Anda di halaman 1dari 2

JAHE SANG PRIMADONA YANG TERLUPAKAN

Oleh: Karatika Eka O., S.Pd. (SMP N 7 Tegal)

Lantai satu Hotel Pesona Tegal. Sambil


berdiri menunggu antrian santap siang, di sudut meja
makan, tertata manis butiran-butiran jahe dalam
wadah bening nan menawan. Tak sekadar menjadi
hiasan, ketika hidangan soup di atas kuali pemanas
dituangkan ke cawan, harum jahe semerbak
menambah cita rasa. Wangi dan hangat, sehangat
kesan yang muncul dalam alunan musik sendok dan
garpu kaum omnivora.

Tidak sulit memang untuk menemukan benda


ini. Di pasar, di mall, di supermarket, bahkan di
dalam rumah sendiri, benda ini bisa kita jumpai. Bahkan, untuk menikmatinya tidak harus
mengeluarkan biaya yang mahal. Jahe bisa dikonsumsi kapan saja dan di mana saja. Di
rumah, jahe bisa digeprek, kemudian diseduh air panas, dan ditambahkan gula merah untuk
menambah rasa manis. Jika tidak ingin repot, bisa membelinya di sudut-sudut kota. Apalagi
di Kota Tegal, untuk menikmati hangatnya sari jahe, kita bisa langsung menuju Jalan A. R.
Hakim. Di situ ada warung wedang alang-alang nan nikmat. Paduan jahe dengan alang-alang,
serai, dan gula merah, menunjukkan ciri khas kenikmatan rempah-rempah Indonesia.

Tidak hanya terkenal dengan kenikmatannya, jahe juga memiliki banyak manfaat.
Apalagi di musim yang tidak menentu ini. Wedang jahe dapat menjadi primadona di malam
nan dingin karena fungsinya yang dapat menghangatkan badan dan mengobati masuk angin.
Bahkan, bagi para ibu muda yang sedang mengalami morning sickness, jahe bisa menjadi
teman yang melegakan karena dapat mengurangi rasa mual.

Apakah hanya itu? Ternyata tidak! Si kecil penghuni dapur Anda ini ternyata
memiliki khasiat yang sangat besar. Kandungan gingerol pada jahe terbukti dapat mencegah
penyakit kanker. Hal ini karena gingerol mampu menghambat pertumbuhan sel-sel tumor dan
memperlambat pembelahan sel jahat penyebab kanker.
Jahe yang Terlupakan

Manfaat jahe yang begitu besar ternyata belum mampu membuat jahe menjadi
primadona yang sebenarnya. Eksistensi jahe masih dipandang sebelah mata. Jahe masih
menjadi bumbu dapur yang hanya dipakai sesekali saja. Tak jarang, jahe menjadi bumbu
yang terlupakan dan menjadi kering di tempatnya, tidak seperti bawang merah dan putih yang
selalu dicari dan digunakan dalam setiap masakan.

Jahe yang begitu besar manfaatnya itu sudah selayaknya mendapatkan tempat
tertinggi dalam jajaran bumbu dapur lainnya. Jahe harus ada dalam setiap masakan Indonesia,
bahkan masakan Tegal. Tidak hanya itu, jahe harus dapat dikreasikan menjadi jajanan khas
yang kaya manfaat. Jika selama ini jahe hanya dijadikan minuman hangat atau permen jahe,
sekarang jahe harus masuk ke menu-menu hotel atau bahkan resep kue-kue yang dijual di
supermarket atau toko kue ternama.

Kue jahe (gingerbread) harus mulai dikenalkan pada anak-anak karena biasanya
anak-anak balita, bahkan setingkat sekolah dasar dan menengah, untuk mengonsumsi kue-kue
yang berbahan jahe sangat enggan. Mereka lebih menyukai kue-kue cokelat atau yang
berbahan dasar keju. Padahal, cokelat dan keju memiliki banyak lemak jenuh yang akan
menurunkan tingkat kesehatan mereka.

Kini, sudah saatnya masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga, memperkenalkan


aneka makanan berbahan jahe kepada anak-anak mereka sejak dini. Harapannya, eksistensi
jahe akan semakin diakui dan mendunia. Seperti yang sudah dilakukan oleh Hotel Pesona
Tegal. Jahe menjadi salah satu icon dalam menu makanan mereka. Mulai dari menjadi hiasan
di sudut meja makan, hingga aroma jahe di dalam soup yang dihidangkan. Harapannya, jahe
tidak lagi terlupakan dan menjadi salah satu rempah-rempah Indonesia yang mendunia.

***

Anda mungkin juga menyukai