Anda di halaman 1dari 11

Kepemimpinan Kharismatik

Teori kepemimpinan kharismatik pertama kali diusung oleh Max Weber. Kharismatik berasal
dari kata “kairismos”, dalam bahasa Yunani memiliki makna seseorang yang terberkati dan
terinspirasi secara agung; juga diartikan sebagai hadiah yang diberikan oleh para dewa
kepada seseorang. Artinya seseorang dikatakan karismatik apabila orang tersebut memiliki
berkat atau talenta yang banyak memikat para pengikutnya secara luar biasa. Max Weber,
mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti “anugerah”) sebagai
“suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan
biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau
paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang
biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal
ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin (Yukl, 2001; Sashkin, 2003).
Weber berpendapat bahwa kepemimpinan karismatik merupakan salah satu jenis otoritas
yang ideal.

Menurut Weber seorang pemimpin kharismatik muncul pada saat terjadi suatu krisis sosial, di
mana sang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi
untuk mengatasi krisis tersebut. Sang Pemimpin menarik pengikutnya yang percaya pada visi
yang diusungnya secara luar biasa sehingga para pengikutnya percaya bahwa orang yang
memimpin mereka adalah orang yang luar bisasa “yang memiliki sesuatu” yang berbeda dari
orang kebanyakan. Kepercayaan itu sungguh mendarahdaging sehingga apapun yang
dikatakan pemimpin tersebut dipandang sebagai suatu amanah yang harus dijalankan. Jadi
pemimpin karismatik adalah seorang pemimpin yang memiliki daya tarik personalitas yang
luar biasa yang mampu mengendalikan pikiran, kemauan, jiwa, dan raga dari para
pengikutnya. Kepemimpinan karismatik tidak mengandalkan otoritas dan eksternal power
tetapi menggunakan daya tarik personalitas. Karena tidak menggunakan power dan otoritas
maka pemimpin karismatik umumnya adalah pimpinan lembaga informal.

Robert House kemudian mengembangkan pemikiran Weber dengan menyusun teori-teori


ilmiah mengenai kepemimpinan karimatik ini pada tahun 1977. Menurut House, seorang
pemimpin kharismatik haruslah memilki kriteria sebagai seorang yang tinggi tingkat
kepercayaan dirinya, kuat keyakinan dan idealismenya serta mampu mempengaruhi orang
lain (Robbins, 1994). Selain itu dirinya haruslah mampu berkomunikasi secara persuasif dan
memotivasi para bawahannya. Teori kepemimpinan karismatik dari House menekankan
kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin
terhadap tujuan-tujuan dan rasa percaya diri para pengikut. Teori atribusi tentang karisma
(Conger dan Kanungo) lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses utama
mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori konsep diri sendiri
menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap
kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi.
Sementara itu, teori penularan sosial menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi
oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya
dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psikoanalitis tentang
karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari pemimpin berasal dari
identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.

Teori Atribusi dari Kepemimpinan Kharismatik

Selain Robert House, Conger dan Kanungo (dalam Yukl, 2001) pun mengusulkan teori
tentang kepemimpinan karismatik berdasarkan pada asumsi bahwa karisma merupakan
sebuah fenomena yang berhubungan (atribusional). Menurut teori ini, atribusi pengikut dari
kualitas karismatik bagi seorang pemimpin bersama-sama ditentukan oleh perilaku,
keterampilan pemimpinnya dan aspek situasi. Ada tiga asumsi yang digunakan dalam
menarik para pengikut pemimpin karismatik, yaitu: (1) daya tarik dan keanggunan
merupakan modal yang dibutuhkan untuk menarik pengikut, (2) rasa percaya diri adalah
kebutuhan dasar dari seorang pemimpin, dan (3) pengikut akan mengikuti orang-orang yang
mereka kagumi.

Menurut teori kepemimpinan kharismatik Conger dan Kanungo dalam Robbins (2005), para
pengikut terpicu pada kemampuan heroik sang pemimpin atau kemampuan yang luar biasa
ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu dari sang pemimpin. Dari hasil studi
yang dilakukan, Conger dan Kanugo (dalam Robbins, 2005) mengidentifikasikan
karakterteristik personal pemimpin kharismatik dalam empat hal penting. Antara lain: (1)
Pemimpin yang memiliki visi (2) Memiliki keinginan untuk mengambil risiko demi
pencapaian visi, (3) Memiliki kepekaan pada kendala-kendala lingkungan, (4) Memiliki
kepekaan pada kebutuhan-kebutuhan para pengikut, (5) Menunjukkan perilaku luar bisa.
Kelima karakteristik di atas dapat dijelaskan dalam hal di bawah ini:
Karakteristik-karakteristik Kunci dari Pemimpin yang Karismatik
1. visi dan artikulasi (Vision and articulation). Memiliki visi yang dinyatakan sebagai
tujuan ideal yang menganggap bahwa masa depan lebih baik daripada status quo; dan
mampu mengklarifikasi pentingnya misi yang bisa dipahami orang lain.
2. Resiko pribadi (Personal risk). Bersedia mengambil resiko pribadi yang tinggi,
mengeluarkan biaya besar, dan berkorban untuk mencapi visi tersebut.
3. Kepekaan pada Lingkungan (Environmental sensitivity). Pemimpin karismatik
mampu melakukan perhitungan realitis mengenai hambatan dari lingkungan dan
kebutuhan sumberdaya untuk mengupayakan terjadinya perubahan.
4. Sensitive dengan kebutuhan bawahan (Sensitivity to follower needs). Menerima
kemampuan orang lain dan bertanggungjawab atas kebutuhan dan perasaan mereka.
5. Perilaku yang tidak konvensional (Unconventional behavior). Memiliki perilaku yang
dianggap baru dan berlawanan dengan kebiasaan. Pemimpin karismatik menunjukkan
perilaku (konstruktif) diluar kebiasaan dan seringkali menentang norma (destruktif)
yang mengakar dalam masyarakat, tetapi untuk perubahan ke arah perbaikan,
misalnya reformasi.
Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Yukl (2001) tentang lima karakteristik pemimin
kharismatik ini. Pertama, kharisma akan lebih mungkin dihubungkan dengan dengan
pemimpin yang menyarankan sebuah visi yang bertentangan dengan status quo. Kedua,
kharisma akan lebih mungkin dihubungkan dengan pemimpin yang bertindak secara tidak
konvensional untuk menggapai visi. Dalam arti, pemimpin melakukan sesuatu yang
mengesankan bagi para pengikut yang mengungkapkan bahwa ia adalah pemimpin yang luar
biasa. Ciri yang ketiga adalah pemimpin akan lebih mungkin dipandang sebagai pemimpin
yang kharismatik bila mereka melakukan pengorbanan diri, mengambil risiko pribadi dan
medatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi. Pada titik ini, kepercayaan menjadi
komponen penting dari kharisma, dan pengikut lebih mempercayai pemimpin yang tidak
terlalu termotivasi dengan kepentingan pribadi. Ciri yang keempat adalah pemimpin yang
lebih percaya diri mengenai usulan mereka akan lebih mungkin dipandang sebagai
kharismatik daripada pemimpin yang kelihatan bimbang dan ragu. Ciri kelima adalah para
pengikut lebih menghubungkan kharisma dengan pemimpin yang menggunakan pembuatan
visi dan daya tarik persuasif daripada dengan pemimpin yang menggunakan otoritas.

Yukl (2001) menjelaskan bahwa teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada
identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses
sekunder. Proses pengaruh utama adalah identifikasi pribadi, yang pengaruhnya diperoleh
dari keinginan seorang pengikut untuk menyenangkan dan meniru pemimpinnya. Di mana
pmimpin kharismatik terlihat begitu luar biasa karena mereka memiliki wawasan strategis,
pendirian yang kuat, keyakinan diri, perilaku yang tidak konvensional dan energi yang
dinamis, bahwa bawahan mengidolakan pemimipin mereka dan ingin menjadi seperti mereka.
Pengaruh dari seorang pemimpin kharismatik juga disebabkan oleh internalisasi nilai dan
keyakinan baru oleh para pengikut. Conger (1989, dalam Yukl, 2001) menenkan bahwa
penting bagi pengikut untuk mengambil sikap dan keyakinan pemimpin tentang pekerjaan
daripada hanya meniru aspek buatan dari perilaku pemimpin seperti perangai, gerak tubuh,
dan pola bicara. Seorang pemimpin yang kharismatik menyatakan visi yang memberikan
inspirasi berfungsi sebagai sebuah sumber motivasi instrinsik untuk menjalankan misi
organisasi.

Robbins (2005) menyebutkan ada empat tahap dalam proses mempengaruhi yang dilakukan
oleh seorang pemimpin kharismatik. Tahap pertama adalah pernyataan visi sang pemimpin.
Visi (vision) adalah strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan.
Visi yang dikemukakan sang pemimpin kharismatik memberi nuansa kontinuitas bagi para
pengikut di mana ia berusaha menghubungkan keadaan saat ini dengan masa depan yang
lebih baik bagi organisasi. Pada tahap kedua, setelah visi dan misi ditetapkan sang pemimpin
kemudian mengkomunikasikan ekspektasi kinerja yang tinggi dengan keyakinan bahwa para
pengikutnya mampu mencapai visi yang diungkapkan. Efek dari keyakinan ini membuat para
pengikut semakin percaya diri.

Setelah sang pemimpin mengkomunikasikan ekspektasinya, pada tahap ketiga, pemimpin


kharismatik menyatakannya melalui kata-kata dan tindakan, seperangkat nilai yang baru, dan
melalui perilakunya, memberikan teladan untuk ditiru para pengikutnya. Sebuah visi harus
ada pernyataan visi-nya (vision statement), yaitu pernyataan formal visi atau misi organisasi
dalam tindakan. Pemimpin yang karismatik bisa menggunakan pernyataan visi untuk
menanamkan tujuan dan sasaran ke benak para pengikutnya. Pada akhirnya, pada tahap
keempat, pemimpin karismatik melibatkan dirinya secara emosional dan acap kali
berperilaku yang tidak biasa untuk menunjukkan keberanian dan pendiriannya atas visi yang
telah ditetapkan. Terjadilah penularan emosional dalam diri pemimpin yang karismatik yang
“ditangkap” oleh para pengikutnya.
Teori kepemimpinan karismatik juga dikembangkan oleh Samir, House dan Arthur
berdasarkan konsep diri. Teori tersebut dibangun atas teori kepemimpinan karismatik yang
sebelumnya sudah dikembangkan oleh House. Beberapa indikator tentang karisma masih
tetap sama, termasuk afeksi para pengikut terhadap pemimpin, keterlibatan emosional dalam
misi kelompok atau organisasi, keyakinan bahwa para pemimpin tersebut dapat member
kontribusi terhadap keberhasilan misi, serta komitmen terhadap tujuan-tujuan kinerja yang
tinggi. Namun demikian, dalam teori yang baru tersebut para pemimpin karismatik
menghidupkan sejumlah proses motivasional yang sebelumnya tidak dimasukkan ke dalam
teori tersebut oleh House.

Teori Konsep Diri dari Kepemimpinan Kharismatik


Shamir et.al (dalam Yukl, 2001) memperluas teori House dengan menggabungkan
perkembangan baru dalam pemikiran tentang motivasi manusia dan gambaran lebih rinci
tentang pengaruh pemimpin dan pengikut. Asumsi mereka mengenai motivasi manusia antara
lain: (1) perilaku adalah ekspresi dari perasaan seseorang, nilai dan konsep diri dan juga
berorientasi sasaran dan pragmatis; (2) konsep diri seseorang terdiri dari hierarki identitas dan
nilai sosial; (3) orang secara intrinsik termotivasi untuk memperkuat dan mempertahankan
kepercayaan diri dan nilai diri mereka, dan (4) orang secara intrinsik termotivasi untuk
memelihara konsistensi di antara berbagai komponen dari konsep diri mereka dan antara
konsep diri mereka dengan perilaku.

Teori konsep diri dari kepemimpinan kharismatik menjelaskan bahwa indikator kharisma
terlihat dari hubungan antara pemimpin dan pengikut. Seorang pemimpin kharismatik
memiliki pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada pengikut-pengikutnya. Para pengikut
selalu merasa bahwa apa yang diyakini oleh pemimpin itu benar adanya dan mereka akan
berusaha untuk mematuhinya, ada kasih sayang kepada pemimpin dan secara emosional
terlibat dalam misi kelompok atau oraganisasi serta memilki sasaran kinerja yang tinggi.

Ciri dan perilaku pemimpin juga menjadi penentu penting dari pemimpin kharismatik.
Menurut teori konsep diri, para pemimpin kharismatik lebih besar kemungkinannya untuk
memiliki kebutuhan yang kuat akan kekuasaan, keyakinan diri yang tinggi dan pendirian kuat
dalam keyakinan dan idealisme mereka sendiri. Beberapa ciri dan perilaku penting dari
pemimpin kharismatik dalam memperngaruhi sikap dan perilaku pengikut adalah (1)
menyampaikan visi yang menarik; (2) menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan
ekspresif saat menyampaikan visi; (3) mengambil risiko pribadi dan membuat pengorbanan
diri untuk mencapai visi; (4) menyampaikan harapan (ekspektasi) yang tinggi; (5)
memperlihatkan keyakinan akan pengikut; (6) pembuatan model peran dari perilaku yang
konsisten dengan visi; (7) mengelola kesan pengikut akan pemimpin; (8) membangun
identifikasi dengan kelompok atau organisasi dan (9) memberikan kewenangan kepada
pengikut.

Proses pengaruh yang mempengaruhi perilaku sosial dalam kepemimpinan karismatik teridiri
atas identifikasi pribadi, identifikasi sosial, internasiliasi dan kemampuan diri sendiri.
Pertama, identifikasi pribadi (personal identification), identifikasi pribadi merupakan sebuah
proses mempengaruhi yang dyadic yang terjadi pada beberapa orang pengikut namun tidak
pada yang lainnya. Proses ini akan paling banyak terjadi pada para pengikut yang mempunyai
rasa harga diri rendah, identitas diri rendah, dan kebutuhan yang tinggi untuk
menggantungkan diri kepada tokoh-tokoh yang berkuasa. Shamir dan kawan-kawan
mengakui bahwa identifikasi pribadi dapat terjadi pada beberapa orang pengikut dari para
pemimpin karismatik, namun mereka kurang menekankan pada penjelasan tersebut karena
masih ada proses-proses lainnya.

Kedua, identifikasi sosial (sosial identification). Identifikasi sosial merupakan sebuah proses
mempengaruhi yang menyangkut defenisi mengenai diri sendiri dalam hubungannya dengan
sebuah kelompok atau kolektivitas. Para pemimpin karismatik meningkatkan identifikasi
sosial dengan membuat hubungan antara konsep diri sendiri para pengikut individual dan
nilai-nilai yang dirasakan bersama serta identitas-identitas kelompok. Seorang pemimpin
karismatik dapat meningkatkan identifikasi sosial dengan memberi kepada kelompok sebuah
identitas yang unik, yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok-kelompok yang
lain.

Ketiga, internalisasi (internalization). Para pemimpin karismatik mempengaruhi para


pengikut untuk merangkul nilai-nilai baru, namun lebih umum bagi para pemimpin
karismatik untuk meningkatkan kepentingan nilai-nilai yang ada sekarang pada para pengikut
dan dengan menghubungkannya dengan sasaran-sasaran tugas. Para pemimpin karismatik
juga menekankan aspek-aspek simbolis dan ekspresif pekerjaan itu, yaitu membuat pekerjaan
tersebut menjadi lebih berarti, mulia, heroic, dan secara moral benar. Para pemimpin
karismatik tersebut juga tidak menekankan pada imbalan-imbalan ekstrinsik dalam rangka
mendorong para pengikut untuk memfokuskan diri kepada inbalan-imbalan intrinsik dan
meningkatkan komitmen mereka kepada sasaran-sasaran objektif.

Keempat, kemampuan diri sendiri (self-efficacy). Efikasi diri individu merupakan suatu
keyakinan bahwa individu tersebut mampu dan kompeten untuk mencpai sasaran tugas yang
sukar. Efikasi diri kolektif menunjuk kepada persepsi para anggota kelompok bahwa jika
mereka bersama-sama, mereka akan dapat menghasilkan hal-hal yang luar biasa. Para
pemimpin karismatik meningkatkan harapan dari para pengikut bahwa usaha-usaha kolektif
dan individual mereka untuk melaksanakan misi kolektif, akan berhasil. Berbedea dengan
teori atribusi dari kepemimpinan kharismatik, identifikasi pribadi tidak ditekankan. Dalam
teori konsep diri sumber yang terpenting adalah indentifikasi sosial, internalisasi dan
kemampuan diri sendiri dan kolektif.

Pemimpin karismatik: Dilahirkan atau Diciptakan

Apakah pemimpin karismatik memang terlahir dengan sifat-sifat istimewa? Atau, bisakah
orang belajar menjadi pemimpin karismatik? Ada yang berpendapat bahwa seseorang
dilahirkan dengan sifat-sifat yang membuat mereka karismatik. Robbins (2005) menjelaskan
bahwa penelitian menunjukkan bahwa sifat-sifat individu juga terkait dengan kepemimpinan
karismatik. Pemimpin yang karismatik cenderung bersifat terbuka, percaya diri, dan memiliki
tekad yang kuat untuk mencapai hasil. Walaupun ada yang berpendapat demikian, bahwa
kharisma merupakan sebuah anugerah namun ada juga yang beranggapan bahwa kharisma
yang adalah anugerah itu juga dapat dipelajari. Sebagian besar ahli percaya seseorang juga
bisa dilatih untuk menampilkan perilaku yang karismatik dan mendapat manfaat dari menjadi
seorang pemimpin yang karismatik. Robbins (2005) mengatakan bahwa seseorang bisa
belajar menjadi karismatik dengan mengikuti proses yang terdiri atas tiga tahap.

Pertama, seseorang perlu mengembangkan aura karisma dengan cara mempertahankan cara
pandang yang optimis; menggunakan kesabaran sebagai katalis untuk menghasilkan
antusiasme; dan berkomunikasi dengan keseluruhan tubuh, bukan cuma dengan kata-kata.
Kedua, seseorang menarik orang lain dengan cara menciptakan ikatan yang menginspirasi
orang lain tersebut untuk mengikutinya. Ketiga, seseorang menyebarkan potensi kepada para
pengikutnya dengan cara menyentuh emosi mereka.
Konsekuensi dari Kepemimpinan Kharismatik

Dari studi mengenai kepemimpinan historis mengungkapkan bahwa ada kharismatik yang
positif dan negatif. Sebuah pendekatan yang lebih baik untuk membedakan antara
kharismatik yang positif dan negatif adalah dalam hal nilai kepribadian mereka (House &
Howell, 1992; Howell, 1988; Musser, 1987, dalam Yukl, 2001). Tidak semua pemimpin yang
karismatik selalu bekerja demi kepentingan organisasinya. Banyak dari pemimpin ini
menggunakan kekuasaan mereka untuk membangun perusahaan sesuai dengan citra mereka
sendiri. Mereka sering kali mencampuradukkan batas-batas kepentingan pribadi dengan
kepentingan organisasi. Hal yang paling buruk, karisma yang egois ini membuat si pemimpin
menempatkan kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi di atas tujuan organsisai (Sashkin,
2003). Mereka tidak suka dikritik, dikelilingi oleh orang-orang yang senantiasa patuh dan
memiliki sifat “asal bapak senang” dan menciptakan iklim yang membuat orang takut
mempertanyakan atau menantang si “raja” atau “ratu” bila si pemimpin melakukan kesalahan
(Robbins, 2005).

