Anda di halaman 1dari 3

BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus . Kata corruptio berasal
dari kata corrumpere dari bahasa Latin. Dari bahasa Latin tersebut, kemudian dikenal istilah
corruption, corrupt (Inggris), corruption (Perancis), dan “corruptic/koruptic’’ ( Belanda).
Indonesia kemudian mengambil kata ini menjadi korupsi.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan
melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.

Menurut Black’s Law Dictionary, korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak
lain secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu
keuntungan untuk dirinya atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari
pihak lain.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan menguntungkan diri
sendiri dan orang lain yang bersifat busuk,jahat, dan merusakkan karena merugikan negara
dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah melakukan penyelewengan dalam hal
keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan amanat terkait pada tanggung jawab dan
wewenang yang diberikan kepadanya, serta pelanggaran hukum.

2.2 Pengertian Birokrasi

Secara etimologi Birokrasi berasal dari istilah ‘buralist’ yang dikembangkan oleh Reiheer
von Stein pada 1821, kemudian menjadi ‘bureaucracy’ yang akhir-akhir ini ditandai dengan
cara-cara kerja yang rasional, impersoal dan leglistik (Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002) .

Birokrasi adalah struktur organisasi yag digambarkan dengan hierarki yang pejabatnya
diangkat dan ditunjuk, garis tanggung jawab dan kewenangannya diatur oleh peraturan yang
diketahui (termasuk sebelumnya), dan justifikasi setap keputusan membutuhkan referensi
untuk mengetahui kebijakan yang pengesahannya ditentukan oleh pemberii mandat di luar
struktur organisasi itu sendiri.

2.3 Dampak Birokrasi Pemerintahan

Upaya pemerintah mencanangkan clean government dalam upaya memberantas korupsi


di kalangan birokrasi pemerintah, belum dapat menjamin menanggulangi korupsi, berbagai
jenis kebocoran keuangan negara masih saja terjadi, berdampak pada pelayanan publik yang
dapat terganggu.

Kebocoran keuangan negara yang paling besar di lingkungan lembaga adalah melalui
Pengadaan Barang dan Jasa, lemahnya pengawasan dan kurangnya penerapan disiplin serta
sanksi terhadap penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas-tugas negara berdampak
birokrasi pemerintahan yang buruk.

Sementara itu, dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintah, sebagai
pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut ։

1. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi;


2. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset;
3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan
politik.
4. Pelayanan publik menjadi tidak efisien
5. Pelayanan publik yang mengecewakan dan terabaikan

Dengan demikian, suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan mengabaikan
tuntutan pemerintahan yang layak. Kehancuran birokrasi pemerintah merupakan garda depan
yang berhubungan dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Korupsi menumbuhkan
ketidakefisien yang menyeluruh di dalam birokrasi.

Survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC)
menunjukkan bahwa Indonesia menempatkan posisi kedua setelah India sebagai negara
dengan performa birokrasi yang paling buruk di Asia (Republika,3 Juni 2010, dalam
Kemendikbud, 2011). PERC menilai, buruknya perlakuan tidak hanya terhadap warganya
sendiri tetapi juga terhadap warga negara asing. Tidak efisiennya birokrasi ini, menghambat
masuknya investor asing ke negara tersebut.

2.4 Kegiatan dalam Birokrasi Pemerintah yang rawan terkena korupsi


1. Pelayanan yang bersifat administratif, surat-surat pengantar atau rekomendasi seperti
untuk pengurusan KTP/KK, Akta Kelahiran. Kartu Kuning, SKCK , keterangan tanah
dan mutasi tanah, Sertifikasi Tanah dan sebagainya.
2. Pelayanan perizinan seperti Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), Surat Keterangan Domisili Usaha, Rencana Penggunaan Lahan
(RPL), dan Rencana Tapak (Site Plan), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan
sebagainya.
3. Bantuan-bantuan langsung kepada masyarakat baik untuk sarana maupun prasarana,
rumah ibadah, dan bantuan kepada lembaga-lembaga kemasyarakatan (Bansos). Lebih
diarahkan kepada kelompok-kelompok yng mempunyai hubungan tertentu terutama
berkaitan dengan sosial politik.

Anda mungkin juga menyukai