Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita yang
terkenal akan kesakralannya, yang terkenal dengan semboyannya “Bhinneka
Tunggal Ika”. Di mana simbolnya merupakan lambang keagungan bangsa
Indonesia yang terpancar dalam bentuk Burung Garuda. Simbol di dadanya
merupakan pengamalan hidup yang menjadikan Indonesia benar-benar khas
ideologi dari bangsa Indonesia. Itulah lambang negara kita, pengamalan sekaligus
ideologi kita, Pancasila. Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari
keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan
berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas
dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.

Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku,


bangsa, budaya dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu
keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah
naungan Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika. Tidak jauh dari hal
tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam
keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang
menyatukan budaya satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah,
Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dalam konteks Indonesia, pendidikan nasional dapat dikatakan sebagai
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Negara Indonesia. Hal ini terlihat,
pendidikan di Indonesia harus didasarkan pada Pancasila sebagai kepribadian
bangsa. Pendidikan nasional pun harus mengacu dan berakar pada budaya bangsa
yang berdasarkan Pancasila sebagai falsafah dan UUD 1945 sebagai konsititusi.

1
Pendidikan nasional yang berlandaskan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, kerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, serta sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan nasional memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan beragam.
Hal tersebut diaplikasikan melalui dunia pendidikan dan lingkungan akademis
seperti sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Masing-masing
jenjang pendidikan memiliki kurikulum yang disesuaikan dengan tingkat kognitif,
afektif, maupun psikomotor peserta didik. Semua aplikasi dalam pendidikan
tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Usaha pembentukan kehidupan
bangsa yang berpotensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tersebut diwujudkan melalui
pendidikan yang berdasarkan pada landasan Pancasila. Pancasila dalam
pendidikan nasional secara khusus dibangun pada salah satu mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.

1.2 Rumusan Masalah


Bertitik tolak dari latar belakang di atas adapun rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1.2.1 Mengapa penting Pendidikan Pancasila dalam Pendidikan Nasional ?
1.2.2 Bagaimana landasan,hakikat, visi, dan misi Pendidikan Pancasila ?
1.2.3 Bagaimana perkembangan Pendidikan Pancasila di Indonesia ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan ini
mempunyai tujuan sebagai berikut.

2
1.3.1 Untuk mengetahui pentingnya Pendidikan Pancasila dalam Pendidikan
Nasional.
1.3.2 Untuk mengetahui landasan ,hakikat,visi, dan misi Pendidikan Pancasila.
1.3.3 Untuk mengetahui perkembangan Pendidikan Nasional di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penyusunan makalah
ini, adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Dosen
Melalui penelitian ini, dosen atau tenaga pendidik akan memperoleh
pengetahuan dan bahan bacaan serta materi ajaran tambahan yang
dapat disampaikan pada siswa untuk menambah wawasan mengenai
Pendidikan Pancasila dalam sistem Pendidikan Nasional .
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Melalui penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat menjadikan
penulisan ini sebagai bahan bacaan sehingga dapat menambah
wawasan mengenai Pendidikan Pancasila dalam sistem Pendidikan
Nasional.

BAB II PEMBAHASAAN

2.1 Pentingnya Pancasila Dalam Pendidikan Nasional

3
Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara yang sangat melekat dalam
diri masyarakat Indonesia, semua yang tertuang dalam pancasila merupakan
dasar-dasar dari semua hukum dan nilai-nilai kehidupan bangsa. Tanpa pancasila
bangsa ini tidak akan bisa hidup dalam keanekaragaman agama, suku, bahasa, dan
lain-lain. Pancasila mengajarkan nilai-nilai kesopanan yang berpedoman bhenika
tunggal ika yaitu walaupun berbeda-beda tetap satu jua, artinya pancasila
merupakan alat untuk mempersatukan bangsa agar hidup dengan damai dan
sejahtera serta berdampingan. nilai yang terkandung dalam pancasila harus
diterapkan dalam masyarakat Indonesia. Tanpa adanya pendidikan pancasila dari
dalam diri seseorang yang mengaku bangsa Indonesia, seseorang itu pasti tidak
akan mengenal yang namanya arti Kesopanan dan Prilaku yang beradab.

