Anda di halaman 1dari 12

THE GULF COOPERATION COUNCIL (GCC)

Disusun oleh :Kelompok 5

1. Aura Agustine (07041181722040)


2. Dinar Wahyuni (07041281722156)
3. Eci Eliza (07041181722050)
4. Ica Kurnia Sari (07041281722102)
5. Maria Milenia C. (07041281722123)
6. Restu Riani (07041381722227)
7. Rossi Hasmelia (07041281722154)
8. Soraya Akiko A. P. (07041281722122)

Mata Kuliah : Regionalisme dalam Ekonomi Politik Asia Pasifik

Dosen Pengampu : Nurul Aulia

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS


ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

The Gulf Cooperation Council (GCC) merupakan aliansi politik dan ekonomi enam negara di
Jazirah Arab yang beranggotakan: Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. GCC
didirikan di Riyadh , Arab Saudi, pada Mei 1981. GCC mempromosikan kerjasama ekonomi, keamanan,
budaya dan sosial antara enam negara anggota. GCC pun mengadakan pertemuan puncak setiap tahun untuk
membahas kerja sama dan urusan regional.

Karena kedekatan geografis, sistem politik dan sosial kultural yang serupa, tujuan langsung
didirikan aliansi ini adalah adalah agar negara-negara anggota dapat melindungi diri secara bersama dari
ancaman keamanan setelah Perang Iran-Irak.

Secara bersama-sama, negara-negara GCC memiliki hampir setengah dari cadangan minyak dunia.
Namun, penipisan cadangan minyak dan gas yang cepat dan kenaikan populasi di banyak negara GCC
dalam dekade terakhir telah menghasilkan upaya untuk memperluas sektor energi ke bidang lain, seperti
pariwisata, konstruksi dan keuangan.

Sistem politik dan ekonomi di 6 anggota GCC hampir sama dan mempunyai kepentingan bersama
di bidang politik, ekonomi, diplomatik dan militer. GCC berasas tujuan sebagai berikut: meningkatkan
koordinasi, kerja sama dan pengintegrasian di berbagai bidang, mengintensifkan hubungan, pertukaran dan
kerja sama antar berbagai anggota, mendorong industri, pertanian, ilmu pengetahuan, membentuk pusat
penelitian ilmiah, membangun projek bersama serta mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan antar
perusahaan swasta.

GCC terdiri dari dewan pengurus tertinggi, dewan pengurus menteri dan sekretariat. Dewan
pengurus tertinggi sebagai badan kekuasaan tertinggi GCC terdiri dari kepala negara, ketuanya dipangku
secara bergilir oleh kepala negara anggota dengan masa bakit selama satu tahun. Dewan pengurus menteri
terdiri dari menteri luar negeri. Sekretariat dipimpin oleh satu sekjen dan tiga pembantu sekjen yang
masing-masing membidangi urusan politik, ekonomi, keuangan serta militer. Sekjennya diangkat oleh
dewan pengurus tertinggi dengan masa bakit selama tiga tahun. Sekjen sekarang adalah Abdurrahman al-
Attiyah. (Profil GCC, 2009)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi GCC, bagaimana sejarahnya, serta apa tujuan dan fungsi dibentuknya GCC?
2. Bagaimana peran GCC dalam menyelesaikan sengketa berskala regional?

2.2 Tujuan
1. Memahami GCC, baik itu pengertian, sejarah pembentukan, serta tujuan dibentuknya GCC,
2. Dapat menganalisa studi kasus yang berkaitan dengan GCC

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian GCC

The Gulf Cooperation Council (GCC) atau Dewan Kerjasama Teluk adalah organisasi enam negara
pengekspor minyak. Pada 1981, para anggota membentuk dewan untuk mendorong kerja sama ekonomi,
ilmiah, dan bisnis. Markas besar GCC adalah di Riyadh, ibukota Arab Saudi, anggota terbesarnya.

Negara-negara Timur Tengah ini memiliki kepercayaan yang sama dengan Islam dan budaya Arab.
Mereka juga memiliki kepentingan ekonomi yang berbeda dari keanggotaan OPEC mereka.

Negara-negara ini berupaya mendiversifikasi ekonomi mereka yang tumbuh jauh dari minyak.
Dengan basis per kapita, mereka adalah salah satu negara terkaya di dunia. Bersama-sama, mereka
memasok sepertiga minyak AS dan memiliki setidaknya $ 273 miliar utang AS.

Negara Anggota GCC

GCC memiliki 6 negara anggota, yakni:

1) Kerajaan Bahrain - 1,4 juta penduduknya menikmati PDB per kapita sebesar $ 51.800.
Ekonominya tumbuh 2,5% pada 2017. Ini memiliki cadangan minyak terbukti 124,5 juta barel.
2) Kuwait - 2,9 juta penduduknya menikmati standar hidup ke-11 tertinggi di dunia. PDB per kapita
adalah $ 69.700. Negara ini memiliki 6% cadangan minyak dunia. Itu 101,5 juta barel.
3) Kesultanan Oman - Cadangan minyaknya hanya 5,4 juta barel. Ini bergeser ke pariwisata untuk
meningkatkan gaya hidup 3,4 juta penduduknya. PDB per kapita adalah $ 45.500.
4) Qatar - Negara terkaya kedua di dunia, dengan PDB per kapita $ 124.900 untuk masing-masing
2,3 juta penduduknya. Ia memiliki 25,2 miliar barel cadangan minyak terbukti dan 13% dari
cadangan gas alam dunia.
5) Kerajaan Arab Saudi - Negara-negara GCC terbesar dengan 28,5 juta orang. Ia memiliki 16%
cadangan minyak terbukti di dunia. Itu 266,5 juta barel. PDB per kapita adalah $ 55.300.
6) Uni Emirat Arab - 6 juta penduduknya menikmati PDB per kapita sebesar $ 68,00. Itu berkat
ekonomi yang beragam yang meliputi Dubai dan bangunan tertinggi di dunia, Burj Dubai Khalifa.
Dubai adalah yang terbesar kedua dari tujuh negara-kota di UEA. Abu Dhabi adalah yang terbesar.
UEA memiliki 97,8 juta barel cadangan minyak terbukti.

2.2 Sejarah dan Tujuan GCC

Sejarah pembentukan GCC sebagai langkah kekhawatiran Negara-negara dewan Teluk terhadap
ancaman Iran dikawasan Teluk Persia. Ancaman Iran ialah kekhawatiran meluasnya pengaruh revolusi Iran
dan kemungkinan kemenangan Iran dalam Perang Teluk I (Perang IranIrak, 1980-1988). Iran memang
memandang GCC sebagai sarana untuk menutupi ekspansi pengaruh Arab Saudi. Iran memandang GCC
sebagai sebuah instrumen bagi kebijakan Amerika Serikat di kawasan Teluk, sebagaimana dulu Negara-
negara Arab radikal memandang Iran di bawah Shah. Iran menegaskan tidak akan memusuhi GCC
sepanjang organisasi itu tidak lebih dari sekedar organisasi untuk mempertahankan diri serta tidak
memesuhi Iran. Dalam kenyataannya para anggota GCC memiliki kebebasan dalam menjalin hubungan
dengan Iran. GCC bertujuan untuk mempromosikan koodinasi, hubungan aspek kerjasama di semua bidang
untuk mencapai kesatuanmenyatukan kebijakankebijakan sektor ekonomi, pertahanan dan luar negeri di
kalangan anggotanya guna mewujudkan stabilitas kawasan Teluk.

