PEMISAHAN DAN PEMURNIAN WATER GLASS DAN NaCl DARI CAMPURAN NaCl DENGAN
Fe2O3 MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
KIMIA III-B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Destruksi silika di dalam kaca dengan NaOH dilakukan pada variasi temperatur, yaitu
400°C, 500°C, 600°C, 700°C, dan 800°C. Kandungan Si di dalam natrium silikat dianalisis
dengan spektrofotometer serapan atom (AAS). Pembuatan silika gel dilakukan dengan
menambahkan HCl ke dalam natrium silikat bertetes-tetes sampai pH 5, 6, 7, 8, dan 9 yang
dinotasikan dengan SG-5, SG-6, SG-7, SG-8, dan SG-9. Silika gel hasil sintesis dianalisis
dengan spektroskopi InfraRed (IR) untuk mengetahui adanya gugus silanol dan siloksan.
Masing-masing silika gel hasil sintesis ditentukan tingkat keasaman, kapasitas adsorpsi air, dan
kadar air sehingga diperoleh rumus silika gel tersebut. Sedangkan untuk menguji kemampuan
adsorpsi silika gel dilakukan uji adsorpsi silika gel hasil sintesis (SG-8) terhadap Mg 2+.
Temperatur yang efektif untuk destruksi silika di dalam kaca dengan NaOH adalah 400°C. Dari
data spektroskopi IR diketahui bahwa silika gel hasil sintesis mempunyai gugus silanol dan
siloksan yang merupakan karakteristik gugus penyusun silika gel. Berat, tingkat keasaman,
kapasitas adsorpsi air, dan rumus SG-8 adalah 0,9612 g, 1,75 mmol/g, 54,24 mmol/g, dan
SiO2.0,08H2O. SG-8 dapat mengadsorpsi Mg2+ lebih besar daripada silika Kiesel Gel 60,
dengan jumlah ion yang teradsorpsi sebesar 20,90 mmol/g. (Petrucci, R.H. 2008).
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia , karena kebanyakkan
materi yang terdapat dialam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu
campuran , kita harus melakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk
memisahkan campuran. Perusahaan air minum , memperoleh air jernih dari air sungai melalui
penyaringan pasir dan arang. Air minum untuk keperluan laboratorium atau farmasi diperoleh
melalui teknik pemisahan destilasi. Untuk memisahkan minyak bumi menjadi komponen-
komponennya seperti elpiji , bensin , minyak tanah , dilakukan melalui teknik pemisahan
destilasi bertingkat. Melalui teknik pemisahan , ternyata menghasilkan materi yang lebih
penting dan lebih mahal nilainya. ( Sumar Hendayana , 2010 ).
Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu ssenyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang
berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Pada
prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur,
sedangkan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah
tercemar oleh zat lain.Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki manfaat yang sangat
penting dalam ilmu kimia, industri maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam banyak kasus
kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik material itu dari alam (misalnya
minyak tanah) atau yang disintesis di laboratorium, Pemisahan atau pemurnian dengan metode
tertentu perlu dilakukan. Demikian pula dalam pekerjaan di laboratorim maupun dalam proes
industi banyak yang melibatkan pemisahan dan pemurnian. Misalnya pengolahan bijih dari
pertambangan, pemisahan logam dari mineralnya, pengolahan minyak bumi, pengolahan air
minum dan lain-lain. Sedangkan contoh sederhana pemisahan dan pemurnian yang sering
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pemisahan ampas kelapa dengan santannya
dengan penyaringan.
Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan keterampilan,
terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang sangat kecil. Untuk tujuan itu,
dalam ilmu kimia telah dikembangkan berbagai cara pemisahan dari pemisahan sederhana yang
serig dilakukan sehari-hari sampai metode pemisahan dan pemurnian yang kompleks atau tidak
sederhana.( Hiskia.Achmad.1990).
Seperti halnya dekantir, proses penyaringan juga digunakan untuk memisahkan campuran
yang zat penyusunnya cairan dan padatan. Bedanya, ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak
mengendap di dasar cairan, tetapi tersebar pada cairan. Jika campuran jenis ini dipisahkan
dengan dekantir, maka padatan dan cairan tidak terpisah dengan baik. Untuk itu dilakukan
penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan menuang campuran ke atas kertas saring dari
sebuah corong gelas. Kertas saring akan menahan padatan yang lebih besar dari pada ukuran
lubang saring. Padatan yang tertinggal pada kertas saring ini disebut residu. Sementara zat
dengan ukuran partikel lebih kecil dari ukuran lubang saring akan lolos melalui kertas saring.
Zat yang dapat melewati kertas saring ini disebut filtrate (Lutfi, 2007: 51).
