Abstrak
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan
dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan
pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan,
struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan
dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan. Pegawai akan
merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong
dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan merasa tidak puas.
Pendahuluan
Kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dewasa ini terutama dalam bidang
demikian tenaga manusia masih tetap memegang peranan yang cukup penting. Louis A. Allen
Berdasarkan uraian Allen ini dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor manusia ternyata
cukup berperanan dalam mencapai hasil sesuai dengan tujuan perusahaan. Memberikan motivasi
agar tercapai kepuasan kerja bagi para karyawan merupakan kewajiban bagi setiap pimpinan
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku
pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin
banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka
unfavourableness with employees view their work”. (Kepuasan kerja adalah perasaan
menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam bekerja). Selanjutnya Keith
Davis dan John W. Newstrom (1991:105) mengemukakan bahwa : “Kepuasan kerja adalah
kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dengan imbalan yang disediakan pekerjaan”.
Wexley dan Yuki (1977:98) mendefinisikan kepuasan kerja : “is the way an employee feels
about his or her job”. (adalah cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya).
Gibson, et.al. (1985) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah : “Sikap yang
dikembangkan para karyawan sepanjang waktu mengenai berbagai segi pekerjaannya, seperti
Berdasarkan pendapat di atas maka kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang
menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun
dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek
seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan
pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu
pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi
Pegawai akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek
dirinya menyokong dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan
Studi kepuasan kerja seringkali berfokus pada hal-hal yang langsung berkaitan dengan
isi pekerjaan (hakikat tugas yang dilakukan) dan konteks pekerjaannya (lingkungan
tugasnya, penyelia, rekan kerja, upah organisasi dan sebagainya).
Anwar Prabu Mankunegara (2001:120), mengemukakan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya.
a. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik,
pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan
sikap kerja.
b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan,
mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan
hubungan kerja.
1) Kesempatan (Opportunity)
Pekerja akan merasa lebih puas ketika mereka memiliki kesempatan yang cukup menantang
dalam pekerjaannya. Hal ini termasuk kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek yang
menarik, pekerjaan yang memberikan tantangan dan kesempatan untuk mencapai kepuasan
kerja selanjutnya akan meningkatkan rasa tanggung jawab, termasuk didalamnya kesempatan
untuk promosi.
2) Stress
Stress yang berkelanjutan memberikan pengaruh yang negatif, maka kepuasan kerja menjadi
rendah. Pekerjaan yang menimbulkan stress yang tinggi akan mempengaruhi kehidupan
3) Kepemimpinan (Leadership)
Pekerja akan merasa lebih puas ketika pemimpin mereka merupakan pemimpin yang baik.
Ini termasuk kemampuan memotivasi pekerja untuk bekerja dengan baik, berusaha bekerja
keras untuk memberikan yang terbaik dan memberikan perhatian kepada karyawannya.
Pekerja akan merasa lebih puas ketika seluruh tim kerja mencapai sesuatu standar kerja yang
Pekerja akan merasa lebih puas ketika mereka merasakan bahwa pemberian imbalan sesuai
Pekerja akan merasa lebih puas ketika mereka memiliki kebebasan dan wewenang untuk
melakukan pekerjaannya.
Pendapat yang hampir sama dengan Bavendam berkaitan dengan faktor-faktor yang
a. Pay
Upah atau gaji adalah imbalan berbentuk uang yang diterima oleh seseorang dari organisasi
atas jasa yang diberikannya. Kepuasan terhadap gaji atau upah berkaitan dengan masalah
keadilan, seseorang yang merasakan upah dan gaji yang diterimanya cukup adil maka ia akan
konsisten bahwa sifat pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja.
Dimensi-dimensi inti yang berkaitan dengan sifat pekerjaan dikemukakan Hacman dan
pekerja.
Tingkat dimana pekerjaan tersebut menuntut kelengkapan dalam “suatu kesatuan” dan
setiap bagian pekerjaan dapat diidentifisir. Yaitu mengerjakan suatu pekerjaan mulai dari
Tingkat dimana suatu pekerjaan memiliki dampak penting bagi kehidupan atau pekerjaan
5) Umpan balik pekerjaan itu sendiri (Feedback From The Job Itself)
Tingkat dimana dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas kerja yang dituntut oleh suatu
c. Promotion Opportunities
Salah satu kebutuhan nyata seorang karyawan adalah memuaskan kebutuhan untuk “maju”
dalam karier, sukar dibayangkan apabila seorang pekerja akan merasa puas pada tangga
karier yang sama sejak ia masuk dalam organisasi sampai ia meninggalkan organisasi
tersebut. Di sisi lain promosi juga merupakan salah satu bentuk penghargaan atas
d. Supervision
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam
dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging).
e. Co-Workers
Seperti diketahui manusia tidak bisa hidup sendiri. Dalam kehidupan organisasional, seorang
karyawan mau tidak mau harus melakukan interaksi dengan rekan kerjanya. Keharusan
melakukan interaksi ini timbul karena adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara
satu tugas dengan tugas lain. Hubungan yang baik dengan rekan kerja, sikap rekan kerja yang
mendukung, perasaan diterima dalam lingkungan kerja akan memberikan perasaan berarti
f. Working Condition
Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi kerja meliputi kenyamanan tempat kerja,
ventilasi yang cukup, penerangan yang memadai, kebersihan tempat pekerjaan, keamanan,
lokasi tempat kerja, merupakan faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap kepuasan
kerja. Faktor-faktor ini sangat penting untuk mendapat perhatian karena seorang pekerja
pada dasarnya bersumber dari dua variabel yaitu variabel individu dan variabel organisasi,
dimana individu berada. Semakin banyak aspek-aspek dari pekerjaan yang terpenuhi maka
karyawan akan merasa puas dan sebaliknya. Ketidakpuasan kerja karyawan sendiri pada
Bavendam. (2000), Managing Job Satisfaction. Dalam Special Report [Online], volume 6, 2
halaman. Tersedia :http://www.bavendam.com. [13 Mei 2002].
Davis, Keith., (1977), Human Behavior at Work, New York : McGraw-Hill Book Company.
Davis, Keith dan John W. Newstrom, (1996), Perilaku dalam Organisasi, Edisi 7, Jakarta :
Erlangga.
Gibson, et.al., (1996), Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Edisi 8, Alih Bahasa oleh Nunuk
Adiarni, Jakarta : Binarupa Aksara.
Luthans, Fred, (1981), Organizational Behavior, New York : McGraw-Hill Book Company.
Mangkunegara, Anwar Prabu, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Siagian, Sondang P., (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara.
Wexley, N. Kenneth dan Gary A. Yukl, (1992), Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia,
Jakarta : Rineka Cipta.