Pendidikan pancasila sebagai sarana untuk membentuk karekter bangsa yang


sesuai dengan nikai-nilai pancasila agar buah hasil yang di perjuangkan oleh
pahlawan bangsa tidaklah sia-sia. Oleh karena itu pendidikan pancasila haruslah
di pelajari setiap bangsa dan diterapkan di dalam kehidupan berbangsa dan negara
agar apa yang diperjuangkan pahlawan bangsa menjadi berguna. Namun,
mengarkan nilai-nilai pacasila tidaklah mudah pada era sekarang yang mana,
masyarakat indonesia sudah mulai pudar akan pentingnya nilai-nilai pancasila.
Sebagai contoh, sekarang banyak anak-anak muda yang tidak hafal pancasila,
meraka sudah tidak tahu nama-nam pahlawan bangsa, bahkan sudah buta sejarah
bangsa ini. meraka lebih suka menghafal nama-nam artis dan meniru gaya
mereka, yang terjadi sekarang banyak para pelajar yang perilakunya jauh dari
nilai-nilai pancasila.

Banyak kasus di negara ini yang di sebabkan oleh radikalisme bangsa yang
tidak memahami pancasila, terutama dalam dunia pendidikan yang mana banyak
kasus-kasus kekerasan, asusila dan sebagainya. Ironisnya dilakukan oleh para
pelajar yang akan menjadi tonggak kemajuan bangsa dan harapan bangsa, bahkan
tidak sedikit juga dilakukan oleh para pendidik. Sekarang dunia pendidikan di
negara ini seakan-akan sudah tidak menjadi tempat untuk mencaari ilmu, akan
tetapi sebagai tempat beradu otot, kekerasan dan sebagainya. Oleh sebab itu,
bannyak para pemuda-pemuda bangsa kita yang lulus dengan abal-abalan dengan
kata lain tidak bisa mencerna dan menerapkan apa yang diajarkan di sekolahan.

4
Bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Masyarakat Indonesia saat ini
sedang mengalami krisis nilai, karena adanya inkonsistensi yang tinggi antara
nilai-nilai yang di sosialisasikan oleh suatu pranata sosial dengan pranata sosial
lainnya. Pancasila yang mengandung nilai-nilai religiusitas, kemanusiaan
(humanisme), persatuan, demokrasi, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial sudah
saatnya dipakai kembali sebagai landasan untuk mempersatukan dalam
membangun kesadaran kolektif bangsa Indonesia. Pancasila harus segera di
aktualisasikan kembali dalam kehidupan sekarang, serta peran dari pendidik untuk
bisa menyebarkan virus-virus pancasila dalam semua pelajaran, sehingga pemuda-
pemuda akan siap menjadi tonggak bangsa untuk menjadi bangsa yang berbhenika
tunggal ika.

2.2 Landasan, Hakikat, Visi, dan Misi Pendidikan Pancasila


Landasan Pendidikan Pancasila itu sendiri ada sebanyak 4 (empat) macam,
mulai dari landasan historis, landasan kultural, landasan yuridis dan yang terakhir
adalah landasan filosofis.

1. Landasan Historis

Berdasarkan dari landasan historis, Pancasila dirumuskan serta memiliki


suatu tujuan yang digunakan sebagai Dasar Negara Indonesia. Proses
perumusannya tersebut juga diambil dari nilai-nilai pandangan hidup
masyarakat.Setiap bangsa tentu memiliki ideologi dan pandangan hidupnya
masing-masing, alias berbeda (tidaklah sama) yang mana diambil dari nilai-nilai
yang hidup serta berkembang di dalam bangsa itu sendiri. Pancasila digali dari
bangsa Indonesia yang memang sudah tumbuh serta berkembang semenjak
lahirnya bangsa Indonesia.

