Teori kepemimpinan kharismatik pertama kali diusung oleh Max Weber. Kharismatik berasal
dari kata “kairismos”, dalam bahasa Yunani memiliki makna seseorang yang terberkati dan
terinspirasi secara agung; juga diartikan sebagai hadiah yang diberikan oleh para dewa
kepada seseorang. Artinya seseorang dikatakan karismatik apabila orang tersebut memiliki
berkat atau talenta yang banyak memikat para pengikutnya secara luar biasa. Max Weber,
mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti “anugerah”) sebagai
“suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan
biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau
paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang
biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal
ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin (Yukl, 2001; Sashkin, 2003).
Weber berpendapat bahwa kepemimpinan karismatik merupakan salah satu jenis otoritas
yang ideal.
Menurut Weber seorang pemimpin kharismatik muncul pada saat terjadi suatu krisis sosial, di
mana sang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi
untuk mengatasi krisis tersebut. Sang Pemimpin menarik pengikutnya yang percaya pada visi
yang diusungnya secara luar biasa sehingga para pengikutnya percaya bahwa orang yang
memimpin mereka adalah orang yang luar bisasa “yang memiliki sesuatu” yang berbeda dari
orang kebanyakan. Kepercayaan itu sungguh mendarahdaging sehingga apapun yang
dikatakan pemimpin tersebut dipandang sebagai suatu amanah yang harus dijalankan. Jadi
pemimpin karismatik adalah seorang pemimpin yang memiliki daya tarik personalitas yang
luar biasa yang mampu mengendalikan pikiran, kemauan, jiwa, dan raga dari para
pengikutnya. Kepemimpinan karismatik tidak mengandalkan otoritas dan eksternal power
tetapi menggunakan daya tarik personalitas. Karena tidak menggunakan power dan otoritas
maka pemimpin karismatik umumnya adalah pimpinan lembaga informal.
Selain Robert House, Conger dan Kanungo (dalam Yukl, 2001) pun mengusulkan teori
tentang kepemimpinan karismatik berdasarkan pada asumsi bahwa karisma merupakan
sebuah fenomena yang berhubungan (atribusional). Menurut teori ini, atribusi pengikut dari
kualitas karismatik bagi seorang pemimpin bersama-sama ditentukan oleh perilaku,
keterampilan pemimpinnya dan aspek situasi. Ada tiga asumsi yang digunakan dalam
menarik para pengikut pemimpin karismatik, yaitu: (1) daya tarik dan keanggunan
merupakan modal yang dibutuhkan untuk menarik pengikut, (2) rasa percaya diri adalah
kebutuhan dasar dari seorang pemimpin, dan (3) pengikut akan mengikuti orang-orang yang
mereka kagumi.
Menurut teori kepemimpinan kharismatik Conger dan Kanungo dalam Robbins (2005), para
pengikut terpicu pada kemampuan heroik sang pemimpin atau kemampuan yang luar biasa
ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu dari sang pemimpin. Dari hasil studi
yang dilakukan, Conger dan Kanugo (dalam Robbins, 2005) mengidentifikasikan
karakterteristik personal pemimpin kharismatik dalam empat hal penting. Antara lain: (1)
Pemimpin yang memiliki visi (2) Memiliki keinginan untuk mengambil risiko demi
pencapaian visi, (3) Memiliki kepekaan pada kendala-kendala lingkungan, (4) Memiliki
kepekaan pada kebutuhan-kebutuhan para pengikut, (5) Menunjukkan perilaku luar bisa.
Kelima karakteristik di atas dapat dijelaskan dalam hal di bawah ini:
Karakteristik-karakteristik Kunci dari Pemimpin yang Karismatik
1. visi dan artikulasi (Vision and articulation). Memiliki visi yang dinyatakan sebagai
tujuan ideal yang menganggap bahwa masa depan lebih baik daripada status quo; dan
mampu mengklarifikasi pentingnya misi yang bisa dipahami orang lain.
2. Resiko pribadi (Personal risk). Bersedia mengambil resiko pribadi yang tinggi,
mengeluarkan biaya besar, dan berkorban untuk mencapi visi tersebut.
3. Kepekaan pada Lingkungan (Environmental sensitivity). Pemimpin karismatik
mampu melakukan perhitungan realitis mengenai hambatan dari lingkungan dan
kebutuhan sumberdaya untuk mengupayakan terjadinya perubahan.
4. Sensitive dengan kebutuhan bawahan (Sensitivity to follower needs). Menerima
kemampuan orang lain dan bertanggungjawab atas kebutuhan dan perasaan mereka.
5. Perilaku yang tidak konvensional (Unconventional behavior). Memiliki perilaku yang
dianggap baru dan berlawanan dengan kebiasaan. Pemimpin karismatik menunjukkan
perilaku (konstruktif) diluar kebiasaan dan seringkali menentang norma (destruktif)
yang mengakar dalam masyarakat, tetapi untuk perubahan ke arah perbaikan,
misalnya reformasi.
Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Yukl (2001) tentang lima karakteristik pemimin
kharismatik ini. Pertama, kharisma akan lebih mungkin dihubungkan dengan dengan
pemimpin yang menyarankan sebuah visi yang bertentangan dengan status quo. Kedua,
kharisma akan lebih mungkin dihubungkan dengan pemimpin yang bertindak secara tidak
konvensional untuk menggapai visi. Dalam arti, pemimpin melakukan sesuatu yang
mengesankan bagi para pengikut yang mengungkapkan bahwa ia adalah pemimpin yang luar
biasa. Ciri yang ketiga adalah pemimpin akan lebih mungkin dipandang sebagai pemimpin
yang kharismatik bila mereka melakukan pengorbanan diri, mengambil risiko pribadi dan
medatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi. Pada titik ini, kepercayaan menjadi
komponen penting dari kharisma, dan pengikut lebih mempercayai pemimpin yang tidak
terlalu termotivasi dengan kepentingan pribadi. Ciri yang keempat adalah pemimpin yang
lebih percaya diri mengenai usulan mereka akan lebih mungkin dipandang sebagai
kharismatik daripada pemimpin yang kelihatan bimbang dan ragu. Ciri kelima adalah para
pengikut lebih menghubungkan kharisma dengan pemimpin yang menggunakan pembuatan
visi dan daya tarik persuasif daripada dengan pemimpin yang menggunakan otoritas.
Yukl (2001) menjelaskan bahwa teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada
identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses
sekunder. Proses pengaruh utama adalah identifikasi pribadi, yang pengaruhnya diperoleh
dari keinginan seorang pengikut untuk menyenangkan dan meniru pemimpinnya. Di mana
pmimpin kharismatik terlihat begitu luar biasa karena mereka memiliki wawasan strategis,
pendirian yang kuat, keyakinan diri, perilaku yang tidak konvensional dan energi yang
dinamis, bahwa bawahan mengidolakan pemimipin mereka dan ingin menjadi seperti mereka.
Pengaruh dari seorang pemimpin kharismatik juga disebabkan oleh internalisasi nilai dan
keyakinan baru oleh para pengikut. Conger (1989, dalam Yukl, 2001) menenkan bahwa
penting bagi pengikut untuk mengambil sikap dan keyakinan pemimpin tentang pekerjaan
daripada hanya meniru aspek buatan dari perilaku pemimpin seperti perangai, gerak tubuh,
dan pola bicara. Seorang pemimpin yang kharismatik menyatakan visi yang memberikan
inspirasi berfungsi sebagai sebuah sumber motivasi instrinsik untuk menjalankan misi
organisasi.
Robbins (2005) menyebutkan ada empat tahap dalam proses mempengaruhi yang dilakukan
oleh seorang pemimpin kharismatik. Tahap pertama adalah pernyataan visi sang pemimpin.
Visi (vision) adalah strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan.
Visi yang dikemukakan sang pemimpin kharismatik memberi nuansa kontinuitas bagi para
pengikut di mana ia berusaha menghubungkan keadaan saat ini dengan masa depan yang
lebih baik bagi organisasi. Pada tahap kedua, setelah visi dan misi ditetapkan sang pemimpin
kemudian mengkomunikasikan ekspektasi kinerja yang tinggi dengan keyakinan bahwa para
pengikutnya mampu mencapai visi yang diungkapkan. Efek dari keyakinan ini membuat para
pengikut semakin percaya diri.
Teori konsep diri dari kepemimpinan kharismatik menjelaskan bahwa indikator kharisma
terlihat dari hubungan antara pemimpin dan pengikut. Seorang pemimpin kharismatik
memiliki pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada pengikut-pengikutnya. Para pengikut
selalu merasa bahwa apa yang diyakini oleh pemimpin itu benar adanya dan mereka akan
berusaha untuk mematuhinya, ada kasih sayang kepada pemimpin dan secara emosional
terlibat dalam misi kelompok atau oraganisasi serta memilki sasaran kinerja yang tinggi.
Ciri dan perilaku pemimpin juga menjadi penentu penting dari pemimpin kharismatik.
Menurut teori konsep diri, para pemimpin kharismatik lebih besar kemungkinannya untuk
memiliki kebutuhan yang kuat akan kekuasaan, keyakinan diri yang tinggi dan pendirian kuat
dalam keyakinan dan idealisme mereka sendiri. Beberapa ciri dan perilaku penting dari
pemimpin kharismatik dalam memperngaruhi sikap dan perilaku pengikut adalah (1)
menyampaikan visi yang menarik; (2) menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan
ekspresif saat menyampaikan visi; (3) mengambil risiko pribadi dan membuat pengorbanan
diri untuk mencapai visi; (4) menyampaikan harapan (ekspektasi) yang tinggi; (5)
memperlihatkan keyakinan akan pengikut; (6) pembuatan model peran dari perilaku yang
konsisten dengan visi; (7) mengelola kesan pengikut akan pemimpin; (8) membangun
identifikasi dengan kelompok atau organisasi dan (9) memberikan kewenangan kepada
pengikut.
Proses pengaruh yang mempengaruhi perilaku sosial dalam kepemimpinan karismatik teridiri
atas identifikasi pribadi, identifikasi sosial, internasiliasi dan kemampuan diri sendiri.
Pertama, identifikasi pribadi (personal identification), identifikasi pribadi merupakan sebuah
proses mempengaruhi yang dyadic yang terjadi pada beberapa orang pengikut namun tidak
pada yang lainnya. Proses ini akan paling banyak terjadi pada para pengikut yang mempunyai
rasa harga diri rendah, identitas diri rendah, dan kebutuhan yang tinggi untuk
menggantungkan diri kepada tokoh-tokoh yang berkuasa. Shamir dan kawan-kawan
mengakui bahwa identifikasi pribadi dapat terjadi pada beberapa orang pengikut dari para
pemimpin karismatik, namun mereka kurang menekankan pada penjelasan tersebut karena
masih ada proses-proses lainnya.
Kedua, identifikasi sosial (sosial identification). Identifikasi sosial merupakan sebuah proses
mempengaruhi yang menyangkut defenisi mengenai diri sendiri dalam hubungannya dengan
sebuah kelompok atau kolektivitas. Para pemimpin karismatik meningkatkan identifikasi
sosial dengan membuat hubungan antara konsep diri sendiri para pengikut individual dan
nilai-nilai yang dirasakan bersama serta identitas-identitas kelompok. Seorang pemimpin
karismatik dapat meningkatkan identifikasi sosial dengan memberi kepada kelompok sebuah
identitas yang unik, yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok-kelompok yang
lain.
