BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Apa konsekuensi yuridis bagi lembaga pembiayaan yang tidak mendaftarkan

objek jaminan fidusia.

Lembaga Pembiayaan menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.

448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, memberikan lembaga

pembiayaan sebagai suatu kegiatan pembiayaan yang dilakukan dalam bentuk

penyediayaan dana bagi konsumen untuk membeli barang yang

pembayarannya di lakukan secara angsuran atau berkala oleh Perusahaan

Pembiayaan.

Lembaga pembiayaan dalam bekerja tentunya harus memperhatikan

peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dalam hal ini lembaga

pembiayaan bekerja berdasarkan peraturan yang di buat oleh pihak yang

berwenang mengawasi kinerja dari pada lembaga pembiayaan itu sendiri.

Seperti halnya keharusan suatu lembaga pembiayaan mendaftarakan objek

jaminan fidusia di kantor fidusia sehingga objek jaminan fidusia

mendapatkan perlindungan hukum dan kepastian hukum dengan di

buatkannya Sertifikat fidusia. Ketentuan ini telah diatur di dalam peratruran

Menteri keuangan Pasal 2 PMK No. 130/PMK.010/2012 menyebutkan bahwa

“ Perusahaan Pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada

kantor pendaftaran fidusia paling lama 30 (Tiga puluh) hari kalender

terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan.”

 Karena di ketahui sertifikat fidusia merupakan suatu hal yang sangat

penting di dalam kontrak kerja antara konsumen dan lembaga pembiayaaan di

mana memberikan keuntungan bagi kreditor dan debitor. Hal ini di perkuat

dengan adanya UU Jaminan Fidusia di mana berisikan tentang keuntungan

Fidusia bagi konsumen yaitu :

Peraturan fidusia mengatur setiap perusahaan yang melakukan

pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan

jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fiduisa di maksud pada kantor

Pendaftaran Fidusia sesuai UU yang mengatur mengenai jaminan fidusia.

Tetapi apabila lembaga pembiayaan bekerja tidak berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang di buat dengan hanya mengabaikan

peraturan itu salah satunya tidak melakukan pendaftaran objek jaminan

fidusia di kantor fidusia sehingga tidak mendapatkan Sertifikat Fidusia

tentunya ada konsekuensi yang harus di terima hal ini telah tertuang di dalam

Peraturan Menteri Keuangan Pasal 3 PMK. No 130/PMK.010/2012.

“Perusahaan Pembiayaan tersebut dilarang melakukan penerikan benda

jaminan fidusia berupa kendaraan.

Seperti halnya peristiwa yang terjadi di salah satu lembaga

pembiayaan yang berada di Kab. Muna yaitu MANDALA FINANCE.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pelaksanaan jaminan

fidusia di Mandala Finance hanya dilakukan satu tahap saja yaitu tahap

pembebanan, sedangkan tahap pendaftaran jaminan fidusia di Kantor

Pendaftaran Fidusia tidak dilaksanakan. Selain itu dari pihak Mandala

Finance berdasarkan wawancara dengan responden (staf Mandala Finance)

pembebanan jaminan fidusia di lakukan dengan dibuatnya akta jaminan

fidusia di notaris, akta tersebut di buat dalam Bahasa Indonesia. Akta tersebut

berisi antara lain mengenai identitas para pihak, data mengenai perjanjian

kredit yang merupakan perjanjian pokok dari perjanjian jaminan fidusia.

Selanjutnya dari pihak Mandala finance mengatakan dengan di buatkannya

akta di notaris maka mereka sudah mempunyai kekuatan hukum yaitu Hak

eksekutorial apabila debitor atau konsumen cidera janji (manto, Wawancara

28 oktober 2016)

Dengan tidak didaftarkannya jaminan fidusia tersebut, maka sama

artinya bahwa jaminan fidusia tidak pernah lahir, karena menurut Pasal 14

ayat (3) Undang-undang Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama

dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia. Selain

tidak pernah lahirnya perjanjian fidusia maka sertifikat fidusia tidak akan

terbit sebagaimana sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan di

lakukannya pendaftaran objek jaminan di kantor fidusia maka sertifikat

fidusia akan lahir sejak tanggal kontrak di buat. Hal ini berdasarkan peraturan

Menteri Keuangan No. 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan

Fidusian dan Undang-Undang No. 42 tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia

pasal 11 ayat 1 yaitu

“Benda yang di bebani dengan jaminan fidusia wajib di daftrakan

Secara tidak langsung Konsumen dalam hal pengguna jasa

pembiayaan tidak mempunyai pegangan sebagai jaminan, kepastian dan

perlindungan hukum apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang dapat

merugikan konsumen.