Spektrofotometri adalah suatu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi sampel secara kuantitatif, berdasarkan interaksi materi dengan cahaya. Cahaya yang
diserap oleh materi ini akan terukur sebagai Transmitans ataupun Absorbans. Dalam analisis
cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan,
yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), dan daerah Inframerah (700-3000
nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap
(Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi diteruskan (It). Berdasarkan hukum Lambert-
Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang dihamburkan:
Paku Besi
Masukkan dalam larutan asam asetat, biarkan 2 hari
Saring paku yang belum larut dan rendam dengan sedikit akuades
Saring lagi
Sampel asli
Hasil
Cari MSDS untuk Fe2O3
Bandingkan sifat yang Nampak pada endapan yang didapat
Hasil
3. Pengujian kemurnian
Water glass
Fe hasil pemurnian
Sampel asli (NaCl dan Fe2O3) ditimbang dengan menggunakan neraca analitik,
ditambahkan larutan HNO3 pekat sebanyak 5 ml ke dalam gelas kimia 150 ml. dinetralkan
dengan larutan NaOH dengan cara titrasi, bila terjadi kekeruhan, disaring larutan. Dicuci
endapannya. Disatukan air cucian dengan filtrat. Larutan yang dihasilkan ditambahkan
larutan Na2CO3 sampai tidak terjadi lagi pengendapan lebih lanjut. Disaring dan dicuci
endapan. Kemudian disatukan semua endapan, ditambahkan akuades sebanyak 100 ml
sambil diaduk. Disaring padatan-nya, lalu dicuci dengan akuades beberapa kali, dipanaskan
pada suhu 200oC selama 2 jam dalam oven, kemudian didinginkan dan disimpan dalam
desikator. Dicari MSDS untuk Fe2O3, dibandingkan sifat yang nampak pada endapan yang
didapat.
Pengujian Kemurnian
Pertama-tama water glass diencerkan deengan akuades, kemudian ditambahkan
larutran HNO3 encer secara bertahap. lalu dinetralkan dengan larutan NaOH. Dibuat larutan
standar besi (III) nitrat 10,25,50,70,100 ppm. Dicari persamaan regresi linear absorbansi
pada maks nm … dengan menggunakan spektroskop sinar tampak.
Kemudian ditentukan [Fe] dan kadar Fe dalam water glass.
Fe hasil pemurnian dilarutkan sampai Fe larut. Setelah itu dilakukan dengan
spektrofotometri tampak seperti cara diatas. Untuk Fe2O3, dilarutkan dengan HNO3 pekat.
Kemudian ditentukan kadar NaCl dengan cara argentometri.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERLAKUAN PENGAMATAN
Kaca digerus hingga halus dan ditimbang 5 Serbuk berwarna Kristal putih.
gram lalu dimasukkan ke dalam botol Massa = 5,0011 gram.
polipropilena.
Ditambahkan larutan NaOH 6M hingga NaOH larutan tidak berwarna. Menghasilkan
pelarutan tidak terjadi lagi. (6 ml) larutan cokelat kehijauan keruh dan sebagian
silika tidak larut.
Diencerkan dengan aquades sebanyak 7 ml. Larutan cokelat kehijauan keruh agak muda
dan sebagian silika tidak larut.
Ditambahkan larutan H2SO4 6M sebanyak 9 Larutan H2SO4 tidak berwarna. Pada
ml. penambahan per tetes, timbul busa, panas
(eksoterm), dan bersifat asam.
Ditambahkan larutan H2SO4 1M sebanyak 5 Larutan H2SO4 tidak berwarna.
tetes. Menmghasilkan larutan menjadi agak keruh,
masih ada silika yang belum larut berwarna
hijau kecokelatan.
Disaring dengan kertas saring. Filtrat = larutan tidak berwarna.
Residu = berwarna hijau muda.
Ditambahkan larutan Na2CO3 jenuh 3M Larutan Na2CO3 tidak berwarna.
sebanyak 9 ml ke dalan labu Erlenmeyer Menghasilkan larutan berwarna putih keruh.
yang berisi filtrat.
Larutan dievaporasi selama 1 jam Terdapat endapan putih dan larutan berwarna
menggunakan hot plate lalu didinginkan. putih keruh
Dipisahkan presipitannya filtrat dan residu. Filtrat tidak berwarna dan residu berwarna
putih.
PERLAKUAN PENGAMATAN
2 minggu sebelum praktikum 2 minggu sebelum praktikum
Paku berkarat.
Dimasukkan paku besi ke dalam larutan asam Larutan asam asetat tidak berwarna.
asetat, biarkan 2 hari. Menghasilkan karat pada paku terlarut dalam
asam asetat, paku menjadi lebih bersih.
Rendaman paku + asam asetat =
Disaring paku yang belum larut dan rendam
Residu = padatan hitam.
dengan sedikit akuades.
Filtrat = berwarna hitam.
Disatukan semua filtrat dan cek ph-nya Pada saat disatukan filtrat berwarna hitam,
pH asam
Ditambahkan larutan NaOH (bila bersuasana Larutan NaOH tidak berwarna. Menghasilkan
asam) dengan cara titrasi sampai pH basa larutan tidak berwarna, pH =8
Filtrat (340 ml) yang didapat dilarutkan
dengan garam dapur komersial (34 gram)
Garam dapur berbentuk serbuk Kristal putih.
dengan perbandingan
Menghasilkan garam larut dalam filtrat.
Voliume filtrat : berat garam
1 ml : 0,1 gram
Larutan menjadi kering, terdapat endapan
Larutan dievaporasi sampai airnya habis
berwarna cokelat pekat.
Furnice dengan botol kaca dan tutup rapat
Endapan menjadi berwarna hitam
pada suhu 700oC selama 6 jam.
Padatan digerus sampai halus (sampel)
Serbuk halus berwarna hitam
campuran NaCl dan Fe2O3
Pada saat praktikum Pada saat praktikum
Campuran NaCl dengan Fe2O3 ditimbang Campuran NaCl dengan Fe2O3 padatan
sebanyak 3 gram. berwarna hitam.
Massa = 3 gram.
Digerus sampel campuran (NaCl dengan campuran (NaCl dengan Fe2O3) menjadi
Fe2O3) hingga halus. serbuk halus berwarna hitam.
Dimasukkan kedalam gelas kimia dan Campuran NaCl dengan Fe2O3 larut. Larutan
dilarutkan dengan aquades. berwarna hitam.
Disaring dan dicuci endapan dengan aquades Residu = Endapan hitam
lalu disatukan dengan filtrat. Filtrat = tidak berwarna
Dievaporasi hingga airnya habis. Filtrat menjadi padatan berwarna putih
Dilarutkan dengan aquades sampai tidak ada Larutan agak keruh, dan padatan tidak larut
aktifitas pelarutan. (4 ml) sebagian
Didinginkan dalam ice bath Terjadi kekeruhan
Disaring dengan kertas saring, dan cuci Filtrat = tidak berwarna
endapan dengan akuades 3 kali Residu = berwarna putih
Dievaporasi kembali hingga airnya habis. Terdapat padatan NaCl putih
Padatan dipanaskan pada oven dengan suhu Padatan putih menjadi kering
200oC selama 15 menit
Cawan kosong ditimbang Massa cawan kosong = 24,2831 gram
Cawan+kristal NaCl ditimbang. Sebelum dioven
Massa cawan + sampel = 27,5848 gram
Dimasukkan ke dalam desikator setelah Padatan putih menjadi kering
dingin, esok hari timbang
Cawan+ ristal NaCl disimpan. Setelah dioven
Massa cawan + sampel = 25,8415 gram
Tahap kedua dengan sampel asli Tahap kedua dengan sampel asli
Ditimbang sampel campuran NaCl dcan Sampel berbentuk padatan berwarna hitam
Fe2O3 Massa sampel = 3 gram
Ditambahkan larutan HNO3 pekat sebanyak 5 Larutan HNO3 tidak berwarna. Menghasilkan
ml ke dalam gelas kimia 150 ml larutan menjadi panas (eksoterm), berwarna
hijau kehitaman
Dinmetralkan dengan larutan NaOH dengan Pada saat penambahan larutan NaOH
cara titrasi menjadi basa dengan pH = 10, ditambahkan
dengan HNO3 encer sebanyak 1 ml 12 tetes,
dan ditambahkan dengan HNO3 pekat
sebanyak 11 tetes, pH menjadi netral (pH =
7) larutan menjadi berwarna hitam dan
terdapat gelembung gas didasar gelas kimia
Disaring dengan kertas saring Filtrat = tidak berwarna
Residu = berwarna hitam (A)
Filtrat yang dihasilkan, ditambahkan larutan Larutan Na2CO3 tidak berwarna.
Na2CO3 sebanyak 2 ml Menghasilkan larutan menjadi berwarna
putih keruh dan jenuh
Disaring dengan kertas saring dan dicuci Filtrat =- tidak berwarna
endapan Residu = berwarna putih (B)
Disatukan semua endapan ( A dan B ) Endapan berwarna hitam
Ditambahkan akuades sebanyak 100 ml Larutan berwarna hitam
sambil diaduk
Disaring dengan kertas saring Filtrat = kuning bening
Residu = cokelat kehitaman
Cuci endapan dengan akuades Residu = cokelat kehitaman
Dipanaskan dalam oven pada suhu 200oC Padatan cokelat kehitaman menjadi kering
selama 2 jam
Cawan kosong ditimbang Massa cawan kosong = 24,2831 gram
Cawan kosong + sampel Sebelum di oven
Massa cawan + sampel = 27,5848
Didinginkan dan disimpan dalam desikator
Cawan kosong + sampel Setelah dioven
Massa cawan + sampel = 25,8415 gram
Pengujian kemurnian
PERLAKUAN PENGAMATAN
Diencerkan water glass dengan akuades Endapan water glass berwarna putih
Larutan menjadi keruh
Ditambahkan larutan HNO3 encer secara Larutan HNO 3 encer tidak berwarna.
bertahap Menghasilkan pada saat ditambahkan,
terdapat gelembung gas, dan endapan water
glass larut semua
Dinetralkan dengan larutan NaOH Larutan NaOH tidak berwarna. Menghasilkan
larutan menjadi basa (lakmus merah menjadi
biru), ditambahkan dengan larutan H2SO4
sebanyak 4 ml 8 tetes, pH menjadi netral (pH
= 7)
PERLAKUAN PENGAMATAN
Besi(III) nitrat 1000 ppm diencerkan dengan Larutan jingga.
aquades dalam labu takar100 ml.
Dipipet 2,5 ml dan diencerkan dalam labu Larutan kuning
takar 10 ml dengan aquades (10 ppm). Ditambahkan larutan KSCN menghasilkan
Ditambahkan larutan KSCN larutan menjadi bening
Dipipet 6,25 ml dan diencerkan dalam labu Larutan kuning +
takar 10 ml dengan aquades (25 ppm). Ditambahkan larutan KSCN menghasilkan
Ditambahkan larutan KSCN larutan kuning seulas
Dipipet 12,5 ml dan diencerkan dalam labu Larutan kuning ++.
takar 10 ml dengan aquades (50 ppm). Ditambahkan larutan KSCN menghasilkan
Ditambahkan larutan KSCN larutan kuning seulas
Dipipet 18,75 ml dan diencerkan dalam labu Larutan kuning +++.
takar 10 ml dengan aquades (75 ppm). Ditambahkan larutan KSCN menghasilkan
Ditambahkan larutan KSCN larutan kuning seulas
PERLAKUAN PENGAMATAN
Sampel Fe dioven pada suhu 200oC Padatannya berwarna hitam dan terdapat
putih-putih
Dilarutkan dengan larutan HNO3 pekat Larutan HNO 3 pekat tidak berwarna.
sebanyak 5 ml Menghasilkan larutan menjadi berwarna
hitam
Dinetralkan akuades sebanyak 5 ml, setelah Filtrat = tidak berwarna
itu dilakukan penetralan dengan larutan Residu = berwarna hitam
NaOH dan ditambahkan larutan HNO3
sebanyak 7 tetes, kemudian dilakukan
penyaringan
Filtrate yang dihasilkan dimasukkan ke Larutan tidak berwarna
dalam botol sampel, lalu ditambahkan larutan
KSCN sebanyak 1 tetes
Diuji dengan spektrofotometri Menghasilkan panjang gelombang 455 nm
dengan 0,017 Absorbansi
Water glass atau natrium silikat adalah merupakan salah satu turunan dari senyawa silika yang
cukup melimpah di Indonesia. Bahan baku pembuatan water glass pada umumnya adalah pasir
kuarsa. Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri dari kristal-kristal silika dan mengandung
pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.
Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO 2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O,
berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala
Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 1715ºC, bentuk kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan
konduktivitas panas 12 – 1000ºC (Anonim,2005).
Pada awalnya water glass dibuat engan cara memanaskan pasir kuarsa dan natrium karbonat
dalam furnace pada suhu 1400ºC. Namun sekarang ini water glass dibuat dari bahan yang
mengandung silika dengan cara ekstraksi larutan alkali. Sehingga water glass dapat dibuat dengan
suhu yang rendah.
Percobaan ini bertujuan untuk membentuk water glass yang menggunakan bahan utama botol
kaca bekas. Botol kaca digunakan karena kaca memiliki rentang komposis yang lebih sempit dan
kaca berbahan utama pasir kuarsa. Pertama-tama botol kaca digerus sampai halus sehingga
diperoleh serbuk warna putih halus. Kaca harus digerus sampai halus supaya mudah larut dalam
proses pelarutan. Serbuk halus kaca ditambahkan dengan larutan NaOH 6M, larutan NaOH ini
berfungsi untuk meleburkan atau melarutkan silika. Serbuk sukar larut dan diperoleh larutan cokelat
kehijauan keruh. Wadah yang digunakan dalam membuat water glass pada percobaan ini adalah
propilena karena silika tidak akan bereaksi dengan propilena. Larutan NaOH digunakan karena
NaOH mempunyai titik lebur yang lebih rendah dari Na 2CO3 sehingga dalam proses peleburannya
membutuhkan energi yang rendah. Konsentrasi NaOH akan mempengaruhi konsentrasi water glass
yang diperoleh. Setelah dilarutakan kedalam larutan ditambahkan aquades sampai volumenya dua
kali lipat. Reaksi yang terjadi adalah:
SiO2(s) + 2NaOH(aq) + H2O(aq) Na2SiO3(aq) + 2H2(aq)
Selanjutnya larutan ditambahkan larutan asam sulfat yang berfungsi untuk menetralkan pH
larutan yang awalnya basa. Penetralan ini berfungsi agar pembentukan silika bisa sempurna. Setelah
ditambahkan asam sulfat terbentuk endapan warna hijau muda dan filtrat berupa larutan tidak
berwarna. Reaksi yang terjadi yaitu:
Filtrat yang diperoleh ditambahkan natrium karbonat, larutan yang awalnya tidak berwarna
menjadi larutan berwarna putih keruh. Penambahan natrium karbonat ini untuk meleburkan silika
yang belum terleburkan dengan NaOH. Reaksi yang terjadi yaitu:
Larutan dievaporasi sehingga menghasilkan larutan kental dan endapan putih sedikit
kekuningan, larutan kental ini adalah natrium silika. Selanjutnya disentrifugasi untuk memisahkan
presifitatnya. Dikarenakan pada saat praktikum tidak disentrfugasi dikarenakan alatnya rusak maka
memakai hot plate. Setelah dipanaskan dalam hot plate didinginkan terlebih dahulu lalu dilarutkan
dalam akuades dalam gelas kimia dan didapatkan endapan putih yang diperoleh adalah water glass
yang belum murni, ditambahkan aquades yang berfungsi untuk melarutkan endapan. Dan disaring
menggunakan kertas saring dan didapatkan endapan berwarna putih dan filtrat larutan tidak
berwarna. Ditambahkan larutan HNO3 encer, fungsi HNO3 encer ini adalah untuk memisahkan water
glass dari zat-zat lain seperti kalsium, aluminium, magnesium, besi dan titanium. Zat-zat tersebut
akan larut dengan asam nitrat pekat. NaOH ditambahkan kedalam larutan untuk menetralkan larutan
yang awalnya asam.
Water glass yang sudah murni selanjutnya diukur absorbansinya untuk menentukan kadar Fe
yang ada didalamnya, dari hasil pengukuran absorbansi diperoleh konsentrasi Fe dalam water glass
sebesar 39,7143 ppm. Ini menunjukan bahwa water glass belum murni.
Berdasarkan msds water glass atau natrium silika mempunya sifat fisik berwarna putih bening
atau warna lain bergantung kepada senyawa pengotornya, misal warna kuning mengandung oksida
besi, merah mengandung oksida tembaga. Hasil water glass dari percobaan ini adalah padatan putih
yang sedikit kuning, ini menunjukan water glass yang dihasilkan mengandung Fe.
Percobaan selanjutnya adalah pemisahan NaCl dan Fe2O3 dari campurannya. Campuran NaCl
dan Fe2O3 diperoleh dengan merendam paku besi dengan asam asetat selama dua hari. Besi yang
disimpan dalam asam akan mengalami reaksi redoks sehingga paku akan berkarat dan larut dalam
asam asetat. Reaksi yang terjadi yaitu:
Fe3+ + CH3COOH Fe(CH3COO)3 + H2
Paku yang tidak larut disaring dan filtratnya di cek pH nya jika asam maka harus dinetralkan
terlebih dahulu dengan penambahan larutan NaOH. Pada saat penambahan larutan NaOH larutan
tidak berwarna dan pH = 8. Selanjutnya kedalam filtrat dimasukan garam dapur. Filtrat dipanaskan
pada suhu 700ºC selama 6 jam, bertujuan untuk menghilangkan air dan zat anorganik lain yang ada
dalam sampel. Setelah dipanaskan endapan didinginkan dalam desikator, fungsi desikator ini adalah
untuk mengeringkan dan mendinginkan sampel yang akan dianalisis.
Pemisahan NaCl dari campurannya yaitu dengan Fe2O3 dilakukan dengan melarutkan sampel
campuran dengan aquades sehingga menghasilkan larutan warna coklat kehitaman, NaCl akan larut
dengan aquades membentuk ion-ionnya. Larutan disentrifugasi untuk memisahkan campuran padat
atau cair yang tidak saling larut. Dikarenakan pada saat praktikum tidak disentrfugasi dikarenakan
alatnya rusak maka langsung disaring menggunakan kertas saring. Endapan hasil penyaringan
dicuci dengan aquades . Larutan yang telah disaring dievaporasi untuk menguapkan air yang
terdapat didalamnya sehingga diperoleh endapan. Endapan ditambahkan aqudes untuk melarutkan
endapan dan disimpan pada ice bath. Karena pada larutan terjadi kekeruhan maka dilakukan
penyaringan. Dan didapatkan dalam penyaringan endapan berwarna putih dan filtrat tidak berwarna.
Endapan yang dihasilkan dicuci dengan akuades kemudian dievaporasi yang bertujuan untuk
menghilangkan kadar air dan zat-zat lain yang ada dalam endapan. Menghasilkan terdapat endapan
kering berwarna putih. Setelah itu dipanaskan dalam oven, sebelum dipanaskan dalam oven
ditimbang terlebih dahulu, tujuannya untuk membedakan selisih berat sebelum dioven dan setelah
dioven dan didapatkan sebelum dioven massa cawan + sampel sebesar 25,4153 gram, massa cawan
kosongnya sebesar 23,2757 gram, dan berat NaCl dan Fe2O3 sebelum dipanaskan 2,1396 gram.