Keempat, kemampuan diri sendiri (self-efficacy). Efikasi diri individu merupakan suatu
keyakinan bahwa individu tersebut mampu dan kompeten untuk mencpai sasaran tugas yang
sukar. Efikasi diri kolektif menunjuk kepada persepsi para anggota kelompok bahwa jika
mereka bersama-sama, mereka akan dapat menghasilkan hal-hal yang luar biasa. Para
pemimpin karismatik meningkatkan harapan dari para pengikut bahwa usaha-usaha kolektif
dan individual mereka untuk melaksanakan misi kolektif, akan berhasil. Berbedea dengan
teori atribusi dari kepemimpinan kharismatik, identifikasi pribadi tidak ditekankan. Dalam
teori konsep diri sumber yang terpenting adalah indentifikasi sosial, internalisasi dan
kemampuan diri sendiri dan kolektif.
Apakah pemimpin karismatik memang terlahir dengan sifat-sifat istimewa? Atau, bisakah
orang belajar menjadi pemimpin karismatik? Ada yang berpendapat bahwa seseorang
dilahirkan dengan sifat-sifat yang membuat mereka karismatik. Robbins (2005) menjelaskan
bahwa penelitian menunjukkan bahwa sifat-sifat individu juga terkait dengan kepemimpinan
karismatik. Pemimpin yang karismatik cenderung bersifat terbuka, percaya diri, dan memiliki
tekad yang kuat untuk mencapai hasil. Walaupun ada yang berpendapat demikian, bahwa
kharisma merupakan sebuah anugerah namun ada juga yang beranggapan bahwa kharisma
yang adalah anugerah itu juga dapat dipelajari. Sebagian besar ahli percaya seseorang juga
bisa dilatih untuk menampilkan perilaku yang karismatik dan mendapat manfaat dari menjadi
seorang pemimpin yang karismatik. Robbins (2005) mengatakan bahwa seseorang bisa
belajar menjadi karismatik dengan mengikuti proses yang terdiri atas tiga tahap.
Pertama, seseorang perlu mengembangkan aura karisma dengan cara mempertahankan cara
pandang yang optimis; menggunakan kesabaran sebagai katalis untuk menghasilkan
antusiasme; dan berkomunikasi dengan keseluruhan tubuh, bukan cuma dengan kata-kata.
Kedua, seseorang menarik orang lain dengan cara menciptakan ikatan yang menginspirasi
orang lain tersebut untuk mengikutinya. Ketiga, seseorang menyebarkan potensi kepada para
pengikutnya dengan cara menyentuh emosi mereka.
Konsekuensi dari Kepemimpinan Kharismatik
Dari studi mengenai kepemimpinan historis mengungkapkan bahwa ada kharismatik yang
positif dan negatif. Sebuah pendekatan yang lebih baik untuk membedakan antara
kharismatik yang positif dan negatif adalah dalam hal nilai kepribadian mereka (House &
Howell, 1992; Howell, 1988; Musser, 1987, dalam Yukl, 2001). Tidak semua pemimpin yang
karismatik selalu bekerja demi kepentingan organisasinya. Banyak dari pemimpin ini
menggunakan kekuasaan mereka untuk membangun perusahaan sesuai dengan citra mereka
sendiri. Mereka sering kali mencampuradukkan batas-batas kepentingan pribadi dengan
kepentingan organisasi. Hal yang paling buruk, karisma yang egois ini membuat si pemimpin
menempatkan kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi di atas tujuan organsisai (Sashkin,
2003). Mereka tidak suka dikritik, dikelilingi oleh orang-orang yang senantiasa patuh dan
memiliki sifat “asal bapak senang” dan menciptakan iklim yang membuat orang takut
mempertanyakan atau menantang si “raja” atau “ratu” bila si pemimpin melakukan kesalahan
(Robbins, 2005).
