Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT , atas rahmat dan karunia-Nya
penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Gizi BLUD UPTD Puskesmas Margamulya dapat
selesai dengan baik. Buku Pedoman Pelayanan Gizi BLUD UPTD Puskesmas
Margamulya ini merupakan rangkuman dari Buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas
yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA
tahun 2014.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga pelaksana gizi BLUD
UPTD Puskesmas Margamulya dan tenaga kesehatan lain termasuk pengelola program
kesehatan di BLUD UPTD Puskesmas Margamulya dalam melakukan pelayanan gizi yang
berkualitas.
Pedoman ini mencakup kebijakan pelayanan gizi di BLUD UPTD Puskesmas
Margamulya, Ketenagaan, Saran dan Prasarana, Manajemen Pelayanan Gizi di BLUD
UPTD Puskesmas Margamulya dengan baik kegiatan dalam gedung maupun kegiatan luar
gedung, alur pelayanan, jenis-jenis Pelayanan Gizi di dalam gedung dan di luar gedung,
mekanisme rujukan, monitoring dan Evaluasi pelayanan gizi di BLUD UPTD Puskesmas
Margamulya.
Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyusunan
pedoman dan pengguanaan buku ini.
Wa billahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum wr. Wb.

Bekasi, Juni 2019

Pelaksana Gizi

BLUD UPTD Puskesmas Margamulya

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................………….…………………...... 1

Daftar Isi …………………………....………………………………………………………….. 2

BAB I. PENDAHULUAN ..…………………………………………………….………………... 4

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 4


B. Tujuan ………………………………………………………………………………… 6
C. Sasaran ……………………………………………………………………………..... 6
D. Ruang Lingkup …………………………………………………………………..... 6
E. Batasan Operasional ……………………………………………………………… 7

BAB II. STANDAR


KETENAGAAN………………………………………………………………….. 9

A. Kualifikasi SDM Tenaga Gizi ………………………………………..………………...


9
B. Distribusi Ketenagaan
…………………………….……………………………………. 9
C. Jadwal Kegiatan
………………………………………………………………………….. 10

BAB III. STANDAR FASILITAS


……………………………………………………………………… 11

A. Denah Ruangan
………………………………………………………………………….. 11
B. Standar
Kwalitas………………………………………………………………………….. 12

BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN


GIZI…………….………………………………………… 14

A. Lingkup Kegiatan
………………………………………………………………………… 14
1. Kegiatan Pelayanan Gizi dalam gedung …………………………………………
14
2
2. Kegiatan Pelayanan Gizi Luar Gedung …………………………………………..
14
B. Strategi / Metode
……..…………………………………………………………………… 14
1. Strategi Advokasi
…………………………………………………………………….. 15
2. Strategi kemitraan
…………………………………………………………………… 15
3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ………………………………………………
15
C. Langkah Kegiatan
………………………………………………………………………… 16
1. Perencanaan
…………………………………………………………………………… 16
2. Pelaksanaan
…………………………………………………………………………… 18
3. Monitoring dan evaluasi ……………………………………………………………
18
4. Rencana Tindak Lanjut ……………………………………………………………..
19