Endapan yang dihasilkan sebelumnya dimasukkan dalam oven dengan suhu 200 oC selama 15 menit
untuk menghilangkan kadar air dan zat-zat lain yang ada dalam endapan. Setelah dipanaskan
endapan didinginkan dalam desikator, fungsi desikator ini adalah untuk mengeringkan dan
mendinginkan sampel yang akan dianalisis. Kemudian ditimbang dan didapatkan massa cawan +
sampel sebesar 25,0927 gram. Berat NaCl dan Fe2O3 hasil dari percobaan ini adalah 1,8710 gram.
Padatan campuran NaCl dan Fe2O3 yang telah dipisahkan di tentukan kadar nya tetapi sebelum
itu ditimbang terlebih dahulu dan didapatkan sebesar 3 gram. Sampel campuran NaCl dan Fe 2O3
ditambahkan dengan larutan HNO3 pekat, larutan HNO3 pekat ini berfungsi untuk meleburkan atau
melarutkan sampel. Pemisahan Fe2O3 dilakukan dengan melarutkan sampel campuran dengan asam
nitrat. Ini karena Fe akan larut dalam HNO3 menghasilkan ion Fe3+. Reaksi yang terjadi yaitu:
Selanjutnya dinetralkan dengan larutan NaOH dengan cara titrasi argentometri metode Mohr.
Metode Mohr digunakan untuk menetapkan kadar klorida dalam suasana netral dengan larutan
standar perak nitrat dan penambahan kalium kromat sebagai indikator. Pada saat penambahan
larutan NaOH menjadi basa dengan pH = 10, dilakukan penambahan larutan kembali dengan HNO 3
encer sebanyak 1 ml 2 tetes dan ditambahkan lagi dengan larutan HNO3 pekat sebanyak 11 tetes
agar pH menjadi netral dan hasilnya menjadi netral dengan pH = 7. Titrasi dilakukan pada suasana
netral karena jika suasana larutan terlalu asam akan mengurangi kepekaan indikator, sedangkan jika
terlalu basa akan terbentuk Na2O. Larutan disaring dan diperoleh filtrat warna kuning, warna kuning
ini menunjukan adanya ion Fe3+, residu yang dihasilkan dicuci dengan aquades. Filtrat yang
dihasilkan ditambahkan dengan larutan Na2CO3 larutan menjadi putih keruh dan jenuh. Kemudian
disaring dan dicuci endapan, dihasilkan filtrat tidak berwarna dan endapan berwarna putih. Setelah
itu disatukan semua endapan, endapan menjadi berwarna hitam. Ditambahkan akuades, tujuannya
untuk meleburkan atau melarutkan sampel campuran endapan. Kemudian dipanaskan pada suhu
200ºC selama 2 jam. Pemanasan ini berfungsi untuk menguapkan zat-zat lain yang ada pada sampel
sehingga hanya diperoleh Besi (III) oksida, yang berwarna hitam kecoklatan. Sebelum dipanaskan
dalam oven ditimbang terlebih dahulu, tujuannya untuk membedakan selisih berat sebelum dioven
dan setelah dioven dan didapatkan sebelum dioven massa cawan + sampel sebesar 27,5848 gram,
massa cawan kosongnya sebesar 24,2831 gram, dan berat NaCl sebelum dipanaskan 3,3017 gram.
Setelah dipanaskan endapan didinginkan dalam desikator, fungsi desikator ini adalah untuk
mengeringkan dan mendinginkan sampel yang akan dianalisis. Kemudian ditimbang dan didapatkan
massa cawan + sampel sebesar 25,8415 gram. Berat NaCl hasil dari percobaan ini adalah 1,5584
gram. Padatan yang dihasilkan kemudian dilarutkan dengan asam nitrat. Larutan diukur
absorbansinya untuk menentukan konsentrasi besi dalam padatan yang dihasilkan. Dari hasil
perhitungan diperoleh konsentrasi besi dalam campuran NaCl dan Fe 2O3 sebesar 18,2857 ppm. Ini
menunjukan konsentrasi besi dalam campuran sangat kecil.
Selanjutnya larutan besi dititrasi dengan KSCN menghasilkan senyawa kompleks larutan coklat
kemerahan. Titrasi ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi besi dalam larutan. Ion kompleks
memiliki sifat berbeda dengan atom pusat atau ligan pembentuknya. Pada kompleks Fe(SCN) 2+, ion
SCN- tidak berwarna dan ion Fe3+ berwarna coklat sehingga ketika kedua spesi ini direaksikan akan
membentuk ion kompleks berwarna merah darah. Dari hasil titrasi diperoleh konsentrasi Fe sebesar
1,708x10-3 M.
Dalam percobaan ini digunakan aquades sebagai larutan blanko. Larutan blanko adalah larutan
yang mengandung analit. Larutan blanko digunakan untuk kalibrasi sebagai larutan pembanding.
