DISUSUN OLEH:
RATMAWATI I31112097
B. Definisi
a. Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend,
1998).
b. Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult dan
Videbeck, 1998).
c. Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan (Kelliat, 1998).
aktualisasi diri konsep diri positif harga diri rendah kronis kerancuan identitas depersonalisasi
2. Pohon Masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan
Isolasi sosial
F. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah kronis.
B. Definisi
1. Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau
kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan
orang lain (Balitbang, 2007).
2. Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins,
1993).
3. Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel
yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial ( Depkes RI, 2000).
4. Merupakan upaya menghindari suatu hubungan kokmunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanefestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan
tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007).
5. Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lian
menyatakan sikap yang negative dan mengancam (Townsend, 1998).
6. Kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang
berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kualitas dan kuantitas yang
Menarik diri
Menyendiri Merasa sendiri
Ketergantungan
Otonomi Dependesi
Manipulasi
Bekerja sama curiga
curiga
interdependent
Sumber ; Townsend (1998)
F. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial.
B. Definisi
1. Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan persepsi sensori: halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami
perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori:
halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek,
gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari
luar meliputi: semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan atau pengecapan).
2. Individu menginterpretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari
lingkingan (Depkes RI,2000).
3. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan pada pola stimulus
yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai
dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan atau kelainan berespon
terhadap stimulus (Towsend,1998).
4. Gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem penginderaan pada sistem
pengindraan pada saat kesadaran individu tersebut penuh dan baik.
Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari individu sendiri. Dengan kara lain klien
berespons terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan
oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Wilson,1983).
2. Pohon Masalah
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
F. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi.
B. Definisi
1. Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).
2. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Depkes RI, 2000).
3. Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon
stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi atau informasi
secara akurat (Keliat, 1999).
2. Pohon Masalah
Effect Risiko tinggi perilaku kekerasan
F. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir : waham kebesaran.
Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melakukan atau
melengkapi aktifitas perawat diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaina/ berhias dan BAB/ BAK (toileting).
F. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri.
B. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko
untuk meyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dalam sumbel lai dikatakan bahwa bunuh diri sebagai prilaku
destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. Prilaku destruktif diri yang mencangkup setiap bentuk aktivitas
bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu meyadari hal ini sebagai
sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995).
Peningkatan diri beresiko destrutif Destruktif diri Pencedraan dir bunuh diri
Keterangan :
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan
diri secara wajar terhaddap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.
Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapattnya yang
berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
2. Berisiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko
mengalami prilaku destruktif atau meyalahkan diri sendiri terhadap situasi
yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa
patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidal loyal terhadap
pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Detruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya
untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
Objektif:
Impulsif.
Menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh).
Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikososial,
dan peyalahgunaan alkohol).
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal).
Pengganguran (tidak bekerja, kehilangan
pekkerjaan, atau kegagalan dalam karier).
Umur 15-19 tahun di atas 45 tahun.
Status perkawinan yang tidak harmonis.
2. Pohon Masalah
Effect Bunuh Diri
F. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri.
B. Definisi
1. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
2. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, dalam Harnawati, 1993).
3. Setiap aktifitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Stuart
and Sundeen, 1998).
4. Suatu keadaan di mana individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998).
5. Suatu keadaan di mana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang-
barang (Maramis, 1998).
6. Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik (Ketner et al., 1995).
Halusinasi
Regimen Terapeutik
Inefektif Isolasi Sosial:
Harga Diri Rendah
Menarik Diri
Kronis
Berduka Disfungsional
F. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan.