TENTANG
1
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor
Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 473);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 977);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013
tentang Komite Keperawatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1053).
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 954);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 308);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN
PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN (NURSING
STAF BY LAWS) RSUD Hj. ANNA LASMANAH
BANJARNEGARA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Nursing Staf By Laws) ini, yang
dimaksud dengan:
1. Peraturan Internal Staf Keperawatan (nursing staff by laws) adalah
aturan yang mengatur tata kelola asuhan keperawatan untuk menjaga
profesionalisme staf keperawatan di rumah sakit.
2. Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
3. Sub Komite keperawatan adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh
Komite keperawatan, yang bertugas untuk memberikan masukan
kepada Komite keperawatan dalam berbagai bidang yang dibutuhkan,
2
yang ditetapkan dengan Keputusan DIREKTUR atas usulan dan Komite
keperawatan.
4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
5. Kewenangan Kilnis (Clinical Privilege) tenaga keperawatan adalah uraian
intervensi keperawatan dan kebidanan yang dilakukan oleh tenaga
keperawatan berdasarkan area praktiknya.
6. Penugasan Klinis (clinical appointment) adalah penugasan
kepala/direktur Rumah Sakit kepada tenaga keperawatan untuk
melakukan asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan di Rumah
Sakit tersebut berdasarkan rincian Kewenangan Klinis.
7. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk
menentukan kelayakan pemberian Kewenangan Klinis.
8. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga keperawatan
yang telah memiliki Kewenangan Klinis untuk menentukan kelayakan
pemberian Kewenangan Klinis tersebut.
9. Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah aturan yang mengatur tata
kelola klinis untuk menjaga profesionalisme tenaga keperawatan di
Rumah Sakit.
10. Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oteh profesi perawat
dan bidan.
11. Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok tenaga keperawatan
dengan reputasi dan kompetensi yang baik untuk menelaah segala hal
yang terkait dengan tenaga keperawatan.
12. Buku Putih adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh tenaga keperawatan yang digunakan untuk menentukan
Kewenangan Klinis.
13. DIREKTUR adalah pemimpin RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara
yang merupakan pimpinan tertinggi di rumah sakit.
14. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dan pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
3
kelompok, den masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
15. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan
kepada sistem klien di sarana dan tatanan kesehatan lainnya, dengan
menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik
dan standar praktik keperawatan.
16. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan untuk
melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
17. Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan
keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus
ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku pada sektor industri
kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara internasional.
18. Jenjang karir keperawatan adalah sistem untuk meningkatkan kinerja
dan profesionalisme, sesual dengan bidang pekerjaan melalui
peningkatan kompetensi keperawatan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
4
d. Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan
keputusan profesi melalui Komite Keperawatan.
BAB III
KEWENANGAN KLINIS
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 9
(1) Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya ditambah maka staf
keperawatan yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada
DIREKTUR melalui komite keperawatan dengan menyebutkan alasan
serta melampirkan bukti berupa sertifikat pelatihan yang diakui oleh
6
organisasi profesi dan atau pendidikan yang dapat mendukung
permohonannya.
(2) Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
maka DIREKTUR akan meminta Komite Keperawatan untuk melakukan
rekredensial.
(3) DIREKTUR berwenang menyetujui atau menolak permohonan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan
rekomendasi Komite Keperawatan.
(4) Setiap permohonan penambahan kewenangan klinis yang disetujui
dituangkan pada penugasan klinis dalam bentuk Surat Keputusan
DIREKTUR dan disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan
kepada Komite Keperawatan.
(5) Apabila permohonan penambahan kewenangan klinis ditolak dituangkan
dalam Surat Pemberitahuan Penolakan yang ditanda tangani oleh
DIREKTUR dan disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan
kepada Komite Keperawatan.
Pasal 10
Jenjang karir Klinis Keperawatan dan kebidanan diatur dalam buku putih
keperawatan RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
BAB IV
PENUGASAN KLINIS
Pasal 11
7
Pasal 12
8
BAB V
DELEGASI DAN MANDAT TINDAKAN MEDIK
Pasal 13
Pasal 14
BAB VI
KOMITE KEPERAWATAN
Bagian Kesatu
Kedudukan Komite Keperawatan
Pasal 15
Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite Keperawatan
Pasal 16
9
b. Sekretaris Komite Keperawatan; dan
c. Anggota Komite Keperawatan yang terdiri dari:
1) Sub Komite Kredensial;
2) Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan;
3) Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi.
(2) Personalia Komite Keperawatan RSUD Hj. Anna Lasmanah berjumlah
minimal 5 (lima) orang.
Pasal 17
DIREKTUR
SEKRETARIS
10
(6) Pemilihan Ketua Komite Keperawatan
a. Pemilihan Ketua Komite Keperawatan diselenggarakan oleh panitia
Ad Hoc pemilihan Ketua Komite Keperawatan yang dibentuk oleh
komite Keperawatan;
b. Mekanisme pemilihan Ketua Komite Keperawatan dengan sistem
pengisian angket kepada seluruh tenaga keperawatan RSUD Hj.
Anna Lasmanah Banjarnegara;
c. Penetapan Ketua Komite Keperawatan terpilih ditetapkan
berdasarkan suara terbanyak dengan pembuatan berita acara
penetapan;
d. Ketua Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur RSUD Hj. Anna
Lasmanah Banjarnegara;
e. Anggota Komite Keperawatan yang terdiri dari sekretaris dan sub
Komite yang diusulkan oleh Ketua Komite Keperawatan dan
ditetapkan oleh Direktur RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara
dengan memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan yang
bekerja di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara;
f. Bila Ketua Komite Keperawatan berhalangan tidak dapat
menjalankan tugasnya selama 6(enam) bulan berturut-turut maka
jabatan ketua komite keperawatan digantikan oleh sekretaris komite
keperawatan dalam masa baktinya;
(7) Sekretaris
Sekertaris komite keperawatan mempunyai tugas pokok dan fungsinya
yaitu sebagai berikut :
a. Melaksanakan kegiatan tata usaha/kesekretariatan dan
kerumahtanggaan komite keperawatan
b. Membuat agenda kerja bersama ketua komite dan sub komite
keperawatan
c. Menyusun dan memfasilitasi proses pelaksanaan program komite
keperawatan
d. Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan kegiatan komite
keperawatan
e. Membuat dan mengedarkan undangan rapat-rapat yang terkait
dengan komite keperawatan
f. Membuat notulen rapat dan membuat laporan kepada pihak terkait
g. Mengendalikan surat masuk dan keluar komite keperawatan
11
h. Melaksanakan tugas pencatatan ide-ide atau masukan dari anggota
komite keperawatan untuk ditindaklanjuti dalam rapat komite
keperawatan
i. Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan oleh ketua komite
keperawatan yang berkaitan dengan lingkup tanggung jawab sebagai
sekretaris komite
12
5) Sub komite Kredensial memberikan laporan hasil Kredensial
sebagai bahan rapat menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap
tenaga keperawatan.
e. Merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga
keperawatan.
f. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang
ditetapkan.
g. Membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk diteruskan ke Direktur Rumah Sakit.
Pasal 18
13
b. Menguasai segi ilmu pofesinya dalam jangkauan, ruang lingkup,
sasaran dan dampak yang luas;
e. Peka terhadap perkembangan perumahsakitan;
c. Bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;
d. Mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan disegani di
lingkungan profesinya;
e. Mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi; dan
f. Pendidikan minimal S1 Keperawatan Profesi Ners.
(2) Ketua, Sekretaris dan Anggota Komite Keperawatan diangkat dan
diberhentikan oleh DIREKTUR RSUD Hj. Anna Lasmanah untuk masa
jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk periode
berikutnya.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan
bertanggung jawab langsung kepada DIREKTUR RSUD Hj. Anna
Lasmanah.
(4) Ketua dan Anggota Komite Keperawatan dapat diberhentikan pada masa
jabatannya apabila:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan
pidana, kejahatan dan atau kesalahan yang bersangkutan dengan
kegiatan Rumah Sakit; dan
e. Adanya kebijakan dari DIREKTUR.
Bagian Ketiga
Pasal 19
14
d. Penilaian dan pemberian rekomendasi kewenangan klinis yang
adekuat.
(2) Pelaksanaan tugas komite keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Pedoman pelaksanaan tugas Komite Keperawatan
yang ditetapkan oleh DIREKTUR.
Pasal 20
15
Pasal 21
Bagian Keempat
Panitia Adhoc dan Mitra Bestari
Pasal 22
(1) Panitia adhock dibentuk oleh DIREKTUR atas usulan Ketua Komite
Keperawatan
(2) Panitia adhock sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri 3 (tiga) orang
staf keperawatan atau lebih dalam jumlah ganjil dengan susunan
sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang dari Sub Komite etik dan disiplin profesi; dan
b. 2 (dua) orang atau lebih staf keperawatan dengan kompetensi yang
sama dengan yang diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit
atau dari luar rumah sakit, baik atas permintaan Komite
Keperawatan dengan persetujuan DIREKTUR.
(3) Panitia adhock dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dan
luar rumah sakit.
Pasal 23
16
Pasal 24
(1) Mitra Bestari (peer group) adalah Kelompok Staf keperawatan dengan
reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal
yang terkait dengan profesi keperawatan termasuk evaluasi kewenangan
klinis.
(2) Mitra Bestari tidak terbatas dan staf keperawatan yang ada di rumah
sakit, tetapi dapat juga berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan
bidan, perhimpunan perawat spesialis, kolegium perawat spesialis,
dan/atau institusi pendidikan keperawatan dan/atau kebidanan.
(3) Mitra Bestari dapat ditunjuk sebagai Panitia Adhoc untuk membantu
Komite Keperawatan melakukan kredensial, penjagaan mutu profesi,
maupun penegakkan disiplin dan etika profesi di rumah sakit.
(4) Penetapan Mitra Bestari sebagai Panitia Adhoc sebagaimana ayat (3)
ditetapkan dengan keputusan DIREKTUR atas usulan Ketua Komite
Keperawatan.
BAB VII
RAPAT
Pasal 25
17
Pasal 26
18
d. Dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu satu jam dan
waktu rapat yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada
huruf c, maka rapat dapat dilaksanakan dan segala keputusan
yang terdapat dalam notulen rapat disahkan dalam rapat Komite
Keperawatan berikutnya.
(5) Pengambilan putusan rapat:
a. Pengambilan putusan rapat Komite Keperawatan berdasarkan
pendekatan berbasis bukti (evidence-based);
b. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak;
c. Apabila belum mendapat kesepakatan maka pimpinan rapat
menyampaikan hasil rapat kepada DIREKTUR untuk diputuskan;
d. Keputusan rapat Komite Keperawatan merupakan sebuah
rekomendasi yang diberikan kepada DIREKTUR.
BAB VIII
SUBKOMITE KREDENSIAL
Bagian Kesatu
Pengorganisasian SubKomite Kredensial
Pasal 27
(1) Sub komite kredensial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Ketua Komite Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite kredensial terdiri atas sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang staf keperawatan yang memiliki penugasan
klinis.
Bagian Kedua
Tugas dan wewenang Sub Komite Kredensial
Pasal 28
19
f. Membuat laporan seluruh proses kredensial kepada ketua komite
keperawatan untuk diteruskan ke DIREKTUR.
Pasal 29
(1) Instrumen kredensial dan rekredensial antara lain adalah daftar rincian
kewenangan klinis setiap spesialisasi keperawatan sesuai buku putih
(white paper).
Pasal 31
20
b. Staf keperawatan yang bersangkutan diduga melakukan kelalaian
terkait tugas dan kewenangannya;
c. Staf keperawatan yang bersangkutan diduga terganggu
kesehatannya, baik fisik maupun mental;
d. Dipandang perlu adanya penambahan/pengurangan kompetensi
kepada staf keperawatan;
e. Pemulihan kewenangan klinis bagi staf keperawatan karena alasan
tertentu.
(2) Rekomendasi hasil rekredensial berupa:
a. Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
f. Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu
tertentu;
g. Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi; atau
h. Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
BAB IX
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian SubKomite Mutu Profesi
Pasal 32
Bagian Kedua
Tugas Dan Wewenang Subkomite Mutu Profesi
Pasal 33
21
Pasal 34
Bagan Keempat
Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 36
22
b. Mengadakan pertemuan berupa pembahasan kasus keperawatan
antara lain, jurnal klub, kasus keselamatan pasien, kasus
keperawatan sulit, maupun kasus keperawatan langka;
c. Merekomendasikan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat diikuti oleh
staf keperawatan berdasarkan kebutuhan area kompetensi sesuai
kebijakan rumah sakit.
(3) Setiap pertemuan ilmiah yang dilakukan harus disertai undangan,
presensi dan notulen.
Bagian Kelima
Pendampingan (proctoring)
Pasal 37
BAB X
SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Subkomite etik dan disiplin profesi
Pasal 38
(1) Subkomite etik dan disiplin profesi berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Ketua Komite Keperawatan.
(2) Anggota/personalia Subkomite etik dan disiplin profesi terdiri atas
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang staf keperawatan yang memiliki
penugasan klinis.
(3) Pengorganisasian Subkomite etik dan disiplin profesi terdiri dari ketua
dan anggota.
