Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Transformasi Volume 11 Nomor 1, Juni 2015

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Kerja

Yudha Nata Saputra

Abstrak

Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan
dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan
pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan,
struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan
dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan. Pegawai akan
merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong
dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan merasa tidak puas.

Kata kunci : Kepuasan, kerja, pegawai, organisasi.

Pendahuluan

Kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dewasa ini terutama dalam bidang

teknologi, telah mengakibatkan menurunnya prosentase penggunaan tenaga manusia, namun

demikian tenaga manusia masih tetap memegang peranan yang cukup penting. Louis A. Allen

sebagaimana dikutip Moh As’ad (1995:103) mengemukakan bahwa :

Betapapun sempurnanya rencana-rencana, organisasi, dan pengawasan serta


penelitiannya, bila mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan minat dan gembira
maka suatu perusahaan tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenar-benarnya dapat
dicapainya.

Berdasarkan uraian Allen ini dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor manusia ternyata

cukup berperanan dalam mencapai hasil sesuai dengan tujuan perusahaan. Memberikan motivasi

agar tercapai kepuasan kerja bagi para karyawan merupakan kewajiban bagi setiap pimpinan

demi kemajuan organisasinya.


Hakikat Kepuasan Kerja

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu

akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku

pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin

banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka

semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan atau sebaliknya.

Keith Davis (1985:96) mengemukakan bahwa “Job satisfaction is the favourableness or

unfavourableness with employees view their work”. (Kepuasan kerja adalah perasaan

menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam bekerja). Selanjutnya Keith

Davis dan John W. Newstrom (1991:105) mengemukakan bahwa : “Kepuasan kerja adalah

kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dengan imbalan yang disediakan pekerjaan”.

Wexley dan Yuki (1977:98) mendefinisikan kepuasan kerja : “is the way an employee feels

about his or her job”. (adalah cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya).

Gibson, et.al. (1985) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah : “Sikap yang

dikembangkan para karyawan sepanjang waktu mengenai berbagai segi pekerjaannya, seperti

upah, gaya penyeliaan, dan rekan sekerja”.

Berdasarkan pendapat di atas maka kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang

menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun

dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek

seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan

pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu
pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi

kesehatan, kemampuan, pendidikan.

Pegawai akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek

dirinya menyokong dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan

merasa tidak puas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja

Keith Davis (1991:105) menyatakan bahwa,

Studi kepuasan kerja seringkali berfokus pada hal-hal yang langsung berkaitan dengan
isi pekerjaan (hakikat tugas yang dilakukan) dan konteks pekerjaannya (lingkungan
tugasnya, penyelia, rekan kerja, upah organisasi dan sebagainya).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut :

Anwar Prabu Mankunegara (2001:120), mengemukakan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya.

a. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik,

pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan

sikap kerja.

b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan,

mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan

hubungan kerja.

Sedangkan Bavendam (2000:2), mengemukakan kepuasan kerja seseorang dipengaruhi

faktor-faktor sebagai berikut :

1) Kesempatan (Opportunity)
Pekerja akan merasa lebih puas ketika mereka memiliki kesempatan yang cukup menantang

dalam pekerjaannya. Hal ini termasuk kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek yang

menarik, pekerjaan yang memberikan tantangan dan kesempatan untuk mencapai kepuasan

kerja selanjutnya akan meningkatkan rasa tanggung jawab, termasuk didalamnya kesempatan

untuk promosi.

2) Stress

Stress yang berkelanjutan memberikan pengaruh yang negatif, maka kepuasan kerja menjadi

rendah. Pekerjaan yang menimbulkan stress yang tinggi akan mempengaruhi kehidupan

pribadi pekerja dan akan menjadi sumber kekhawatiran dan keprihatinan.

3) Kepemimpinan (Leadership)

Pekerja akan merasa lebih puas ketika pemimpin mereka merupakan pemimpin yang baik.

Ini termasuk kemampuan memotivasi pekerja untuk bekerja dengan baik, berusaha bekerja

keras untuk memberikan yang terbaik dan memberikan perhatian kepada karyawannya.

4) Standar kerja (Work Standars)

Pekerja akan merasa lebih puas ketika seluruh tim kerja mencapai sesuatu standar kerja yang

membanggakan dalam kualitas pekerjaannya.

5) Imbalan yang sesuai (Fair Rewards)

Pekerja akan merasa lebih puas ketika mereka merasakan bahwa pemberian imbalan sesuai

dengan pekerjaan yang sudah mereka lakukan.

6) Wewenang yang cukup (Adequate Authority)

Pekerja akan merasa lebih puas ketika mereka memiliki kebebasan dan wewenang untuk

melakukan pekerjaannya.
Pendapat yang hampir sama dengan Bavendam berkaitan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja dikemukakan oleh Fred Luthans (1989:184-186) yaitu :

a. Pay

Upah atau gaji adalah imbalan berbentuk uang yang diterima oleh seseorang dari organisasi

atas jasa yang diberikannya. Kepuasan terhadap gaji atau upah berkaitan dengan masalah

keadilan, seseorang yang merasakan upah dan gaji yang diterimanya cukup adil maka ia akan

merasa puas dan sebaliknya.

b. The Work Itself

Studi-studi tentang pentingnya perbedaan karakterisitik pekerjaan menemukan secara

konsisten bahwa sifat pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja.

