Dosen Pengampu :
Anita Dewi Moelyaningrum., S.KM., M.Kes
Disusun oleh:
Uslifatil Jannah 182110101039
Hilda Suwita Pradani 182110101052
Putri Afni Nasution 212110101154
Komponen yang paling dominan terdapat pada debu adalah partikel silica.
Pada umumnya silica digunakan dalam penyulingan minyak sayur, deterjen,
keramik dan sebagainya. Menurut International Agency for Research on Cancer
(IARC) (1997) silica termasuk dalam golongan Grup I zat yang memiliki sifat
karsinogenik pada manusia. Pada umumnya silica berbentuk Kristal. Kristal silica
jika terhirup dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru, radang paru-paru,
hingga kanker paru-paru (Hamilton et al, 2008 dalam Regia and Oginawati,
2017). Kerusakan paru yang terjadi disebabkan oleh sifat toksik silica secara
langsung ataupun dari radikal permukaan silica. (Oeckinghaus and Ghosh, 2009
dalam Kusmiyati and Lamawuran, 2019). Beberapa penyakit serius dan kematian
meningkat akibat paparan kristal silica di daerah perindustrian, sehingga hal ini
dapat menjadi prioritas utama dalam masalah kesehatan masyarakat.
2.1 Silika
Pasir yang banyak mengandung silika disebut pasir silika atau pasir kuarsa.
Pasir silika termasuk bahan alam yang terbentuk secara alami melalui berbagai
proses antropogenik (Vassilev, S.V dkk., 2012 dalam 1). dan bahan baku alam ini
biasanya masih berupa campuran heterogen berbagai unsur, sehingga sifat-sifat
material yang dimilikinya pun sulit diprediksi dan diatur. Kandungan pasir
berbeda-beda sesuai dengan tempatnya dan memiliki warna sesuai dengan asal
pembentuknya. Pasir dari danau atau sungai yang berada di pedalaman pulau,
memiliki kandungan silika yang tinggi karena batu-batuan terbentuk dari silika
yang pecah menjadi pasir. Pasir silika pada umumnya mengandung senyawa
pengotor (impurities) seperti oksida besi, oksida kalsium, oksida alkali, oksida
magnesium, lempung dan zat organik hasil pelapukan sisa-sisa hewan dan
tumbuhan. Endapan pasir silika banyak tersebar di beberapa tempat di Indonesia
dengan kadar silikon oksida antara 55,30% - 99,87%. Salah satu daerah yang kaya
pasir silika adalah Propinsi Kalimantan Selatan. Persebaran pasir silika di
Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan adalah sepanjang pantai Pelaihari
dengan kadar silikon oksida antara 94,4% - 99,0 % (Wianto T dan Ninis H.H.
2008 dalam Fauziyah, 2015).
Silika gel merupakan salah satu bentuk silika amorf yang paling luas
penggunaannya karena silika gel memiliki kemampuan menyerap air. Hal ini
disebabkan silika gel sangat berpori dan memiliki Gugus Si-OH dipermukaannya
sehingga mudah menyerap air. Silika gel biasa dimanfaatkan sebagai zat
penyerap, pengering dan penopang katalis.
1. Silikosis kronik
Silikosis kronis merupakan bentuk silikosis yang paling umum terjadi.
Silikosis kronis terjadi akibat paparan sejumlah kecil debu silika dalam
jangka panjang (lebih dari 10 tahun). Nodul-nodul peradangan kronis dan
jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening
dada.
2. Silikosis akselerata
Silikosis akselerata terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih
banyak selama waktu yang lebih pendek (5-15 tahun). Peradangan,
pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat. Silikosis
akselerata berhubungan dengan berbagai macam gangguan autoimun.
3. Silikosis akut
Silikosis akut jarang terjadi tetapi bersifat sangat fatal yang terjadi akibat
paparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih
pendek terutama partikel debu yang mengandung konsisteni tinggi quartz.
Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas
yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.
2.8 Batas aman silika
Pemerintah RI berdasarkan KEPMENAKER No. Kep. 51/MEN/1999
mengeluarkan baku mutu silika bebas di lingkungan kerja adalah sebesar 1 %.
Sedangkan menurut Mine Safety and Health Administration (MSHA) - USA Nilai
Ambang Batas (NAB) untuk silika bebas respirabel sebesar 100 µg/m3.
Kemudian berdasarkan SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas (NAB)
zat kimia di udara tempat kerja, batas NAB paparan silika gel yaitu 10 mg/m3
(Suhariyono, 2015).
BAB 3. TEMUAN LAPANGAN
Penulis dan
Judul Temuan Penting
Tahun
Penilaian Risiko Saiku Berdasarkan hasil penelitian pada kegiatan
Terhadap Paparan Rokhim perbaikan ruangan di gedung PT. X
Debu pada (2017) (Persero) Surabaya, berbagai debu yang
Perbaikan Ruangan muncul dari berbagi pekerjaan tersebut
antara lain debu anorganik yaitu debu
“Studi Analisis kapur yang bercampur cat dan semen putih
Pada Perbaikan yang dihasilkan dari proses mengamplas
Ruangan di Gedung dinding ruangan dengan menggunakan
PT. X (Persero) kertas amplas, debu keramik dan debu cor
Surabaya” (debu pasir dan debu semen) yang
dihasilkan dari proses pembongkaran
keramik, debu kayu yang dihasilkan dari
proses pemotongan kayu.
5.1 Kesimpulan
Silika merupakan suatu mineral dengan penyusun utama berupa
silikon dioksida (SiO2). Silika banyak dijumpai di alam dengan perkiraan
jumlahnya hingga 60% dari keseluruhan kerak bumi. Silika banyak
dijumpai berupa silika gel yang biasa digunakan untuk mengurangi kadar
kelembaban suatu produk. Selain itu, beberapa kegiatan industry juga
kerap menghasilkan limbah berupa debu silika. Debu silika yang terhirup
akan masuk pada paru-paru manusia dan dapat beresiko menyebabkan
silicosis.
5.2 Saran
Perlu adanya pengendalian dalam mengurangi risiko terpajannya
silika pada manusia. Seperti yang telah disebutkan pada pembahasan,
masyarakat juga harus diberi pengetahuan lebih mengenai bahaya silika
pada tubuh manusia terutama bagi pekerja yang beresiko untuk terpapar
langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Hibriza, R. Z., Afiuddin, A. E., & ... (2018). Identifikasi Karakteristik Limbah
Sand Blasting Di Industri Galangan Kapal. … Proceeding on Waste …, 2623,
2–7. https://journal.ppns.ac.id/index.php/CPWTT/article/view/452