OLEH :
FERLYASARI
A1K116015
1. Silika
Silika memiliki sifat kimia yaitu tidak larut dalam air, tahan terhadap
zat kimia serta memiliki ekspansi termal rendah dan memiliki titik lebur yang
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan refraktori (bahan tahan
api), bahan keramik, adsorben dan pendukung katalis yang baik (Benvenutti
and Yoshitaka, 1998). Silika adalah senyawa hasil polimerisasi asam silikat,
yang tersusun dari rantai satuan SiO4 tetrahedral dengan formula umum SiO2.
Silika sebagai senyawa yang terdapat di alam berstruktur kristalin, sedangkan
sebagai senyawa sintetis adalah amorf. Secara sintetis senyawa silika dapat
dibuat dari larutan silikat atau dari pereaksi silikan. Silika merupakan
material yang menarik, walaupun memiliki kekuatan mekanik dan stabilitas
termal yang tinggi (Sulastri, 2010).
Bentuk umum silika, SiO2 adalah quartz (kuarsa) yang terdapat pada sebagian
besar batu-batuan sedimen alam dari batuan metamorfik, pasir juga
merupakan bentuk lain dari silika (Afriani, 2012). Silika berupa padatan yang
meleleh pada kira-kira 1600°C dan mendidih pada 2230°C. Semua modifikasi
kristalin silika berupa senyawa polimerik tiga dimensi dengan jaringan ikatan
kovalen Si-O membentuk suatu molekul raksasa, jaringan ini mengandung
spesies “penghubung” tetrahedral SiO4, dengan tiap atom Si diikat oleh empat
atom O dan tiap atom O diikat oleh dua atom Si (Rapierna, 2012).
Dikenal dua macam silika, yaitu amorf dan kristal. Silika amorf
bervariasi dalam derajat hidrasinya, sedang silika kristal terdiri dari bermacam
jenis kwarsa, tridmit, dan kristobalit yang merupakan akibat dari modifikasi
temperatur dari rendah ke tinggi yang merubah simetri Kristal dan
kerapatannya (Handoyo, 1996) Silika mempunyai kelebihan tersendiri
dibanding bahan yang lain, karena secara kimia bersifat inert hidrofobik dan
transparan. Selain itu juga menunjukkan kekuatan mekanik dan stabilitas
termal yang tinggi dan tidak mengembang dalam pelarut organik (Bhatia,
2000). Silika biasanya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dengan berbagai
ukuran tergantung aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam industri ban, karet,
gelas, semen, beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film,
pasta gigi, dan lain-lain. Selain pemanfaatan diatas, silika juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan penjerap logam berat berupa silika gel, membran,
dan bead. Silika memiliki sifat fisik dan sifat kimia, yaitu :
1. Sifat fisik Silika mempunyai rumus molekul SiO2 dan berwarna putih. Titik
leleh silika adalah 1610°C, sedangkan titik didihnya 2320°C, silika tidak
larut dalam air dingin, air panas maupun alkohol tetapi dapat larut dalam
HF (Handoyo, 1996).
2. Sifat kimia :
a. Silika bersifat stabil terhadap hidrogen kecuali fluorin dan juga
inert terhadap semua asam kecuali HF, reaksi dengan HF akan
menghasilkan asam silikon heksafluorid.
b. Basa pekat misalnya NaOH dalam kondisi panas secara perlahan
dapat mengubah silika menjadi silikat yang larut dalam air (Handoyo,
1996).
Silika (SiO2) murni terdapat dalam dua bentuk yaitu kuarsa dan
kristobalt. Silikon selalu terikat secara tetrahedral pada empat atom
oksigen, namun ikatannya mempunyai sifat cukup ionik. Dalam kristobalt,
atom-atom silikat ditempatkan seperti halnya atom-atom karbon dalam
intan, dengan atom-atom oksigen berada di tengah dari setiap pasangan.
Dalam kuarsa terdapat heliks dan hal ini dapat dengan mudah dikenali dan
dipisahkan secara mekanik. Silika relatif tidak reaktif terhadap Cl2, H2,
asam-asam dan sebagian besar logam pada suhu 25°C, walaupun pada suhu
yang agak tinggi. Namun, dapat diserang oleh F2, HF aqua, hidroksida
alkali dan leburan karbonat (Cotton, 2007).
1. Tahap awal, pada tahap awal ini terbentuk ikatan atomik. Kontak antar
partikel membentuk leher yang tumbuh menjadi batas butir antar partikel.