Oleh para pendiri bangsa kita, dirumuskanlah dengan sederhana, namun memiliki
arti yang begitu mendalam yang mana mampu meliputi sebanyak 5 (lima) prinsip

5
(sila) yang diberi nama dengan Pancasila. Negara Indonesia merancang Dasar
Negara yang justru bersumber pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan
berkembang di dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Nama
Pancasila itu sendiri diberikan oleh salah seorang penggagasnya, yakni Ir.
Soekarno yang ada pada pidatonya, tepat pada tanggal 1 Juni 1945, dalam
persidangan Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang menjadi saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa.

2. Landasan Kultural

Pancasila menjadi salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus


bisa diwariskan kepada generasi penerus atau generasi selanjutnya. Secara
kultural, unsur-unsur Pancasila itu terdapat dalam adat istiadat, tulisan, bahasa,
slogan, kesenian, agama, kepercayaan dan kebudayaan dalam negara Indonesia
secara umum. Pandangan hidup dari suatu bangsa merupakan salah satu hal yang
memang tak boleh dipisahkan dengan kehidupan dari bangsa itu sendiri. Suatu
bangsa yang tak memiliki pandangan hidup merupakan bangsa yang memang tak
memiliki kepribadian serta jati diri, sehingga bangsa tersebut menjadi mudah
terombang-ambing dari berbagai macam pengaruh yang berkembang dari luar
negerinya. Pancasila di sini memiliki sifat yang terbuka, sehingga bisa
mengadaptasikan dirinya dengan dan terhadap perkembangan zaman, di samping
mempunyai dinamika internal secara selektif dalam proses adaptasi yang
dilakukan. Dengan inilah, generasi penerus bangsa mampu memperkaya nilai-
nilai Pancasila, sesuai dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang
dihadapinya terutama dalam meraih suatu bentuk keunggulan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) tanpa harus kehilangan jati dirinya.

Nilai-nilai kenegaraan dan nilai-nilai kemasyarakatan yang terkandung di


dalam sila-sila Pancasila bukan hanya menjadi suatu hasil konseptual seseorang
saja, melainkan menjadi suatu hasil karya yang besar milik bangsa Indonesia itu
sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
dengan melalui proses refleksi filosofis pada pendiri negara seperti Ir. Soekarno,
M. Yamin, M. Hatta, Soepomo, serta para tokoh pendiri negara yang lainnya.
Maka dari itu, generasi penerus atau generasi selanjutnya, terutama dalam

6
kalangan intelektual kampus ini sudah seharusnya bisa mendalami serta mengkaji
karya besar itu dalam upaya guna melestarikan secara dinamis dalam artian untuk
mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman.

3. Landasan Yuridis

Landasan yuridis ini merupakan landasan yang berdasar atas aturan yang
dibaut setelah melalui perundingan dan permusyawarahan. Alinea ke-4 dalam
Pembukaan UUD 1945 yang menjadi landasan yuridis konstitusional antara lain
yang ada di dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-sila Pancasila sebagai
dasar negara yang sah, benar serta otentik, sebagai berikut :

Ketuhanan Yang Maha Esa

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Batang tubuh UUD 1945 itu juga menjadi landasan yuridis konstitusional
karena dasar negara yang ada pada Pembukaan UUD 1945 dijabarkan menjadi
lebih lanjut dan lebih terperinci pada pasal-pasal dan ayat-ayat yang ada di dalam
Batang Tubuh UUD 1945 itu. Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan
Pancasila yang ada di Perguruan Tinggi sudah diatur dalam UU No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 yang menyatakan, isi kurikulum
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari adanya pandangan-pandangan di dalam


filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan
mengenai adanya sumber nilai, hakikat pengetahuan dan mengenai kehidupan
yang lebih baik dijalankan.Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan

7
suatu negara merupakan bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, yang
mana hal ini berdasar dari kenyataan objektif jika manusia itu merupakan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Syarat mutlak dari suatu negara ialah dengan
adanya persatuan yang terwujud sebagai rakyat (yang menjadi unsur pokok suatu
negara), sehingga secara filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan
konsekuensinya rakyat menjadi dasar ontologism demokrasi, karena memang
rakyat ialah asal mula kekuasaan negara atas dasar pengertian filosofis itulah
maka dalam hidup bernegara, nilai Pancasila menjadi dasar filsafat negara.

