Anda di halaman 1dari 2

Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi

Agen penyebab terkait dengan AIDS diisolasi pertama oleh ilmuwan perancis tahun 1983 dan dinamakan
virus terkait limfadenopati. Satu tahun kemudian, ilmuan amerika mengklaim menemukan agen penyebab
dan dinamakan virus sel T limfotropik tipe III manusia. Hal ini menimbulkan banyak kebingungan sejak
kedua ilmuwan mengidentifikasi secara nyata virus yang sama. Pada tahun 1986, International society on
Ckedua dan berbeda secara nyata ditemukan di Afrika. Oleh karena itu, sejak tahun 1986 ilmuwan
memakai nama ini untuk membedakan kedua virus, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Hal ini adalah penemuan
besar sekaligus peringatan karena hal ini adalah petunjuk pertama bahwa HIV dapat mengubah
tampilannya atau bermutasi secara cepat. Kemampuan ini disebut percampuran genetik,dan ini
merupakan ciri virus yang membuat tantangan berat bagi ilmuwan dan peneliti. HIV-1 tersebar diseluruh
dunia, tetapi virus ini paling sering terjadi di Eropa dan Amerika Serikat. HIV-2 terutama di negara
Afrika Barat tetapi masih terisolasi pada bagian dunia lain. Tahun 1996, ilmuwan menemukan bahwa
HIV-1 juga bermutasi beberapa kali. Virus memiliki 2 subtipe utama: (1) virus utama/mayoritas HIV-1
(kelompok M) dan (2) virus terpencil/minoritas HIV-1 (kelompok O).

HIV-1 Kelompok M

Virus kelompok M dialokasikan ke 10 subtipe genetic, dinamakan HIV-1, kelompok M, subtipe


A,B,C,D,E,F,G,H,I dan J, berdasarkananalisis filogenetik gen virus. Distribusi ubtipe bervariasi diseluruh
dunia.

HIV-1 Kelompok O

Penandaan O disengaja karena mutasi ini minoritas dan dibedakan dari yang lain. Kelompol O
teridentifikasi terutama di Afrika Tengah dan Barat, dengan sedikit kasus terisolasi ditemukan melalui tes
khusus di Perancis dan Amerika Serikat. Penting untuk menyebutkan kompleksitas ini untuk
menggambarkan perubahan sifat HIV secara cepat. Virus memberikan tantangan yang besar untuk
meneliti obat baru guna mengobati penyakit atau mengembangkan vaksin karena kerja peneliti terbatas
pada satu subtipe spesifik HIV-1. Uji vaksin sesungguhnya telah menunjukkan bahwa vaksin untuk satu
tipe mungkin tidak bekerja bagi subtipe lain.

Faktor Risiko

Cara penularan tetap konstan melaui perjalanan pandemik HIV. Virus menyebar melalui praktik
hubungan seksual tertentu, melalui paparan terhadap cairan tubuh dan darah, dan melalui penularan
perinatal (vertikal). Pola penyebaran HIV telah sangat berubah selama 19 tahun pertama epidemik di
Amerika Serikat. Meskipun kebanyakan orang Amerika yang terinfeksi HIV adalah pria
homoseksual,peningkatan signifikan telah tercatat pada pengguna obat-obatan IV, wanita, mampu
hoteroseksual. Namun, penurunan ini itu dianggap berisiko. Kofaktor lain, seperti melakukan aktivitas
seksual dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan, memiliki banyak pasangan seks,dan adanya luka pada
daerah genital, meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Meskipun sedikit jumlah kasus yang dilaporkan ,
praktik seksual baik dilakukan pria,berdampak pada penularan. Penularan oleh paparan darah adalah
kategori luas mencangkup sejumlah kemungkinan rute, paling nyata melalui tranfusi dari produk darah
terinfeksi dan melalui transplantasi jaringan atau organ dari donatur terinfeksi. Pencegahan infeksi HIV,
dengan cara ini adalah mungkin dengan melarang donor (melarang orang-orang dari kelompok risiko
tinggi), pemeriksaan rutin serologis antibodi HIV jaringan atau cairan donasi, dan inaktivasi produk darah
tertentu, seperti konsentrasi factor VIII, dengan cara pemanasan. Cara lain mencegah infeksi HIV terkait
produk darah adalah program darah autolog (donasi sendiri) dan membatasi pemberian produk darah
dalam kondisi kecuali jika secara mutlak diperlukan. Infeksi HIV paling banyak ditularkan melalui
penggunaan obat suntik yang terpapar darah yang terkontaminasi. Satu satunya cara mencegah penularan
dari penggunaan obat –obat suntik adalah dengan tidak menggunakan alat suntiknya. Praktik yang sangat
aman adalah menggunakan perlengkapan suntik steril dan jangan pernah berbagi jarum dan syringe.
Praktik yang ke mungkinan aman adalah membersihkan peralatan suntik dengan aseptik kuat sebelum
menyuntikkan, walaupun jarum dan syringe sekali pakai susah untik dibersihkan. Praktik selain diatas
berisiko. Kofaktor lain yang meningkatkan peluang tertular HIV dengan penyuntikan obat-obatan
meliputi seroprevalensi HIV pada daerah geografis memakai obat-obatan, latar belakang sosial memakai
obat obatan (misalnya “galeri suntik”,dimana peralatan suntik dipakai bersama-sama), dan frekuensi
suntikan.

Prosedur poenggantian jarum mengharuskan pengunaan alat suntik steril, komdom lateks, konseling, dan
akses ke program kesehatan dan sosial, termasuk penatalaksanaan obat-obatan. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa prosedur penggantian jarum menurunkan penyebaran HIV, hepatitis B dan C, serta
tidak meningkatkan atau menaikkan penggunaan obat-obatan suntik. Meskipun pendekatan ini terbukti
berhasil untuk mencegah penyakit. Pembuat aturan dan negara bagian enggan untuk membiayai yang
tepat untuk membiayai yang tepat untuk mendukung model pelayanan ini.

Penularan HIV ke pekerja kesehatan oleh klien menjadi perhatian terus-menerus bagi pekerja
kesehatan,memiliki layanan kesehatan, dan petugas kesehatan masyarakat. Di Amerika Serikat, jumlah
total pekerja kesehatan terdokumentasi mengidap HIV atau AIDS karena pekerja pada tahun 2002 adalah
57 orang. Jumlah dengan kemungkinan penularan adalah 139 orang. Meskipun banyak infeksi HIV terkait
pekerjaan karena paparan perkutaneus, cara penularan lain termasuk paparan mukokutaneus dan paparan
langsung terhadap HIV di laboratorium.

Paparan jarum suntik karena ketidaksengajaan menimbulkan bahaya paling besar terhadap tenaga
kesehatan. Perawat harus belajar dan mengikuti standar pecegahan ketika menangani cairan tubuh dan
darah dan ketika melakukan prosedur yang dapat menyebabkan paparan terhadap cairan tubuh dan darah.
Salah satu dari Joint Commission’s National Patient Safety Goals merekom,endasikan mengikuti
kewaspadaan standard an patuh dengan paduan CDC. Ketika insiden mencerminkan potensi paparan
terhadap patogen bersumber dari darah,c cari penanganan medis segera. CDC memiliki paduan untuk
mengevaluasi dan memungkinkan pengobatan paparan terhadap HIV. Pencegahan primer infeksi HIV
bagi individu terpapar adalah konsep baru yang sedang diterapkan tidak hanya untuk tenaga kesehatan
tetapi juga untuk penatalaksanaan paparan tidak di sengaja lainnya. Profilaksis setelah paparan sedang
digunakan sebagai strategi pemeliharaan kesehatan oleh bebrapa klinis bagi orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas berisiko tinggi. Penggunaan profilaksis setelah paparan sangat kontrovensi kecuali pada
kasus pemerkosaan, dan aspek etik pemberian pengobatan tersebut terus-menerus dibahas. Penelitian
vaksin telah berlangsung sejak tahun 1987. Namun topik utama pencegahan penyakit terus-menerus
diedukasikan dan pengurangan perilaku berisiko.

Anda mungkin juga menyukai