KAJIAN PUSTAKA
pendapat Locke bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang positif
dari seseorang yang ditimbulkan dari penghargaan atas sesuatu pekerjaan yang
telah dilakukannya. Dikatakan lebih lanjut bahwa kepuasan kerja merupakan hasil
seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
Pegawai yang menikmati pekerjaan akan merasa puas jika hasil kerja keras dan
kerja yang meliputi reaksi atau kognitif, afektif, dan evaluatif dan menyatakan
bahwa kepuasan kerja adalah ”keadaan emosi yang senang atau emosi positif
Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi pegawai mengenai seberapa baik
pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Terdapat tiga dimensi
11
12
yang diterima secara umum dalam kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja
kerja dapat dilihat dan dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan
menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan.
senantiasa memonitor kepuasan kerja, karena hal ini dapat mempengaruhi tingkat
Menurut Malthis (2006) kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif
secara umum adalah kepuasan dalam pekerjaan itu sendiri, gaji, pengakuan,
hubungan antara supervisor dengan tenaga kerja, dan kesempatan untuk maju.
itu sendiri. Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada, karena setiap
individu pegawai berbeda standar kepuasannya. Indikator kepuasan kerja ini dapat
diukur dengan kedisiplinan, moral kerja, dan labour turnover yang kecil, maka
13
secara relatif kepuasan kerja pegawai baik tetapi sebaliknya jika kedisiplinan,
moral kerja dan labour turnover besar, maka kepuasan kerja pegawai pada
desain pekerjaan aktual yang dirasakan oleh pegawai. Jadi, tingkat kepuasan
antara kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karir yang dirasakan dengan
harapan pegawai. Apabila kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karirnya
tidak sesuai dengan harapan atau harapan melebihi kinerja desain dan evaluasi
pekerjaan dan karirnya, maka pegawai akan kecewa. Sedangkan apabila kinerja
desain dan evaluasi pekerjaan dan karirnya sesuai dengan harapan atau bahkan
melebihi harapannya, pegawai akan merasa sangat puas. Jadi kepuasan kerja
menemukan titik temu antara apa yang dia harapkan dari pekerjaan itu dan apa
Menurut Kreitner dan Kinicki (Wibowo, 2007), terdapat lima faktor yang
2) Discrepancies (perbedaan)
4) Equity (keadilan)
tempat kerja.
teori dengan teori yang lain saling menunjukkan prinsip yang berbeda. Rivai
(2004) pada umumnya ada 3 (tiga) teori yang dibicarakan, berikut yang sering
dibahas dan digunakan. Teori yang pertama dipelopori oleh Porter (1961), adalah
Comparison Process yang dikenal juga sebagai Teori Keadilan atau Equity
Theory. Teori yang ketiga yaitu teori dua faktor (Two factor theory) teori ini
1) Discrepancy theory
should be and how much there is now). Apabila yang didapat ternyata lebih
besar dari pada yang diinginkan, maka akan menjadi lebih puas lagi, walaupun
dari suatu perbandingan yang dilakukan oleh dirinya sendiri terhadap berbagai
macam hal yang mudah diperolehnya dari pekerjaan dan menjadi harapannya.
16
kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari
bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasa
adanya keadilan (equity). Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi
Two factor theory dikenal juga dengan nama teori dua faktor. Teori ini
dikemukakan oleh Herzberg (1959). Prinsip teori dua faktor ini adalah
kepuasan kerja dan ketidakpuasan itu merupakan dua hal yang berbeda.
dan yang lain dinamakan satisfier atau kepuasan. Satisfier (motivator) ialah
hubungan pribadi, kondisi kerja dan status, jika hal tersebut tidak terpenuhi
seseorang akan tidak puas. Namun perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini
kepuasan orang dalam bekerja, ditengarai oleh dekatnya jarak antara harapan dan
kenyataan yang didapat, sesuai dengan harapannya dan demikian juga yang
diterima rekan sekerja lain adalah sama atau adil seperti yang diterima sesuai
dengan pengorbannya. Teori dua faktor, faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik,
dimana faktor intrinsik merupakan sumber kepuasan kerja dan faktor ekstrinsik
dalam bekerja, ditengarai oleh dekatnya jarak antara harapan dan kenyataan yang
didapat sesuai dengan harapannya, dan demikian juga yang diterima rekan sekerja
lain adalah sama atau adil seperti yang diterima sesuai dengan pengorbanannya.
18
2) Upah/gaji
Upah dan gaji merupakan hal yang signifikan, namun merupakan faktor
3) Promosi
terhadap kepuasan kerja, karena promosi bisa dalam bentuk yang berbeda-
4) Supervisi
pula.
5) Kelompok kerja
Rekan kerja yang ramah dan kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja
Jika kondisi kerja bagus (lingkungan sekitar bersih dan menarik) misalnya,
namun bila kondisi kerja rapuh (lingkungan sekitar panas dan berisik)
kerja cukup variatif, namun pendapat berikutnya yang diberikan oleh Gilmer
(As’ad, 1998) dengan sepuluh faktor kepuasan kerja nampaknya jauh lebih
1) Kesempatan untuk maju, dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
diperolehnya.
adalah faktor yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang
ayah dan sekaligus atasan. Supervisi yang buruk berakibat absensi dan
turn over.
20
6) Faktor intrinsik dari pekerjaan, dimana atribut yang ada pada pekerjaan
8) Aspek sosial, merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi
dalam pekerjaan.
dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar,
10) Fasilitas, termasuk didalamnya fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun,
yang dilakukan oleh Timmreck (2001), yang berjudul “Managing, Motivation and
pertama adalah pekerjaan itu sendiri, terkadang pekerjaan yang dilakukan sangat
membosankan, membuat jenuh dan dapat membuat pekerja menjadi stress, ada
21
juga pekerjaan yang sangat sulit dan menuntut kekuatan fisik yang kemungkinan
akan memicu ketidakpuasan dalam bekerja. Sementara aspek yang kedua adalah
dua set data longitudinal karyawan di sebuah sekolah (rural school district in New
dampak positif dan mendorong kepuasan kerja. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian di atas, yaitu dari variabel yang digunakan, diantaranya kepuasan kerja
serta teknik analisis yang digunakan yaitu analisis SEM. Sedangkan perbedaannya
adalah pada jenis data yang digunakan, dimana pada penelitian di atas
menggunakan data longitudinal (data karyawan yang telah ada / data sekunder)
penelitian yang dilakukan oleh Ostroff (1992), yang berjudul “The Relationship
organisasional dikumpulkan dari 298 sekolah, kepuasan karyawan dan data sikap
sekolah tersebut, sedangkan dalam penelitian ini responden adalah para pegawai
di Kantor Sekretariat Provinsi Bali. Perbedaan lainnya adalah dalam hal teknik
dahulu perlu didefinisikan istilah karir itu sendiri. Definisi yang lebih jelas dari
1) Pengertian karir
individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa
bahwa kata karir dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda yaitu
dari perspektif, obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang obyektif,
perubahan nilai, sikap dan motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi tua.
Kedua perspektif itu terfokus pada individu dan menganggap bahwa setiap
lokasi yang lebih baik dalam atau menyilang hirarkis hubungan kerja
Karir adalah seluruh pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh individu
merupakan suatu rangkaian perubahan nilai, sikap dan perilaku serta motivasi
25
yang terjadi pada setiap individu, selama rentang waktu kehidupannya untuk
juga akan mempengaruhi kinerja pegawai dan kinerja perusahaan. Salah satu cara
pengembangan karir mereka, baik karir yang berpusat pada organisasi maupun
tetapi harus didukung oleh kepentingan organisasi. Untuk sinkronnya maka pihak
karir pegawai dan akan lebih mantap lagi apabila pimpinan organisasi merestui
oleh seorang pegawai dan manajer sumber daya manusia dalam rangka
pengembangan potensi pegawai untuk dapat menduduki jabatan yang lebih tinggi
individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan (Rivai,
2005).
karir dan manajemen karir. Perencanaan karir (career planning) adalah proses
datang. Jadi agar pengembangan karir berjalan dengan baik, maka harus
Karir terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Pos Indonesia Cabang Malang”.
Variabel yang diteliti adalah adalah kegiatan pada tahap pengembangan yakni ;
kepuasan kerja, sistem mentor, pelatihan, rotasi jabatan dan program beasiswa
atau ikatan dinas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan
adalah hanya kegiatan pada tahap pengembangan saja yakni; kepuasan kerja,
sistem mentor, pelatihan, rotasi jabatan dan program bea siswa atau ikatan dinas.
Perbedaan lain yaitu dalam teknik analisis yang digunakan. Penelitian diatas
dimaksud dengan pengembangan karir adalah proses dan kegiatan serta langkah-
potensi pegawai untuk dapat menduduki jabatan yang lebih tinggi dalam usaha
mencapai tujuan perusahaan. Peranan pimpinan perusahaan dalam hal ini manajer
kalangan pegawai.
Ada lima faktor yang akan mempengaruhi mulus tidaknya karir seorang
Orang yang berprestasi dalam bekerja namun tidak disukai oleh orang
mendapat dukungan untuk meraih karir yang lebih baik. Dengan kata lain,
2) Pengalaman
3) Pendidikan
seseorang akan semakin baik, atau dengan kata lain orang yang
berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pemikiran yang lebih baik pula.
4) Prestasi
lingkungan kerja yang baik. Namun prestasi yang baik tentunya merupakan
usaha yang kuat dari dalam diri seseorang, walaupun karena keterbatasan
5) Faktor Nasib
Faktor nasib juga turut menentukan walaupun porsinya kecil, bahkan para
3) Security (keamanan)
4) Creativity (kreativitas)
1) Peran Individu
2) Peran Manajer
3) Peran Organisasi
peran tersebut. Dari peran tersebut, nampak bahwa seorang manajer sangat
2.3 Kepemimpinan
sekelompok orang lain agar mereka bersedia, komit, dan setia melaksanakan tugas
aktifitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk
1
32
seseorang dalam mempengaruhi orang lain sedemikian rupa sehingga orang lain
mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin
kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan ada tiga bentuk yaitu peranan
arti bahwa pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan
Commitment, Job Satisfaction and Job Performance at Small and Middle Sized
menjadi bawahannya
kualitas, keamanan).
menjalankan tugasnya.
mereka.
pemimpin harus sanggup bekerja dalam jangka panjang dan dalam waktu
tidak boleh cepat naik pitam, ia harus tegas, konsekuen dan konsisten
terhadap bawahannya.
dorongan batinnya sendiri, bukan dari luar dirinya. Kekuatan dari luar
ada sesuatu yang besar dapat dicapai tanpa adanya kegembiraan dalam
bekerja.
dalam mengutarakan gagasan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini
kepentingan bersama.
sama dengan orang lain dengan berbagai ragam sifatnya, harus pandai
orang lain.
sebagai berikut :
membantu mereka.
kemampuan berfikir pada taraf yang tinggi. Ia harus dituntut untuk mampu
dikelolanya.
pendiriannya.
38
baik, dimana pada dirinya terpendam sifat pandai menjunjung martabat diri dan
harga diri, namun tidak angkuh, sombong dan menganggap diri paling super
dalam segala hal. Dia dihormati oleh lingkungannya, namun dia juga
menghormati sesama dan para pengikutnya, karena dia selalu pandai dalam
seseorang kepada orang lain (Handoko, 2004). Komunikasi yang akan dibahas
kondusif terdapat dalam suatu organisasi akan menciptakan atau memberikan nilai
yang sangat heterogen, kebutuhan yang beragam, perasaan yang berlainan, emosi
yang tidak sama dan masih banyak lagi unsur yang terdapat dalam jiwa dan fisik
yang akhirnya karirnya semakin baik dan terjadi peningkatan kepuasan kerja
pegawai. Dalam organisasi apapun hubungan kerja menjadi begitu penting karena
lingkungannya.
berada pada tingkat yang sama dalam hierarki organisasi, akan tetapi
rantai koordinasi antara para pegawai dengan adanya komunikasi yang baik, dapat
dkk (2004) juga mengatakan bahwa komunikasi dalam hubungan kerja yang
efektif akan mendorong timbulnya prestasi kerja yang lebih baik dan kepuasan
kerja yang lebih baik, dan kepuasan kerja merupakan refleksi dari semangat kerja.
yang dimaksudkan.
timur.
agar gagasan dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang
namun yang lebih penting adalah bagaimana cara yang baik untuk
melakukannya.
adalah :
seharusnya
42
dilakukan oleh Ayu Nyoman Rai Wiryani (2004) dengan judul pengaruh
Air Minum Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi
linear berganda, uji F dan uji t dengan kesimpulan bahwa komunikasi dan
kerja pegawai. Sedangkan perbedaannya terletak pada teknik analisis data, lokasi
judul hubungan komunikasi dengan semangat kerja karyawan pada Arma Resort
43
Ubud Gianyar. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda,
uji F dan uji t. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa komunikasi memiliki
pengaruh yang dominan terhadap semangat kerja karyawan pada Arma Resort
dilakukan oleh Sudersen (2003) yang berjudul “Analisis beberapa faktor yang
masing oleh lingkungan kerja fisik, kemampuan kerja, beban kerja, gaya
kantor Rektorat Unud. Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah
sama-sama meneliti tentang kepuasan kerja dan terdapat beberapa variabel yang