Anda di halaman 1dari 12

Short Case

BLEFARITIS OS ec. DEMODEX

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:

Shivaraj Gobal
04084821820054

Pembimbing:
dr. Yulida Evlyn, SpM

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus


Blefaritis OS ec. Demodex

Oleh:

Shivaraj Gobal, S.Ked 04084821921030

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya- RS Khusus Mata
Palembang periode 2 September 2019 s.d 7 Oktober 2019

Palembang, September 2019

dr. Yulida Evlyn, SpM

2
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. MB
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ariodillah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Menikah
No.Rekam Medik : 25.15.75
Tanggal Pemeriksaan : 11-09-2019

2. Anamnesis (Autoanamnesis pada 11 September 2019)


a. Keluhan Utama
Mata kiri terasa bengkak dan nyeri sejak 5 minggu yang lalu.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 5 minggu yang lalu pasien mengeluh mata kiri bengkak dan
terasa nyeri. Keluhan disertai gatal pada kelopak mata atas dan pada
mata kirinya. Pasien juga merasakan keluar banyak air pada mata kiri
berwarna bening serta bulu mata sering rontok. Pasien juga mengeluh
kelopak mata kiri nyeri dan disertai rasa mengganjal dan terasa tidak
nyaman pada saat berkedip. Keluhan mata lain seperti benjolan pada
kelopak mata tidak ada, penglihatan sesekali silau saat melihat cahaya
tidak ada, pandangan kabur dan berkabut disangkal. Riwayat pakai
kaca mata ada tetapi dipakai saat membaca sahaja.
Pasien lalu berobat ke Puskesmas Ariodillah 3 minggu yang lalu
dan dirujuk ke RS Khusus Mata Palembang selepas 3 hari karena
keluhan tidak membaik dan dirasakan semakin lama semakin
mengganggu.

3
c. Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya ada (+) pada mata kanan
 Riwayat Penyakit Sistemik, DM (+), tidak terkontrol selama 8
tahun, HT (-)

d. Riwayat Pengobatan
 Diberikan obat tetes mata dan salep mata oleh dokter Puskesmas
Ariodillah

e. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


 Riwayat sakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga
disangkal.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 85 kali/menit, reguler, isi dan tegangan
cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
BB : 43 kg
TB : 160 cm
IMT : 16,8 (Underweight)

4
b. Status Oftalmologikus

Okuli Dekstra Okuli Sinistra

Visus 6/18 ph - 6/30 ph -

Tekanan 10,0 mmHg 10,5 mmHg


intraocular

Kedudukan bola Ortoforia


mata
Gerakan bola
mata

Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Palpebra Tenang Tampak hiperemis, krusta (+),


pembengkakan (+) palpebral
superior di pangkal silia
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, sentral, refleks cahaya Bulat, sentral, refleks cahaya (+),
(+), diameter 3 mm diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih


Refleks Fundus RFOD (+) RFOS (+)
Papil Bulat, batas tegas, warna merah Bulat, batas tegas, warna merah
normal, c/d ratio 0.3, a/v 2:3 normal, c/d ratio 0.3, a/v 2:3
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)

5
Retina Kontur pembuluh darah baik, Kontur pembuluh darah baik,
eksudat (-), darah (-) eksudat (-), darah (-)

4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan slit lamp
2. Pemeriksaan mikrobiologi

5. Diagnosis Banding
1. Blefaritis OS ec. Demodex
2. Blefaritis Seborrheik OS

6. Diagnosis Kerja
Blefaritis OS ec. Demodex

7. Tatalaksana
 Informed Consent
 Non-Farmakologi
 Eyelid hygiene dua sampai empat kali sehari.
Pertama-tama dilakukan kompres hangat selama beberapa
menit untuk melembutkan krusta di dasar bulu mata.
Selanjutnya dilakukan pembersihan kelopak mata secara
mekanis untuk membersihkan krusta dan debris lainnya,
menggosok tepi kelopak mata dengan cotton bud atau kain
wajah yang bersih di rendam dalam tea tree oil. Sebelum
pemberian antibiotik dilakukan eyelid hygiene terlebih dahulu.

 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan
prognosisnya.
 Menjelaskan kepada pasien tentang rencana pengobatan dan
pemeriksaan yang akan dilakukan.

6
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit dapat berulang
kembali apabila kebersihan mata tidak dijaga.
 Menjelaskan kepada pasien pentingnya eyelid hygiene dan
cara melakukannya.
 Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggosok-gosok
mata agar meminimalkan penyebaran infeksi dan mengurangi
trauma pada mata.

 Farmakologi
 Chloramphenicol 1% EO 1ue/8 jam OS
 Cendo Lyteers (Sodium Chloride 4,4 mg, Potassium Chloride
0,8mg) ED 1 gtt/4 jam OS

8. Prognosis
Oculi sinistra :
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

7
ANALISIS KASUS

Ny. MB, usia 51 tahun datang berobat ke dokter spesialis mata dengan
keluhan mata kiri terasa bengkak dan nyeri sejak 5 minggu. Keluhan disertai gatal
pada kelopak mata atas dan pada mata kirinya. Terdapat air berwarna bening yang
keluar secara banyak pada mata kiri serta bulu mata sering rontok. Kelopak mata
kiri nyeri dan disertai rasa mengganjal dan terasa tidak nyaman pada saat
berkedip.
Hasil anamnesis menunjukkan pasien mengeluh kelopak mata kiri bengkak
dan nyeri. Kelopak mata juga gatal. Gejala-gejala ini mengarah pada diagnosis
blefaritis. Pada pemeriksaan fisik generalis tidak didapatkan kelainan. Pada
pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus mata kiri dan kanan mengalami
penurunan yaitu 6/18 dan 6/30 yang tidak ada perbaikan dengan pin hole. Hal ini
tidak berhubungan langsung dengan blefaritis dan kemungkinan disebabkan
karena adanya kelainan refraksi yaitu hipermetropia yang berhubungan dengan
usia. Diagnosis blefaritis diperkuat dengan pemeriksaan oftalmologi pasien yakni
pada palpebra sinistra didapati edema, palpebra hiperemis dan terdapat krusta.
Blefaritis adalah suatu penyakit inflamasi pada mata yang melibatkan
lipatan palpebra/ eyelid margin, dapat disebabkan infeksi dan alergi. Infeksi bisa
disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit. Blefaritis dapat dibedakan menjadi
blefaritis anterior dan posterior. Blefaritis anterior adalah radang bilateral kronik
yang umum di tepi palpebra. Ada dua jenis utamanya: stafilokok dan seborrheik.
Blefaritis stafilokok dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus dan
blefaritis seborrheik (non-ulseratif) berhubungan kuat dengan dermatitis
seborrheik menyeluruh yang secara khas melibatkan kulit kepala, lipatan
nasolabial dan kulit di belakang telinga sedangkan blefaritis posterior adalah
peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar meibom.
Infestasi tungau Demodex dapat memicu blepharitis. Dalam sebuah
penelitian tahun 2010 tentang peran tungau Demodex dalam blepharitis, para
peneliti menemukan bahwa insiden infestasi tungau Demodex meningkat dengan
bertambahnya usia, mempengaruhi 84 persen populasi pada usia 50 tahun dan 100