23
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang Subkomite Etik dan Disiplin Profesi
Pasal 39
Pasal 40
Bagian Ketiga
Etik Profesi Keperawatan
Pasal 41
(1) Unsur-unsur pokok dan kode etik keperawatan adalah prinsip dan nilai,
pernyataan tanggung jawab dan tingkat pembimbingan yang diberikan
kepada pasien.
(2) Prinsip - prinsip dan nilai menjadi fokus dalam praktik keperawatan dan
bermuara pada interaksi professional dengan pasien dan menggunakan
prinsip caring.
(3) Nilai utama dalam kode etik keperawatan adalah kesehatan,
kesejahteraan, pilihan, martabat, akuntabilitas dan lingkungan praktik
yang kondusif bagi asuhan keperawatan yang aman, kompeten dan etis.
24
(4) Pernyataan tanggung jawab dimaksud bahwa perawat dan bidan
bersedia menanggung segala perbuatan dan pilihan sikapnya dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan.
(5) Pembinaan yang diberikan meliputi : menyusun program pembinaan
diskusi, ceramah, Iokakarya, coaching, bed side teaching, diskusi refIeksi
kasus.
Pasal 42
(1) Tolak ukur penegakan etik berupa kode etik keperawatan, kode etik
kebidanan, serta nilai-nilai RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
(2) Penegakan etik profesi keperawatan berlaku bagi perawat dan bidan
yang bekerja di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
Bagian Keempat
Disiplin Profesi
Pasal 43
(1) Penegakan disiplin profesi berlaku bagi perawat dan bidan yang bekerja
di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
(2) Pelanggaran disiplin profesi merupakan pelanggaran terhadap aturan-
aturan dan atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksananaan
dalam pelayanan yang harus diikuti oleh tenaga keperawatan.
(3) Batas Yurisdikasi Disiplin Profesi Keperawatan adalah:
a. Perawat dan Bidan yang telah ter-registrasi dan bekerja di RSUD Hj.
Anna Lasmanah Banjarnegara;
b. Ada hubungan pelayanan dengan pasien;
c. Tindakan keperawatan dan kebidanan yang terjadi setelah
ditetapkannya Komite Keperawatan di RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara;
d. Ada dugaan kuat pelanggaran disiplin; dan
e. Bukan ranah hukum.
Pasal 44
25
d. Standar Kompetensi Perawat dan bidan Standar Asuhan Keperawatan,
serta Standar Asuhan Kebidanan;
e. Pedoman perilaku profesional, Standar Kinerja Profesional (code of
conduct) RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara;
f. Pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang berlaku di Indonesia;
g. Standar Praktik Keperawatan;
h. Standar prosedur operasional pelayanan keperawatan.
Pasal 45
26
d. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau
menetap;
e. Kewajiban mengikuti pendidikan berkelanjutan.
Bagian Kelima
Pembinaan Profesi
Pasal 46
BAB XI
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA
Pasal 47
27
Pasal 48
Pasal 49
Bagian Kedua
Keanggotaan Kelompok Staf keperawatan
Pasal 50
(1) Seluruh staf keperawatan baik pegawai Negeri Sipil atau pegawai Non
Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi Anggota Kelompok Staf keperawatan
kecuali Perawat sedang dalam masa orientasi.
(2) Setiap Kelompok Staf keperawatan beranggotakan minimal 5 (lima)
orang staf keperawatan dengan spesialisasi yang sama, dalam hal staf
keperawatan dengan spesialisasi yang sama kurang dari 5 (lima) orang
atau belum ditetapkan sebagai Kelompok Staf keperawatan tertentu,
maka staf keperawatan yang besangkutan masuk dalam Kelompok Staf
keperawatan yang ada di rumah sakit.
(3) Penempatan staf keperawatan kedalam Kelompok Staf Keperawatan
ditetapkan dengan surat keputusan DIREKTUR.
Pasal 51
(1) Setiap Kelompok Staf keperawatan dipimpin oleh seorang ketua yang
ditetapkan oleh DIREKTUR dengan mempertimbangkan Pendidikan dan
28
Pengalaman Kerja, serta tidak pernah terlibat dalam masalah
pelanggaran hukum.
(2) Dalam menentukan Ketua Kelompok Staf keperawatan, DIREKTUR
dapat meminta pendapat dari Komite Keperawatan.
(3) Penetapan sebagai Ketua Kelompok Staf keperawatan ditetapkan dengan
surat keputusan DIREKTUR untuk masa bakti selama 3 (tiga) tahun.