BAB V
LOGISTIK……………………………………….……………………………………………… 21

BAB VI KESELAMATAN SASARAN


……………………………………………………………….. 23

BAB VII KESELAMATAN KERJA


…………………………………………………………………… 25

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU


…………………………………………………………………… 26

BAB IX PENUTUP
…………………………………………………………………………………….. 28

DAFTAR PUSKTAKA …………….................................................................................... 29

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan modal utama dalam kehidupan setiap
orang,dimanapun dan siapapun pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani
maupun rohani guna menopang aktifitas kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya
nilai kesehatan ini, sehingga seseorang yang menginginkan agar dirinya tetap sehat
harus melakukan penerapan pola hidup sehat dan pola makan yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari (Mubarak,2009).
Seseorang yang hidup ditengah masyarakat sebagai warga masyarakat luas
tentu mempunyai keterbatasan dalam hal kemampuan ekonomi,keterbatasan ilmu
pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya sedhari-hari. Oleh karena itu tentu
membutuhkan bantuan orang lain baik sesama masyarakat maupun pemerintah
terutama dalam hal penerapan pola hidup sehat dan pola makan yang baik dan
benar. Untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal tentu saja kedua hal
tersebut sangatlah penting bagi masyarakat, baik itu masyarakat perkotaan maupun
masyarakat pedesaan, namun dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh
masyarakat maka kedua hal tersebut sulit untuk diwujudkan oleh masyarakat itu
sendiri.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi
pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang diantaranya 5,7 % gizi buruk; gizi
lebih 11,9%, Stunting (Pendek) 37,2%. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survey nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan
menurut hasil Riskesdes 2013, Anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan.
Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas

5
baik puskesmas rawat inap maupun puskesmas non rawat inap. Puskesmas dan
jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan yang Berbasis Masyarakat.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
tingkat pertama. Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di
dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi didalam gedung umumnya
bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi
pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif.
Dalam pelaksanaanya pelayanan gizi di BLUD UPTD Puskesmas
Margamulya berperan strategis mendukung peningkatan pencapaian target lintas
program dan diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja puskesmas.
Kegiatan pelayanan gizi dilakukan sesuai visi Puskesmas yaitu “Puskesmas
Margamulya “SEHATI” memajukan masyarakat Kelurahan Margamulya yang
sehat dan mandiri” dengan misi sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkesinambungan
dengan menggalang kemitraan bersama semua pihak.
b. Tanggap dan menindaklanjuti masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
c. Turut berperan aktif dalam pembangunan kesehatan di wilayah kerja yang
selaras dengan visi misi Kota Bekasi.
Dalam melakukan kegiatan petugas selalu membudayakan tata nilai yaitu
“S E H A T I”
S = Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun
E = Empati terhadap masalah kesehatan
H = Harmonis dalam bekerja meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
A = Amanah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan
T = Tanggap terhadap permasalahan kesehatan
I = Inovatif dalam pengembangan pelayanan kesehatan.
Kegiatan pokok Departemen Kesehatan dalam mengimplementasi Perbaikan
Gizi Masyarakat meliputi, peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang

6
Energi Protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Yodium (GAKY), Kurang
Vitamin A dan kekurangan zat gizi, gizi lebih, peningkatan surveillance gizi dan
pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (Perpres. 2007).
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Upaya Gizi BLUD UPTD Puskesmas
Margamulya diharapkan menjadi acuan bagi Penanggung jawab Pelayanan Gizi
Masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di lingkungan wilayah kerja
BLUD UPTD Puskesmas Margamulya.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringnya
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/ klien
di Puskesmas dan jejaringnya
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di puskesmas
dan jejaringnya

C. SASARAN PEDOMAN
1. Tenaga gizi Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait

7
D. RUANG LINGKUP
1. Kebijakan Pelayanan gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di dalam gedung
3. Pelayanan gizi di luar gedung
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Adalah anak usia di bawah 5 tahun (0-59 bulan) berdasarkan indeks Berat
Badan menurut Panjang Badan (PB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score < -3 SD dan atau terdapat tanda klinis gizi
buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas kesehatan dan
masyarakat.
2. Balita Yang Ditimbang Berat Badannya
Adalah anak usia di bawah 5 tahun (0-59bulan) yang ditimbang di seluruh
posyandu yang melapor di wilayah kerja BLUD UPTD Puskesmas Margamulya
pada kurun waktu tertentu.
3. Bayi 0-6 bulan Mendapat ASI Eksklusif
Adalah seluruh bayi usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja
tanpa makanan atau cairan lain berdasarkan recall 24 jam yang tercatat pada
register pencatatan pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah BLUD
UPTD Puskesmas Margamulya.
4. Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beryodium
Adalah rumah tangga yang mengonsumsi garam yang bila diuji dengan iodine
test menghasilkan warna ungu pucat yang berarti garam yang diuji mengandung
cukup yodium (30-80 part per million)