8
persen pada mereka yang berusia lebih dari 70 tahun. Pasien berusia 51 tahun
pada saat ini. Infestasi tungau Demodex cenderung berkembang pada pasien yang
status kekebalan lokal atau sistemiknya terganggu oleh pemberian steroid topikal
atau sistemik atau agen imunosupresif lainnya atau oleh penyakit seperti leukemia,
HIV dan DM. Pasien ini mempunyai riwayat DM yang tidak terkontrol selama 8
tahun dan ini merupakan salah satu faktor resiko dalam penyakit blefaritis ini.
Pada kasus ini, pasien menunjukkan gejala kehilangan bulu mata, tanda
yang jarang dilihat pada blefaritis tipe lain. Kehilangan bulu mata bersifat cepat
jatuh tetapi dapat diganti yang baru karena tidak ada destruksi folikel rambut. Hal
ini sesuai dengan gambaran klinik blefaritis yang disebabkan oleh infestasi tungau
Demodex. Blokade mekanis dari saluran sebacea oleh tungau Demodex dapat
menghasilkan iritasi margin kelopak mata dan seterusnya memberikan gejala-
gejala klinis yang mirip daripada blefaritis seborrheik. Kerangka Demodex
terbentuk dari chitin dan ini dapat menginduksi baik respons peradangan umum
maupun reaksi granulomatosa namun tidak seberat peradangan yang disebabkan
oleh bakteri.
Gejala lainnya dapat termasuk eritema dan edema pada margin kelopak
mata, skuama (sisik berminyak) tepian palpebra tidak begitu merah, krusta yang
mengelilingi dasar bulu mata margin eyelid anterior (collarettes). Blefaritis tipe
ini ditandai juga dengan peradangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan
blefaritis stafilokok dan mempunyai krusta yang konsistensi berminyak, tidak
keras dan tidak berdarah saat dilepas. Pasien ini mempunyai riwayat keluhan yang
sama di kelopak mata kanan beberapa bulan yang lalu dan tungau Demodex dapat
ditransfer melalui kontak kulit ke kulit. Tungau demodex mengkonsumsi lapisan
folikel untuk bertelur. Hal ini menyebabkan distensi folikel dan kerusakan bulu
mata. Pada kasus ini, gamabaran bulu mata menunjukkan maldireksi daripada
bulu mata dan mendukung bahwa blefaritis pada pasien ini disebabkan oleh
infestasi tungau Demodex. Karena fitur anatomi wajah, kelopak mata tidak dapat
diakses oleh kebersihan pembersihan rutin dan hal ini menyediakan lingkungan
yang menguntungkan bagi tungau Demodex untuk menyebar dan berkembang.

9
Penatalaksaan dengan menggunakan modalitas non-farmakologi adalah
dengan eyelid hygiene. Eyelid hygiene dilakukan dengan kompres hangat dan
pembersihan margo palpebral. Cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui
membersihkan tepi palpebra dengan kain kasa hangat, dimana saat
membersihkannya, kelenjar di tekan untuk mengeluarkan isinya dan mengoleskan
minyak pohon teh, yang berperan dalam membersihkan tungau dari akar bulu
mata dengan mengiritasi tungau sehingga tungau keluar dari akar bulu mata dan
kulit.
Penatalaksaan dengan menggunakan modalitas farmakologi pula adalah
seperti antibiotik topikal dan tetes mata air mata artifisial. Pada blefaritis anterior,
antibiotik topikal ditemukan efektif mengeradikasi bakteri dari margin kelopak
mata. Salep topikal yang dapat digunakan adalah seperti bacitracin, eritromisin,
asam fusidat, eritromisin, bacitracin, azitromicin atau kloramfenikol dapat
digunakan dikelopak mata satu atau lebih kali sehari. Mengikuti lid hygiene, salep
harus di berikan pada margin kelopak mata anterior dengan cotton bud atau jari
yang bersih. Oleh karena itu pilihan antibiotik topikal yang diberikan pada pasien
adalah Chloramphenicol 1% u.e/8 jam. Sindrom mata kering (keratokonjungtivis
sica) adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air mata yang
cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata
kekurangan air dan menjadi meradang. Diberikan Cendo Lyteers dalam bentuk
tetes mata sebagai air mata artifisial untuk melumasi mata dan mencegah
terjadinya sindrom mata kering pada pasien ini.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, dimana jika ditangani dengan
baik akan mengalami penyembuhan yang cepat. Jika tidak di diobati blefaritis ini
akan berlangsung lama dan bisa menimbulkan penyulit seperti kerusakan pada
konjungtiva atau kornea.

10
LAMPIRAN

Gambar 1. Okuli dekstra dan sinista kondisi terbuka

Gambar 2. Okuli dekstra dan sinistra kondisi tertutup

Gambar 3. Okuli sinistra kondisi terbuka

11
Gambar 3. Pemeriksaan slit lamp okuli sinistra

Gambar 4. Pemeriksaan mikroskopik

12

Anda mungkin juga menyukai