status
ekonomi masing-masing
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka, biayanya apakah terjangkau

23
komunitas atau tidak. Rekreasi hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
membantu mengurangi stressor.
2. Diagnosis keperawatan komunitas atau kelompok
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang
ada. Selanjutnya di rumuskan dalam 3 komponen :
 P (problem atau masalah )
 E (etiologi atau penyebab )
 S (sistem atau manifestasi /data penunjang )
3. Perencanaan
Perencanaan yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosis keperawatan
komunitas diatas adalah :
 Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan
kardiovaskuler.
 Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik
relaksasi.
 Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler
melalui pemeriksaan tekanan darah.
 Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat
bagi yang beresiko.
 Lakukan kerja sama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat
untuk memperbaiki lingkungan atau komunitas apabila menjadi
penyebab stressor.
 Lakukan rujukan kerumah sakit bila diperlukan.
4. Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya seperti :
 Bantuan untuk mengatasi masalah-masalah gangguan penyakit
kardiovaskuler di komunitas.
 Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini sehat dan
melaksanakan peningkatan kesehatan.

24
 Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit kardiovaskuler.
 Sebagai advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
5. Evaluasi
 Menilai respon verbal dan non komunitas setelah dilakukan intervensi.
 Mencatat adanya kasus baru yang di rujuk kerumah sakit.

25
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang


mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan
dapat didefinisikan sebagai kerangka pikir, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau
satu gambaran tentang lingkup keperawatan.
Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini
merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas
manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien. Neuman memandang klien sebagai
system terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.
Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat mengganggu
keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal
line of defense, dan resistance defense.
Community as Partner terdiri dari inti komunitas ( the community care ) dan juga
8 subsistem komunitas serta persepsi.

B. SARAN
1. Untuk pembaca :
Agar semua pembaca mengerti konsep dan penerapan model community as partner
dalam keperawatan komunitas
2. Untuk perawat/calon perawat :
Agar bisa mengerti bagaimana penerapan dari model community as partner dalam
memberikan asuhan keperawatan komunitas kepada masyarakat disuatu wilayah

26
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and


practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts
and practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health
nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange
George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice ,
3rd ed. Norwalk, Appleton and Lange.
Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba
Medika :Jakarta.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas Cv Sagung Seto
: Jakarta
Craven, R. F dan Hirnle, C. J. 2000. Fundamental of Nursing: Human, Health
and function. Edisi 3.phiadelphia : Lippincott
Dr. ni made riasmini, dkk. 2017. Panduan asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC dipuskesmas dan masyarakat.
Universitas Indonesia ( UI-press ) : Jakarta
George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition.
USA : Appleton & Lange.
Meleis Ibrahim A., (1997). Theoretical nursing: development and progress, 3rd edition,
Philadelphia: Lippincott.
Muwarni A.(2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Fitramaya :Yogyakarta
Perry & Potter. 2005. Fundamental of Nursing, Concept, Process, and Practice: Edisi 4, Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta

27
28

Anda mungkin juga menyukai