Larutan blanko berfungsi agar pada saat dilakukan pengukuran absorbansi pada sampel, zat-zat lain
yang mungkin saja terdapat dalam sampel tidak terukur absorbansinya, sebab jika terukur nilai
absorbansi dari sampel tersebut tidak benar-benar murni.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pemisahan dan pemurnian NaCl dapat dilakukan dengan sentrifugasi dan evaporasi sampel
paku yang telah dipreparasi yang direaksikan dengan berbagai pereaksi yang mengandung
Na+.
2. Pengujian pemurnian dilakukan agar sampel daqpat dihitung kadar dan nilai absorbansinya
menurut persamaan garis dari data-data absorbansi yang dibuat grafik (diambil grtadiennya),
serta menghitung kadarnya dengan gravimetri.
3. Massa NaCl dari sampel paku NaCl didapatkan sebesar 0,3226 gram
4. Massa Fe2O3 didapatkan sebesar 1,7433 gram
5. Rendemen Fe2O3 didapatkan sebesar 58,11%
6. Menentukan Fe dari Fe2O3 didapatkan sebesar 0,6101
7. Menentukan konsentrasi Fe dalam water glass didapatkan sebesar 39,7143 ppm
8. Menentukan konsentrasi Fe dalam sampel paku karat-NaCl didapatkan sebesar 18,2857 ppm
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
- Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep inti Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
- G. Svehla. 1990. Vogel : Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro
Edisi V bagian 1 dan 2. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
- Hiskia.Achmad.1990. Penuntun Kimia Anorganik. FMIPA.ITB Bandung.
- Mikarjudin. 2007. IPA TERPADU. Jakarta : ESIS.
- Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jili kesatu. Jakarta : Erlangga
- Sumar Hendayana,Ph.D.2010.Kimia Pemisahan.Bandung : Rosda.
- Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar prinsip-prinsip dan Aplikasi modern. Jakarta : Erlangga.
- Vlack, Lawrence H. Von. 2004. Element-element Ilmu dan Rekayasa Material Edisi
Keenam. Jakarta : Erlangga.
BAB VI
LAMPIRAN
VI. 1 PERHITUNGAN
Pembuatan Larutan
NaOH 0,5M 100 ml
gr 1000
M= +
Mr V
gr 1000
0,5 M = +
40 gr /mol 100 ml
0,5 × 40
gr=
10
= 2 gram
NaOH 6M 50 ml
gr 1000
M= +
Mr V
gr 1000
6 M= +
40 gr /mol 50 ml
6 × 40
gr=
20
= 12 gram
KSCN 0,1M 10 ml
gr 1000
M= +
Mr V
gr 1000
0,1 M = +
97 gr /mol 10 ml
0,1 ×97
gr=
100
= 0,097 gram
= 15,58 M
M1 . V1 = M2. V2
(15,58M). V1 = 0,5M . 100 ml
0,5 ×100
V 1=
15,58
¿ 3,21 ml
W Fe 2 O3
Rendemen Fe2O3 ¿ ×100 %
Massa sampel awal dipakai
1,7433 gram
¿ ×100 %
3 gram
= 58,11%
56 gram/mol
¿ ×1,7433 gram
160 gram/mol
= 0,6101 gram
Perhitungan pembuatan larutan deret standar
Pembuatan Fe(NO3)3 10 ppm 25 ml dari 100 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . (100 ppm) = (25 ml) . (10 ppm)
10× 25
V1 = = 2,5 ml
100
Pembuatan Fe(NO3)3 25 ppm 25 ml dari 100 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . (100 ppm) = (25 ml) . (25 ppm)
25× 25
V1 = = 6,25 ml
100
Persamaan Reaksi
Reaksi Redoks
Fe(s) + H2SO4 (aq) → FeSO4 (aq) + H2 (g)
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) + NaNO3(aq)
AgCl (s) → Ag+ (aq) + Cl- (aq)
Ag (aq) + Cl- (aq)→ AgCl (s)
+
Reaksi Katalisis
2Fe(NO3)3(aq) + 3Na2S2O3 (aq) → Fe2 (S2O3)3 (aq) + 6NaNO3 (aq)
FeSO4 (s) + Na2S2O3 (aq) → Na2SO4 (aq) + Na2 [Fe(S2O3)2] (aq)
2CuSO4 (aq) + Na2S2O3 (aq) → 2NaSO4(aq) + Cu2S2O3 (aq)
NiSO4 (aq) + Na2S2O3 (aq)→ NiS2O3(aq) + Na2SO4(aq)
2. Carilah data entalpi dan entropi semua reaktan produknya, lalu hitung perubahan energi
bebasnya. Lalu tentukan jenis kendali (termokimia atau kinetika) yang dominan pada tiap
reaksi yang telah dilakukan!
Jawab:
- Reaksi antara HCl dan NaOH . HCl merupakan asam kuat dan NaOH merupakan basa kuat.
