OLEH :
GITA GENIATI SARAGIH
1505116770
Abu sekam padi merupakan hasil pembakaran limbah sekam padi. Abu sekam
ini mengandung kadar silika yang tinggi antara 87-97%. Oleh karena itu, dilakukan
suatu upaya untuk memanfaatkan abu sekam padi sebagai bahan dasar pembuatan
material berbasis silika yaitu silika gel. Modifikasi Silika Gel telah berhasil dilakukan
menggunakan senyawa 1,8 dihidroksiantrakuinon. Pengolahan abu sekam padi
menjadi silika gel termodifikasi 1,8 dihidroksiantrakuinon dapat dilakukan melalui
proses sol-gel. Hasil modifikasi ini dapat digunakan sebagai adsorben untuk
menyerap ion logam berat. Silika gel termodifikasi 1,8 dihidroksiantrakuinon
dikarakterisasi menggunakan Metode Difraksi Sinar-X. Pola difraksi silika gel
termodifikasi 1,8 dihidroksiantrakuinon menunjukkan pola yang melebar di sekitar
2θ = 21-23° . Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin bertambah senyawa organik
senyawa 1,8 dihidroksiantrakuinon, maka semakin berstruktur kristal silika gel yang
diperoleh.
Kata Kunci: Silika Gel, Silika Gel Termodifikasi, Difraktogram Sinar X Silika Gel.
BAB I
PENDAHULUAN
Padi merupakan salah satu hasil utama pertanian Indonesia, disamping mampu
mencukupi kebutuhan pangan, produksi padi juga menghasilkan limbah berupa
sekam padi. Pemanfaatan sekam padi masih terbatas sebagai bahan bakar sebagai
bahan bakar pembuatan batu bata dan pada pembuatan abu gosok. Pembakaran sekam
padi akan menghasilkan abu sekam padi. Dari berbagai penelitian (Enymia
dkk.,1998; Kalapathy dkk.,2000; Nuryono dkk.,2004) dilaporkan bahwa abu sekam
padi mengandung kadar silika cukup tinggi (87-97%). Mengingat tingginya
kandungan silika dalam abu sekam padi, maka dilakukan suatu upaya untuk
memanfaatkan abu sekam padi sebagai bahan dasar pembuatan material berbasis
silika yaitu silika gel.
Silika gel telah banyak digunakan sebagai adsorben, umumnya digunakan
sebagai adsorben untuk senyawa-senyawa polar. Silika gel dapat juga digunakan
untuk menyerap ion-ion logam dengan prinsip pertukaran ion, namun kemampuannya
untuk menyerap logam terbatas. Atom O sebagai situs aktif permukaan silika gel,
dalam hal ini sebagai donor pasangan elekron, merupakan spesies yang mempunyai
ukuran relatif kecil dan mempunyai polarisabilitas rendah atau bersifat basa keras
(Hard), sehingga kecenderungannya untuk berinteraksi dengan logam berat yang pada
umumnya memiliki ukuran yang besar dan mempunyai polarisabilitas tinggi atau
asam lunak (Soft) secara teoritis relatif tidak begitu kuat (Atkins, 1990). Oleh karena
itu, modifikasi permukaan aktif silika gel perlu dilakukan.
Telah dilakukan modifikasi silika gel dengan 1,8 dihidroksiantrakuinon yang
disintesis dari abu sekam padi melalui teknik sol-gel dengan melakukan kondensasi
larutan natrium silikat dalam suasana asam. Modifikasi silika gel dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu organofungsionalisasi, jika zat pemodifikasinya adalah gugus
organik dan anorganofungsionalisasi jika gugus yang terikat pada permukaan adalah
senyawa organologam atau oksida logam. Adanya proses modifikasi dalam
pembentukan silika gel termodifikasi 1,8 dihidroksiantrakuinon dengan gugus
organik menyebabkan perubahan silika gel yang semula amorf menjadi berstruktur
kristal. Untuk menunjukkan bahwa silika termodifikasi 1,8 dihidroksiantrakuinon
telah berhasil dimodifikasi dari struktur amorf menjadi berstruktur kristal yang
partikel penyusunnya teratur dikarakterisasi menggunakan Metode Difraksi Sinar-X.
Metode difraksi Sinar-X banyak digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengkarakterisasi material yang berwujud kristal. Difraktogram yang dihasilkan oleh
metode difraksi sinar-X sebelum silika gel dimodikasi dan setelah dimodifikasi
memperlihatkan perbedaan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka
penulis tertarik untuk menyusun makalah seminar mata kuliah dengan judul
“Karakterisasi Silika Gel Termodifikasi 1,8 Dihidroksiantrakuinon dengan
metode Difraksi Sinar X”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Silika merupakan senyawa yang banyak ditemui dalam bahan galian yang
disebut pasir kuarsa, terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa
pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Silika biasanya dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan dengan berbagai ukuran tergantung aplikasi yang
dibutuhkan seperti dalam industri ban, karet, gelas, semen, beton, keramik, tekstil,
kertas, kosmetik, elektronik, cat, film, pasta gigi, dan lain-lain (Holmes, 1964).
Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip agar – agar ini dapat
didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat
tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan sebagai zat penyerap,
pengering, dan penopang katalis. Garam–garam kobalt dapat diadsorpsi oleh gel ini.
Silika gel mencegah terbentuknya kelembaban yang berlebihan sebelum terjadi.
Dalam proses adsorpsi silika gel merupakan salah satu yang paling sering digunakan
sebagai adsorben. Hal ini disebabkan oleh mudahnya silika diproduksi dan sifat
permukaan (struktur geometri pori dan sifat kimia pada permukaan) dan dapat dengan
mudah dimodifikasi (Fahmiati dkk., 2004). Silika amorf adalah material yang
dihasilkan dari reaksi alkali-silika. Reaksi alkali-silika dimulai dengan pecahnya
ikatan Si-O-Si dan hasilnya membentuk fasa amorf dan nanokristal (Boinski, 2010).
Silika amorf terbentuk ketika silikon teroksidasi secara termal. Silika amorf terdapat
dalam beberapa bentuk yang tersusun dari partikel-partikel kecil yang kemungkinan
ikut tergabung. Biasanya silika amorf mempunyai kerapatan 2,21 g/cm (Harsono,
2006).
Ketidakteraturan susunan permukaan tetrahedral SiO4 pada silika gel
menyebabkan jumlah distribusi satuan luas bukan menjadi ukuran kemampuan
adsorpsi silika gel walaupun gugus silanol dan siloksan terdapat pada permukaan
silika gel. Kemampuan adsorpsi silika gel ternyata tidak sebanding dengan jumlah
gugus silanol dan siloksan yang ada pada permukaan silika gel, namun bergantung
pada distribusi gugus –OH per satuan luas adsorben (Oscik, 1982)
Gambar 2.2 Model struktur amorf silika (Dwi Rasy Mujiyanti dkk, 2010)
Sifat Kimia dari Silika Gel
Simbol : Si
Radius Atom : 1.32 Å
Volume Atom : 12.1 cm3/mol
Massa Atom : 28.0856
Titik Didih : 2630 K
Radius Kovalensi : 1.11 Å
Struktur Kristal : fcc
Massa Jenis : 2.33 g/cm3
Elektronegativitas : 1.9
Konfigurasi Elektron : [Ne]3s2p2
Formasi Entalpi : 50.2 kJ/mol
Potensial Ionisasi : 8.151 V
Titik Lebur : 1683 K
Bilangan Oksidasi : 4,2
Entalpi Penguapan : 359 kJ/mol
Sifat Fisika dari Silika Gel
Kapasitas Panas : 0.7 Jg-1K-1
Konduktivitas Panas : 148 Wm-1K-1
Konduktivitas Listrik : 4 x 106 ohm-1cm-1
2.2 Antrakuinon
Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari
reaksi oksidasi antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan
antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan
(atom C9 dan C10), larut dalam air panas atau alkohol encer. Antrakinon yang
mengandung gugus karboksilat dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya
dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron denantranol
terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida (Stanisky, 2003).
Gambar 2.3 Struktur antrakuinon (Harborne, 1987).
Metode sol-gel merupakan salah satu metode yang paling sukses dalam
mempreparasi material oksida logam berukuran nano. Sol adalah suspensi koloid
yang fasa terdispersinya berbentuk padat dan fasa pendispersinya berbentuk cairan.
Suspensi dari partikel padat atau molekul-molekul koloid dalam larutan, dibuat
dengan metal alkoksi dan dihidrolisis dengan air, menghasilkan partikel padatan
metal hidroksida dalam larutan, dan reaksinya adalah reaksi hidrolisis (Paveena et al.,
2010).
Gel (gelation) adalah jaringan partikel atau molekul, baik padatan dan cairan,
dimana polimer yang terjadi di dalam larutan digunakan sebagai tempat pertumbuhan
zat anorganik. Pertumbuhan anorganik terjadi di gel point, dimana energi ikat lebih
rendah. Reaksinya adalah reaksi kondensasi, baik alkohol atau air, yang
menghasilkan oxygen bridge (jembatan oksigen) untuk mendapatkan metal oksida
(Paveena et al., 2010).
2.4 Sinar-X
Sinar X adalah bagian yang disebut dengan spektrum elektromagnetik .
Radiasi sinar X merupakan salah satu bentuk jenis gelombang elektromagnetik yang
memiliki banyak manfaat pada bidang medis. Sinar x memiliki daya tembus tinggi,
foton yang terdapat pada sinar X memiliki energi yang tinggi. Produksi sinar X
terjadi pada sebuah tabung hampa udara bertekanan rendah seperti terlihat pada
gambar 2.4. Di dalam tabung sinar memiliki dua bagian yaitu anoda dan katoda. Sinar
X merupakan sinar katoda dan termasuk gelombang elektromagnetis. Timbulnya
sinar X dikarenakan adanya perbedaan potensial arus searah yang besar di antara
kedua elektroda (katoda dan anoda) di dalam sebuah tabung hampa. Berkas elektron
tersebut akan dipancarkan dari katoda manuju anoda, dimana pancaran elektron-
elektron tersebut dinamakan dengan sinar katoda atau sinar X. Arus listrik yang
dipakai yaitu untuk memanaskan filamen sehingga filamen dapat memberi elektron.
elektron-elektron ini akan dipercepat dari katoda ke anoda.
Gambar 2.4. Skema tabung sinar-x beserta komponen penyusunnya (Intan Aprilia
Rizki, 2010)
Terdapat dua jenis sinar x yaitu : sinar x Bremsstrahlung dan sinar x
karakteristik. sinar x Bremsstrahlung terjadi karena elektron yang dipancarkan dari
katoda menuju target logam anoda dipercepat dengan tegangan tinggi. Elektron
energi tinggi tersebut kemudian berinteraksi dengan atom dalam logam target.
Terkadang elektron datang sangat dekat dengan inti atom target sehingga bergerak
menyimpang akibat adanya interaksi elektromagnetik. Pada proses ini elektron akan
kehilangan banyak energi (karena mengalami perlambatan) sehingga foton akan
diradiasikan.
Gambar 2.5. Proses terjadinya sinar-x Bremsstrahlung(Yuant Tiandho, 2016)
Radiasi sinar-X yang telah dihasilkan oleh tabung sinar-X akan berinteraksi
dengan struktur kristal material yang diuji. Material yang akan dianalisis struktur
kristalnya harus berada dalam fasa padat karena dalam kondisi tersebut kedudukan
atom-atomnya berada dalam susunan yang sangat teratur sehingga membentuk
bidang-bidang kristal. Ketika suatu berkas sinar-X diarahkan pada bidang-bidang
kristal tersebut, maka akan timbul pola-pola difraksi ketika sinar-X melewati
celah-celah kecil di antara bidang-bidang kristal tersebut (Rahman, 2008).
4. Sampel holder
Sampel holder merupakan tempat untuk meletakkan sampel yang akan
dianalisa. Sampel dapat diletakkan dalam berbagai orientasi untuk mendapatkan
sudut difraksi.
5. Detektor
Detektor digunakan untuk mendeteksi berkas cahaya yang terdifraksi pada
sudut-sudut tertentu dengan intensitasnya masing-masing. Berkas cahaya yang
mengalami difraksi terekam pada pita.