8
5. Balita 5-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A
Adalah jumlah balita 6-59 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul Vitamin A dosis
tinggi yaitu 100.000 ssatuan Internasional (SI) untuk bayi usia 6-11 bulan dan
200.000 SI untuk anak balita 12-59 bulan.
6. Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet fe
Adalah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama hamil untuk menambah
kebutuhan zat besi dalam tubuh.
7. Konseling Gizi
Adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga
membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakan
oleh nutrisionis
8. Mutu Pelayanan Gizi
Adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai
denan standard dan memuaskan baik kualitas dari petugas maupun sarana
serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.

Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar


Penyelenggaraan pelayanan gizi di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
2. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang kesehatan
3. Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Asi Eklusif
4. Peraturan presiden nomer 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
percepatan Perbaikan Gizi
5. Peraturan menteri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2013 tentang angka
kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 26 tahun 2013 tentang Praktik Tenaga
Gizi

9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA TANAGA GIZI


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga Gizi yang ada di BLUD UPTD
Puskesmas Margamulya
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

Pelayanan kesehatan Pendidikan minimal Diampu oleh 1 orang


Gizi: DIII Gizi dengan latar belakang
pendidikan S1 Gizi
- Dalam gedung

- Luar Gedung

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab upaya Gizi dan karyawan
puskesmas yang terlibat dalam kegiatan upaya dikoordinir oleh penanggung jawab
UKM. Sumber daya manusia yang wajib berpartisipasi dalam kegiatan upaya
Perbaikan Gizi adalah:
a. Dokter (Sarjana Kedokteran)
b. Dokter Gigi (Sarjana Kedokteran Gigi )
c. Bidan (D3 Kebidanan)
d. Perawat (D3 Keperawatan )
e. Nutrisionis (S1Gizi)
f. Sanitarian (S1 Kesehatan Lingkungan)
g. Petugas Promkes (D4 Kebidanan)
h. Laboratorium (SMK Analis)

10
C. JADWAL KEGIATAN
1. Pengaturan kegiatan program gizi dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tiga bulanan/lintas
sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan program gizi dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di
break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program gizi di
koordinasikan oleh Kepala Puskesmas BLUD UPTD Puskesmas Margamulya.
4. Jadwal dalam setahun program gizi yaitu kunjungan rumah balita BGM atau gizi
buruk dilaksanakan dari bulan Januari s/d November 2019, penjaringan sekolah
dilaksanakan bulan Agustus dan November 2019, melaksanakan pemantauan
garam beryodium dilaksanakan bulan Januari, Febuari, April, Mei, Juli, Oktober
dan November 2019, ibu hamil dan remaja putri mendapat TTD dilaksanakan
bulan Januari s/d Desember 2019, pemberian Vitamin A pada ibu nifas
dilaksanakan bulan Januari s/d Desember 2019, pemberian Vitamin A pada bayi
(6-11 bln) dan balita (12-59 bln) dilaksanakan bulan Febuari & Agustus 2019,
pemberian PMT balita dilaksanakan bulan Januari s/d Oktober 2019 dan
pemberian PMT ibu hamil dilaksanakan bulan Maret, Juni dan September 2019.

11
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Food Model Tikar / Alas Untuk


Konsultasi Gizi dan
Tumbang Bayi dan Balita

Kursi
Meja
Konsultasi Kursi
Gizi
tri
Antropome
Alat

Pintu Ruang Program

12
B. STANDAR KUALITAS

Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi BLUD UPTD


Puskesmas Margamulya memiliki penunjang yang harus dipenuhi

Kegiatan pelayanan Sarana Prasarana


kesehatan Gizi
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku Register, Buku Pencatatan Kegiatan
Dalam Gedung
- Timbangan Dewasa, dan Bayi
- Microtoice/ Pengukur tinggi badan
- Pita LILA
- Leaflet
- Alat peraga/ Food Model
- Buku panduan : penuntun diet, pedoman
pelayanan anak gizi buruk, tata laksana
balita gizi buruk,
- Leaflet, Lembar balik, Materi Materi
Penyuluhan : Ininsiasi Menyusui Dini,
Strategi peningkatan Penimbangan Balita