Dimensi-dimensi inti yang berkaitan dengan sifat pekerjaan dikemukakan Hacman dan

Oldham sebagaimana dikutip Wexley dan Yukl (1992:147) meliputi :

1) Ragam Keterampilan (Skill Variety)

Tingkat dimana suatu pekerjaan menuntut berbagai jenis aktivitas dalam

penyelesaiannya, yang mencakup penggunaan banyak jenis keterampilan dan bakat-bakat

pekerja.

2) Identitas Pekerjaan (Task Identity)

Tingkat dimana pekerjaan tersebut menuntut kelengkapan dalam “suatu kesatuan” dan

setiap bagian pekerjaan dapat diidentifisir. Yaitu mengerjakan suatu pekerjaan mulai dari

permulaan hingga berakhir dengan hasil yang nyata.

3) Kepentingan Pekerjaan (Task Significance)

Tingkat dimana suatu pekerjaan memiliki dampak penting bagi kehidupan atau pekerjaan

orang lain apakah dalam lingkungan organisasi maupun lingkungan luar.


4) Otonomi (Autonomy)

Tingkat dimana suatu pekerjaan memberikan kebebasan, kemandirian serta keleluasaan

substansil bagi pekerja dalam menjadwalkan pekerjaannya dan dalam menentukan

prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

5) Umpan balik pekerjaan itu sendiri (Feedback From The Job Itself)

Tingkat dimana dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas kerja yang dituntut oleh suatu

pekerjaan memberikan konsekuensi kepada para pekerja dalam mendapatkan informasi

langsung dan jelas tentang efektivitas pelaksanaan kerjanya.

c. Promotion Opportunities

Salah satu kebutuhan nyata seorang karyawan adalah memuaskan kebutuhan untuk “maju”

dalam karier, sukar dibayangkan apabila seorang pekerja akan merasa puas pada tangga

karier yang sama sejak ia masuk dalam organisasi sampai ia meninggalkan organisasi

tersebut. Di sisi lain promosi juga merupakan salah satu bentuk penghargaan atas

keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Terbuka-tidaknya kesempatan untuk

dipromosikan selanjutnya akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

d. Supervision

Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam

meningkatkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian

dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa

bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging).

e. Co-Workers
Seperti diketahui manusia tidak bisa hidup sendiri. Dalam kehidupan organisasional, seorang

karyawan mau tidak mau harus melakukan interaksi dengan rekan kerjanya. Keharusan

melakukan interaksi ini timbul karena adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara

satu tugas dengan tugas lain. Hubungan yang baik dengan rekan kerja, sikap rekan kerja yang

mendukung, perasaan diterima dalam lingkungan kerja akan memberikan perasaan berarti

bagi karyawan yang selanjutnya akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

f. Working Condition

Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi kerja meliputi kenyamanan tempat kerja,

ventilasi yang cukup, penerangan yang memadai, kebersihan tempat pekerjaan, keamanan,

lokasi tempat kerja, merupakan faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap kepuasan

kerja. Faktor-faktor ini sangat penting untuk mendapat perhatian karena seorang pekerja

menggunakan sepertiga hidupnya dalam lingkungan kerja setiap hari.

Akan tetapi Sondang P. Siagian (1991:42) mengemukakan bahwa ketidakpuasan seorang

karyawan dapat dilihat dengan terjadinya hal-hal sebagai berikut :

1) Labour turnover yang tinggi


2) Sering terjadinya pertikaian perburuhan yang dapat mengakibatkan pemogokan
3) Terlalu banyak pegawai tidak masuk atau sering terlambat
4) Moral kerja yang rendah berupa kemalasan
5) Apatisme

Berdasarkan pendapat di atas maka faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

pada dasarnya bersumber dari dua variabel yaitu variabel individu dan variabel organisasi,

dimana individu berada. Semakin banyak aspek-aspek dari pekerjaan yang terpenuhi maka

karyawan akan merasa puas dan sebaliknya. Ketidakpuasan kerja karyawan sendiri pada

akhirnya dapat merugikan organisasi.


Daftar Pustaka

As’ad, Moh., (1995), Psikologi Industri , Edisi ke-4, Yogyakarta : Liberty.

Bavendam. (2000), Managing Job Satisfaction. Dalam Special Report [Online], volume 6, 2
halaman. Tersedia :http://www.bavendam.com. [13 Mei 2002].

Davis, Keith., (1977), Human Behavior at Work, New York : McGraw-Hill Book Company.

Davis, Keith dan John W. Newstrom, (1996), Perilaku dalam Organisasi, Edisi 7, Jakarta :
Erlangga.

Gibson, et.al., (1996), Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Edisi 8, Alih Bahasa oleh Nunuk
Adiarni, Jakarta : Binarupa Aksara.

Luthans, Fred, (1981), Organizational Behavior, New York : McGraw-Hill Book Company.

Mangkunegara, Anwar Prabu, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

Siagian, Sondang P., (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara.

Wexley, N. Kenneth dan Gary A. Yukl, (1992), Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia,
Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai