PENDAHULUAN
2.2 Silika
Silika merupakan nama ilmiah dari grup mineral yang tersusun dari silikon dan oksigen.
Silika adalah senyawa kimia. Senyawa kimia (SiO2) terbentuk dari silikon (Si) dan atom
oksigen (O). Senyawa kimia didefinisikan sebagai substan yang jelas dan murni terbentuk oleh
gabungan dua elemen atau lebih. Karena oksigen merupakan elemen yang paling melimpah di
kulit bumi dan silikon merupakan elemen yang paling melimpah nomor dua, pembentukan
silika benar-benar sangat alami. Pasir silika, hanya disebutkan sebagai subtans yang digunakan
untuk memperoleh silikon, terbuat dari kuarts, di mana pasir silika paling umum membentuk
silika di alam. Ketika kuarts dipelajari pada skala atomik dengan menggunakan analisis sinar-
X maka dapat disimpulkan strukturnya adalah kristal. Empat atom oksigen saling terhubung
dalam bentuk tiga dimensi yang disebut tetrahedron. Di tengah struktur ini adalah satu atom
silikon. Oleh karena itu, struktur ini disebut silikon-oksigen (SiO4) tetrahedron. Tetrahedron
artinya “empat permukaan” dan menunjukksn bentuk struktur SiO4. Untuk bentuk kristal
kuarts, banyak sekali tetrahedra tiga dimensi untuk bergabung bersama-sama pada sudut atom
oksigen seperti pada gamba berikut
Ekosistem pesisir pantai, menyimpan berbagai potensi sumber daya alam yang bisa
dimanfaatkan dan diolah, seperti pasir pantainya sendiri. Pasir pantai memiliki
keanekaragaman yang bergantung dari letak, kondisi dan material terbentuknya. Kondisi fisik
yang dapat dibedakan dari pasir pantai adalah dengan warna pasir tersebut, misalnya pasir
dengan warna hitam pekat memiliki kandungan material berupa besi oksida, sedangkan pasir
dengan warna putih memiliki kecenderungan material berupa kuarsa. Pasir kuarsa memiliki
kecenderungan berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya.
Kandungan yang dominan adalah silika (SiO2) dan sisanya merupakan pengotor seperti CaO,
Fe2O3, TiO2, K2O (Widianto, 2013)
Silika merupakan keramik temperatur tinggi yang banyak digunakan dalam industri
baja dan gelas. Bata silika dibuat dengan membakar kuarsa yang tingkat kemurniannya rendah
pada temperatur 1450°C, dan dengan demikian mengkonversi sedikitnya 98,5% bagiannya
menjadi campuran tridimit dan kristobalit yang bentuknya lebih “terbuka” dan kurang padat.
Berikut kristal utama silika
Istilah konversi di sini ekivalen dengan istilah konversi unutk transformasi yang
karakternya dapat disusun ulang, melibatkan pemutusan dan penggabungan kembali ikatan
interatomik. Perubahan zat padat ini umumnya lambat dan akibatnya sruktur kristal seringkali
tertahan dalam kondisi metastabil pada temperatur di luar rentang stabilnya. Transformasi dari
satu modifikasi ke modifikasi lain hanya mencakup perpindahan ikatan dan reorientasi arah
ikatan yang disebut inversi (Smallman and Bishop, 1999)
2.3 PEG
Polietilen glikol (PEG) adalah polimer yang tersusun dari pengulangan sub-unit dari
struktur yang sama (monomer). Polietilen glikol menunjukkan oligomer atau oksida polimer
etilen. Struktur kimia dari PEG adalah HO-(CH2-CH2-O)n-H. PEG 4000 berarti menunjukkan
berat molekul rata-ratanya mendekati 4000 (Unga et al., 2009). Sifat dari PEG yaitu
biokompatibel, tidak beracun, tekanan uap rendah, selama perubahan fasa dari padat ke cair perubahan
volumenya sedikit atau bahkan tidak terjadi, pencampurannya kongruen dan stabilitas kimia dan termal
yang tinggi (Alkan et al., 2006) . Distribusi ukuran dapat dikarakterisasi secara statistik oleh rata-
rata berat molekul (Mw) dan rata-rata jumlah berat molekul (Mn)(Smallman and Bishop, 1999).
Mw dan Mn dapat diukur dengan menggunakan spektroskopi massa. Polietilen glikol dapat larut
dalam air, metanol, benzena, dikhlorometana dan tidak larut dalam dietil eter dan heksana.