13
Luar Gedung Di posyandu, Angka Kecukupan Gizi
- Tabel Antropometri
- Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
Timbangan bayi
- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan
- Meja, Kursi, ATK, F2 Gizi, F3 Gizi, dan
Blanko-blanko laporan lain
- Vit. A, Fe
- Pita Lila

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Kegiatan pelayanan gizi dilakukan di dalam gedung, antara lain :
- Konseling Gizi dan ASI eksklusif di ruang konsultasi gizi
2. Kegiatan yang dilakukan diluar gedung meliputi jadwal, pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Penimbangan bayi dan balita di posyandu
b. Pemantauan konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga
c. Pemantauan Status Gizi balita
d. Distribusi Vitamin A pada bayi dan balita
e. Distribusi Vitamin A untuk ibu nifas
f. Distribusi tablet Fe untuk ibu hamil dan ibu nifas
g. Distribusi tablet Fe untuk remaja putri
h. Distribusi PMT pemulihan balita gizi buruk dan gizi kurang
i. Distribusi PMT penyuluhan ibu hamil KEK dan anemia
j. Penyuluhan gizi/kadarzi
k. Pelacakan balita Gizi buruk
l. Promosi dan motivasi ASI eksklusif

14
m. Pengukuran BB/TB anak sekolah

B. STRATEGI / METODE
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan upaya
kesehatan lingkungan. Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para pejabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan
yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu
dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut.
Dukungan dari pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain.

2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh
adat) yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar
para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima
program kesehatan. Strategi ini dapat dikatanan sebagai upaya membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat
berupa pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan
kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.

3. Strategi pemberdayaan masyarakat.

15
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung.
Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan
berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan
ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam
pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos
obat desa, dan sebagainya.

C. LANGKAH KEGIATAN
Untuk terselenggaranya upaya perbaikan gizi masyarakat di BLUD
UPTD Puskesmas Margamulya, perlu ditunjang dengan managemen yang baik.
Managemen upaya perbaikan gizi masyarakat di puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan puskesmas yang
efektif dan efisiensi di bidang upaya perbaikan gizi masyarakat.
Managemen upaya perbaikan gizi masyarakat di puskesmas dilakukan dengan
cara :
1. Perencanaan (Plan)
2. Pelaksanaan (Do)
3. Pengawasan (Cek)
4. Tindak lanjut dari pengawasan (Action)
Semua fungsi managemen tersebut harus dilakukan secara terkait dan
berkesinambungan.
1. Perencanaan
Perencanan upaya perbaikan gizi masyarakat adalah proses penyusunan
rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah dan kebutuhan dan
harapan masyarakat pada upaya perbaikan gizi masyarakat di wilayah
puskesmas.

16
Langkah-langkah perencanaan upaya perbaikan gizi masyarakat yang
dilakukan oleh puskesmas mancakup hal-hal sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan :
 Berdasarkan ada tidaknya masalah, kebutuhan dan harapan
masyarakat terhadap upaya perbaikan gizi masyarakat.
 Bersama masyarkat melalui survey mawas diri (SMD)

b. Menyusun usulan kegiatan (RUK)


Langkah puskesmas dalam menyusun usulan kegiatan upaya perbaikan
gizi masyarakat dilakukan dengan menetapkan :
 Kegiatan
 Tujuan
 Sasaran
 Besar/Volume kegiatan
 Waktu
 Lokasi
 Perkiraan kebutuhan biaya
c. Mengajukan usulan kegiatan
Usulan kegiatan yang telah disusun diajukan ke Dinas Kesehatan Kota
Bekasi.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Setelah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi, maka
dususun Rencana Pelaksanaan Kegiatan dalam bentuk matrik. Bentuk
format hampir sama dengan RUK namun lebih detail dalam biaya dan
waktu pelaksanaan. RUK kemudian disosialisasikan pada tingkat
Puskesmas kepada pemegang upaya lainya pada saat lokakarya mini