GCC didirikan pada 25 Mei 1981 di Riyadh. GCC didirikan pada pandangan hubungan khusus di
antara Negara anggota, sistem politik yang sama, berdasarkan keyakinan Islam, takdir bersama dan tujuan
bersama. GCC adalah pasar umum daerah dengan dewan perencanaan pertahanan. Kedekatan geografis
negara-negara Teluk. Kebijakan ekonomi perdagangan bebas adalah faktor yang mendorong mereka untuk
mendirikan GCC. Berdasarkan keyakinan tentang sifat terhubung keamanan agresi terhadap salah satu dari
mereka dianggap agresi terhadap semua negara anggota, kerja sama di bidang militer telah menerima
perhatian negara-negara GCC. Keyakinan tersebut berasal dari fakta geopolitik dan iman dalam satu takdir.
Tantangan keamanan di lingkungan daerah yang tidak stabil, seperti daerah Teluk, membebankan pada
GCC Amerika koordinasi kebijakan dan mobilisasi. (Sijekto, 2016)

Tujuan GCC adalah untuk mencapai persatuan di antara para anggotanya berdasarkan tujuan
bersama mereka dan identitas politik dan budaya mereka yang serupa, yang berakar pada budaya Arab dan
Islam. Presidensi dewan berotasi setiap tahun. (Apa Itu GCC, 2017)

2.3 Kerja Sama GCC dengan Negara Lain


Pada tahun 1996, sebuah undang-undang yang bertujuan menarik investasi dan teknologi asing
disusun oleh enam negara bagian GCC. "Undang-undang baru ini dimaksudkan untuk memikat investasi
asing, mempersempit kesenjangan antara insentif, fasilitas, dan pengecualian yang ditawarkan kepada
investor asing, mencapai distribusi yang adil dari investasi ini untuk memastikan integrasi ekonomi di
antara negara-negara anggota". 299 Pada tahun 1999, perdagangan GCC dengan dunia luar berjumlah $ 214
miliar, dan investasi warga negara GCC di luar negeri diperkirakan $ 350-400 miliar. terutama di AS dan
Eropa.
Aliran perdagangan GCC masih relatif kecil meskipun pertumbuhan yang kuat dalam beberapa
tahun terakhir. Nilai nominal rata-rata perdagangan intraregional meningkat sekitar 30 persen per tahun
selama periode 2004-2008, dibandingkan dengan 6 persen selama periode 2000-2003. Namun, pangsa
perdagangan intraregional dalam perdagangan non-minyak tetap relatif tidak berubah kurang dari 10
persen, dengan UEA memimpin sebagai sumber perdagangan regional. Angka ini sebanding dengan blok
perdagangan lainnya seperti ASEAN (23 persen), NAFTA (41 persen), dan EU-15 (57 persen) 7 ,
mencerminkan integrasi yang lemah di antara negara-negara anggota GCC dan yang relatif liberal rezim
perdagangan yang secara historis menjadi ciri ekonomi GCC.

Beberapa hambatan nontarif yang tersisa termasuk kebijakan preferensial dan praktik yang terkait
dengan persyaratan pengadaan publik dan subsidi untuk manufaktur industri, serta kontrol perbatasan
pabean yang berkelanjutan. Perdagangan intraregional di antara negara-negara GCC dapat mengambil
manfaat dari peningkatan lebih lanjut di regional dan jaringan kereta api regional, di antara kegiatan lainnya,
akan mendukung fasilitasi perdagangan. Untuk mencapai kesepakatan tentang penghapusan kontrol
perbatasan, bersama dengan infrastruktur dan kontrol perbatasan yang dikurangi . Pembentukan koridor
perdagangan khusus untuk meratifikasi mekanisme pembagian pendapatan tarif di antara negara-negara
anggota, GCC akan membutuhkan peningkatan saling melengkapi yang mendalam, dalam kontribusi untuk
fasilitasi perdagangan lebih lanjut. Penghapusan lebih lanjut dari hambatan perdagangan dan perluasan
selanjutnya pasar akan membantu menarik investasi dan mendorong pertumbuhan di sektor yang dapat
diperdagangkan, Sampai saat ini, sebagian besar negara anggota terlibat dalam negosiasi perdagangan
eksternal secara sepihak melalui, misalnya, Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dan Perjanjian Kerangka
Kerja Perdagangan dan Investasi (TIFA). Pada tahun 2005, setelah penandatanganan perjanjian
perdagangan bebas antara Amerika Serikat dan Bahrain, negara-negara anggota GCC setuju untuk
mengoordinasikan semua negosiasi perdagangan eksternal di masa depan melalui Sekretariat. GCC saat ini
terlibat dalam negosiasi perdagangan bebas dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Selandia Baru,
India, Korea, dan Jepang, serta Asia Tenggara.
Berikut beberapa negara yang menjalin kerja sama dengan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).