Yukl (2001) menjelaskan bahwa kharismatik negatif memiliki orientasi kekuasaan secara
pribadi. Pada sisi ini, mereka (pemimpin kharismatik) lebih menekankan pengaruh pada
identifikasi diri ketimbang internaliasi. Dan secara sengaja beusaha untuk lebih menanmkan
kesetiaan kepada diri mereka sendiri daripada idealisme yang harus digapai. Pemimpin
kharismatik menggunakan daya tarik ideologis tapi hanya untuk memperoleh kekuasaan, di
mana setelahnya ideologi itu diubah secara sembarangan sesuai dengan sasaran pribadi sang
pemimpin. Sang pemimpin kharismatik berusah untuk mendominasi dan menaklukan
pengikut dengan membuat mereka tetap lemah dan bergantung pada pemimpin. Selain itu,
otoritas pengambilan keputusan berpusat pada sang pemimpin, minus penghargaan kepada
pengikut dan menggunakan hukuman untuk memanipulasi pengikut. Informasi dibatasi demi
memelihara pencitraan diri sekaligus pembenaran diri dari segala kesalahan dan membesar-
besarkan ancaman eksternal kepada organisasi. Perilaku negatif ini mencerminkan perhatian
yang lebih besar pada pemujaan diri dan memelihara kekuasaan daripada mengusahakan
kesejahteraan pengikut.
Berbeda dengan kharismatik yang negatif, kharismatik positif memiliki orientasi kekuasaan
sosial. Pemimpin kharismatik lebih menekankan internalisasi dari nilai-nilai daripada
identifikasi pribadi. Mereka berusaha untuk menanamkan kesetiaan kepada ideologi lebih
daripada kesetiaan kepada diri sendiri. Sedangkan otoritas didelegasikan hingga batas yang
cukup besar, informasi dibagikan secara terbuka, mendorong partisipasi dalam pengambilan
keputusan dan penghargaan digunakan untuk menguatkan perilaku yang konsisten dengan
misi dan sasaran dari organisasi. Hasilnya adalah kepemimpinan mereka akan
menguntungkan bagi pengikut walaupun konsekuensi yang mendukung tidak dapat dihindari
jika strategi yang didorong oleh pemimpin tidak tepat.

Sisi Gelap dari Kharisma


Optimisme dan keyakinan diri amat penting untuk mempengaruihi orang lain agar
mendukung visi dari pemimpin, tetapi optimisme yang berlebihan akan menyulitkan sang
pemimpin untuk mengenali kekurangan dalam visi itu. Pengalaman akan keberhasilan dan
pemujaan bawahan dapat mengakibatkan pemimpin percaya bahwa penilaiannya tidak bisa
salah. Dalam pencarian yang tekun untuk mencapai visi itu, seorang pemimpin kharismatik
dapat mengabaikan dan menolak bukti bahwa visinya tidak realistis dan mengarah pada
kegagalan. Dan para pemimpin yang percaya akan pemimpin itu akan terhalang untuk
menunjukkan kekurangan atau menyajikan perbaikan.

Di pihak lain, perilaku impulsive dan tidak konvensional yang yang yang menyebabkan
beberapa orang memandang seorang pemimpin yang kharismatik akan tersinggung dan
melawan orang lain yang memandang perilaku itu sebagai hal yang mengganggu dan tidak
tepat. Pendirian yang kuat dari pemimpin terhadap ideology yang tidak tradisional akan
mengasingkan orang yang tetap teguh pada cara-cara tradisional dalam melakukan berbagai
hal. Konsekuensi dari kharisma yang negatif dapat diringkaskan dalam tabel berikut:

Beberapa Konsekuensi Negatif dari Pemimpin Kharismatik

a) Keinginan akan penerimaan oleh pemimpin menghambat kecaman dari pengikut


b) Pemujaan oleh pengikut menciptkan khayalan akan tidak dapat berbuat kesalahan
c) Keyakinan dan optimisme yang berlebihan membutakan pemimpin dari bahaya nyata
d) Penolakan akan masalah dan kegagalan mengurangi pembelajaran organisasi
e) Proyek risiko yang terlalu besar akan besar kemungkinannya utnuk gagal
f) Mengambil pujian sepenuhnya atas keberhasilan akan mengasingkan beberapa pengikut yang
penting
g) Perilaku impulsif yang tidak tradisional menciptakan musuh dan juga orang-orang yang
percaya
h) Kebergantungan kepada pemimpin akan menghambat penerus yang kompeten
i) Kegagalan untuk mengembangkan penerus menciptakan krisis kepemimpinan pada akhirnya

Sumber, GaryYukl. 2001. Kepemimpinan dalam Organisasi. Terjemahan Budi Supriyanto.


2010. Jakarta: Indeks.

Sisi Terang dari Kharisma


Kharisma juga memiliki sisi yang terang. Oleh Yukl (2001) sisi terang dari kharisma atau
pengaruh dari kharisma posotif antara lain disebutkan bahwa para pengikut akan jauh lebih
baik bila bersama dengan pemimpin kharismatik yang positif ketimbang pemimpin
kharismatik yang negatif. Bersama pemimpin kharismatik positif, para pengikut memiliki
potensi mengalami pertumbuhan psikologis dan perkembangan kemampuan mereka dan
organisasi akan lebih dapat beradaptasi terhadap sebuah lingkungan yang dinamis,
bermusuhan dan kompetitif. Pemimpin yang kharismatik positif biasanya mampu
menciptakan ssebuah budaya yang “berorientasi keberhasilan” (Harrison, 1987 dalam Yukl,
2010), “sistem kinerja yang tinggi” (Vail, 1978 dalam Yukl, 2010). Di sini, dapat dikatakan
bahwa organisasi telah memahami misi yang mewujudkan nilai-nilai sosial dan bukan hanya
keuntungan atau pertumbuhan, para anggota dari semua tingkatan juga diberikan kewenangan
untuk membuat putusan penting bagaimana menerapkan strategis dan melakukan pekerjaan
mereka, komunikasinya terbuka dan informasi dibagikan, dan struktur dan sistem organisasi
mendukung misinya.

Kelebihan Tipe Kepemimpinan Karismatik

Berbagai kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatik diantaranya mereka


dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas, mampu membangkitkan
semangat bawahan untuk bekerja lebih giat serta mampu mendapatkan pengikut
dengan masa yang besar karena sifatnya yang berkarisma sehingga bisa
dipercaya, Para pemimpin yang bersifat karismatik menyadari kelebihannya
dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin serta
mampu menarik orang, mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang
membangkitkan semangat. Biasanya, para pemimpin yang karismatik sangat
disegani dan mempunyai wibawa yang tinggi, selalu mempunyai ide-ide atau
pemikiran-pemikiran yang baik dan tidak jarang bermusyawarah dengan
bawahannya

Kelemahan Tipe Kepemimpinan Karismatik

Memang benar peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak
retak. Disamping berbagai kelebihan yang luar biasa yang dimiliki oleh
pemimpin yang bersifat karismatik, ternyata disertai juga berbagai kelemahan-
kelemahan dari tipe kepemimpinan ini. Diantaranya, para pemimpin karismatik
mudah mengambil keputusan yang berisiko serta memiliki khayalan bahwa apa
yang dilakukan pasti benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya. Oleh
karena adanya ketergantungan yang tinggi terhadap pemimpin tersebut sehingga
regenerasi untuk pemimpin yang berkompeten cenderung sulit.

Walaupun tipe pemimpin ini mampu menarik orang untuk datang kepada
mereka, namun setelah beberapa lama, orang-orang yang datang ini akan
kecewa karena ketidakkonsistenan yang pemimpin itu lakukan dan apa yang
diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si
pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf dan janji. Para pengikut
cenderung bersifat fanatisme. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur dan
dalam pengambilan keputusan, bawahan selalu didesak agar menerima
keputusan tersebut sebagai keputusan bersama.

Anda mungkin juga menyukai