Yukl (2001) menjelaskan bahwa kharismatik negatif memiliki orientasi kekuasaan secara
pribadi. Pada sisi ini, mereka (pemimpin kharismatik) lebih menekankan pengaruh pada
identifikasi diri ketimbang internaliasi. Dan secara sengaja beusaha untuk lebih menanmkan
kesetiaan kepada diri mereka sendiri daripada idealisme yang harus digapai. Pemimpin
kharismatik menggunakan daya tarik ideologis tapi hanya untuk memperoleh kekuasaan, di
mana setelahnya ideologi itu diubah secara sembarangan sesuai dengan sasaran pribadi sang
pemimpin. Sang pemimpin kharismatik berusah untuk mendominasi dan menaklukan
pengikut dengan membuat mereka tetap lemah dan bergantung pada pemimpin. Selain itu,
otoritas pengambilan keputusan berpusat pada sang pemimpin, minus penghargaan kepada
pengikut dan menggunakan hukuman untuk memanipulasi pengikut. Informasi dibatasi demi
memelihara pencitraan diri sekaligus pembenaran diri dari segala kesalahan dan membesar-
besarkan ancaman eksternal kepada organisasi. Perilaku negatif ini mencerminkan perhatian
yang lebih besar pada pemujaan diri dan memelihara kekuasaan daripada mengusahakan
kesejahteraan pengikut.
Berbeda dengan kharismatik yang negatif, kharismatik positif memiliki orientasi kekuasaan
sosial. Pemimpin kharismatik lebih menekankan internalisasi dari nilai-nilai daripada
identifikasi pribadi. Mereka berusaha untuk menanamkan kesetiaan kepada ideologi lebih
daripada kesetiaan kepada diri sendiri. Sedangkan otoritas didelegasikan hingga batas yang
cukup besar, informasi dibagikan secara terbuka, mendorong partisipasi dalam pengambilan
keputusan dan penghargaan digunakan untuk menguatkan perilaku yang konsisten dengan
misi dan sasaran dari organisasi. Hasilnya adalah kepemimpinan mereka akan
menguntungkan bagi pengikut walaupun konsekuensi yang mendukung tidak dapat dihindari
jika strategi yang didorong oleh pemimpin tidak tepat.
Di pihak lain, perilaku impulsive dan tidak konvensional yang yang yang menyebabkan
beberapa orang memandang seorang pemimpin yang kharismatik akan tersinggung dan
melawan orang lain yang memandang perilaku itu sebagai hal yang mengganggu dan tidak
tepat. Pendirian yang kuat dari pemimpin terhadap ideology yang tidak tradisional akan
mengasingkan orang yang tetap teguh pada cara-cara tradisional dalam melakukan berbagai
hal. Konsekuensi dari kharisma yang negatif dapat diringkaskan dalam tabel berikut:
Memang benar peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak
retak. Disamping berbagai kelebihan yang luar biasa yang dimiliki oleh
pemimpin yang bersifat karismatik, ternyata disertai juga berbagai kelemahan-
kelemahan dari tipe kepemimpinan ini. Diantaranya, para pemimpin karismatik
mudah mengambil keputusan yang berisiko serta memiliki khayalan bahwa apa
yang dilakukan pasti benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya. Oleh
karena adanya ketergantungan yang tinggi terhadap pemimpin tersebut sehingga
regenerasi untuk pemimpin yang berkompeten cenderung sulit.
Walaupun tipe pemimpin ini mampu menarik orang untuk datang kepada
mereka, namun setelah beberapa lama, orang-orang yang datang ini akan
kecewa karena ketidakkonsistenan yang pemimpin itu lakukan dan apa yang
diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si
pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf dan janji. Para pengikut
cenderung bersifat fanatisme. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur dan
dalam pengambilan keputusan, bawahan selalu didesak agar menerima
keputusan tersebut sebagai keputusan bersama.