Dietil eter dan heksana adalah pasangan molekul hydrophobic non-toxic (tidak beracun) yang
dimanfaatkan dalam berbagai macam produk. Di samping dimanfaatkan dalam bidang farmasi,
PEG juga dimanfaatkan di kehidupan sehari-hari seperti untuk kosmetik, perlengkapan mandi,
campuran cat, tinta, industri kertas, dan produk pasta gigi, karena mampu mengikat air.
2.4 DMA
Instrumen Dynamic Mechanical Analysis (DMA) merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur sifat viskoelastis (kombinasi antara elastic solid dan Newtonian fluid) bahan
polimer(Keskin et al., 2014). Gaya sinusoidal (stress) yang diaplikasikan pada sampel akan
menghasilkan strain (sampel displacement) dengan temperatur dan frekuensi yang dapat
divariasi.
Skema pengukuran dengan DMA menggunakan mode tarik (tensile) dan geser (shear)
ditunjukkan Gambar 2.2(a) dan (b). Pada kedua mode seperti yang digambarkan tersebut, gaya
diberikan secara vertikal.
(a)
(a) (b)
(b)
(a) menggunakan
Gambar 2.2 Skema pengukuran dengan DMA (b) mode (a) tarik (tensile) dan
(b) geser (shear).
Secara teoretik, menurut Hukum Hook untuk benda elastik atau Hukum Newton untuk
benda viskus, sebuah benda yang diberi tegangan (gaya per satuan luas), , akan mengalami
regangan (rasio perubahan “panjang” per “panjang mula-mula”), , yang relasinya dinyatakan
dengan;
= E ............................................................................................ (2.1)
dengan E adalah modulus elastisitas benda tersebut. Pengukuran dengan DMA menggunakan
tegangan sinusiodal untuk merekam respon dari material berupa sinyal tegangan yang juga
sinusoidal. Jika sinyal respon sefase (in phase) dengan tegangan awal, maka material dikatakan
elastik sempurna. Sebaliknya, jika sinyal respon berbeda fase sebesar 90, maka material
disebut viskus sempurna. Sebagian besar material berperilaku di antaranya, sehingga dikatakan
memiliki sifaf viskoelastik. Secara umum, respon yang diberikan material dinyatakan dengan
ɛ(t) = ɛ0 sin (ωt + δ) ....................................................................... (2.2)
dengan 0 adalah regangan pada tegangan maksimum. Material elastik akan memberikan
respon dengan = 0, viskus dengan = 90, sedangkan material viskoelastik 0 < < 90.
Ilustrasi sinyal respon DMA dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 (a) Material ketika diberikan tegangan sinusoidal akan memberikan respon berupa (b) δ =
0ᵒ untuk material elastik sempurna, (c) δ = 90ᵒ untuk material viskus, dan (d) 0 < < 90 untuk material
viskoelastik (Menard, K.P, 2008).
)
.
Gambar 2.5 (a) Penetuan temperatur Ea dari E”, (b) Plot grafik ln f terhadap 1/T (Liu et al., 2012b).
Berdasarkan luaran DMA yang didapatkan di atas, gradien dari plot grafik antara ln f
dan 1/T menyatakan Ea dari material.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sintesis dan karakterisasi sifat termo-mekanik serta
pada komposit PEG 4000/Nanosilika menggunakan DMA. Rancangan penelitian ini akan
diuraikan menjadi tiga bagian, yaitu (1) sintesis silica kuarsa , (2) sintesis kuarsa giling, (2)
sintesis komposit, dan (3) pengujian dengan instrumen dynamic mechanical analyzer (DMA).
Pasir Silika
Saring
Stirrer 30
menit
Rendam dalam HCl 2M 1 : 30
selama 12 jam
Kompaksi 4500 N
Dipanaskan 50C
Karakterisasi
Match! 2 Rietica
Kesimpulan
Disusun oleh:
AZARIA ARIFA
NRP 01111440000075
Dosen Pembimbing:
Prof. Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D.
NIP: 19660224 199002.1.001
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS ILMU ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH VARIASI WAKTU PENGGILINGAN TERHADAP SIFAT
TERMOMEKANIS KOMPOSIT PEG/KUARSA DENGAN
DYNAMIC MECHANICAL ANALYZER (DMA)
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Tugas Akhir Program Strata 1
Departemen Fisika
Fakultas Ilmu Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Oleh :
AZARIA ARIFA
01111440000075
Menyetujui,
Dosen Pembimbing:
Mengetahui,