Nilai entalpi = (-411,15 + (-285,83))-((-425,61) + (-167,16). Sehingga jika dikalkulasikan
nilai entalpi tersebut yaitu -104,21 kj/mol. Sedangkan nilai entropinya = (72,13 + 69,91)-
(64,46 + 56,5)=21,08 kj.mol. nilai perubahan energi bebasnya= entalpi-Tentropi= (-140,21
kj/mol) – (311K(21,08 x 103 kj/mol)=-110,7559 kj/mol.
- Reaksi antara ammonia dan asam asetat, entalpi=(-486,01) + (-132,51)-(-485,76) + (80,29).
jika dikalkulasikan nilai entalpi tersebut yaitu -52,47 kj/mol. Entropi=(86,6 +113,4)-(178,7
+ 111,3)=-90kj/mol. nilai perubahan energi bebasnya= entalpi-Tentropi=-52kj/mol-
(305K(90 x 103 kj/mol)= -25,02 kj/mol.
- Reaksi antara natrium karbonat dan kalsium klorida, entalpi= (2(-411,15) + (-1207,1))-((-
1157,38) + (-709,99) jika dikalkulasikan nilai entalpi tersebut yaitu -162,03 kj/mol.
Sedangkan nilai entropinya= (72,13 + 887) – (61,1 + 3,4)= 96,33 kj/mol. nilai perubahan
energi bebasnya= entalpi-Tentropi=(-162,03 kj/mol-(351K(96,33 x 103 kj/mol)=-195.8418
kj/mol.
- Pada reaksi redoks terjadi peningkatan bilangan oksidasi sehingga jenis kendalinya yaitu
kendali termokimia.
- Pada pembentukan kompleks dan substitusi ligan terjadi pergantian ligan dan jenis
kendalinya yaitu kinetika.
- Pada reaksi katalisis, reaksi yang terjadi sangat cepat karena bantuan katalis. Sehingga jenis
kendalinya adalah termodinamika.
3. Apa yang terjadi pada natrium tiosulfat! Bagaimana pengaruh penambahan tiap garam
[nikel(II) sulfat, tembaga (II) sulfat, besi(II), dan kobal(II) klorida]?
- Pada nikel(II) sulfat : larutan natrium tiosulfat ditambahkan dengan larutan nikel(II) sulfat
larutan berwarna hijau dan terlihat tanda X dalam waktu 40,93 detik
- Pada tembaga(II) sulfat : larutan natrium tiosulfat ditambahkan dengan larutan tembaga(II)
sulfat hasilnya menjadi larutan berwarna hijau kekuningan hijau hijau toska dan
terlihat tanda X dalam waktu 5,2 detik.
- Pada penambahan besi(II) sulfat : larutan natrium tiosulfat ditambahkan dengan larutan
besi(II) sulfat larutan berwarna kuning pucat dan terlihat tanda X dalam waktu 2 menit 11
detik.
- Pada kobal(II) klorida tidak dilakukan karena terbatasnya bahan.
A. MSDS
- Underwood, A.L dan Day, R.A. 1999. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Jakarta: Erlangga.
- Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba . PT. Gramedia, Jakarta.
- Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourt Printing. Auburn University
Agricultural Experiment Station, Alabama USA. 395.-
- G, Alaerts dan S.S. Santika. (1987). Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
- Graham, J.B. 1997. Air Breating Fishes. Academic Press, London.
- Huet, H.B.N. 1970. Water Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Problems in Water Pollution.
PHS. Publ. No. 999-WP-25. 160-167 pp.
- Lee,C.D. wang and C. L. Kuo 1978. Benthos Makro invertebrate and fish as biologycal indikator
of water quality. In E.A.R. Quano. Asian Ins. Teach, Bangkok.
- Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. C. V. Rajawali. Jakarta.
- Mc Neelev, 1978 dalam Effendi Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya
dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanius. Yogyakarta.
- Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. Third edition. W. saunders. CO, Philadelphia.
- Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk
- Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin
Sungai Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O –
LIPI hal 42 – 46.
Soeseno, S. 1970. Limnologi. Direktorat JenderaL Perikanan Departemen Perikanan, Jakarta.
Soeseno. S . 1970. Limnologi untuk Sekolah Perikanan Menengah Atas. IPB, Bogor.
Soeseno. 1970. Pencemaran Lingkunga. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Tengah.
Soeseno,S.1974.Limnologi.Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan : Jakarta.
Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UIP: 6-7.
Swingle, H.S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds. F.A.O. Fish,
Rep. 44, 4 , 379 – 406 pp.
Wardoyo. S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Perikanan dalam Analisa Dampak Lingkungan.
PLN-PUDSI. IPB. Bogor.
- Iklan
-
https://yohanissarmaidiot.blogspot.com/2016/01/laporan-kadar-air-tanah.html
https://mershaly.wordpress.com/2010/01/05/laporan-praktikum-kimia-air/