Konsekuensi dalam berbagai macam aspek penyelenggaraan negara


haruslah bersumber dari nilai-nilai Pancasila, termasuk itu pada sistem peraturan
perundang-undangan yang ada di Indonesia. Maka dari itu, realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi yang terjadi dewasa ini menjadi suatu bentuk
keharusan jika memang Pancasila menjadi salah satu sumber nilai dalam
pelaksanaan kenegaraan baik itu di dalam pembangunan nasional, ekonomi, sosial
budaya, politik, hukum, hingga pertahanan dan keamanan.

Hakikat Pendidikan Pancasila


Hakikat pendidikan pancasila adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga Negara dengan menumbuhkan jati
diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela Negara, demi kelangsunagn kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara.
Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata
Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa.
Bicara tentang hakikat berarti membicarakan tentang hal-hal yang hakiki
atau mendasar. Demikian juga halnya dengan upaya memahami hakikat pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena pancasila memiliki keluasan
arti filosofis, maka dari pengertian pokok tersebut dapat diberi arti yang
bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:
a. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan proses
panjang yang didasari oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, serta melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, kedudukan pancasila sebagai dasar Negara,

8
sebagai mana yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, merupakan sumber
tertib hokum tertinggi yang mengatur kehidupan Negara dan masyarakat.
b. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Fungsi pokok pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah
sebagai pandangan hidup, pedoman hidup, dam petunjuk arah bagi semua
kegiatan hidup dan penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.
c. Pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia
Kepribadian artinya gambaran tentang sikap dan perilaku atau amal perbuatan
manusia, yang khas yang membrdakan dengan bangsa-bangsa lain. Ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia tercermin dalam sila-sila pancasila, yaitu bahwa
bangsa Indonesia bangsa yang:
1. Berketuhanan yang maha esa.
2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Berjiwa kesatuan dan persatuan bangsa.
4. Berjiwa musyawarah mufakat untuk mencapai hikmah kebijaksanaan.
5. Bercita-cita mewujutkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

d. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia


Istilah pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia ini muncul dalam
pidato kenegaraan presiden Soekarno di depan siding perwakilan rakyat. Pada
tanggal 16 Agustus 1967 Pancasila dinyatakan sebagai perjanjian luhur seluruh
rakyat Indonesia.
e. Sebagai Cita-Cita Pancasila Dan Tujuan Bangsa Indonesia
Untuk lebih jelasnya, gambaran Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan
bangsa Indonesia akan tampak pada rincian dan tujuan bangsa dan Negara
Indonesia dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Menceraskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

9
Visi Dan Misi Pendidikan Pancasila
Visi :
Visi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi yaitu menjadi sumber nilai
dan pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa
mengembangkan kepribadiannya selaku warganegara yang Pancasila. Jadi Dari
visi Pendidikan Pancasila tersebut dapat dijelaskan lebih detailnya bahwa
pancasila sebagai sumber nilai dijadikan landasan pokok,landasan fundamental
bagi penyelenggaraan Negara Indonesia.
Seperti pada hakikatnya visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-
cita atau impian dari seorang individu atau mahasiswa yang ingin dicapai di masa
depan.
Misi :
Misi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi yaitu membantu
mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila serta kesadaran
berbangsa, bernegara dalam menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab
terhadap kemanusiaan. Jadi Misi dalam pendidikan pancasila ialah.
1. Mewujudkan nilai dasar Nilai dasar yang dimaksud disini ialah nilai –
nilai pancasila. Yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
keraktayan dan nilai keadilan.
2. Menumbuhkan kesadaran Dengan kita mengetahui nilai- nilai pancasila
tersebut, kita bisa menjaga perbuatan sehari- hari kita. Dari nilai tersebut pula kita
akan sadar dalam berperilaku.
3. Menumbuhkan sikap dan perilaku Dengan adanya pendidikan pancasila
bisa terwujud sikap dan perilaku yang mengamalkan nilai- nilai pancasila.