Pertumbuhan akan menjadi semakin cepat dengan adanya kenaikan suhu
sintering. Pada tahap ini penyusutan juga terjadi akibat permukaan
porositas menjadi halus. Penyusutan yang tidak merata menyebabkan
keretakan pada sampel.
2. Tahap menengah, pada tahap kedua terjadi desifikasi dan pertumbuhan
partikel yaitu butir kecil larut dan bergabung dengan butir besar.
Akomodasi bentuk butir menghasilkan pemadatan yang lebih baik. Pada
tahap ini juga berlangsung penghilangan porositas. Akibat pergeseran
batas butir, porositas mulai saling berhubungan dan membentuk silinder
di sisi butir.
3. Tahap akhir, fenomena desifikasi dan pertumbuhan butir terus
berlangsung dengan laju yang lebih rendah dari sebelumnya. Demikian
juga dengan proses penghilangan porositas, pergeseran batas butir terus
berlanjut. Apabila pergeseran batas butir lebih lambat daripada porositas,
maka porositas akan muncul di permukaan dan saling berhubungan
(Puspitasari, 2013).
4. Ekstraksi
Proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan berupa penelitian eksperimental
laboratorium.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2019 - Januari 2020,
bertempat di kendari sulawesi tenggara, dengan tahapan sebagai berikut.
a. Pengambilan sampel lumpur dilakukan di hutan mangrove teluk Kendari
depan Same Hotel, dengan titik koordinat 3,970610 LS dan 122,530720
BT. Preparasi sampel lumpur (proses pencucian dan penjemuran sampel)
dilakukan di lapangan terbuka sekitaran Laboratorium Pengembangan
Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan
Universitas Halu Oleo.
b. Pengayakan sampel dilakukan di Laboratorium Pengembangan Jurusan
Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas
Halu Oleo.
c. Sintering sampel dilakukan di Laboratorium Nano Teknologi Kimia
FMIPA Universitas Halu Oleo.
d. Proses leaching, pengadukan dan pengeringan sampel dilakukan di
Laboratorium Nano Teknologi Kimia FMIPA Universitas Halu Oleo..
e. Proses pengujian sampel dilakukan Ranomeeto, pada PT. Surveyor
Indonesia Kendari Sulawesi Tenggara.
3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.3.1 berikut.
Tabel 3.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
No. Alat dan Spesifikasi Fungsi
Bahan
1. Lumpur 50 gram Sebagai sampel penelitian
2. HCL 37% 6M Untuk memurnikan lumpur
3. Aquades 5 Liter Untuk mencuci dan
membersihkan lumpur dari
kotoran
4. Alkohol 70% Untuk membersihkan ayakan,
mortar dan alat lain yang
digunakan dalam penelitian
5. Saringan Luas 50 cm2 Untuk meyaring kotoran-kotoran
yang bercampur pada lumpur
6. Kertas Whatman No. 41 Untuk menyaring endapan dan
saring menyaring lumpur setelah dicuci
menggunakan aquades
7. Mortar Untuk menumbuk /menggerus
sampel menjadi serbuk
8. Ayakan 60 mesh Untuk menyaring sampel yang
telah di gerus
9. Neraca AD-6000 Untuk menimbang massa sampel
Digital
10. Tanur listrik CARBOLITE Untuk sintering atau pemanasan
ELF 11/14B (0- sampel
1100)0C
11. Stopwatch Untuk mengukur lama waktu
yang diperlukan pada saat
sintering sampel
12. Oven Bio concept Sebagai alat untuk mengeringkan
inkubutor froilabo sampel
13. Plastik Sebagai tempat sampel
sampel
14. Kertas label Untuk melabeli sampel
15. Magnetic MS200 Untuk mengaduk bahan yang
stirer dicampurkan
16. Kaos tangan 1 Dos Untuk melapisi tangan agar tidak
bersentuhan langsung dengan
sampel
17. gelas dan 400 ml Sebagai wadah tempat sampel
labu ukur
18. Cawan Petri Untuk menaruh sampel pada saat
di panaskan pada tanur dan
dikeringkan pada oven
4. Prosedur Penelitian
5. Analisis Data
Analisis kandungan unsur silika dari ekstraksi lumpur teluk kendari
dengan variasi temperatur dan konsentrasi HCL 6 M menggunakan XRF
dengan menganalisis informasi langsung menggunakan Tabel 3.5.1 berikut.
Tabel 3.5.1 Analisis XRF Kandungan Unsur Silika Lumpur Teluk Kendari
Kandungan Variasi Temperatur Silika (%)
Silika Tanpa
Unsur/
Temperatur 3000C 5000C 7000C 9000C
Senyawa
SiO2 .... .... .... .... ....
DAFTAR PUSTAKA