3. Deteksi
Interferensi konstruktif radiasi sinar-X hasil difraksi struktur kristal material
yang diuji selanjutnya akan dideteksi oleh detektor. Agar detektor dapat mendeteksi
interferensi konstruktif radiasi sinar-X hasil fraksi struktur kristal material yang diuji
dengan tepat, maka posisinya harus berada tepat pada arah sudut pantul radiasi sinar-
X tersebut.
4. Interpretasi
Interpretasi konstruktif radiasi sinar-X yang telah dideteksi oleh detektor
selanjutnya akan diperkuat gelombangnya dengan menggunakan amplifier. Lalu
interferensi konstruktif radiasi sinar-X tersebut akan terbaca secara spektroskopi
sebagai puncak-puncak grafik yang ditampilkan oleh layar komputer. Dengan
menganalisis puncak-puncak grafik tersebut struktur kristal suatu material dapat
diketahui.
2.8 Aplikasi Difraksi Sinar-X
1. Penentuan Struktur Kristal
Penentuan struktur kristal, dapat dilakukan dengan menggunakan metode
difraksi serbuk (powder diffraction method). Metode ini dikenal pula dengan nama
metode Debye-Scherrer sesuai dengan nama dua peneliti asal Jerman yang
mengusulkan metode ini pada tahun 1916. Metode ini dipilih karena dapat
memberikan peluang yang lebih besar bagi berkas cahaya untuk terdifraksi yang
disebabkan oleh banyaknya kristal yang berada pada orientasi yang memungkinkan
untuk mendifraksikan berkas cahaya yang datang. Berbeda dengan metode kristal
single yang memiliki keterbatasan dalam hal orientasi kristal yang cenderung satu
arah.
Gambar 2.12. Pola difraksi kristal tunggal dan serbuk kristal secara acak
(Agus,dkk.,2012)
2. Analisis Reaksi Kimia dan Sintesis Material
Instrumen XRD juga dapat digunakan untuk memantau proses
berlangsungnya reaksi kimia maupun sintesis material. Kekhasan pola difraksi suatu
senyawa akan berubah jika senyawa itu mengalami perubahan struktur misalnya
karena direaksikan dengan senyawa lain. Perubahan pola difraksi inilah yang menjadi
prinsip analisis proses sintesis dengan menggunakan XRD.
Gambar 3.3 Tahapan reaksi modifikasi silika gel dengan 1,8 dihidroksiantrakuinon
(Maria,dkk.,2012)
dimana
t = ukuran kristal (nm) pada bidang hkl
λ = panjang gelombang sinar-x(nm)
B = FWHM (Full Width at Half Maximum) dalam radian
θ = setengah sudut difraksi
Bidang yang sering digunakan untuk menghitung ukuran kristal adalah bidang yang
memiliki puncak cukup tinggi.
Gambar 3.4 Pola difraksi sinar-x (XRD) silika sekam padi (Sembiring,2007)
Pola difraksi dari silika gel menunjukkan pola yang melebar disekitar 2θ = 21-23°.
Silika gel dengan puncak melebar disekitar 2θ = 21-22° menunjukkan struktur amorf.
Difraktogram dari silika gel termodifikasi 1,8 dihidroksiantrakuinon dapat dilihat pada
Gambar 3.8. Adanya proses modifikasi dalam pembentukan silika gel termodifikasi 1,8
dihidroksiantrakuinon dengan ligan organik menyebabkan perubahan silika gel yang semula
amorf menjadi berstruktur kristal. Dan semakin bertambah senyawa organik 1,8
dihidroksiantrakuinon , maka semakin berstruktur kristal adsorben yang diperoleh.
Gambar 3.5 . Difraktogram sinar-X dari (a) silika gel, silika termodifikasi 1,8
dihidroksiantrakuinon (b) 0,5 gram , (c) 1 gram dan (d) 2 gram
(Maria,dkk.,2012)
Gambar 3.6 Pola XRD TiO2 (Linda Permata Sari, 2009)
Pola XRD TiO2 yang diperlihatkan pada gambar 3.7 menunjukkan adanya puncak-
puncak difraksi dengan intensitas cukup tinggi pada sudut 2θ yang muncul yaitu 25,46° ,
37,94° , 48,18° , 54° , 55,2° dan 62,8° yang merupakan puncak dari TiO2 anatase.
BAB IV
KESIMPULAN