17
Puskesmas, tingkat Kecamatan maupun tingkat desa pada acara
pertemuan lintas sektor seperti pertemuan PKK.
Dalam pertemuaan lintas sektor dapat dilakukan penggalangan
kerjasama atau membuat kesepakatan agar pihak terkait ikut serta
menyukseskan rencana kegiatan yang sudah di buat. Setelah RPK
disosialisasikan kemudian penanggungjawab upaya gizi membuat
Kerangka Acuan Kegiatan serta Standart Operasional untuk
memudahkan dalm melaksanakan kegiatan. Contoh Format Kerangka
Acuan dan SPO terlampir dalam buku pedoman ini.

1. Pelaksanaan
Dilakukan dengan tahapan berikut :
a. Mengkaji ulang RPK yang sudah disusun, mencakup jadwal
pelaksanaan kegiatan, target pencapaian lokasi dan rincian biaya serta
tugas para penanggung jawab dan pelaksanaan kegiatan.
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan.
c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Pada waktu pelaksanaan kegiatan harus diperhatikan hal sebagai
berikut :
 Asas penyelengaraan puskesmas
 Berbagai standart pedoman pelayanan upaya perbaikan gizi
 Kendali mutu
 Kendali biaya

2. Monitoring evaluasi
Pengawasan atau pemantauan pelaksanaan kegiatan secara berkala
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan tela’ah penyelengaraan kegiatan dan hasil yang dicapai

18
b. Mengumpulkan permasalahan, hambatan dan saran-saran untuk
peningkatan penyelengaraan serta memberikan umpan baik.
c. Pengawasan meliputi pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan atau
kepala Puskesmas, sedangkan pengawasan eksternal oleh
masyarakat. Pengawasan mencakup administrasi, pembiayaan dan
teknis pelaksanaan serta hasil kegiatan.

3. Rencana Tindak Lanjut


Dari hasil pelaksanaan kegiatan dievaluasi tentang permasalahan,
hambatan dan saran-saran yang ditemukan. Kemudian dianalisis dan dicari
pemecahnya untuk peningkatan mutu pelayanan upaya perbaikan gizi
masyarakat, untuk kemudian diterapkan pada kegiatan yang sama di tempat
lain. Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dibandingkan dengan
rencanan tahunan atau target dan standar pelayanan yang sudah dibuat.
Kemudian penanggung jawab upaya perbaikan gizi masyarakat melaporkan
pelaksanaan kegiatan dan laporan berbagai sumber daya kemudian
disampaikan kepada Kepala Puskesmas.

Dalam melakukan kegiatan upaya pelayanan gizi petugas berpedoman pada prosedur
yang ada,yaitu
NO NAMA SOP
1 Distribusi Kapsul Vitamin A Bayi dan Balita
2 Distribusi Kapsul Vitamin A Ibu Nifas
3 Distribusi Tablet Tambah Darah Bagi Ibu Hamil
4 Distribusi Tablet Tambah Darah Bagi Ibu Nifas
5 Distribusi Tablet Tambah Darah Bagi Remaja Putri

19
6 Pemantauan Status Gizi Balita
7 Pemantauan Status Gizi Anak Sekolah
8 Pemantauan Garam Beryodium Melalui Rumah Tangga
9 Penyuluhan Gizi
10 PMT Penyuluhan Ibu Hamil KEK dan Anemia
11 Penjaringan Balita KEP
12 Penjaringan Bumil dan Bufas KEK
13 PMT Pemulihan Bagi Balita Gizi Buruk dam Kurang
14 Pelacakan Gizi Buruk
15 Kadarzi
16 Pelatihan Kader Posyandu

BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi. Kebutuhan dana
dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi direncanakan dalam pertemuan
lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan
metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain:
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan Kegiatan
- Leaflet
20
- buku panduan
- komputer dan printer
- Alat peraga
- Timbangan bayi dan dewasa
- Microtoice
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang
meliputi :
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan
- Lembar Balik
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan
dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program
gizi berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini
lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of
Action ).