(4) Apabila Ketua Kelompok Staf keperawatan diberhentikan maka
DIREKTUR menetapkan Ketua Kelompok Staf keperawatan yang baru
sebagai penggantinya dengan mempertimbangkan Pendidikan dan
Pengalaman Kerja, serta tidak pernah terlibat dalam masalah
pelanggaran hukum.
(5) Tata cara pengangkatan Ketua Kelompok Staf keperawatan ditetapkan
oleh Direktur.
Bagian Ketiga
Tugas dan Wewenang Ketua Kelompok Staf keperawatan
Pasal 52
Bagian Keempat
Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Kelompok Staf keperawatan
Pasal 53
Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Kelompok Staf keperawatan
ditetapkan oleh DIREKTUR dengan mempertimbangkan rekomendasi Komite
Keperawatan.
Pasal 54
29
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh Tim
Kesehatan yang berwenang; atau
b. Melakukan pelanggaran hukum yang sudah rnempunyai kekuatan
hukum tetap; atau
c. Melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan
oleh Organisasi Profesi dengan sanksi tidak dapat menjalankan
profesi secara tetap/selamanya; atau
d. Berakhir masa perjanjian kerja dan tidak diperpanjang; atau
e. Tidak disetujui untuk diangkat kembali sebagai anggota Kelompok
Staf keperawatan.
(3) Pemberhentian sementara apabila:
a. Kondisi fisik staf keperawatan yang bersangkutan tidak mampu
melakukan tindakan keperawatan (enam) bulan sampai dengan 1
(satu) tahun; atau
b. Melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan
oleh organisasi profesi dengan sanksi tidak dapat menjalankan
profesi sementara; atau
c. Secara berulang melakukan pelanggaran disiplin profesi
keperawatan atau peraturan lain yang terkait; atau
d. Dicabut kewenangan klinisnya; atau
e. Surat ijin praktek di rumah sakit sudah tidak berlaku sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang ada; atau
f. Tidak memenuhi standar kompetensi sesuai dengan profesinya
dibuktikan dengan tidak lulus asesmen kompetensi; atau
g. Staf keperawatan yang memasuki usia pensiun namun berdasarkan
pertimbangan DIREKTUR yang bersangkutan masih dapat diangkat
sebagai anggota Kelompok Staf keperawatan / yang masih dalam
proses pertimbangan untuk pengangkatan kembali sebagai anggota
Kelompok Staf keperawatan; atau
h. Berakhir masa perjanjian kerja dan belum diperpanjang; atau
i. Cuti diluar tanggungan negara sebagai apartur sipil negara (asn).
Pasal 55
30
d. Surat keterangan sehat;
e. Surat pernyataan sanggup mematuhi dan melaksanakan etika dan
disiplin profesi;
f. Surat pernyataan sanggup mematuhi segala peraturan yang berlaku
di lingkungan Rumah Sakit.
(2) Bila diperlukan dapat diminta kajian dan rekomendasi dari Komite
Keperawatan untuk pengangkatan kembali anggota Kelompok Staf
keperawatan;
(3) Keputusan persetujuan atau penolakan dikeluarkan dalam waktu 30
hari kerja oleh DIREKTUR.
Bagian Kelima
Hak dan Kewajiban Staf Keperawatan
Pasal 56
Pasal 57
31
(3) merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang Iebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
(4) mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
memberikan informasi yang Iengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
(5) melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dan tenaga kesehatan
lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat, dan melaksanakan
penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Bagian Keenam
Tugas dan Fungsi Staf Keperawatan
Pasal 58
BAB XII
TATA CARA REVIEW DAN PERUBAHAN
Pasal 59
32
kembali, disesuaikan dengan perkembangan profesi keperawatan dan
kondisi rumah sakit.
(2) Perubahan dapat dilakukan dengan menambah pasal baru (Addendum)
dan/atau mengubah pasal yang telah ada (Amandemen) yang
merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dan Peraturan Internal ini.
(3) Mekanisme review dan perubahan ditetapkan oleh DIREKTUR.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 60
(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff By Laws) ini berlaku
sejak tanggal ditetapkan.
(2) Kebijakan teknis operasional, standar prosedur operasional dan
peraturan pelaksanaan lainnya harus disesuaikan dengan Peraturan
Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff By Laws) ini.
(3) Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya
Peraturan Internal ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff
By Laws) ini.
Ditetapkan di: Banjarnegara
Pada tanggal :
DIREKTUR
RSUD Hj. ANNA LASMANAH
BANJARNEGARA
AGUNG BUDIANTO
33