Tujuan Pendidikan Pancasila


Tujuan Pendidikan Pancasila yaitu diwujudkan melalui pelaksanaan
penyelenggaraan Negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan pancasila dan
undang-undang dasar 1945.

10
Pendidikan pancasila mengarah perhatian pada moral yang diharap kan di
wujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas
bebagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan dan golongan.

Kompetensi Pendidikan Pancasila


Kompetensi pendidikan Pancasila adalah dikuasainya kemampuan
berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia
intelektual dan agamis. Kompetensi pendidikan Pancasila mengantarkan
mahasiswa untuk bisa mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai hati
nurani.Mengantarkan mahasiswa mengenali masalah hidup dan kesejahteraan,
serta cara pemecahannya Mengantarkan mahasiswa mengenali perubahan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Mengantarkan mahasiswa
memaknai peristiwa sejarah dan nilai budaya bangsa.

2.3 Perkembangan Pendidikan Pancasila Di Indonesia

Sebagai mata pelajaran di sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan telah


mengalami perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun
substansinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam substansi kurikulum PKn yang
sering berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan negara. Secara
historis, epistemologis dan pedagogis, pendidikan kewarganegaraan
berkedudukan sebagai program kurikuler dimulai dengan diintroduksikannya
mata pelajaran Civics dalam kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan materi
tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept.
P&K: 1962). Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada
dasarnya berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu
sejarah, geografi, ekonomi, dan politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi
manusia, dan pengetahuan tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri,
1969:7). Istilah Civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam Kurikulum

11
tahun 1957 maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun secara materiil dalam
Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata negara dan tata
hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum
yang di dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.

Kemudian dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah civics dan
Pendidikan Kewargaan Negara digunakan secara bertukar-pakai
(interchangeably). Misalnya dalam Kurikulum SD 1968 digunakan istilah
Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai sebagai nama mata pelajaran, yang di
dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan civics (d
iterjemahkan sebagai pengetahuan kewargaan negara). Dalam kurikulum SMP
1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan sejarah
Indonesia dan Konstitusi termasuk UUD 1945. Sedangkan dalam kurikulum SMA
1968 terdapat mata pelajaran Kewargaan Negara yang berisikan materi, terutama
yang berkenaan dengan UUD 1945. Sementara itu dalam Kurikulum SPG 1969
mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang isinya terutama berkenaan
dengan sejarah Indonesia, konstitusi, pengetahuan kemasyarakatan dan hak asasi
manusia (Dept. P&K: 1968a; 1968b; 1968c; 1969). (Winataputra, 2006 : 1).
Secara umum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara membahas tentang
nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika, agama dan kebudayaan (Somantri,
2001:298)

Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah


menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila
sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
atau P4. Perubahan ini sejalan dengan missi pendidikan yang diamanatkan oleh
Tap. MPR II/MPR/1973. Mata pelajaran PMP ini merupakan mata pelajaran wajib
untuk SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan. Mata pelajaran PMP ini terus
dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai dengan berlakunya Kurikulum
1984 yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975
(Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976). Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada
masa itu berorientasi pada value inculcation dengan muatan nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945 (Winataputra dan Budimansyah, 2007:97)

12
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistim
Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya muatan kurikulum Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai bahan kajian wajib
kurikulum semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39), Kurikulum
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah tahun 1994 mengakomodasikan misi
baru pendidikan tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn. Berbeda dengan kurikulum
sebelumnya, Kurikulum PPKn 1994 mengorganisasikan materi pembelajarannya
bukan atas dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang
disaripatikan dari P4 dan sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan
pendekatan spiral meluas atau spiral of concept development (Taba,1967).
Pendekatan ini mengartikulasikan sila-sila Pancasila dengan jabaran nilainya
untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas serta catur wulan dalam setiap kelas.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini


karakteristiknya didominasi oleh proses value incucation dan knowledge
dissemination. Hal tersebut dapat lihat dari materi pembelajarannya yang
dikembangkan berdasarkan butir-butir setiap sila Pancasila. Tujuan
pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan sikap dan prilaku yang
beradasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai Pancasila
sebagai pedoman dalam berprilaku sehari-hari (Winataputra dan Budimansyah,
2007:97).