21
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang
terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus
diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam
mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang

22
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
ataudampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan
sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian
pelaksanaan dengan perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan
tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.

23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan
hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta
penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas
pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan
fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan

24
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas
kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk
itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi
dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang
benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung
diri yang benar.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan. Keberhasilan suatu program harus

25
ditentukan ddengan indikator, untuk upaya pelayanan kesehatan lingkungan indikator
berdasarkan Standar Pelayanan Minimal yang telah ditentukan sesuai Kepmenkes no
1457/Menkes/SK/X/2003 ,yang dimaksud dengan SPM adalah suatu standart dengan
batas–batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah
yang berkaitan dengan pelayanan dasar pada masyarakat yang mencakup jenis
pelayanan, indicator dan nilai (BENCHMARK). Prinsip daripada SPM adalah
SUSTAINABLE (terus menerus), MEASUREBLE (terukur) dan FEASIABLE (mungkin
dapat dikerjakan).

Indikator Kinerja Dan Target Kegiatan Peningkatan Gizi Masyarakat Tahun


2019 sebagai berikut :
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Persentase balita underweight 10%
2 Peresentase balita stunting 20%
3 Peresentase balita wasting 8%
4 Peresentase ibu hamil anemia 25%
5 Peresentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah 2%
(berat badan <2500 gram)
6 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat Asi 75%
Ekslusif
7 Persentase bayi usia 6 bulan mendapat Asi Ekslusif 75%
8 Peresentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah 95%
Darah minimal 90 tablet selama masa kehamilan
9 Persetase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang 80%
mendapat makanan tambahan
10 Persentase balita kurus yang mendapat makanan 85%
tambahan
11 Persentase remaja putri mendapat TTD 25%
12 Persentase bayi yang baru lahir mendapat IMD 50%
13 Persentase balita yang di timbang berat badannya 85%
14 Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS 80%
15 Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya 75%
26
16 Persentase balita ditimbang berat badannya tidak naik 2x 2%
berturut-turut
17 Persentase balita 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin 95%
A
18 Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A 90%
19 Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam 90%
beryodium
20 Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapatkan 100%
perawatan

BAB IX
PENUTUP

Buku pedoman upaya perbaikan gizi masyarakat di BLUD UPTD Puskesmas


Margamulya merupakan sarana penunjang yang sangat dibutuhkan sebagai paduan oleh
petugas kesehatan khususnya Nutrisionist BLUD UPTD Puskesmas Margamulya dalam
melaksanakan penyelenggaraan upaya perbaikan gizi masyarakat di BLUD UPTD
Puskesmas Margamulya, agar dapat melaksanakan perbaikan gizi masyarakat dengan
baik, benar, terukur dan teratur sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah BLUD UPTD Puskesmas Margamulya.
Diharapkan para tenaga kesehatan mampu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat di puskesmas secara terpadu bersama
dengan lintas upaya dan lintas sector terkait serta peran serta aktif masyarakat. Pedoman
ini jauh dari sempurna oleh karena itu diharapkan tenaga kesehatan lain dapat membaca
dan mempelajari buku-buku atau pedoman perbaikan gizi masyarakat lainnya yang

27
diperlukan sebagai pelengkap pengetahuan. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dengan harapan derajat kesehatan gizi masyarakat di wilayah kerja BLUD
UPTD Puskesmas Margamulya semakin meningkat.

Nutrisionis
BLUD UPTD Puskesmas Margamulya

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas, Kementerian Kesehatan RI, 2014

Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan RI, 2011

Asuhan Gizi di Puskesmas, Kementerian Kesehatan RI, 2011

28

Anda mungkin juga menyukai