. Tentunya apabila ketentuntuan-ketentuan ini di langgar dengan

sendirinya akan di kenakan sangsi administratif berupa

A. Peringantan

B. Pembekuan kegiatan usaha dan

C. Pencabutan izin usaha

a. Peringatan di sini yang dimaksud adalah Menteri Keuangan dalam

hal ini pihak yang mengawasi kinerja dari pada lembaga pembiayaan

Non Bank atau Leasing memberikan suatu pemberitahuan yang

sifatnya menekankan kepada lembaga pembiayaan agar tidak

mengulangi kesalahan prosedur dalam bekerja yang sifatnya

merugikan konsumen. Peringatan ini di berikaan secara tertulis

paling banyak 3 (tiga) kali berturt-turut masing-masing 60 puluh hari

kalender

b. Bila ternyata sebelum berakhirnya jangka waktu sangsi peringatan

Perusahaan Pembiayaan telah memenuhi ketentuan maka Menteri

Keuangan dapat mencabut sangksi peringatan. Sedangkan apabila

pada masa berlakungatan ketiga berakhir dan Perusahaan

Pembiayaan tetap tidak memenuhi ketentuan maka Menteri

Keuangan dapat mengenakan sanksi pembekuan kegiatan usaha.

Pembekuan kegiatan usaha adalah sangsi kedua yang di berikan oleh

menteri keuangan kepada Perusahaan Pembiayaan yang sifatnya

 memberhentikan sementara kegiatan usaha sampai batas waktu yang

di tentukan . sangsi pembekuan kegiatan usaha ini di berikan secara

tertulis kepada Perusahaan Pembiayaan yang berlaku selama jangka

waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak surat sangsi pembekuan

izin kegiatan usaha diterbitkan.

c. Pencabutan izin usaha adalah apabilah peringatan awal dan kedua

masih di langgar maka secara tegas pihak yang berwenang dalm hal

ini Menteri Keuangan akan melakukan pencabutan izin usaha di

mana meberhentikan kegiatan usaha secara keseluruhan dan tidak di

berikan lagi kesempan di karenakan tidak menaati semua peraturan

yang telah di tetapkan oleh Menteri keuangan.

Akibat lain dari tidak lahirnya jaminan fidusia dan tidak adanya

sertifikat fidusia maka pihak Mandala Finance hanya berkedudukan sebagai

kreditor konkuren, sehingga apabila suatu saat debitor wanprestasi dan tidak

dapat melunasi hutangnya, maka pihak Mandala Finance tidak mempunyai

hak untuk mengeksekuis obkjek jaminan, karena benda tersebut berstatus

sebagai jaminan umum.

Selain dari pada ketiga sangsi yang di berikan, akibat hukum lain yang

di terima apabila pihak kreditor tidak melakukan pendaftaran jaminan fidusia,

maka kreditor dalam hal ini adalah lembaga pembiayaan tidak mempunyai

hak Eksekutorial tehadap benda jaminan. Mengingat bahwa salah satu fungsi

dari pada sertifikat fidusia bagi kreditor adalah memberikan Hak

Eksekutiroal, kekuatan eksekusianya sama dengan putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum tetap bagi kreditor dalam mengeksekusi objek

jaminan dikarenakan terjadi kredit macet yang di lakukan oleh konsumen. Hal

ini tertuang di dalam peraturan perundang-undangan yaitu :

Pasal 15 ayat (2) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia :

“Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.”

Begitu juga sebaliknya debitor dalam hal ini adalah konsumen dapat

mengalihkan benda atau objek jaminan kepada pihak lain, tentunya konsumen

tidak dapat di jerat dengan UU No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

karena tidak sah tau tidak legal Perjanjian Jaminan Fidusia.