Dengan dberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.


20 tahun 2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum
berbasis Kompetensi tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah
nama menjadi Kewarganegaraan. Tahun 2006 namanya berubah kembali menjadi
Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara substansi tidak terdapat perubahan
yang berarti, hanya kewenangan pengembangan kurikulum yang diserahkan pada
masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berbagai perubahan yang dialami
dalam pengimplementasian PKn sebagaimana diuraikan diatas menunjukkan telah
terjadinya ketidakajekan dalam kerangka berpikir, yang sekaligus mencerminkan

13
telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya krisis
operasional kurikuler.

Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai


berikut :

(a) Kewarganegaraan (1956)

(b) Civics (1959)

(c) Kewarganegaraan (1962)

(d) Pendidikan Kewarganegaraan (1968)

(e) Pendidikan Moral Pancasila (1975)

(f) Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)

(g) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)

Dari penggunaan istilah tersebut sangat terlihat jelas ketidakajegannya


dalam mengorganisir pendidikan kewarganegaraan, yang berakibat pada krisis
operasional, dimana terjadinya perubahan konteks dan format pendidikannya.
Menurut Kuhn (1970) krisis yang bersifat konseptual tersebut tercermin dalam
ketidakajekan konsep atau istilah yang digunakan untuk pelajaran PKn. Krisis
operasional tercermin terjadinya perubahan isi dan format buku pelajaran,
penataran yang tidak artikulatif, dan fenomena kelas yang belum banyak dari
penekanan pada proses kognitif memorisasi fakta dan konsep. Kedua jenis krisis
tersebut terjadi karena memang sekolah masih tetap diperlakukan sebagai socio-
political institution, dan masih belum efektifnya pelaksanaan metode
pembelajaran secara konseptual, karena belum adanya suatu paradigma
pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg diterima dan dipakai secara
nasional sebagai rujukan konseptual dan operasional.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pendidikan pancasila sebagai sarana untuk membentuk karekter bangsa
yang sesuai dengan nikai-nilai pancasila agar buah hasil yang di perjuangkan oleh
pahlawan bangsa tidaklah sia-sia. Oleh karena itu pendidikan pancasila haruslah
di pelajari setiap bangsa dan diterapkan di dalam kehidupan berbangsa dan negara
agar apa yang diperjuangkan pahlawan bangsa menjadi berguna. Namun,
mendengarkan nilai-nilai pancasila tidaklah mudah pada era sekarang yang mana,
masyarakat Indonesia sudah mulai pudar akan pentingnya nilai-nilai
pancasila.melalui Pendidikan Pancasila ini mampu membentuk karater dari
peserta didik sehingga perlu adanya pembaruan agar pembelajaran pendidikan ini
hasilnya lebih maksimal. Kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami krisis nilai,
karena adanya inkonsistensi yang tinggi antara nilai-nilai yang di sosialisasikan.

3.2 Saran
Harapan dibuatnya makalah ini bertujuan agar dapat berguna bagi para
pembaca dari berbagai klangan usia untuk menambah wawasan mengenai masa
Pendidikan Pancasila. Selain itu, penulisan dari makalah ini hendaknya dapat
menjadi referensi bagi penulis lain dalam pembuatan suatu makalah dan juga
dapat dijadikan media atau sarana untuk mendukung proses pembelajaran terkait
Pendidikan Pancasila . Makalah ini hanya dibuat sebagai referensi saja . Kami
harap penulisan ini bisa membantu dan jika ada kekurangan serta kesalahan,
tolong dimaafkan. Kekurangan materi pada makalah ini bisa dilengkapi dengan
mengambil refrensi melalui sumber lainnya.

15

Anda mungkin juga menyukai