1. Cina/ Republik Rakyat Tiongkok

China dan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) sedang dalam proses transformasi
ekonomi. Mengutip pernyataan Hao (2018), dalam strategi Cina, ini dilakukan untuk menekankan
pertumbuhan yang didorong oleh tingkat konsumsi dan pelayanan. Sementara itu, negara-negara GCC
menghadapi penyesuaian struktural karena mereka beralih dari ekonomi berbasis minyak. Selain mencari
pendorong pertumbuhan non-minyak di dalam negeri, negara-negara GCC juga mencari mitra dagang baru
dan investasi yang beragam untuk membangun penyangga terhadap guncangan geopolitik dan finansial di
dalam kawasan. Dengan ekonomi Cina yang kuat dan stabil dan pasar domestik skala besar, negara-negara
GCC menemukan peluang yang menjanjikan dalam memperkuat ikatan ekonomi (Hao, 2018).

Dalam analisa Hao, Cina adalah mitra dagang nomor satu GCC. Pada 2016, volume perdagangan
antara China dan negara-negara GCC mencapai $ 117,5 miliar, meningkat $ 39,3 miliar selama dekade
sebelumnya. Impor utama Cina dari wilayah tersebut terdiri dari sumber daya energi sebesar 30% berupa
impor minyak yang berasal dari Arab Saudi, Oman, Kuwait, dan Uni Emirat Arab. Tetapi impor barang-
barang manufaktur, mesin, peralatan transportasi, dan produk-produk teknologi tinggi telah meningkat
juga. Ekspor non-energi Arab Saudi ke Cina meningkat dari 18% menjadi 28 % dalam satu dekade dan
ekspor non-energi UEA meningkat dari 10% menjadi 33%. Lebih penting lagi, menurut Hao perubahan
semacam itu merupakan sinyal untuk lebih meningkatkan pola perdagangan yang berbeda antara kedua
belah pihak. Selain itu, barang-barang manufaktur dengan teknologi tinggi meningkat lebih cepat daripada
barang berteknologi rendah dan menengah di antara kedua belah pihak. Ini menunjukkan bahwa negara-
negara GCC meningkatkan posisi mereka dalam rantai nilai global karena perdagangan dengan China mulai
mencakup barang-barang yang lebih canggih. Cina sudah menjadi investor terbesar di Timur Tengah
dengan investasi senilai $ 29,5 miliar pada 2016, melampaui Amerika Serikat dengan memegang hampir
sepertiga dari investasi asing langsung.

Dalam hal arus masuk keuangan ke ekonomi Tiongkok, Tiongkok berupaya mempertahankan pasar
keuangan domestik yang likuid, dalam, dan luas. Pasar obligasi China adalah yang terbesar ketiga di dunia.
Pendekatan pengaturan Tiongkok menjadi lebih berdasarkan aturan daripada diarahkan oleh pemerintah.
Arus modal sebagian besar dikelola melalui kuota yang diberikan kepada Investor Institusional Asing yang
Memenuhi Kualifikasi. UAE dan Qatar telah memperoleh masing-masing 4,1 dan 2,5 persen dari kuota
yang diberikan secara keseluruhan. Selain itu, ada juga saluran lain untuk modal asing untuk mengakses
pasar keuangan domestik, seperti melalui Shanghai-HK, Shenzhen-HK Stock Connect, dan Mainland
China-HK Bond Connect. Pada bulan November 2017, Cina membuka sektor keuangannya dan
memungkinkan bank asing, perusahaan sekuritas, manajer dana, dan perusahaan asuransi jiwa memperoleh
kepemilikan di dalam negeri.

Strategi China menginternasionalkan mata uangnya, renminbi (juga dikenal sebagai yuan),
memberikan peluang tambahan untuk memperkuat ikatan keuangan. Untuk itu, renminbi akan digunakan
dalam perdagangan dan investasi. Khususnya, untuk negara-negara GCC, satu bidang utama adalah
menggunakan renminbi dalam perdagangan produk energi dan komoditas, di mana dolar AS telah
mendominasi selama beberapa dekade. Pada tanggal 26 Maret, Cina meluncurkan kontrak berjangka
mengenai minyak mentah dengan mata uang renminbi, yang dapat dikonversi menjadi emas di Shanghai
dan Hong Kong. Selain itu, kerja sama mata uang adalah area baru untuk dijelajahi antara China dan negara-
negara Teluk. Cina terus mencari untuk membangun lebih banyak pasar renminbi di lepas pantai negara-
negara anggota GCC. Doha dan Dubai telah menjadi dua pusat renminbi di negara-negara GCC, dengan
Bank Industri dan Komersial Cina di Doha dan Bank Pertanian Cina di Dubai - keduanya ditunjuk sebagai
bank kliring China. Ini adalah waktu yang tepat bagi sektor keuangan GCC untuk mencari lebih banyak
peluang bisnis karena mereka berusaha memperkuat kapasitas pusat keuangan internasional mereka
sendiri. . Kerja sama yang lebih dekat antara bank sentral di Cina dan negara-negara GCC dapat saling
menguntungkan, kemungkinan meminimalkan nilai tukar dan mengurangi risiko keuangan lainnya (Hao,
2018).

2. India

Menurut The Ministry of External Affairs (MEA), Dewan Kerjasama Teluk (GCC) memiliki
kepentingan yang intim dengan India dalam hal ekonomi dan keamanan di daerah Teluk dimana
berdasarkan letak geografis, kawasan Timur Tengah dan India hanya dipisahkan oleh Laut Arab. GCC telah
muncul sebagai mitra dagang utama bagi India yang memiliki potensi besar sebagai mitra investasi India
untuk masa depan. Cadangan minyak dan gas yang substansial dari GCC sangat penting untuk kebutuhan
energi India. Negara-negara GCC secara kolektif menjadi tuan rumah untuk komunitas ekspatriat India
yang besar. Singkatnya, GCC menawarkan potensi luar biasa untuk kerjasama dalam perdagangan,
investasi, energi, tenaga kerja, dan lainnya.

India telah berhubungan lama dengan negara-negara GCC, ditambah dengan meningkatnya impor
minyak dan gas, peluang perdagangan dan investasi yang berkembang, dan kehadiran sekitar 6 juta tenaga
kerja yang berasal dari India di kawasan itu, sangat menarik bagi India. Hubungan ekonomi India dengan
GCC terus meningkat terutama karena pertumbuhan impor minyak. Selama 2011-12, ekspor India ke GCC
sebesar USD 45,36 miliar. Perdagangan bilateral selama periode tersebut adalah USD 145,72 miliar, naik
sebesar 24,13% dari tahun sebelumnya, dan tumbuh dengan kecepatan yang stabil.

Dari sudut pandang strategis, India dan GCC bekerja sama untuk stabilitas politik dan keamanan
di wilayah tersebut. Masalah-masalah politik dan keamanan bersama India dan GCC diupayakan ke arah
perdamaian keamanan dan stabilitas di wilayah Teluk dan Asia Selatan. Persepsi keamanan umum yang
muncul menciptakan peluang lebih lanjut untuk kerjasama GCC-India di masa depan dengan berbagi &
pengembangan sumber daya manusia untuk keamanan.

Konferensi Industri GCC-India pertama diadakan di Mumbai pada bulan Februari 2004. Konferensi
Industri GCC-India ke-4 dijadwalkan akan diadakan segera, tanggal untuk yang sedang dikerjakan oleh
Sekretariat GCC. India dan GCC menandatangani Kerangka Perjanjian untuk meningkatkan dan
mengembangkan kerjasama ekonomi antara kedua belah pihak di New Delhi pada Agustus 2004. Dua
putaran pembicaraan untuk menyelesaikan aspek-aspek seperti aturan tarif, aturan asal, dan lainnya (MEA,
2012).

3. Uni Eropa

Pada pertengahan 2009, GCC menandatangani perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan
Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (Islandia, Liechenstein, Norwegia, dan Swiss). UE dan GCC
menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi pada tahun 1988, dimana negosiasi formal tentang FTA
dimulai pada 1990 dan berlanjut hingga pertengahan 2010. Menurut World Bank (2010), dikutip dari
bukunya berjudul “Economic Integration in the GCC”, upaya GCC untuk berintegrasi dengan UE
sebetulnya sangat lambat. Tonggak utama pertama dari keterlibatan EU-GCC datang di bawah Perjanjian
Kerjasama 1989, yang menetapkan panggung untuk kerjasama di berbagai bidang dan negosiasi pada
perjanjian perdagangan bebas, yang terus direalisasi. Pada 2003/2004, UE menyatakan niatnya untuk
menghubungkan kerja sama UE-GCC dengan dialog Uni Eropa yang lebih luas, tetapi belum terlaksana
dengan baik.

Kemajuan yang lambat pada perjanjian perdagangan bebas UE-GCC disebabkan oleh
ketidaksepakatan atas reformasi politik dan beberapa kebijakan industri dan sektoral di Teluk . Reformasi
politik yang dipermasalahkan meliputi hak asasi manusia, tenaga kerja asing, dan kapal mitra masyarakat
sipil. Kekhawatiran atas pusat kebijakan industri dan sektor pada penyediaan produk gas atau kilang
domestik yang murah untuk industri pet-rochemical. Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan telah dibuat
dalam menyelesaikan masalah kontroversial seperti aturan asal, subsidi harga gas dalam GCC, dan akses
untuk petrokimia dan ekspor aluminium GCC ke UE. 20 Negosiasi saat ini difokuskan pada pembatasan
akses di sejumlah sektor jasa di beberapa negara — terutama perbankan, telekomunikasi, dan pelabuhan,
dan pada kebijakan pengadaan pemerintah (The World Bank, hal.8-11).

4. ASEAN

Dalam website resmi ASEAN, dijelaskan bahwa pertemuan secara formal pertama antara ASEAN
dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) terjadi pada tahun 1990 ketika Menteri Luar Negeri Oman, yang saat
itu menjabat sebagai Ketua Dewan Menteri GCC, menyatakan keinginan GCC untuk membentuk formal
hubungan dengan ASEAN. Pada tahun 2000, ASEAN membentuk Komite Riyadh ASEAN (ARC) untuk
membantu mengembangkan hubungan ASEAN-GCC. ARC terdiri dari perwakilan- perwakilan ASEAN di
ibukota Arab Saudi. Kerja sama terjadi dalam dengan melakukan pertukaran informasi,
kunjungan,berkolaborasi dalam isu-isu yang menjadi kepentingan bersama di PBB dan organisasi
internasional lainnya, kemudian bekerja sama di bidang promosi perdagangan dan investasi, bidang
kesehatan, pariwisata, makanan halal, kejahatan transnasional dan terorisme, pembangunan komunitas,
dialog antaragama dan antar-peradaban, keamanan energi, pariwisata, serta perubahan iklim .

Dalam website tersebut juga menjelaskan, untuk menjaga hubungan tetap erat antara kedua
organisasi regional, para Menteri sepakat untuk mengatur pertemuan mereka secara tahunan, yang diadakan
secara bergantian di negara anggota ASEAN dan GCC. Mereka juga setuju untuk mengadakan Pertemuan
berikutnya pada tahun 2011 di Uni Emirat Arab. Sampai hari ini, Kerajaan Arab Saudi dan Negara Qatar
telah mengirimkan masing-masing Duta Besarnya untuk ASEAN, sementara penunjukan Duta Besar
Negara Kuwait dan Uni Emirat Arab sedang menunggu persetujuan dari Menteri Luar Negeri ASEAN.
(Overview of Relations between ASEAN and GCC).

2.4 Studi Kasus: Peran GCC dalam Hubungan Diplomatik Qatar dan Seluruh Negara Uni
Emirat Arab

Pada Juni 2014, negara-negara anggota GCC memboikot Qatar, karena Qatar dituding mendukung
terorisme. Akibat dari penudingan ini, banyak negara jazirah Arab yang mengisolasikan Qatar. Sehingga
pada tahun 2018, Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz telah mengundang Emir Qatar Sheikh Tamim
bin Hamad al-Thani untuk menghadiri pertemuan, tapi sang Emir memutuskan untuk menjauh dari KTT
tahunan itu. Qatar akhirnya mengirimkan delegasi yang dikepalai oleh Menteri Luar Negeri, Sultan bin
Saad Al Muraikhi untuk mewakili negara itu di KTT GCC. Melihat hal itu, Arab Saudi dan beberapa negara
lain merasa dihina, karena utusan dari Qatar dianggap terlalu muda untuk menyelesaikan sengketa dan isu
yang tidak sedap didengar itu. Hal tersebut menambah konflik terbaru lagi antara Qatar dan Arab Saudi dan
negara lainnya. Sedangkan dari pihak Qatar merasa hal itu bukan masalah besar, terbukti direktur informasi
kementerian luar negeri Qatar, Ahmed bin Saeed Al Rumaihi mengatakan bahwa Qatar dapat membuat
keputusannya sendiri dan telah menghadiri KTT tahun lalu di Kuwait sementara para pemimpin yang
memblokade Qatar tidak hadir.

Kuartet negara-negara Arab, terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, serta
anggota non-GCC Mesir, memberlakukan blokade darat, laut dan udara di Doha pada Juni 2017. Blok
pimpinan Saudi menuduh Doha bersekongkol dengan "terorisme" dan berkontribusi terhadap
ketidakstabilan di kawasan itu, tuduhan yang secara tegas ditolak oleh Qatar. Pada KTT GCC tahun lalu,
yang diadakan di Kuwait, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain mengirim menteri atau wakil perdana
menteri, bukan kepala negara. Kuwait, yang telah menengahi antara Qatar dan blok itu, mengatakan bulan
lalu semua enam negara anggota GCC diperkirakan akan menghadiri KTT Riyadh. Saya optimis bahwa
tingkat representasi diharapkan menjadi tinggi dan mencerminkan keelokan para pemimpin GCC untuk
mempertahankan pengalaman perintis ini," kata Kuwaiti Deputi Menteri Luar Negeri Khaled Al-Jarallah
sebagaimana dikutip pada saat itu. Amerika Serikat, sekutu GCC, juga telah mencoba menengahi sengketa
Teluk, yang dilihatnya sebagai risiko dalam upayanya untuk mengendalikan kekuatan regional Iran. Qatar
adalah rumah bagi pangkalan udara AS terbesar di Timur Tengah.

Namun Arab Saudi dan UAE telah berulang kali mengatakan menyelesaikan perselisihan bukanlah
prioritas utama bagi mereka. Menurut Qatar sendiri, Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar , Mohammed Bin
Abdulrahman Bin Jassim Al Thani menegaskan dalam pernyataan-nya pada Minggu tanggal 16 desember
2018, Doha tetap terus mempertahankan status keanggotaan dalam GCC, yaitu 6 negara: Bahrain, Kuwait,
Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

BAB III

KESIMPULAN

Setelah kita memahami pembahasan mengenai Dewan Kerja Sama dengan Negara-Negara Arab
Teluk (GCC), kita dapat menarik kesimpulan bahwa GCC merupakan salah satu organisasi regional di
kawasan Timur Tengah yang mempunyai kepentingan bersama di bidang politik, ekonomi, diplomatik dan
militer. Organisasi ini didirikan pada tanggal 25 Mei 1981 di Riyadh. GCC berasas tujuan sebagai upaya
kerja sama dan pengintegrasian di berbagai bidang, mengintensifkan hubungan, pertukaran dan kerja sama
antar berbagai anggota, mendorong industri, pertanian, ilmu pengetahuan, membentuk pusat penelitian
ilmiah, membangun projek bersama serta mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan antar
perusahaan swasta.

Pada Juni 2014 negara-negara yang termasuk dalam anggota GCC memboikat Qatar, karena Qatar
dituding mendukung terorisme. Dikarenakan penudingan ini, banyak negara jazirah Arab yang
mengisolasikan Qatar. Qatar mengirimkan delegasi yang dikepalai oleh Menteri Luar Negeri Sultan bin
Saad Al Muraikhi untuk mewakili negara itu di KTT GCC. Melihat hal itu, Arab Saudi dan beberapa negara
lain merasa dihina, karena utusan dari Qatar dianggap terlalu muda untuk menyelesaikan sengketa dan isu
yang tidak sedap didengar itu. Sehingga hal itu menambah konflik terbaru lagi antara Qatar dan Arab Saudi
dan negara lainnya. Kuwait, yang telah menengahi antara Qatar dan negara GCC itu, mengatakan bulan
lalu semua enam negara anggota GCC diperkirakan akan menghadiri KTT Riyadh untuk mencoba
menengahi sengketa Teluk. Menurut Qatar sendiri, Doha tetap terus mempertahankan status keanggotaan
dalam GCC.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani. (2018). Ketegangan Politik, Berakhir pada Runtuhnya Ekonomi Arab. Infobanknews.com.
Diakses pada 9 Sepetember 2019 dari http://infobanknews.com/ketegangan-politik-berakhir-pada-
runtuhnya-ekonomi-arab/

ASEAN. (2012). Overview of Relations between ASEAN and GCC. Diakses pada 10 September 2019 dari
https://asean.org/?static_post=overview-of-relations-between-asean-and-gcc

Deli, Hermanto. (2017). Apa itu GCC. Moslemtoday. Diakses pada 9 September 2019 dari
http://www.moslemtoday.com/apa-itu-gcc/

Editor. Gulf Cooperation Council. Britannica.com. Diakses pada 10 september 2019 dari
https://www.britannica.com/topic/Gulf-Cooperation-Council

Editor. (2009). Profil GCC. CRI Online. Diakses pada 10 September 2019 dari
http://indonesian.cri.cn/1/2009/02/09/1s92634.htm

Editor. (2018). Qatar Menegaskan Akan Mempertahankan Status Anggota GCC. Vovworld.vn. Diakses
pada 10 September 2019 dari http://m.vovworld.vn

Editor. (2018). KTT GCC Teluk Berakhir Tanpa Cara Akhiri Krisis Qatar. Matamata Politik. Diakses pada
10 September 2019 dari www.matamatapolitik.com
Editor. (2018). Perpecahan Negara Teluk Melebar Saat Qatar Dituduh ‘Hina’ KTT GCC. Matamata Politik.
Diakses pada 10 September 2019 dari www.matamatapolitik.com

Hao, Haihong. (2018). Beyond Energy: The Future of China-GCC Economic Ties. Diakses pada 10
September 2019 dari https://agsiw.org/beyond-energy-the-future-of-china-gcc-economic-ties/

Sijekto. (2016). Motivasi Negara Dewan Teluk (Arab Saudi, UEA dan Bahrain) Menarik Duta Besarnya di
Qatar pada Tahun 2014. JOM FISIP, 3(1). Diakses pada 9 September 2019 dari
https://media.neliti.com/media/publications/32929-ID-motivasi-negara-dewan-teluk-arab-saudi-
uea-dan-bahrain-menarik-duta-besarnya-di.pdf

The Ministry of External Affairs. (2012). Gulf ooperation Council. Diakses pada 10 September 2019 dari
http://www.mea.gov.in/Portal/ForeignRelation/gulf-cooperation-council-april-2012.pdf

The World Bank. (2010). Economic Integration in the GCC. Diakses pada 10 September 2019 dari
https://openknowledge.worldbank.org/bitstream/handle/10986/27898/575170WP0Box353768B0
1PUBLIC10GCCStudyweb.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Widyasanti, A. A. (2010). Perdagangan Bebas Regional dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia. Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan. Diakses pada 9 September 2019.
https://doi.org/10.21098/bemp.v13i1.251

Anda mungkin juga menyukai